ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
1
dengan ∀i, j, (0 6= aij ∈ R) dan bi ∈ R, ∀i. Sistem persamaan linear
yang mempunyai satu solusi atau tak berhingga solusi disebut sebagai
sistem persamaan linear Konsisten dan disebut Inkonsisten jika tidak
memiliki penyelesaian. Solusi sistem persamaan linear yang tunggal
secara khusu diberi nama solusi trivial .
2
augmented matrics atau matrik yang diperluas, yaitu
a11 a12 . . . a1n b1
a21 a22 . . . a2n b2
.. .. ..
...
. . .
am1 am2 . . . amn bm
x+y+z =6
2x + 3y − 2z = 2
x + 2y − 2z = −1,
3
(termasuk kelipatan dari baris/kolom yang lain tersebut).
baris kedua dikuraingi dua kali baris pertama, dan baris ke tiga diku-
rangi bari pertama, sehingga diperoleh
1 1 1 6
0 1 −4 −10
0 1 −3 −7
4
baris pertama dikurangi baris kedua dan baris ketiga
1 0 0 1
0 1 0 2 (1.2)
0 0 1 3
Bentuk matrik 1.2 kita sebut sebagai matrik eselon baris tere-
duksi (MEBT) , dan langkah-langkah untuk menemukan matrik terse-
but disebut sebagai Metode Eliminasi Gauss- Jordan. Metode ini akan
sering kita gunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan linear.
Berikut ini adalah contoh-contoh bentuk matrik yang berbentuk
eselon baris (MEB);
1 ∗ ∗ ∗
1 ∗ ∗ ∗ ∗
1 ∗ ∗
0 1 ∗ ∗
, 0 1 ∗ ∗ ∗ , 0 1 ∗
0 0 1 ∗
0 0 1 ∗ ∗ 0 0 0
0 0 0 1
5
sebagai berikut;
1 0 0 0
1 0 0 ∗ ∗ ∗
1 0 0 1 0 ∗ ∗ 0
0 1 0 0
, 0 1 0 ∗ ∗ ∗ , 0 1 0 , 0 0 ∗ ∗ 1
0 0 1 0
0 0 1 ∗ ∗ ∗ 0 0 0 0 1 ∗ ∗ 0
0 0 0 1
x2 + x3 + 4x4 = 6
karena elemen matrik pada posisi a11 adalah 0, maka kita tukarkan baris
6
pertama dengan baris kedua (R1 ∼ R2 ).
2 4 −2 2 2
0 1 1 4 6
2 2 −2 4 −4
Berikutnya elemen pada posisi a11 yang baru haruslah menjadi leading
1
one. Dengan demikian baris pertama kita kalikan dengan 2
( 12 R1 ) .
1 2 −1 1 1
0 1 1 4 6
2 2 −2 4 −4
Berikutya elemen a12 dan a13 harus menjadi 0, untuk itu semua ele-
men pada baris ketiga kita kurangi dengan dua kali elemen pada baris
pertama (R3 − 2R1 ).
1 2 −1 1 1
0 1 1 4 6
0 −2 0 2 −6
Karena elemen a22 sudah 1, maka sudah terbentuk leading one untuk
baris kedua, jika belum maka harus dikalikan dengan suatu nilai se-
hingga menjadi angka 1. Langkah berikutnya adalah menjadikan ele-
men di bawah leading one baris kedua menjadi 0, caranya baris ketiga
7
ditambah dengan dua kali baris kedua (R3 + 2R2 ).
1 2 −1 1 1
0 1 1 4 6
0 0 2 10 6
Sampai pada tahap ini matrik disebut sebagai matrik eselon baris (MEB)
. MEB akan menjadi MEBT jika angka-angka di atas leading one men-
jadi nol, untuk itu baris pertama dikurangi dua kali baris kedua (R1 −
2R2 ).
1 0 −3 −7 −11
0 1 1 4 6
0 0 1 5 3
8
baris pertama ditambah tiga kali baris ketiga (R1 + 3R3 )
1 0 0 8 −2
0 1 0 −1 3
0 0 1 5 3
x1 = −2 − 8t, x2 = 3 + t, x3 = 3 − 5t, x4 = t
9
tem persamaan tersebut dapat berbentuk
x1 + Σ() = b1
x2 + Σ() = b2
..
