Anda di halaman 1dari 34

ALJABAR I.

INEAR ELEMENTER

OLEH

NfF.LSIM IMFLDA LAI.US

11010510]0

PROG M STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEG RUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2013
KATA PENGANTAR

Pu ji syukur pcnulis pan jatkao kcpad a Tuhan Yang Matta Esa karcna atas bcrkat tlan
tuntunao-Nya, penulis dapat nienyelesatkan makalah yang bcrjudul “ Aljabar Linear
Elementer” ini dengan baik. Makalah ini mcrupakan rangkuman dari bitku “Aljabar
Linear Elenic nter” karya I-lov ard Anton.

Pcııulis ne ngucapkan tcriıua kasih kcpada se ıuua pihak yang t clah nscmbaotu
schin ga nıakalah ini tlapat tlise le saikan sesimi tlcn an wııktunya. Makalah ini nıasih jacıh
dari scırpurna. Olch kare mı itti pc nulis ınengh‹ır‹ıpkan krit ik tlao saran yang bcrsifdt
mcınbaogun tle mi ke scmpurnaan makalah ini.

Scicoya naakalah ini nu nihcrik‹in infornias i bagi niasyariAat


tlan bernian fiiat uiituk
pcngc mbangan ilniu pcngctahuan badi kita scniua.

Kupang, 19 Mci 2013

Penuä s
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR IS1...............................................................................................

BAB I — PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG..................................................................................
I.2 TUJU W
1.? METODE PENULISAN ...................................................................

BAB II — SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN MATRIKS

2. 1 S ISTFM PERSAMAAN l INEAR ................................ ..............................


2. 2 ELIMINAS1 GAUSS ..................................................................................
2.3 S ISTEM PERSAMAAN LINEAR HOMOGEN..........................................
2.4 MATRIKS D.XN OPER.XS I M ATRIKS ...... . ....... . ............ . ....... . ....... . .... . .....
2.5 .XTURAN- ATUI .XN ILMU HITUNG MATRI KS
2.6 M.ATRIKS EI FSIENTER D.4N SJF3 ODE U NTUK MENCARI A ' ...... ....
2.7 HASIL S FI ,ANJUTNYA MENGENAI S ISTEM PERS.4MAAN D.4N
K FTFRBALIKAN .....................................................................................

BAB III — DETERMINAN

3. I FUNGS I DETERMINAN ....... ....... . ............ . ....... . ............ . ....... . ....... . ..........
3. 2 MENGHITUN G DETERMINAN DENGAN KEDUKSI BARIS ..............
3.3 S IFAI’—SI FAT FUNGS I DETERMINAN....................................................
3.4 EKS PANSI KOFAKTOR: ATURAN CRAMER ........................................

BAB VI — PENUTUP..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Banyak orang yang beranggapan bahwa Matematika itu rumit, karena alasan
itulah banyak orang yang menghindari Matematlka. Padahal Matematika dapat kita jumpai
di dalam kehidupan sehari-hart, dan mau tidak man kita pasti menggunakan Matematika.
Oleh karena itu kami membuat makalah ini dengan maksud membantu pemahaman
masyarakat agar mereka tidak nilai Matematika adalah sesuatu yang buruk.

L2 TUTAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai sumber informasi yang diharapkan dapat
bermanfaat dan dapat nnnambah wawasan para pembaca makalah ini.

1.3 METODE PENULISAN

Penulis menggunakan metode observasi dan kepusatakaan. Cara yang digunakan


dalam penulisan adalah Studi pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku
yang berkaitan dengan penulisan makalah ini, selain itu penulis juga mencari sumber-
sumber dari internet.
BAB ïI

SISTEM PERSAMAAN LïN AR DAN S' RIKS

2.1 SISTEM PERSAMAAN LINŒR

Define • Swann sinem yang memiliki m persamaan dan n variabel.


( Bilangan yang ïidaL diLetOŃ ï4 f.

SPL mempunyai m persamaan dan n variable.

MatrìLs yang diPerbesa• í *R ented matrix )

Contoh :

2x, + 3x2 = 4
3x, + 4x 2 - 3

Solusi ( Pemecä han ) SPL, di bagi menjadi 2, yaitu :

1. Konsisten
• Solusi Tunggal
• Solusi Banyak
2. Tidak Konsisten
Contoh : Solusï Tunggat

gø=2x—3y=6
pø=3x-F y=4
öan yak persa aan-- ö nnynR vartaöet
m — n

Contoh : Sohisî Banyak

g = 2x - 3y = 6

=2x-3y=6

mC n

Contoh : Tidak Konsisten

- 2x — 3y = 6
= 2x — 3y = 8
0 = —2

0 = Konstanta

2.2 Fï.IMINASI GAUSS

Pada hagian ini kita akan memberikan prosedur yang sistematik untuk
memecahkan sistem-sistem persamaan linear; prosedur tersebut didasarkan kepada
gagasan untuk mereduksi matriks yang diperbesar menjadi bentuk yang cukup sederhana
sehingga sistem persamaan tersebut dapat dipecahkan dengan memeriksa sistem
tersebut.

