Anda di halaman 1dari 40

BAB 3 MATRIKS

B. Diagram Alir

Materi Prasyarat Sistem Persamaan Linear

Masalah Autentik Matriks Unsur-Unsur Matriks

Jenis Matriks Relasi Operasi Matriks Entry Entry


Kofaktor Baris Kolom

Kesamaan
Matriks
Adjoint Determinan
 Kolom  Penjumlahan
 Baris  Pengurangan
 Persegi  Perkalian
Invers
Panjang  Transpose
Matriks
 Segitiga
 Diagonal
C. Materi Pembelajaran

3.1 Membangun Konsep Matriks

Coba kamu perhatikan susunan benda-benda di sekitar kamu! Sebagai contoh, susunan
buku di meja, susunan buku di lemari, posisi siswa berbaris di lapangan, susunan keramik
lantai, dan lain-lain.

Tentu kamu dapat melihat susunan tersebut dapat berupa pola baris atau kolom, bukan?
Bentuk susunan berupa baris dan kolom akan melahirkan konsep matriks yang akan kita pelajari.
Sebagai contoh lainnya adalah susunan angka dalam bentuk tabel. Pada tabel terdapat baris
atau kolom, banyak baris atau kolom bergantung pada ukuran tabel tersebut. Ini sudah
merupakan gambaran dari sebuah matriks. Agar kamu dapat segera menemukan konsepnya,
mari perhatikan beberapa gambaran dan permasalahan berikut ini!

Sebagai gambaran awal mengenai matriks, mari cermati uraian berikut.


Diketahui harga tiket masuk suatu museum berikut ini.
Tabel 3.1: Harga Karcis

Hari Minggu/Libur (Rp) Hari Biasa (Rp)

Anak-anak 5.000 3.000

Dewasa 15.000 10.000

Data tersebut, dapat disajikan kembali tanpa harus di dalam tabel seperti berikut:
 5000 3000   5000 3000 
15000 10000 atau  
  15000 10000 
Bentuk penulisan tersebut, menunjukkan terdapat dua baris dan dua kolom.

Masalah 3.1

Seorang wisatawan lokal hendak berlibur ke beberapa tempat wisata yang ada di Pulau Jawa.
Untuk memaksimalkan waktu liburan, dia mencatat jarak antara kota-kota tersebut sebagai
berikut.
Bandung – Semarang 367 km
Semarang – Yogyakarta 115 km
Bandung – Yogyakarta 428 km

Dapatkah kamu membuat susunan jarak antar kota tujuan wisata tersebut jika wisatawan
tersebut memulai perjalanannya dari Bandung? Kemudian berikan makna setiap angka dalam
susunan tersebut.

Alternatif Penyelesaian:

Wisatawan akan memulai perjalanannya dari Bandung ke kota-kota wisata di Pulau Jawa. Jarak
antarkota tujuan wisata dituliskan sebagai berikut.
Tabel 3.2: Jarak Antarkota

Bandung Semarang Yogyakarta

Bandung 0 367 428

Semarang 367 0 115

Yogyakarta 428 115 0


Berdasarkan tampilan di atas, dapat dilihat jarak antarkota tujuan wisata dengan membaca
data dari baris ke kolom. Susunan tersebut dapat juga dituliskan sebagai berikut.

 0 367 428
367 0 115 
 
428 115 0 

Susunan jarak antarkota di Pulau Jawa ini terdiri dari 3 baris dan 3 kolom.

Kegiatan 3.1

Agar lebih memahami matriks mari lakukan kegiatan berikut ini.


1. Bentuklah kelompok yang masing-masing beranggotakan 3-4 orang.
2. Wawancaralah setiap anggota kelompok untuk mendapatkan informasi nilai siswa
terhadap tiga mata pelajaran yang diminatinya.
3. Sajikan data yang diperoleh dalam bentuk tabel seperti di bawah ini.
4. Sajikan pula data tersebut dalam bentuk matriks dan jelaskan.

Nilai siswa Pelajaran A Pelajaran B Pelajaran C


Nama Siswa
Siswa X .... .... ....
Siswa Y .... .... ....
Siswa Z .... .... ....

Definisi 3.1

Matriks adalah susunan bilangan yang diatur menurut aturan baris dan kolom dalam suatu
jajaran berbentuk persegi atau persegi panjang. Susunan bilangan itu diletakkan di dalam kurung
biasa “( )” atau kurung siku “[ ]”.