.
xm + Σ() = bm
Catatan;
Jika proses eliminasi berhenti sampai tahap terbentuk matrik eselon
baris saja, maka metode ini disebut sebagai eliminasi Gauss. Metode
menjadi eliminasi Gauss-Jordan jika proses dilanjutkan sampai terben-
tuk matrik eselon baris tereduksi.
10
Contoh 1.3 Akan dicari solusi dari sistem persamaan linear berikut de-
ngan menggunakan eliminasi Gauss, lalu dilanjutkan dengan subtitusi
balik.
x1 + x2 − x3 = 7
2x2 − x3 = 11
x2 + 4x3 = 10
R3 − R2
1 1 −1 1 1 −1
7 7
0 1 −1/2 11/2 0 1 −1/2 11/2
2
9
R3
0 0 1 1 0 0 9/2 9/2
x1 + x 2 − x3 = 7
1 11
x2 − x3 =
2 2
x3 = 1
11
Dengan mensubtitusi balik diperoleh x2 = 6 dan x1 = 2. Sehingga
solusi dari sistem persamaan linear tersebut adalah x1 = 2, x2 = 6 dan
x3 = 1.
dengan ∀i, j(0 6= aij ∈ R). Setiap persamaan linear homogen pasti
punya solusi, minimal satu yaitu x1 = x2 = · · · = xn = 0. Dengan
demikian setiap persamaan linear homogen selalu konsisten.
2x1 + 2x2 − x3 + x5 = 0
x1 + x2 − 2x3 − x5 = 0
x3 + x4 + x5 = 0
12
Bentuk matrik diperluas dari sistem tersebut adalah
2 2 −1 0 1 0
−1 −1 2 −3 1 0
1
1 −2 0 −1 0
0 0 1 1 1 0
x1 + x2 + x5 = 0 x1 = −x2 − x5
x3 + x5 = 0 ⇒ x3 = −x5
x4 = 0 x4 = 0
Jadi solusi umum dari sistem persamaan linear homogen tersebut adalah
x1 = −a − b, x2 = a, x3 = −b, x4 = 0, x5 = b
Latihan 1.5
13
linear dalam x,y,z?
√ √
(a) 2x + 3y − 2z = 2 (c) 2xy + 4y + z = 0
√ x
(b) 2 x + y − 2z = 5 (d) 2 + 3y − 2z = y
y
(a) 3x + 2y = 2
(b) x + y − z = 4
(c) 2x + y − 3z = 0
(a) 2x + y = 2 (c) 2x + y = 2
x + 2y = 1 4x + 2y = 4
(b) 2x + y = 2
4x + 2y = 1
2x + 2y − 3z = 0 x + 2y − 3z = −1
2x − 3y + 3z = 2 3x + 3y − 2z = 1
(b) 2x + y + z = 2
x + 2y − 3z = −1
3x − 3y + 3z = 0
14
5. Tentukan nilai k sehingga sistem persamaan berikut tidak memi-
liki penyelesaian!
(a) 2x + y = 2 (b) 2x + y + z = 2
4x + 2y = k 4x + 2y + kz = 5
x1 + x2 − 3x4 = −1
3x1 + x2 − 2x4 = 1
x1 + x2 + x5 = −4
x1 + x2 + 4x3 = 0
15
8. Jika SPLH berikut mempunyai solusi nontrivial,
(λ − 4)x + y = 0
x + (λ − 4)y = 0
x + 2y − 3z = 4
3x − y + 5z = 2
4x + y + (a2 − 14)z = a + 2
10. Tentukan solusi dari sistem persamaan linear berikut dalam kon-
stanta a, b, c
(a) x+y =a
2x + 3y = b
(b) 2x + z = a
3x + y − 2z = b
x−y+z =c
16
1 a 2 a 1 b
(a) 0 3 1 (b) 0 c 2
b 2 1 1 d 1
17
BAB 2
MATRIK
18
trik persegi A bagian diagonal yaitu a11 , a22 , . . . ann disebut sebagai di-
agonal utama, sementara elemen diagonal yang lain yaitu a1n , a2n−1 ,
. . . an1 disebut sebagai diagonal samping. Berkaitan dengan hal ini ma-
trik yang seluruh elemen di atas diagonal utamanya nol disebut matrik
segitiga atas, jika yang seluruhnya nol ada dibawahnya disebut matrik
segitiga bawah dan untuk matrik yang elemen di bawah atau di atas dia-
gonal utamanya seluruhnya nol disebut matrik diagonal. Secara umum
dituliskan berturut-turut seperti dibawah ini;
a a
11 12 . . . a 1n a
11 0 . . . 0 a
11 0 . . . 0
0 a22 . . . a2n a21 a22 . . . 0 0 a22 . . . 0
, , .