0 0
0 0
0 013

Matriks di atas adalah contoh matriks yang dinyatakan dalam bentuk esełon
baric te dMxi țreduced row-echelon form). Supaya berbentuk seperti ini, maka matriks
tersebut harus mempunyai sifai -sifat berikut.

1. Jika baris tidak terdiri seluruhnya dari not, maka bilarigan taknol pertama dalam
baris
tersebut adalah 1. (Kita oamakan 1 utama).
2. Jika terdapat baris yang scluruhnya terdiri dari nol, maka semua baris sepcrti itu
dikelompokkan bersama-sama di bawah matriks.
3. Dalam sebarang dua baris yang berurutan yang seluruhnya tidak terdiri dari nol,
maka
1 utama halam baris yang lebih rendah terdapat lebih jauh ke kanan dari 1 utama
dalam baris yang lebih tingi.
4. Masing-masing kolom yang mengandung I utama mempunyai n‹ıl di tempat lain.

Matriks yap memiliki sifat -sifar 1,2 dan 3 dapat dikatakan dalam bentak eselon
baris (row-echeIon form).

Berlkut ini adalah beberapa contoh matriks dalam 6cntuk x se lon baris terreduksi.

0 1 0 0 4 1 0 0 1 —2 0 1
0 0 0 1 3
0 1 0 7 0 1 0
0 0 0 0 0
0 0 1 -1 0 0 1

Matriks-matriks bcrikut adalah matriks dalam hentuk eselon baris.

1239110 01260
0156 0 10 0 0120
0 0120 00 0 0 001

Tidak sukar untuk memantau apabila matriks dalam heotuk eselon baris harus
mempunyai nol di bawah setiap 1 utama. Bertentangan dengan hal ini, mattiks tialam
bentuk eselon baris terreduksi harus mempunyai nol di atas dan di bawah musing-
masing 1 utama.

Prosedur untuk meredusi matriLs menjatii bentuk eselon baris terreduksi dinamahan
eyminaci Gnucs-Jordan, sedangkan untuk mercduksi rnatriks menjadi bentuk eselon baris
dinamakan eliminasi Gnucc.

Contoh 1:

Pecahkanlah dengan menggunakan eliminas i Gauss-Jordan.

2xı + 6x
Maka matriks yang diperfisar dari sistem tersebut adalah

1 3 —2 0 2 0 0
2 6 —5 —2 4 —3 —
0 0 5 10 0 15 51
2 6 0 8 4 18 6

Dengan menarnbahkan -2 kali baris pertama pada baris kedua dan keempat maka akan
mendapatkan

1 8 -Z 0 Z 0 0
0 0 —1 —2 0 —3 —
1
0 0 S 10 0 15 S
0 0 4 8 0 18 6

Dengan mengalikan dengan I dan kemudian menambahkan S kali baris kcdua kepada baris
ketiga dan 4 kali baris kedua kepada baris kecmpat maka akan rncmberikan

1 3 —2 0 2 0 0
0 0 1 2 0 3 1
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 6 Z

Dengan mempertukarkan baris ketiga dengan baris keempat dan kemudian mengalikan baris
ketiga dari matriks yang dihasilkan dengan 1/6 maka akan menıbnr ikan benııık eselon baris

8 -Z 0 Z 0
0 1 2 0 3
0 0 0 0 1
0 0 0 0 0

Dengan menambahkan -3 kali baris ketiga pada baris kedua dan kemudian menambahkan
2 kali baris kedua dari matriks yang dlhasilkan pada baris pcrtama maka akan
rnenghasllkan bentuk eselon baris terreduksi

3 -Z 0 Z 0
0 1 2 0 0
0 0 0 0 1

Sistem persamaan pcrsamaan yang bersesuaian adalah

x + 3• =0
=0
Dengan memecahkarınya untuk peubah peubah utama, maka kita dapatkan

lika löta menetapkan nilai-nilai sebarang r, s, dan i berurutan usel < , o , dan x„ maka
himpunan pemecahan tersebut diberlkan oleh rumus-rumus

Terkadang lebih mudab mernecahkan sistem persamaan linear dengan menggunakan


eliminasi Causs untuk mengubah matriks yang diperbesar menjadi je dalam bentuk
eselon baris tanpa menemlannya ke bentuk eselon baris terreduksi. Bila hal ini
dilakukan, maka sistem persamaan-persamaan yang bersesuaian dapat dipecahkan dengan
sebuah cara yang dinamakan cubstitnsi batik {back-subsüNtion). Kita akan melukiskan
metode Uni dengan menggunakan sistem persamaan-persamaan pada contoh 1.

Dari perhitungan dalam contoh 1, bentuk eselon baris dari matriks yang diperbesar
tersebut
adalah

3 —2 0 2 0
0 1 2 0 0
0 0 0 0 1
0 0 0 0 0

Untuk memecahkan sistem persamaan-persamaan yang bersesuaian

xc + 3x — 2x +2E =0
x + +3 = 1
2g

maka kita memprosesnya sebagai berikut :

Pecahkanlah persamaan-persamaan tersebut untuk peubah-peubah utama.