Matriks diberi nama dengan menggunakan huruf kapital, seperti A, B, C, dan lain-lain.
Selain memiliki baris dan kolom, matriks juga memiliki entry yaitu setiap anggota dalam
matriks tersebut. Entry suatu matriks dinotasikan dengan huruf kecil seperti a, b, c, ... dan
biasanya disesuaikan dengan nama matriksnya.
Masalah 3.2

Manager supermarket ingin menata koleksi barang yang tersedia. Ubahlah bentuk susunan
barang di supermarket di bawah ini menjadi matriks dan tentukan entry-entrynya.

KOLEKSI KOLEKSI KOLEKSI


Roti dan Permen dan
Susu Biskuit 20 Cokelat 14
10 (Item) (Item) (Item)

KOLEKSI KOLEKSI KOLEKSI


Sampo dan
Sabun Pasta Gigi Detergen
18 (Item) 12 (Item) 8 (Item)

KOLEKSI KOLEKSI KOLEKSI


Minyak Beras dan
Goreng 22 Tepung 6 Bumbu
(Item) (Item) 17 (Item)

Gambar 3.2: Susunan barang pada rak supermarket

Alternatif Penyelesaian:

Gambar di atas mendeskripsikan susunan barang-barang pada rak supermarket yang terdiri
atas tiga baris dan tiga kolom. Bentuk matriks dari susunan barang tersebut dapat dinyatakan
sebagai berikut.
Misalkan pada matriks A di atas, entry-entrynya dinyatakan dengan a, dan umumnya entry-
entry dari suatu matriks diberi tanda indeks, misalnya aij yang artinya entry dari matriks A

yang terletak pada baris i dan kolom j. Maka koleksi susu yang terdapat pada baris ke-1, kolom
ke-1 dapat dinyatakan a11 = 10. Koleksi barang yang terdapat pada baris ke-2, kolom ke-3

adalah koleksi detergen yang dinyatakan pula dengan a23 = 8 dan untuk selanjutnya entry

matriks A dapat dinyatakan dengan:


• a11 = 10 • a21 = 18 • a31 = 22

• a12 = 20 • a22 = 12 • a32 = 6

• a13 = 14 • a23 = 8 • a33 = 17

Maka entry matriks A dapat dinyatakan sebagai berikut.

 a11 a12 a13 


A33  a21 a22 a23 
a31 a32 a33 

Secara induktif entry matriks di atas dapat dibentuk menjadi :

aij : entry matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j dengan, i = 1, 2, 3, .., m; dan j = 1, 2, 3, …n.

m × n : menyatakan ordo matriks A dengan m adalah banyak baris dan n banyak kolom
matriks A.
Contoh 3.1

Teguh, siswa kelas IX SMA Panca Budi, akan menyusun anggota keluarganya
berdasarkan umur dalam bentuk matriks. Dia memiliki Ayah, dan Ibu, berturut-turut berumur
46 tahun dan 43 tahun. Selain itu dia juga memiliki kakak dan adik, secara berurut, Ningrum
22 tahun, Sekar 19 tahun, dan Wahyu 12 tahun. Dia sendiri berumur 14 tahun. Berbekal
dengan materi yang dia pelajari di sekolah dan kesungguhan dia dalam berlatih, dia mampu
mengkreasikan susunan matriks yang merepresentasikan umur anggota keluarga Teguh
sebagai berikut (berdasarkan urutan umur dalam keluarga Teguh).

(a) Urutan susunan 1

46 43 22
X 23   
19 14 12 

Matriks X 23 adalah matriks persegi panjang dengan ordo 2  3

(b) Urutan susuan 2

46 43 
Y32  22 19 

14 12 

Matriks Y32 adalah matrik persegi panjang dengan ordo 3  2

Dapatkah kamu menciptakan susunan matriks, minimal dua cara dengan cara yang berbeda?
Kamu perlu memikirkan cara lain yang lebih kreatif !
3.2 Jenis-Jenis Matriks
Contoh 3.1 di atas menyajikan beberapa variasi ordo matriks yang merepresentasikan
umur anggota keluarga Teguh. Secara detail, berikut ini akan disajikan jenis-jenis matriks.
a. Matriks Baris
Matriks baris merupakan matriks yang hanya memiliki satu baris. Biasanya matriks baris
berordo 1 x n. Contoh matriks baris seperti berikut :
P12  43 40 matriks baris berordo 1 × 2
Q13  2 1 0 matriks baris berordo 1 × 3

b. Matriks Kolom
Matriks kolom merupakan matriks yang hanya satu kolom. Biasanya matriks kolom
berordo m x 1. Contoh matriks kolom seperti berikut :