.. .. .. .. .. ..
... ... ...
. . . . . .
0 0 . . . ann an1 an2 . . . ann 0 0 . . . ann
19
maka matrik A adalah
2 −1 −2 −3
1 4 −1 −2
A = 2 1
6 −1
3 2 1 8
4 3 2 1
20
trik, maka perkalian skalar c dengan matrik A dirumuskan sebagai
Sebagai contoh,
2 3 4 6 9 12
A= ⇒ 3A =
1 2 −2 3 6 −6
Dua matrik Amn dan Bkl dapat dikalikan jika banyak kolom dari
mariks A, sama dengan banyak baris dari matrik B dengan kata
lain n = k dan hasil kalinya adalah suatu matrik misalkan C
dengan ukuran ml. Adapun pengoperasianya dilakukan dengan
mengalikan baris dengan kolom. Lebih jelasnya, secara matema-
tis dituliskan sebagai berikut;
n
X
AB = [cij ], dengan cij = aip bpj
p=1
Misalkan
1 1
2 3 4 19 4
A= 3 2 ⇒ AB =
,B =
1 2 −2 3 7
2 −1
21
diperoleh dengan menukarkan elemen pada baris dengan elemen
pada kolom. Misalkan
2 1
2 3 4
A= ⇒ AT =
3 2
1 2 −2
4 −2
6. Trace Matrik
22
Bukti. Kita akan buktikan beberapa bagian saja dari sifat tersebut, sisanya
untuk latihan pembaca. Misalkan A = [aij ], B = [bij ] dan C = [Cij ]
maka
Matrik mempunyai hubungan yang erat dengan sistem persamaan li-
near. Misalkan terdapat sistem persamaan linear berbentuk
Matrik yang ada disebelah kiri dapat dituliskan dalam bentuk perkalian
23
dua matrik yaitu
a11 a12 . . . a1n x1 b1
a21 a22 . . . a2n x2 b2
=
.. .. .. ..
...
. . . .
am1 am2 . . . amn vn bm
b. A − B d. AT B
1 3−x 1 y
3. Misalkan A = dan B = . Jika A = B ,
2 3+y 2 x+y
tentukanlah;
a. A + B c. AB T
b. A − B d. AT B
24
4. Diberikan
1 2 3 −1 2 1
−1 2 1
A = 2 1 3 , B = −2 1 0 , D =
2 3 0
3 1 2 3 2 1
c. c13 + c31 f. EC T
a. T r(A) d. T r(A + B + C T )
b. T r(C) e. T r((CA)T )
c. T r(A + B)
25
7. Misalkan A = [aij ]3×4 dan B = [bij ]4×3 dengan definisi
aij
= 1 untuk i = j
[aij ] =
aij = i + j untuk i 6= j
bij = i − j untuk i < j
[bij ] =
bij = 1 + j untuk i ≥ j
Tentukanlah
a. AT dan B T c. BA
b. AB d. T r(AB)
b. T r(AT ) = T r(A)
c. T r(kA) = kT r(A)
d. T r(AB) = T r(BA)
26
10. Jika Am×n , Bn×p dan Pp×r Tunjukan bahwa
A(BC) = (AB)C
27
Contoh 2.6 Matrik identitas yang berukuran 2 × 2 dan 4 × 4 adalah
1 0 0 0
1 0 0 1 0 0
I2 = , I4 =
0 1 0
0 1 0
0 0 0 1
AB = BA = I
28
Sifat 2.9 INVERS MATRIK Diberikan matrik A, B dan C yang invert-
ibel maka berlaku sifat-sifat berikut
1 d −b
A−1 = .
ad − bc −c a
Bukti.