1

Langkah 2.
Mulailahdenganpersamaanbawahdanbekerjalahkearahatas,substitusikansecara
keseluruhan masing-masing persamaan ke dalam seiniia persamaanyang di atasnya.

Dengan mensubstitusikan =' ke dalam persamaan kedua inaka akan menghasilkan

Dengan mensubstituslkan xs = — 2 ke dalam persamaan pertama maka akan menghasilkan

Tetapkanlah nilai-nilai sebarang pada setiap peubah tak utama.

lika kita inenetapkan nilai-nilai sebarang r, s, dan f berurutan untuk x2, o , dan xt, maka
himpunan pemecahan tersebut diberikan oleh rumus-rumus

x = 3r— H 2r , xi = r , xt = 2x , = s , x3 1

Ini sesuai dengan pemecahan yang diperoleh pada contoh 1.

2.3 SISTEM PERSAMAAN I.INIFB ROMOGEN

Sebuah sistem persamaan-persamaan linier dikatakan homogen jika semua suku


konstan sama dengan nol; yakni sistem tersebut mempunyai bentuk
11 1 12 2 ••••• ÇinX 0
•+

21 X Ş@ 2 + •-•. . .+ 2'n n

y} y1 2 2 + - • • . . .+ „X = 0
Tiap-tiap sistem persamaan linier bomogen adalah sistem yang konsisten, karena x c -
0, xı = 0,....., x„ = 0 selalu merupakan pemecahaa Pemecahan terebut, dinamakan
pemecahan trıvml {trivial soluaoa), jika ada pemecahan lain, maka pemecahan
tersebut dinamakan pemeeahon ta rfrial {nontrıvial sobıtion).

Karena sistem persamaan linier homogen haius konsisten, maka terdapat satu
pemecahan atau tak terhlngga banyaknya pemecahan. Karena salah satu di antara
pemecahan ini adalah pemecahan trivial, maka lfita dapat membuat pernyataan berlkut.

Uinuk sistem persamaan-persamaan tinier homogeny, maka persis salah satu di antara
pernyataan berikut benar.

I. Sístem tersebut hanya memPunyai Pemecahan trivial.


2. Sistem tersebut mempunyaí tak terhíng ga ban.yaLnya pemecahan tak trívíal
sebagaí tmnbahan terhadaP pemecahan trivial tersebut.

Terdapat satu kasus yang sistem homogennya dipastikan mempunyai pemecahan tak
trivial ; yakni, jika sistem tersebut rnelibatkan lebih banyak bilangan tak dîketahui dari
banyoknya persamaan. Untuk tnelihat mengapa hanya demikian, tinjaulah contoh berlkut dari
empat persamaan dengan lima bilangan tak rJîketahui.

Contoh:

Pecahkanlah sistem persamaan-persamaan linier homogeny berïkut


dengan menggunakan eliminasi Ciauss-Jordan.

2X + 2Xı — Xs + X =0

-< — X 2 2X — + Xt = 0

X + X2 2X - 5X =0
X + +X =0

Matriks yang diperbesar untuk sistem tersebut adalah


Z Z -1 0 1 0
— 1 —1 2 —3 1 0
1 1 —2 0 —1 0
0 0 1 1 1 0

Dengan mereduksi matriks ii nunjadi bentuk eselon baris tereduksi, maka kita dapatkan

1 1 0 0 1 0
0 0 1 0 1 0
0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0

Sistern persamaan yang berscsuaian adalah

X i < Xn -b X s - 0

X3 -h Xs = D

X, = 0

Dengan memecahkannya untuk peubah peubah utama maka akan wnghasilkan

x -x, x
Xs =
-X, Xi=
0
Maka himpunan pemecahan akan di bcrikan oleh

X, = -t , =0, X = t

Perhatikan bahwa pemecahan trivial kita dapatkan bila s = t =0.

2.4 MATRIKS DAN OPERASI MATRTKS


Matriks
Matriks adalah susunan scgi empat siku siku dari bilangan bilangan. Bilangan-bilangan
dalam susunan terscbut dinamakan entn dalam matriks.

A=

Operasi Matriks
1. Penjiimlahan :
Definisi : jika A dan B adalah sebarang dna rnatriks yang ukurannya sarna, maka
jumlah A + B adalah matriks yang di peroleh dengan rncnambahkan herrarna-sanna
entri yang bersesuaian dalam kedua matriks tersebut. Matriks-matriks yang
ukurannya
berbeda tidak dapat di tambahkan.

A ,B
tc dl
f a -1- e b -1- f
A+B= ‘
C h c -1- g d -1- h
[3 4j
Contoh : A = 3J , B =
13 4
C= 2 3 1
U 3J ’ 3 4 S

Sedangkan A + C dan B + C tidak di defmisikan.


2. Perkalian dengan konstanta
Deä nisi : Jka A adalah suatu matriks dan c adalah scalar, maka hasil kali cA adalah
matriks yang diperoleh dengan mengalikan mas ing=masing entri dari A oleh c.

