Barisan Monoton
Analisis Real
OLEH :
Kelompok 3
DOSEN PEMBIMBING
GEMA HISTA MEDIKA, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BUKITTINGGI 2021/2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan masalah.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara umum, analisis real merupakan bagian dari analisis
matematika yang membahas himpunanbilangan realdan fungsi-fungsi dalam
bilangan real. Analisis reall dapat dianggap sebagai lanjutan atau
kembangan mata kuliah kalkulus yang lebih mendalam. Analisis real
juga membahas lebih mendalam mengenai konsep barisan dan
limit, kekontinuan, turunan, integral, dan barisan dari fungsi-fungsi.
Pembahasan-pembahasan materi analisis real juga disertai banyak pembuktian
teorema.Hal tersebut tak terkecuali pada materi barisan monoton.Di dalam
materi barisan bilangan real terdapat beberapa pokok pembahasan, dua
di antaranya adalah definisi barisan barisan monoton dan contoh soal barisan
monoton .Berdasarkan hal tersebut, penulis akan membahas lebih lanjut
tentang definisi barisan monoton.Tujuan pembahasan ini adalah untuk
mengetahui definisi barisan monoton
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Terdapat bnayak contoh, yang mana tidak ada calon limit yang mudah
dari suatu barisan, bahkan walaupun dengan analisis dasar diduga
barisannya konvergen. Dalam bagian ini dan dua bagian berikutnya, kita
akan membahas hasil-hasil yang lebih mendlaam dibanding bagian terdahulu
yang mana dapat digunakan untuk memperkenalkan konvergensi suatu
barisan bila tidak ada kandidat limit yang mudah
2
3.3.1 Definisi. Misalkan X =( x n ) barisan bilangan real, kita katakan X tak
turun bila memenuhi ketaksamaan:
x 1 ≤ x 2 … ≤ x n ≤ x n+1 ≤ …
( 1,2,3,4 , … , n , … ) ; ( 1,2,2,3,3,3, … ) ;
(a , a 2 , a3 , … , an , …) bila a> 1
(1 , 12 , 13 ,… , 1n , …) ,(1 , 12 , 21 , … , 21 ,…) ,
3 n −1
1 1 1
(7,6,2,1,2,3,4, ...), (−2,0,1 , , , , …)
2 3 4
{x }
Bila X =( x n ) barisan tak turun yang terbatas, maka lim ( x n) = ¿ n
3
Bila Y =( y n ) barisan tak naik yang terbatas, maka lim ( y n )=inf { y n }
Bukti:
Contoh Soal :
4
(a) lim ( )
1
√n
=0
( √1n )
0=lim
Di lain pihak, kita ketahui bahwa X =( ) terbatas dan tidak naik, yang
1
√n
1 1 1
(b) Misalkan x n=1+ + + …+ untuk n ∈ N .
2 3 n
1
Karena x n+1=x n + > x , kita dapat melihat bahwa (x n) suatu barisan naik.
n+1 n
Dengan menggunakan Teorema Konvergensi monoton 3.3.2, pertanyaan
apakah barisan ini konvergensi atau tidak dihasilakn oleh pertanyaan apakah
barisan tersebut terbatas atau tidak. Upaya-upaya untuk menggunakan
kalkulasi numerik secara langsung tiba pada suatu dugaan mengenai
kemungkinan terbatasnya barisan (x ¿¿ n)¿ mengarah pada frustasi yang
tidak meyakinkan. Dengan perhitungan komputer akan memberikan nilai
aproksiasi x n ≈ 11,4 untuk n=50.000 dan x n ≈ 12,1 untuk n=100.000. Fakta
numerik ini dapat menyatukan pengamat secara sekilas untuk menyimpulkan
bahwa barisan ini terbatas . akan tetapi pada kenyataannya barisan ini
divergen, yang diperlihatkan oleh
1 1 1
( ) ( 1 1
X 2 =1+ + + + …+ n−1 + …+ n
n
2 3 4 2 +1 2 )
2 4 4 (
¿ 1+ +( + ) +…+ +…+
1 1 1 1
2 2 )
1
n n
1 1 1 n
¿ 1+ + +…+ =1+
2 2 2 2
5
Dari sini barisan x n tak terbatas, oleh karena itu divergen (teorema 3.2.2).