29
bahwa AA−1 = I2 dan A−1 A = I2 . Diperhatikan bahwa
a b 1 d −b
AA−1 =
c d ad − bc −c a
1 ad − bc 0
=
ad − bc 0 ad − bc
1 0
=
0 1
1 d −b a b
A−1 A =
ad − bc −c a c d
1 ad − bc 0
=
ad − bc 0 ad − bc
1 0
=
0 1
30
matrik elementer.
1 0
Contoh 2.11 1. Matrik E1 = adalah matrik elementer se-
2 1
bab dapat dihasilkan dari matrik I2×2 dengan menambahkan baris
kedua dengan dua kali baris pertama (R2 + 2R1 ).
1 0 0
2. Matrik E2 = 0 0 1 adalah matrik elementer sebab dapat
0 1 0
dihasilkan dari matrik I3×3 dengan menukar baris kedua dan baris
ketiga (R3 ∼ R2 ).
1 0 4
Contoh 2.13 Matrik E = 0 1 0 disebut matrik elementer sebab
0 0 1
diperoleh dari I3 yang baris pertamanya ditambah dengan tiga kali baris
ketiga. Andaikan
2 1 1 1 2 1 7 4
A = 0 2 1 3 maka EA = 0 2 1 3 .
0 0 2 1 0 0 2 1
31
Terlihat bahwa matrik EA adalah matrik A yang baris pertamanya di-
tambah dengan tiga kali baris ketiga.
Teorema 2.14 Setiap matrik elementer adalah matrik invertibel dan in-
vers dari matrik elementer adalah matrik elementer.
1. matrik A invertibel
32
3. Matrik eselon baris tereduksi dari matrik A adalah matrik identi-
tas In
x1 = 0
x2 = 0
..
.
xn = 0
33
adalah matrik invertibel. Berdasarkan teorema 2.14 setiap matrik el-
ementer mempunyai invers berupa matrik elementer. Dengan menga-
likan kedua ruas secara berurutan dengan invers dari matrik elementer,
maka diperoleh
Ek−1 Ek−1
−1
. . . E2−1 E1−1 A = In .
34
kita susun(dijajarkan) matrik dengan bentuk
1 2 3 1 0 0 1 2 3 1 0 0
R2 − 2R1
2 1 1 0 1 0 0 −3 −5 −2 1 0
0 2 2 0 0 1 0 2 2 0 0 1
− 31 R2
1 2 3 1 0 0
1 2 3 1 0 0
0 1 53 2
− 1
0 0 1 53 23 − 31 0
3 3
R3 − 2R2
4 4 2
0 0 −3 −3 3 1 0 2 2 0 0 1
− 34 R3
1 2 3 1 0 0
1 2 3 1 0 0
R2 − 5 R3
3
0 1 35 23 − 13 0 0 1 0 −1 12 5
4
0 0 1 1 − 21 − 34 0 0 1 1 − 2 − 34
1
R1 − 2R2
1
− 14 5
1 0 0 0 2 1 0 3 3 −1 − 2
0 1 0 −1 12 5
0 1 0 −1 12 5
4 4
R1 − 3R3
0 0 1 1 − 12 − 34 0 0 1 1 − 12 − 34
35
1 0
a. 0 0 1
2 1 c. 0 1 0
1 0 0
1 1 1
√
d. 0 1 0
5 0
b.
0 1 0 0 1
a. E1 A = B
b. E2 B = C
c. E3 E4 C = A
36
1 2
1 1 2
a.
0 2 c. 1 1 0
0 2 3
1 0 1 1 2
2
b. 2 2 2 d. 0 1 −1
0 1 2 0 1 2
7. Diberikan matrik
1 2 2 1
A = 2 5 3 1
0 2 4 1
1 1
a. 1 0 2
2 −3 d. 1 1 3
2 1 0 1 2
b.
2 2
1 1 0 2
1 0 2 2 1 0 1
e.
c. 2 1 1
1 0 1 −2
0 2 2 −1 1 0 −2
37
1 a 2
9. Menggunakan OBE tentukan invers dari matrik A = 0 2 b
c 0 3
dengan a, b, c 6= 0.
a b c
10. Menggunakan OBE tentukan invers dari matrik A = 0 d e ,
0 0 f
dengan a, b, c, d, e, f bilangan real tak nol
38