1 3 4 2 6
Contoh : A = 2 3 1 , maka 2A = 4 6 2
3 4 5 6 8 10
3. Perkatian, dengan syarat Aj B ,,= Cp
Definisi : Jika A adalah matriks m x r dan B matriks r x n, maka hasil kali AB
adalah matriks m x n yang entri- entrinya ditentukan sebagai berikut. Untuk
mencari entri dalam baris I dan kolom j dari AB, pilihlah baris i dari matriks A
dan kolom j dari matriks B. Kalikanlah entri-entri yang bersesuaian dari baris dan
kolom tersebut bersama-sama dan kemudian tambahkanlah hasil kali yang
dihasilkan.

A= B=
oe
ce

Contoh : A = 3J , B = l3J

Deftnisi : lika A adalah sebarang matriks m x n, maka Transpos A dinyatakan oleh


A' dan didefinisikan dengan matriks n x ni yang kolom pertmanya adalah baris peoarna
dari A, kolom keduanya adalah baris kedua dari A, demikian juaga dengan kolom ketiga
adalah baris ketiga dari A, dan seterusnya.
Teorcma 2. Dengan men

fu) A + B —— B + A

b c a d q
A— e f A'— b e h
h i c f i

26 8 24 6
Contoh:A— 4 6 2 —+A'— 6 6 8
6 810 8 210

2.S ATURAN-ATURAN II.MU HITUNG MATRIKS

Walaupun banyak tlari aturan-aturan ilnıcı hitcın bilangan riil bcrlaku juga untuk
na*ıtriks, nanıurı tcrtlapat hchercıpa pcnpcc ualian. Salah s*ıtu tlari pcnpcc ualian yang tcrpcrıting
tcrjatli halam pcrkalian nıatriks. Urıtuk bilanyan- bilan an rill if Ll an /z. kit a sclalu ıucnıpcınyai
uh — îznyam seriııy tlinanıakan bulma komutotı]‘ untıık ¡terket/frffı. Akan tetapi, untuk ıuatriks
naııtriks, muLa AB clan fid titlak pcrlu sama.

Tinjaulah matriks-nıatriks

—l —2 1 2
M = B ——
11 4

Dengan nıcngalikaıın ya mala akan me nıberikaıı


Jadi, AB f BA
Contoh

Sebagai gambaran hukum asosiatìf untuk perkalian matriks, tinjaulah

4 3
B —-
2 I o i

Kemudian

Sehingga

20 1 0 39
2 3

Sebalíknya

BC -— 4 3 1 0 10 9
2 1 2 3 4 3
Maka

A{BC) 46 9
4 3

Jadi, (ABțC -- A(BC), seperti yang dijamin oleh Teorema 2(r').


enganøirngnnggnpbahwaukuran-ukuranmatriksadalah sedemíkían rupn sehín diaoPerasí-nperasí yang dítunjuLLan dayat díLab

Scores 4.Setiap sistem persaniaan fiøenr tídaL mempunyai pemecahan, persís


sum yemecahan, atau tak terhíndia hanyaLn yo pemecahan.
BMti. Jika AL = B adalah sistem persamaan lînear, maka persis satu dari antara berikut
akan
(a) sistem tersebut tidak rnempunyai pemecahan, (b) sistem tersebut punyai persis
satu pemecaban, atau (c) sistem tersebut mempunyai lebih dari satu pemecaban. Bukti
tersebut akan lengkap jika kita dapat memperlihatkan bahwa sistem tersebut rrıempunyai
takhingga banyaknya pemecahan dalam kasus (c).

Contoh

Tinjaulah mars
i2
A

Maka

’’]l ’12 ’13 _ ’11 ’12 ’13 _


/ 2A
——
21 2.2 23 ’21 ’22 ’23

Dv
0
12
-- A
’22

t, rian jika kita dapat mencari matriks B seliingga AB = BA = I, maka A dikatakan dap dibalik {invertlble) dan B dinam

Contoh

Matrîks
3 5 2 —5
B -— adalah invers dari A
1 2
—- —1 3
karena
A8 = 2 —5 3 5 1 0 —— I
=
—1 3 1 2 0 1

3 5 2 —5 1 0
BA -- —— I
1 2 —i 3 0 1

Teorema 5. JıH bart: B ma un C adalah invers matrîU A, maka B = C


BMtí. Karena B adalah invers A, maka BA = ï. Dengan mengalìkan kedua ruas dari
sebelah
kanan dengan C akan memberikan (BA)C -- IC -- I. Tetapi (BA)C -- B(AC) = BI = B,
maka
sehingga B -- C.

Contoh
b
Tinjaulah matriks 2x2 A ----
d
Jika ad - be ş 0, mak a
b
1
--b ad - ö c
A

ad -- be

Teorema 6.JiLa A dan B adalah matríLs-matrips yang dapat díbalík dan yang

Bu tí. Jika kita dapat memperlîhatkan babwa (AB)(A °' B °' ) = {B * I A *' )(AB)=ï, mak a kita
telah secara serempak membuktikan bahwa AB dapat dibalik dan bahwa (AB) *I = &*' A*I .