3
 
x 31   1 Matriks kolom berordo 3 × 1
2
 
 3 
 
 0 
Y41   Matriks kolom berordo 4 × 1
2
 
 5 
 
c. Matriks Persegi
Matriks persegi merupakan matriks yang memilki banyak baris & banyak kolom yang
sama. Secara umum, matriks persegi berordo n x n. Contoh dari matriks persegi seperti
berikut :
 0  1
R22   Matriks persegi berordo 2 × 2
4 2 
 1 2 4
 
x 33   2 5 7  Matriks persegi berordo 3 × 3
 3 0 1
 
d. Matriks Persegi Panjang
Matriks persegi panjang adalah matriks yang banyak baris dan kolomnya tidak sama.
Matriks seperti in berordo m × n.
3 8 
 
x32  5 7  Matriks persegi panjang berordo 3 × 2
11  13 

e. Matriks Diagonal
Matriks diagonal ini berasal dari matriks persegi. Matriks persegi disebut sebagai matriks
diagonal apabila elemen-elemen (unsur) selain elemen diagonal utamanya ialah nol. Contoh
matriks diagonal:
1 0 0
 
D  0  2 0
0 0 1
 
1 0 
E   
 0  2 
 0 0 0 5
 
 0 0 2 0
F 
0 1 0 0
 
 8 0 
 0 0

f. Matriks Nol
Suatu matriks akan disebut matriks nol apabila semua elemen dari matriks tersebut yakni
ialah nol. Contoh matriks nol seperti berikut :
O13  0 0 0
 0 0
O22   
 0 0 

g. Matriks Identitas
Matriks identitas merupakan matriks diagonal yang mana seluruh elemen pada diagonal
utamanya adalah 1. Matriks identitas pada umunya dinotasikan dengan I. Contoh matriks
indentitas seperti berikut :
1 0 0
 
I   0 1 0
0 0 1
 
h. Matriks segitiga atas & Matriks segitiga bawah
Matriks segitiga atas & matriks segitiga bawah bisa berasal dari matriks persegi. Matriks
persegi disebut matriks segitiga atas apabila seluruh elemen di bawah diagonal utamanya
bernilai nol. Sebaliknya, apabila seluruh elemen di atas diagonal utamanya bernilai nol, maka
matriks persegi itu disebut dengan matriks segitiga bawah. Contoh Matriks Segitiga atas &
Matriks Segitiga Bawah seperti berikut :

5 0 0 0 
 1 1 5  
  2 6 0 0 
A   0 2 6 B
 0 0 3 1 2 4 0 
   
4 1  2 
 3

3.3 Kesamaan dua Matriks


Dua matriks dikatakan sama, apabila mempunyai ordo sama dan elemen - elemen yang
seletaknya bersesuaian dari kedua matriks tersebut sama.
Contoh
2 
1 4  4
  bersesuaikan dengan 2 
 2 3   4 3 
2 
Kedua matriks pada contoh a dan b adalah sama. Entry masing-masing matriks juga
sama, bukan? Bagaimana dengan ordo kedua matriks? Dari kedua contoh di atas tampak
bahwa entry-entry seletak dari kedua matriks yang berordo sama mempunyai nilai yang
sama.

Definisi 3.2
Matriks A dan matriks B dikatakan sama (A = B) jika dan hanya jika:
i. Ordo matriks A sama dengan ordo matriks B.
ii. Setiap entry yang seletak pada matriks A dan matriks B mempunyai
nilai yang sama, aij = bij (untuk semua nilai i dan j).
Untuk lebih mendalami kesamaan matrik mari perhatikan contoh berikut.
Contoh 3.2
Tentukan nilai a,b,c yang memenuhi mariks P = O, dengan
 9 2b  a   3a 7 
P    O   
b  c 1  dan  3 1

Alternatif Penyelesaian
Untuk menjawab soal seperti ini kita harus gunakan kecerdasan kita untuk memilih, mana
yang harus kita cari terlebih dahulu apakah a, b, atau c terlebih dahulu.
supaya lebih mudah kita tulis dulu dalam sebuah persamaan :
3a  9
2b  a  7
bc 3
melihat kondisi sepertini maka sudah jelas yang harus pertama kita kerjakan mencari nilai a,
karena itu merupakan sebuah kunci untuk mencari b.
3a = 9, untuk lebih menyederhanakan kita bagi kedua ruas dengan 3