(c) Misalkan Y = ( y n ) didefenisikan secara induktif oleh
1
Y 1=1 , Y n+1= ( 2 y n +3 ) untuk n ≥ 1. Kita akan menunjukkan bahwa
4
3
lim Y = .
2
5
Kalkulasi langsung menunjukan bahwa y2 = . Dari sini kita mempunyai
4
y1< y2< 2. Dengan induksi, kita akan tunjukkan bahwa yn< 2 untuk semua n
∈Y . Ini benar untuk n = 1,2. Jika yk< 2 berlaku untuk untuk k ∈ N, maka
1 1 3
Yk+1 =
4
( 2 Y K + 3 ) < ( 4 +3 )=1+ < 2
4 4
Dengan demikin yk+1< 2. Oleh karena itu yn< 2 untuk semua n ∈ N .
Sekarang, dengan induksi, kita akan tunjukkan bahwa yn< yn+1 untuk semua
n ∈ N . Kemudian pernyataan ini tidak dibuktikan untuk n= 1. Anggaplah
bahwa yk< yk+1 untuk suatu k ∈ N ;
1 1
Yk+1 =
4
( 2 y k +3 ) < 4 ( 2 y k+1 +3 ) < y k+2
Jadi yk< yk+1 mengakibatkan yk+1< yk+2. Oleh karena itu yn< yn+1 untuk semua
n ∈ N atas oleh 2. Menurut Teorema Konvergensi Menoton, Y konvergen ke
suatu limit yakni pada kurang dari atau sama dengan 2. Dalam hal ini, tidak
mudah untuk mengevaluasi lim (yn) dengan menghitung sup {yn : n ∈ N }.
1
Tetapi terdapatcara lain untuk mengevaluasi limitnya. Karena yn+1 (2 y n +3)
4
untuk semua n ∈ N , maka suku ke n dari 1-ekor Y 1 dan suku ke n dari Y
mempunyai relasi aljabar sederhana. Dengan Teorema 3.1.9, kita
mempunyai y = lim Y1 = lim Y yang diikuti dengan Teorema 3.2.3 diperoleh
1 3
y= (2 y ¿¿ n+3) ¿ yang selanjutnya mengakibatkan y =
4 2
(d) Misalkan Z = (zn) dengan z1 = 1, zn+1 = √ 2 z n untuk semua n ∈ N , kita akan
lanjutkan lim (zn) = 2.
6
dipenuhi untuk n = 1. Misalkan hal ini juga dipenuhi untuk n = K, maka 2
≤ 2 z k <2 z k+1 <4 , yang diikuti oleh 1 <√ 2≤ z k+1 =√2 z k < z k+2 = √ 2 z k +1<√ 4 = 2
[Pada langkah terakhir kita menggunakan cntoh 2.2.14 (a)]. Dari sini
ketaksamaan 1≤ z k < z k+1 <2 mengakibatkan 1 ≤ z k+1 < z k+2 <2. Karena itu 1
≤ z n ≤ z n+1 <2. Untuk semua n ∈ N .
s=
1
2( )a
s+ ,
s
a
Yang mengakibatkan s = atau s2 = a . Jadi s = √ a
s
7
Untuk perhitungan, sering penting untuk mengestimasi bagaimana cepatnya
ba-risan (sn) konvergen ke √ a. Dari di atas, kita mempunyai √ a ≥ sn untuk semua
n ≥ 2. Dengan menggunakan ketaksamaan ini kita dapat menggunakan √a
dengan derajat akurasi yang diinginkan.
Bilangan Euler
3.3.5 Contoh
e n=1+1+
1
( ) ( )(
2!
1 1
1− +
n 3!
1−
1
n
1−
1
2n
+ …+
1
n! )
1−
1
n
2
( )( ) (
1− … 1−
n
n−1
n )
e n+1=1+1+
1
2!(1−
1
+
1
n+1 3 !) (
1−
1
n+1
1−
2
)(
n+1
+…+
1
n!
1− )
1
n+ 1 (
1−
2
n+1 )(
… ( 1−n )+
1
)
( n+ 1 ) !