Sebuah hmif kali matrìks yang dapat díbalik selalu dapat díbali( dan ínvers hasil
Hfi tersebut adalah Míf dli ínvers dalam urutan yang terbalík

Contoh

Tinjaulah matriks-matriks
2 3 2 7 6
A --- B --
$
I 2 2 9 8
Dengan menerapkan rumus yang diberikan dalam contoh 25, kita dapatkan

Maka, (AB) I = B“ I A “ I seperti yang d amir oleh Løorernn 6.


DeCınisi.JikaAadalahsebuahmatrlkskuadrat,makakitamendefınisikan
pangkat-pangkat bilangan bulat tak negative A menjadi

Akan tetapi,jika Adapatdibalik,makakitamendefinisikan pangkatbilangan bulat negative rnenjadi

Teorema berikut, yang kita nyatakan tanpa bukti, menunjukkan


bahwa hukum-hukum yang sudah dikenal dari
eksponen adalah sah.
Teorezna 7.iArsrYa s adalah bîlon$on bulof, ma΋a

Teorema selanjutnya rnenetapkan beberapa sífat tambahan yang berguna dari eksponen
matriks tersebut.

Bukti.

a. Karena AA” = A“’ A = I, maka A“ I dapat dibalik dan ¢A “ I I


= A.
b.
c. Jika k adalab sebarang scalar yang taksama dengan not, maka hasil (1 dan (m)
dari Teorema 2 akan memungkinkan kita untuk nwnuliskan

k
k

Demikian juga A°' (M) = î sehingga M dapat dibalik dan (MJ” =


Kita simpulkan bagian ini dengan sebuah Teorema yang menyenaraikan sifat-slfat utama dari
operasi transpose.

Teorema9.likaukuranmntrikssepertioyerasiyan gdiberikandäyat

Transpose sebnah hacil kaä matrlks sanna dengan hasil Lati


fransposnya dalam urutan kebalikannva.

2.6 MATRIKS EI.FMENTER DAN METODE UNTUK MENCARI A”

Dibawah ini kita daRarkan matriks eleinenter dan operasi-operasi yang menghasilkannya.

0 0
0 0
1 0 0 0
() ( ) (Mi) 1 (iv)
o —›
0 0

Tmnbnhkan tigR kali


Kalikan baris
pertama dari Is
den -3 dengan I

Operasi baris pada J yang menghasifan E Operası baris pada E yang menghasilkan J
Kalikanlah baris I derngan / 0. Kalikanlah baris I deng e 1/
C

Pertukarkan baris I dan baris j. Pertukarkan baris ı dan baris J.


Tambahkan c kali baris I ke baris j. Tambahkan — c kali baris i ke baris y.

Operasi-operasi d mas kanan dari tabel ini dinamakan operasi mvers dari operasi-
operasi yang bersesuaian di ruas kiri.
Teorema 11 : Setinp mntrik.i elementer dapat dihalik, dnn in versn yn adalah juga

Bukti. Jika E analah matriks elementer, maka E dihasilkan dari peragaan operasi baris
pada î. Misalnya E adalah matriks yang dihasilkan bila invcrs opcrasi ini diterapkan
pada î. Baris invers alan saling meniadakan efek satu sama lain, mala diperoleh

EVE —— I dan EE —— I

Jadi, matriks elementer Eq adalah invers dari E.

A I = $ A’

Contoh :

0
A= —t
I

Jawab :

1 0 2Baris ke 100
2 dikurang 2 kai i baris pertama dan baris ke 3 dikurang 4 kali baris pertama nutuk mend
AH= 2 —1 3 0 1 0
4 1 8 001

1 0 2 1 0 0
= 0 —1 — —2 1 0
1 Baris ke 2 ditukar barry
0 1 0 —4 0 1
1 0 2 1 00 Bariske3dikalikan—bariske3,untuk mendapatkan l utanna.
_ 0 1 0 —401
0 —1 —1 —2 1 0

102 1 0 0
Baris dikurangi
= 010 —4 0 1
mendapatkan nol.
011 2 —10

102 1 0 0
= 010 —4 0 1
0 0 1 6 —1 —1
2.7 HISH. SELANJUTNYA RIENfIENAI SISTEM PERSARIAN
DAN KETFRBALIKAN

AX = B X - I.B= B
A
-

A . A* 1 . B —— B

A. X = B

X — A” . B

X.A=B

Jawab:

B I-B
1
B. A .A —B

X .A - B

X -B A”
BAB III

DETERMINAN

3.1 FUNGSI DETERMINAN

Dalam bagian ini kita memulai pengkajian fungsi bernilai rill dari sebuah peubah
matriks, yakni fungsi yang mengasosiasikan sebuah bilangan riil f {x ) dengan sebuah matriks
Y. Sebelum kita mampu nnndefinisikan fungsi determlnan, maka kita perlu nwnetapkan
beberapa hasil yang menyangkut permutasi.

Demei .•' em zutafiİbîlangan bîlangan bulat (1, 2, ...,n)odafahsusunan bîlangan -


hitan$anbulatinimenurufsuafuoturanlanpamenglıasilkanatau en$ulangi
bilangazı-biİangan tersebut.