3a 9

3 3
a3

Setelah menemukan a kita tinggal mencari nilai b yang merupakan kunci untuk mencari nilai
c
2b  a  7 …………..dikarenakan a nilainya 3 maka:
2b  3  7 …………...untuk lebih menyederhanakan kita kurangi kedua ruas dengan 3
2b  3  3  7  3
2b  4 ……………….untuk lebih menyederhanakan kita kurangi kedua ruas dengan 2
2b 4

2 2
b2

kemudian kita lanjut untuk mencari c, karena b sudah kita ketahui


b  c  3 ………….karena b =2 maka
2  c  3 ………….untuk lebih menyederhanakan kita kurangi kedua ruas dengan 2
2 c  2  3 2
c 1
Maka jawabannya adalah a=3 ,b=2 , c=1

3.4 Operasi Pada Matriks


3.4.1 Operasi Penjumlahan Matriks

Masalah 3.3

Pabrik Tahu dan Tempe ingin mengembangkan usaha di dua tempat yang berbeda.
Manajer produksi ingin mendapatkan data biaya yang akan diperlukan. Biaya untuk masing-
masing seperti pada tabel berikut.

Table biaya pabrik 1 (dalam rupiah)


Tempe Tahu

Bahan 1.000.000 800.000

Juru masak 1.500.000 1.000.000

Table biaya pabrik 1 (dalam rupiah)

Tempe Tahu

Bahan 1.500.000 1.000.000

Juru masak 2.000.000 1.200.000

Berapa total biaya yang diperlukan oleh kedua pabrik tersebut?

Alternatif Penyelesaian:

Jika kita misalkan matriks biaya di pabri 1, sebagai matriks A dan matriks biaya di pabrik 2
sebagai matriks B, maka matriks biaya kedua pabrik disajikan sebagai berikut.
1.000.000 800.000   1.500.000 1.000.000 
A    B   
1.500.000 1.000.000   2.000.000 1.200.000 

Total biaya yang dikeluarkan oleh untuk kedua pabrik tersebut dapat diperoleh sebagai
berikut

 Total biaya tempe 1.000.000  1.500.000  2.500.000

 Total biaya tahu 800.000  1.000.000  1.800.000


 Total biaya juru masak tempe = 1.500.000  2.000.000  3.500.000

 Total biaya juru masak tahu = 1.000.000  1.200.000  2.200.000

Total biaya untuk kedua pabrik (dalam rupiah)

Tempe Tahu

Bahan 2.500.000 1.800.000

Juru masak 3.500.000 2.200.000

Total biaya pada tabel di atas dapat ditentukan dengan menjumlahkan matriks A dan B.

1.000.000 800.000   1.500.000 1.000.000 


A  B      
1.500.000 1.000.000   2.000.000 1.200.000 
 2.500.000 1.800.000 
  
 3.500.000 2.200.000 

Penjumlahan kedua matriks biaya di atas dapat dioperasikan diakibatkan kedua


matriks biaya memiliki ordo yang sama, yaitu 2 × 2. Seandainya ordo kedua matriks biaya
tersebut berbeda, kita tidak dapat melakukan operasi penjumlahan terhadap kedua matriks.
Nah, melalui pembahasan di atas, tentunya dapat didefinisikan penjumlahan dua
matriks dalam konteks matematis.

Definisi 3.3

Misalkan A dan B adalah matriks berordo m n dengan entry-entry a ij dan bij . Matriks C

adalah jumlah matriks A dan matriks B, ditulis C  A  B , apabila matriks C juga berordo
m n dengan entry-entry ditentukan oleh:
cij  aij  bij (untuk semua i dan j).

Catatan: Dua matriks dapat dijumlahkan hanya jika memiliki ordo yang sama dan ordo
matriks hasil penjumlahan dua matriks adalah sama dengan ordo matriks yang
dijumlahkan.
Perhatikan contoh-contoh berikut untuk lebih memahami penjumlahan matriks.

Contoh 3.3

 27 88 6  18 40 36 
a) Jika M    , N    Maka :
14 32 44   65 8 21 

 27 88 6  18 40 36 
M  N     
14 32 44   65 8 21 
 27  18 88  40 6  36 
  
14  65 32  8 44  21 
 45 128 42 
  
 79 40 65 

x 3 5   4 4 10  14 9 5 
b) Jika diketahui matriks A    , B    , A  B   
 2 x  8 6 2 y 2   20 13 8 

Tentukan nilai x dan y !