1−
n(
Perhatiakan bahwa ekspresi untuk e n menurut n+1 suku, sedangkan untuk e n+1
menurut n+2 suku. Selain itu masing-masing suku dalam e n adalah lebih kecil
atau sama dengan suku yang bersesuaian dalam e n+1 dan e n+1 mengandung lebih
satu suku positif. Oleh karena itu, kita mempunyai 2 ≤ e1 ≤ e2 <…< en <e n+ 1< …,
dengan demikian suku-suku dari E naik.
8
1 1 1
2<e n <1+1+ + 2 +…+ n−1
2 2 2
1 1 1 1
+ 2 +…+ n−1 =1− n−1 <1 ,
2 2 2 2
Dengan penghalusan estimasi kita dapat menemukan bilangan yang dekat sekali
ke e, tetapi kita tidak menghitungnya secara eskak, karena e adalah suatu
bilangan irasional. Akan teteapi mungkin untuk menghitung e sampai beberapa
tempat desimal yang diinginkan. Pembaca boleh menggunakan kalkulator (atau
komputer) untuk menghitung e n dengan mengambil nilai n yang “besar”.
C. Contoh Soal
1
1). Tunjukkan bahwa lim ( )=0 untuk n ∈ N
√n
Jawab :
1
Sebagaimana yang diketahui bahwa lim =0, untuk n ∈ N . Menurut Teorema
n
1
2.2.10, jika barisan χ =( x n )=( ) konvergen ke 0, maka barisan
n
√( x n )=
√ 1 1 1
√
( ¿ )=( ) ¿ konvergen dan lim √( x n)=lim ( ¿ )¿ 0 ¿
n √n n
1 1 1
2). Tunjukkan bahwa barisan ( x n ) dengan x n=1+ + + …+ untuk n ∈ N
2 3 n
merupakan barisan divergen
9
Jawab :
1 1 1
Perhatikan suku - suku barisan x n=1+ + + …+ untuk n ∈ N
2 3 n
x 1=1 ,
1 1
x 1=1+ =x 1 + '
2 2
1 1 1
x 1=1+ + =x 2+ '
2 3 3
1 1 1 1
x 1=1+ + + =x 3 + '
2 3 4 4
......................................................
1 1 1 1 1
x n+1=1+ + + + ... + = x n + ¿x
2 3 4 n n+ 1 n
Perhatikan bahwa :
1 1 1
x n+1=1+ + +…+ =1+
2 3 n
1 1 1
2 3 4
1 1 1 1
5 6 7 8
1
+ + + + + +…+ >¿
n ( )( )
1+ (
1 1 1
2 4 4
1 1 1 1
8 8 8 8)( 1 1
2 2 2
1
+ + + + + +…+ n + n +…+ n ) ( )
1 1 1 n
= 1+ + + …+ =1+
2 2 2 2
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Defenisi Barisan Monoton
Definisi. Misalkan X =( x n ) barisan bilangan real, kita katakan X tak
turun bila memenuhi ketaksamaan:
x 1 ≤ x 2 … ≤ x n ≤ x n+1 ≤ …
Kita katakan X monoton bila X tak naik atau tak turun.
Berikut ini barisan-barisan tak turun
( 1,2,3,4 , … , n , … ) ; ( 1,2,2,3,3,3, … ) ;
2 3 n
(a , a , a , … , a , …) bila a> 1
Berikut ini barisan-barisan tak naik
(1 , 12 , 13 ,… , 1n , …) ,(1 , 12 , 21 , … , 21 ,…) ,
3 n −1
11
3.3.4 Contoh
Misalkan a > 0, kita akan mengkonstruksi barisan (sn) yang konvergen
1 a
ke √ a. Misalkan s1> 0 sebarang dan didefinisikan sn+1 = 2 ( s n+ s )
n
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Bartle, Robert G. 1992. Introduction to Real Analysis. Second edition. New York:
John Wiley & Sons, Inc.
Bartle, R.G. & Sherbert, D.R. 2000.Introduction to Real Analysis. Singapore : John
Wiley & Sons Pte Ltd. Riyanto, M.Z.
https://www.academia.edu/11509660/
Pengantar_Analisis_Real_I_disusun_oleh_M._Zaki_Riyanto_M.Sc
13