Contoh :

Ada enam permutasi yang berbeda dari himpunan bilangan-bilangan bulat (1, 2, 3).
Permutasi-permutasi tai adalah

( 1, 2, 3) (2, 1, 3) (3, 1, 2)

(1, 3, 2) (2, 3, 1) (3, 2, 1)

Salah satu ınetode yang mudah secara sistematis mendaftarkan permutasi-perınutasi


adalah dengan ınenggunakan pohon permutnsi permutation tree).

Contoh :
3

2 3 3 2

2 2 1

Unıuk menyatakan permutasi umum dari himpunan (1, 2, ... , n), maka kita akan
menulisk ? , ). Disini ? adalah bilangan bulat pertama dalam permutasian ?
•••.?
q
adalah bilangan bulat kedua, dan setemsnya. Sebuah invers (inversmn) dikatakan terjadi
dalam permutasi r •••.i ) jika sebuah bilangan bulat yang lebih besar mendahului
sebuah
bilangan bulat yang lebih kecil. Jumlah invers seluruhnya yang terjadi dalam permutasi dapat
diperoleh sebagai berlkut:

1) Carilah banyaknya bilangan bulat yang lebih kecil dari dan yang membawa
dalam mutasi tersebut.
2) Carilah banyaknya bilangan bulat yang lebih kecil dari dan yang membawa
dalam mutasi tersebut.

Teruskanlah proses penghitungan ini untuk j„ ...,jq_,. Jumlah bilangan-bilangan ini


akan sanna dengan jumlah invers seluruhnya dalam permutasi

tersebut. Contoh :

Tentukanlah banyaknya invers dalam permutasi-permutasi berikut

a) (3, 4, 1, 5, 2)
b) (4, 2, 5, 3, 1)

Jawab:

a) Banyaknya invers adalah 2 + 2 + 0 + 1 = S


b) Banyaknya invers adalah 3 + 1 + 2 + 1 = 7
W junılah invers mlunıhn ya adalah sebuah bilangan bulat yang genap dan daıanıakan ganjil {odd) jiLa jumlah invers s

Contoh:

Tabel berikut mengklasifikasikan berbagai permutasi dari (1, 2, 3) sebagai genap atau
ganjil.

Banyakzıya
Permutasi Klasifikasi
Invers
(1, 2, 3) 0 Clenap
(1, 3, 2) 1 Ganjit
(2, 1, 3) 1 Ganjil
(2, 3, 1) 2 Genap
(3, 1, 2) 2 Genap
(3, 2, 1) 3 Cianjil
Fungsi Determñ ian
DeAnisi : misalkan A adalah matriks kuadrat. Fungsi determinan dinyatakan oleh
det, dan kita definiskan det(A) sebagai jumlah hasil kali elemenier bertanda dari A jumlah
det(A) kita namakan determinan A
Contoh 5

i3 2z°3i Iz 2i#33 ii 23 32

Caranya sebagai berlkut


:

Dengan rnengalikan entri-entri pada panah yang mengarah ke kanan dan mengurangkan hasil
kali entri-entri pada panah yang inengarah ke kiri.

Contoh 6
Hitunglah determinan-determinan dari :

1 Z 3
B. -4 6 6
=
7 -8 9
Dengan menggunakan cara dari contoh 5 maka :

det(A) = (3)(-2) (1)(4) = - 10

dengan mnggunakan cara dari contoh 5 maka :

det(A) = (45) + (g4› + (96) (105) (-4s› — (-72) 240

*Perhatian bahwa metode/cara yang digunakan pada contoh 5 dan 6 tidak berlaku
determinan matriks 4 x 4 atau untuk matrlks yang lebih tinggi.
3.2 MENGHITUNG DETERMINAN DENGAN REDUKSI BARIS

Teorema 1 : jiW A adalah sembamng matriLs kuadrat yang mengandung sebaris


bilangan nol, maLa det (A j = D

Matriks kuadrat kita namakan segitiga


pto (upper triaagular j jika semua di
s
bawah diagonal utama adalah nol. Begitu juga matriks kuadrat kita namakan seglflgn äownfl
{lower ngular , jika semua entri di atas diagonal utama adalah not. Sebuah matriks baik
yang mempakan segitiga atas maupun segitiga bawah kita namakan segitiga {triangufnr).

Contoh:

Sebuah matriks segitiga atas 4 x 4 yang umum mempunyai bentuk

Sebuah matriks segiiiga bawah 4 x 4 yang umum mempunyai bentuk

0 0

Contoh:

1 —2 0
0 1 —1 - 1 . 1 . 7 = 7
0 0 7
Teorema 3: lwisalkan A adalah sembarang matriks n n.