Jika dimisalkan CA B maka hasil jumlah matriks A dan B adalah

14 9 5   x  4 3  4 5  10 
C    , sementara A  B   
 20 13 8   2  2 x  8  y 6  2

Berdasarkan sifat persamaan dua matriks maka diperoleh :

 x  4 3  4 5  10  14 9 5 
    
 2  2 x  8  y 6  2  20 13 8 

x  4  14  x  10

x  8  y  20  10  8  y  20 atau y  2

Maka diperoleh nilai x  10 dan y  2


3.4.2 Operasi Pengurangan Matriks

Sebagai gambaran awal mengenai operasi pengurangan dua matriks, mari kita cermati
contoh masalah berikut ini.

 Masalah 3.4
Sebuah pabrik Kue hendak menyusun tabel aktif mesin dan penurunan kinerja mesin
selama setahun yang dinilai sama dengan 50% dari harga perolehan sebagai berikut:

Jenis Harga yang diperoleh Penurunan kinerja Harga Baku


keaktifan (Rp) (Rp) (Rp)

Mesin 1 30.000.000 15.000.000

Mesin 2 20.000.000 10.000.000

Mesin 3 10.000.000 5.000.000

Lengkapi table berikut menggunakan Matriks !

Alternatif Penyelesaian:

Misalkan:

 30.000.000 
 
Harga yang diperoleh merupakan matriks A   20.000.000 
 10.000.000 
 

15.000.000 
 
Penurunan kinerja merupakan matriks B  10.000.000 
 5.000.000 
 

Untuk mencari Harga Baku yaitu Matriks A – Matriks B



 30.000.000  15.000.000  15.000.000 
     
A  B   20.000.000  _ 10.000.000   10.000.000 
 10.000.000   5.000.000   5.000.000 
     
Rumusan penjumlahan dua matriks di atas dapat kita terapkan untuk memahami
konsep pengurangan matriks A dengan matriks B.

Misalkan A dan B adalah matriks-matriks berordo m n . Pengurangan matriks A


dengan matriks B didefinisikan sebagai jumlah antara matriks A dengan matriks –B. Ingat,
Matriks –B adalah lawan dari matriks B. Ditulis :

A  B  A  (  B)

Matriks dalam kurung merupakan matriks yang entrynya berlawanan dengan setiap
entry yang bersesuaian matriks B.

Contoh 3.4

Mari kita cermati contoh berikut!

1  4
   
a) Jika M   6  dan N   9 
 4 7
   

 1   4   3
     
M  N  K  (  L)   6     9     3
 4   7   3
     

b) Diketahui matriks A, B, C sebagai berikut!

1 2 3   2 3 4 13 15 14 
A    , B    , C   
 4 5 6 5 6 7 16 17 18 

Jika ada tentukan pengurangan Matriks

B  A, C  B , AC

Alternatif Penyelesaian:

Matriks A dan B memiliki ordo yang sama, yaitu berordo 3 2 , sedangkan matriks C
berordo 3 3 . Oleh karena itu, menurut aturan pengurangan dua matriks, hanya
bagian B  A saja yang dapat ditentukan, C  B dan A  C tidak dapat dioperasikan,
(kenapa)?

 2 3 4    1  2  3  1 1 1
Jadi B  A          ,
 5 6 7    4  5  6  1 1 1

Dari pemahaman contoh di atas, pengurangan dua matriks dapat juga


dilakukan dengan mengurangkan langsung entry-entry yang seletak dari kedua
matriks tersebut, seperti yang berlaku pada penjumlahan dua matriks, yaitu:
   
A  C  aij  bij .

3.4.3 Operasi Perkalian Skalar Pada Matriks

Dalam aljabar matriks,bilangan real k sering disebut sebagai scalar. Oleh karena itu
perkalian real terhadap matriks juga tersebut sebagai perkalian scalar dengan matriks.

Sebelumnnya, pada kajian pengurangan dua matriks, A  B  A  ( B), ( B) dalam


hal ini sebenarnya hasil kali bilangan -1 dengan semua entry matriks B. artinya, matriks
(  B ) dapat kita tulis sebagai:

 B  k .B, dengan k  1

Secara umum, perkalian scalar dengan matriks dirumuskan sebagai berikut.