7r& A’ adölali matrs yang dihasilkan bilö boris iunggal A dil‹alikan oleh f‹r›nsrwro A
maka detA)' —— k deifA).
/rAA’ adölalı matrîİ s yang dîhasîlkan bilö dua barîs A dîPertukarkan, mama det(A’) —— -
der(A).
]İka A’ adalah motrl yani dîhasi(fi:on bila &ff/›ot‹2N YOF/Y /7OFfö ' A ditaınhal J‹an pada baris
f‹dx, maka deI(A’) = dot(A).
Contoh :

1 2 3
A— 0 1 4 ——2
1

1 2 1
4

1
b
4 8 12 1 2 3
' Aı 0 1 4 —40 1 4
1 2 1 1 2 1

1 Z S
0 1 4 — 0 1 4
2- 1 2 3 1 2 1
1 Z 1
--(2)

1 2 3 1 2 3 Kareııa peı taınbahan antar bin


‘3 " is
—2 —3 2 — 0 1 4 maka tidak berpen*aruh.
1 2 1 1 2 1
--2

1 3 —2
2 6 —4
A
3 9 1
1 1 4

1 3 —2 4
0 0 0 0
3 9 1 5
1 1 4 8

Kit a titlak nıcmcrlcıkan rctlcıksi se lanjutnya Lare na tlari Te orc nda i kita pcnılch bahwa
dot (A) = 0. Dari coııt tüh ini scharus nya sud ııh jelas bahwa bila ıuatriks kuatl rat ıuenıpunyai
dua baris yang tcrtliri dari bilangan not dc ndan nıenaınhahkan ke lipatan yang scsuai dari
salah satu baris ini patla baris yang satu layi. Jat1i, jika mııtriks kwıdrat memyunyni dua
bnris yang sebandiag, mmu determinunn yn samir dengım nol.
Contoh :

- Karena baris pertama dan kcdua sebanding yaitu 1 : 2 maka det (A) = 0.

3.3 SIFAT-SIFAT FUNGSI DETFREMINAN

Teorenia4. like A ndolXi seinl nrtni g mnfiks k aakrtit, maka dM {A j =det {A').

Pernyataan. Karena hasil int, maka hampir tiap-tiap teurcma mengenai determinan
yang mengandung perkataan baris dalam pemyataannya akan benar juga bila perkataan
“kolom” disubsi itusikan untuk “baris”. Untuk membiiktikan pernyataan kolom kita
hanya perlu mentranspus (memindahkan) matriks yang di tinjau untuk rncngubah
pernyataan kolom tersebut pada pemyataan baris, dan kemudian menerapkan hasil yang
hcrsesuaian yang sudah kita ketahui untuk baris.

Contoh

Hitunglah detcrminan dari

1 0 0 3
2 7 0 6
A=
0 6 3 0
7 3 1 —5

Determinan ini dapat di hitung sepeoi sebelumunya dengan incnggunakan operasi


baris elementer untuk mcreduksi A pada bcntuk eelon baris. Sebaliknya, kita dapat
menaruh A pada bcntuk segitiga bawah dalam satu langkah dengan menambahkan -3 kah
Colom pert ama pada kolom keempat untuk mendapatkan

1 0 0
Dct (A) = det
Z 7 =( 1 )(7)(3)(-26)= -546
0 6 3
7 3 1

Contoh int inenunjukkan bahwa selalu mcrupakan hal yang bijaksana untuk inempcrhatikan
opcrasi kolom yang tepat yang akan meringkaskan perhitungan tersebut.

Misalkan A dan B adalah matriLs-matriks n x o dan k adalah sebarang skalar. Kita karang
meninjau hubungan yang nıungkin di antara det(A), det(B), dan

det(W), det(A + B), dan det(AB)


karena sebuah faktor bersama dari sebarang baris matriks dapat dipindahkan melalui
tanda det, dan karena setiap baris o baris dalam kA mempunyai factor bersama sehesr L
maka kita
dapatkan

det(WJ = i“ det(A)

erbeda dalam garis tunggal, katakanlah baris ke r, dan anggaplah bahwa baris ke r dari A” dapaÎ dipero leh dengan m

det(A”) det (A) + det (A*)

Hasil yang serupa bcrlaku untuk kolom ko lom itu.


Contoh

Dengan menghitung determinan, anda dapat memeriksa bahwa

7 7 7
det
det 0 = da 0 + 0
4+I 4 l

Teoreina 6.lika A dan B adalah matriks kuadrat yang ukurannya sanna, maka
det(AB) = det(A)det(B)

Contoh

Tinjaulah matriks-matriks

3 2 17
A —— 21 B A8
8 3 14

Kita peroleh det(A) det(B) = (1) (-23) = -23. Sebaliknya dengan pcrhitungan langsung
maka det(AB) = -23, sehiiigga det(AB) = det(A) det(B).

Teorema 7. Sebuah matriks A kuadrat dapat di balik jika dan hanya jika det(A) W

Contoh

Karena baris pertama dan baris ketiga dari


2

Sebanding, maka det(A) = 0, jadi A teak dapat dibalik

.4 PANSI KOFAKTOR; ATURAN CRAMER

Pada bagian ini kita meninjau sebuah metode untuk mengitung determinan yang
berguna urnuk perhitungan yang menggunakan tangan dan secara teoritis penting
penggunaannya. Sebagai honsekuensi dari kerja kita di sini, kita akan mendapatkan
rumus untuk invers dari matrìks yang dapat dibalik dan juga akan mendapatkan rumus
untuk pemecahan sistem-sistem persainaan linear tertentu yang dinyatakan dalam
deterininan.

DeFmisi : Jika A adalah rnaæiks kuadrat, maka minor entri at dinyatakan oleh fill
dan didefinisikan menjadi determînan submatriks yang tetap setelah baris ke i dan
kolom ke j dicoret dari Æ Bilangan (-I +J3fy dinyatakan oleh Cl dan dinamakan
kofãktor entri a,

Contoh :

Misalkan

3 1 —4
A —— 2 5 6
1 4 8

Minor enin I adalah

3 1 —4
Mai 2 5 6
1 4 8

Ko akto i DII
adalah

Demìkian juga, minor entri usadalah

3 1 —4
M sz 2 6 =Z6
1 4 8 6

Kofaktor us adalah
C c = (-1)’ +’ Mzz -- M = - 26

Perhatikan bahwa kofaktor dan rnînor elemen n„ hanya berbeda dalam tandanya, yatar,
C,j -- z M,¡. Cara cepat untuk menentukan apakah penggunaan tanda + atau tanda —
mempakan kenyataan bahwa penggunaan tanda yang mengbubungkan C, dan if berada
dalam baris ke ı dan kolom kej dari susunan

Misalnya, C II -- M I1, 21 - if z , C I2 - - M z, Cz -- Mzz, dan seterusnya.

Tinjaulah matriks 3 x 3 umum

det(&) = n 1 22‘33 + ‘12 ‘2 3‘31 + ‘13 ‘2 1‘32 3 22 ‘31 ‘12 ‘21 ‘3 3 1 ‘2 3‘32

dapat kita tuliskan kembali menjadi

det(A) —— • (•22 33 23 32) + zt ( 1s 32 t2 33) + 31 ( iz zs s zz)

Karena pemyataan-pernyat aan dalam kurung tidak lain adalah kofaktor-kofaktor Cm , C2


dan
C an, rıaka kita peroleh

det( ) —— nin <11 + 21.C 21 + 3 Cz

Persamaan di atas memperlihatkan bahwa determinan A dapat dihitung dengan


mengalikan entri-entri pada pertama A dengan kofaktor-kofaktomya dan rnenambahkan
hasil kalinya. Metode menghitung det(A) int dinamakan eLponsi koma tor sepanjang
kolom pert anna A.

Contoh :

3 1 0
A—— —2 —4 3
5 4 —2

Hitunglah det(A) dengan metode ekspansi kofaktor sepanjang kolom pertama A.


Pemecahan.

—4
det(A) = 3
4 4) (—2)(—2) + 5 (8) = —1
=
det(A) —— n 1 1 C 11 + ‘12 C 12 ‘13 ’1 3
3(

11 1 1 + 21 21 + 31 € 3 1

’21’21 ’22’22 ’23’23

12 12 + 22 € 22 + 32 € 31

‘ 3 1 ’3 1 + 32 ’3 2 + 33 € 33

Pcrhıı tikan balıwa Halam set iap pcrsaııman se nıua entri tlan kofiakt ur tlari baris atau
koloni yang santa. Pcrsamaaıı ini tlınamaLan ekspansi-e kspansi kofnktoı tlct(d).

Haıfiaslyaş h u saakiübxĞan unukzurĞs 3 ı 3 n x nukkau khuu›


izi cura& uzun rĞu.yangkıanya kan anpl
uVrıkasbuktzya

Teorema 8.

Dctcrnıiıııı n naatriks d yang hnrukuran u .r n tlapat dihitung dcngıın ıııengalikan cntri-entri


dalam suatu baris (atau koloni) dengan LofiaLtor-Lolüktornya dan ofl('o ınFlbahkao hasil- hasil
kali yany dihas ilk an; yakni untu k sctiap 1 < f < lı dan 1 < < u

Maka, ekspaasi Lo]’uktor sepnnjnng kolom ke j

det(A) = 1 €;1+ i2 i2 + i3 € i3+ ’ ’ ’ + in in


Dinamakan musa k or A. Transpos matriks ini dinamakan soru A dan dinyatakan
dengan adj(A).

T Lma9
Jika A adalah matriks yang dapat dibalik, maka

det(A)

Teozema 10 (Azn a ›s Cromü r}

JikaAX=Badalahsistemyangterdiridarinpersamaanlineardalamobilangan
takdiketahuisehingga det { A)0, maka sistem tersebut mempunyai pemecahan yan unik.
Pemecahan ini adalah
det (A ) det (A ) det (A )
' ' det {A') ’2 det (A)”’ det (A)
dimana Aj adalah maniks yang kâ a dapatkan dengan mengganti entri-entri dalam kolom ke j
dari A dengan entri-emri dalam matriks

B ——
BAB III

PENUTUP

Saran

A an¿ka ı baiknya it:ı n en¿ena Mate n atika kutu sebeîrın kita nıen*an s« Maten atika itu
srıîit, karena frida kit ı teîah n en@ena î Matematik a dengan haik dan n ani Ğ »ati ba•ain ana Matematik a
itu beketja akan ter isa bahwa Maten :ıti ka itu tidak scbuı sık apa yang° kita pikiı km.
DAFTAR PUSTAKA

• Anton Howard. 1991. Al)abar Linear Elementer. Jakarta: Erlangga.


• w.googlœcom

Anda mungkin juga menyukai