Misalkan A adalah suatu matriks berordo m n dengan entry-entrynya a ij dan k

adalah suatu bilangan real. Matriks C adalah hasil perkalian bilangan real k terhadap matriks
A , dinotasikan C  k.A , bila matriks C berordo m n dengan entry-entrynya ditentukan
oleh:

cij  k .aij ( untuk semua i dan j )


Contoh 3.5

1 4  2.1 2.4 2 8 
a. Jika H  3 3 , maka 2.H  2.3 2.3  6 6 
     
2 1 2.2 2.1 4 2

1 1 1 
 2  10 2
 14
2
 16
10 14 16  1 1 1 
2   2 4 8 
4 8
,maka l   12 
1
b. Jika L   2 2
20 0 6 2   20 1
0
1
6 
  2 2 2 
 12  18 16  
 1  12 1  18 1  16 
 2 2 2 

5 7 8
1 2 4

10 0 3
 
 6  9 8

10 14 16 
2 4 8 
c. Jika M   1 3
,maka M  M
20 0 6 2 2
 
 12  18 16
1 3
 M M
2 2
1 1 1  3 3 3 
 2  10 2
 14
2
 16   10
2 2
 14
2
 16
1 1 1  3 3 3 
 2 4 8    2 4 8 
 1  2 
2 2 2 2 2
  20 1
0
1
 6    20
3 3
0
3
6 
2 2 2   2 2 2 
   
 1  12 1  18 1  16   3  12 3
 18
3
 16 
 2 2 2   2 2 2 

5 7 8 15 21 24 
1 2 
4  3 6 12 
 
10 0 3 30 0 9 
   
 6  9 8   13  27 24
20 28 32 
4 8 16 

40 0 12 
 
 19  36 32

4 3 8 6 
d. Diketahui matriks P    dan Q    jika C  2
 2 9 5 15
Maka, C ( P  Q)

4 3 8 6 
 2  
2 9 5 15
 4  3 8 6 
 2  
  3  6 6 12

12 30 10
e. Dengan menggunakan matriks L   0 24 18, p  2, dan q 
1
2
 6 4 16

maka kita dapat memahami bahwa:

12 30 10 6 15 5
q.L   0 24 18.0 12 9
 6 4 16 3 4 8

Jika kita mengalikan hasil p dengan q, L ,maka dapat kita peroleh :

6 15 5 12 30 10
p(q.L)  2.0 12 9   0 24 18
3 4 8  6 8 16

Karena p dan q skalar,ternyata dengan mengalikan p dengan q terlebih dahulu, kemudian


mengalikan dengan matriks L , merupakan langkah lebih efektif untuk menyelesaikan
p.( q.L )
3.4.4 Operasi Perkalian Dua Matriks

Masalah 3.5

Suatu perusahaan yang bergerak pada bidang jasa akan membuka tiga cabang 2 dikota
padang,dan 3 di kota pekan baru. Untuk itu, diperlukan beberapa peralatan untuk membantu
kelancaran usaha jasa tersebut,yaitu handphone,komputer,dan sepeda motor. Disisi lain,
pihak perusahaan mempertimbangkan harga persatuan peralatan tersebut. Lengkapnya , dat
tersebut disajikan sebagai berikut:

Handphone (unit) Komputer (unit) Sepeda motor (unit)


Cabang 1 7 8 3
Cabang 2 5 6 2
Cabang 3 4 5 2

Harga handphone (juta) 2


Harga komputer (juta) 5
Harga sepeda motor (juta) 15
Perusahaan ingin mengetahui total biaya pengadaan peralatan tersebut di setiap cabang.

Alternatif penyelesaian

7 8 3
Kita misalkan matriks C33  5 6 2 yang memperpresentasikan jumlah unit setiap
4 5 2

2
peralatan yang dibbutuhkan disetiap cabang dan matriks C31   5 
15

Yang mempresentasikan harga perunit setiap peralatan.

Untuk menentukan total biaya pengadaan peralatan tersebut disebut cabang, kita
peroleh sebagai berikut.

 Cabang 1
Total biaya=(7 unit handphone  2 juta)+( 8 unit computer  5 juta)+
(3 unit sepeda motor 15 juta )
= Rp99.000.000,00
 Cabang 2
Total biaya= (5 unit handphone  2 juta)+(6 unit computer  5 juta)+
(2 unit sepeda motor 15 juta )
= Rp70.000.000,00
 Cabang 3
Total biaya=(4 unit handphone  2 juta )+(5 unit computer  5 juta )+
(2 unit sepeda motor  15 juta)
= Rp63.000.000,00
Jadi total biaya pengadaan peralatan disetiap unit dinyatakan dalam matriks berikut.
 Rp 99.000.000,00
E31   Rp 70.000.000,00
 Rp 63.000.000,00

Dapat kita cermati dari perkalian diatas, bahwa setiap entry baris pada matriks
C berkorespondensi satu-satu dengan setiap entry kolom pada matriks D . Seandainya
terdapat satu saja entry kolom ke-1 pada matriks D , maka operasi perkalian terhadap
kedua matriks itu tidak dapat dilakukan. Jadi, dapat disimpulkan operasi perkalain
terhadap dua matriks dapat dilakukan jika banyak baris pada matriks C sama dengan
banyak kolom pada matriks D . Banyak perkalian akan berhenti jika setiap entry baris
ke-n pada matriks C sudah dikalikan dengan setiap entry kolom ke-n pada matriks D .
Secara matematis, kita dapat menyatakan perkalian dua matriks sebagai
berikut. Misalkan Bmn ,matriks A dapat dikalikan dengan matriks B jika banyak baris

matriks A sama dengan banyak kolom matriks B. hasil perkalian matriks A berordo
m n terhadap matriks B berordo n  p adalah suatu matriks berordo m  p . Proses
menentukan entry-entry hasil perkalian dua matriks dipaparkan sebagai berikut.
 a11 a12 a13  a1n  b11 b12 b13  b1 p 
a b  b2 p 
 21 a22 a23  a2 n   21 b22 b23
Amn  a31 a32 a33 a43 a3n  ,dan Bn p  b31 b32 b33 b43 b3 p 
   
            
am1 am 2 am3  amn  bm1 bm 2 bm3  bnp 

Jika C adalah matriks hasil perkalian matriks Amn terhadap matriks Bn p dan

dinotasikan C  A.B, maka


 Matriks C berordo m  p.

 Entry-entry matriks C pada baris ke i dan kolom ke j , dinotasikan cij

diperoleh dengan cara mengalikan entry baris ke i dari matriks A terhadap entry
kolom ke j dari matriks B , kemudian dijumlahkan. Dinotasikan
cij  ai1 .b1 j  ai 2 .b2 j  ai 3 .b3 j    ain .bnj

Contoh 3.6
 a11 a12 a13  b11 b12 b13 
a. Diketahui matriks A33  a21 a22 a23  dan B33  b21 b22
 b23 
a31 a32 a33  b31 b32 b33 

 a11 a12 a13  b11 b12 b13 


Matriks hasil perkalian matriks A.B  a21 a22 a23   b 
  21 b22 b23 
a31 a32 a33  b31 b32 b33 

 a11b11  a12b21  a12b31 a11b12  a12b22  a13b32 a11b13  a12b23  a13b33 


 a21b11  a22b21  a23b31 a21b12  a22b22  a23b32 a21b13  a22b23  a23b33 

 a31b11  a32b21  a33b31 a31b12  a32b22  a33b32 a31b13  a32b23  a33b33 

2 1
   2 3 4
b. Mari kita tentukan hasil perkalian matriks 4 3  
 0 1 2 
6 5
Dengan menggunakan konsep perkalian diperoleh:

2 1  2.2  1.0 2.3  1.1 2.4  1.2 


 
 4 3     4.2  3.1 4.3  3.1 4.4  3.2
2 3 4
  0 1 2  
6 5 6.2  5.0 6.3  5.1 6.4  5.2

 4 7 10 
  8 15 22
12 23 34

3.4.1 Transpose matriks


Misalkan ada perubahan dari posisi entry – entry matriks seperti entry baris ke-1 pada
matriks B menjadi entry kolom ke-1 pada matriks Bt, setiap entry baris ke-2 pada matriks
menjadi entry kolom ke-2 pada matriks Bt, kemudian seterusnya, hingga semua entry baris
pada matriks B menjadi entry kolom pada matriks Bt. Hal inilah yang menjadi aturan
menentukan transpose matriks suatu matriks.

Transpose dari matriks A berordo m  n adalah matriks yang diperoleh dari matriks A
dengan menukar entry baris menjadi entry kolom dan sebaliknya,sehingga berordo n  m .
Notasi transpose matriks Amn adalah A t m n .

Contoh 3.7

12 8  12 40


a) Jika A    maka A t   
40 16  8 16 
 6 14 8 
b) Jika S  20 2 12
24 30 10

 6 20 24
Maka transpose matriks S adalah S  14 2 30
t

 8 12 10 

 1 12 0 4   1 9 18 7 
 9 10 2 6  12 10 5 16
c) Jika   , maka  
18 5 20 3   0 2 20 8 
   
 7 16 8 15  4 6 3 15

Dari pembahasan diatas, dapat kita pahami perubahan ordo matriks. Misalnya, jika
matriks awal berordo m  n , maka transpose matriks berordo n  m

Coba kamu pikirkan.

 Mungkinkah suatu matriks sama dengan transpose matriksnya sendiri? Berikan


alasanmu!
 Periksa apakah ( At  B t   ( A  B) t untuk setiap matriks A dan B berordo m  n ?
Uji kompetensi 3.1
Soal Proyek

Temukan contoh penerapan matriks dalam Ilmu Komputer, bidang Ilmu Fisika,
Kimia, dan Teknologi Farmasi. Selanjutnya coba terapkan berbagai konsep dan aturan
matriks dalam menyusun buku teks disebuah perpustakaan. Pikirkan bagimana susunan buku
teks, seperti: buku Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, dan IPS dari berbagai jenisnya
(misalnya jenis buku Matematika tersedia buku Aljabar, Geometri, Statistika, dan lain-lain )
tampak pada susunan baris dan kolom suatu matriks. Kamu dapat membuat pengkodean dari
buku-buku tersebut agar pada pembaca dan yang mencari buku tertentu mudah untuk
menemukannya.

Buat laporan hasil kerja kelompokmu dan hasilnya disajikan didepan kelas.

3.5 Determinan dan Invers Matriks

3.5.1 Determinan Matriks

Masalah 3.6

Kiki dan teman-temanya makan di warung pak kumis. Mereka memesan 5 ayam
geprek dan 4 gelas es sirup di warung pak kumis. Tak lama kemudian kurni dan teman-
temannya memesan 7 porsi ayam geprek dan 5 gelas es sirup. Kiki menantang siti
menentukan harga 1 porsi ayam geprek dan harga es sirup per gelas, jika kiki harus
membayar Rp 95.000,00 untuk semua pesanannya dan kurni harus membayar Rp 130.00,00
untuk semua pesanannya.

Alternatif Penyelesaian :

Cara I

Petunjuk : ingat kembali materi sistem persamaan linear yang sudah kamu pelajari. Buatlah
sistem persamaan linear dari masalah tersebut, lalu selesaikan dengan matriks.

Misalkan x = harga ayam geprek per porsi

y = harga es sirup per gelas


Sistem persamaan linearnya : 5 x  4 y  95.000

7 x  5 y  130.000

Dalam bentuk matriks adalah sebagai berikut.

5 4  x   95.000  (3.1)
7 5  y   130.000
    

Mengingat kembali bentuk umum persamaan linear.

a1 x  b1 y  c1   a1 b1   x   c1 
 
a 2 x  b2 y  c 2  a 2 b2   y  c 2 
.

Solusi persamaan tersebut adalah:

b2 . c1  b1 . c 2 a . c  a 2 . c1
x dan y  1 2 , a1 . b2  a 2 . b1 (3.2)
a1 . b2  a 2 . b1 a1 . b2  a 2 . b1

Ingat kembali bagaimana menentukan himpunan penyelesaian SPLDV. Tentukan kamu


mampu menunjukkannya.

Cara II

Dalam konsep matriks a1 . b2  a2 . b1 disebut sebagai determinan matriks

 a1 b1   a1 b1   a1 b1 
a A
b2  a b  atau det A, dengan matriks a b2 
, dinotasikan
 2  2 2  2

Oleh karena itu, nilai x dan y pada persamaan (3.2), dapat ditulis menjadi:

c1 b1 a1 c1
c2 b2 a2 c2
x dan y  (3.3)
a1 b1 a1 b1
a2 b2 a2 b2

 a1 b1 
Dengan   0.
a 2 b2 
Kembali kepersamaan (3.1), dengan menerapkan persamaan (3.3), maka diperoleh

95.000 4
130.000 5 475.000  520.000  45.000
x    15.000
5 4 25  28 3
7 5

5 95.000
7 130.000 650.000  665.000  15.000
y    5.000
5 4 25  28 3
7 5

Jadi, harga ayam geprek satu porsi adalah Rp 15.000,00 dan harga es sirup satu gelas adalah
Rp 5.000,00.

Notasi Determinan

a b 
Misalkan matriks A    . Determinan dari matriks A dapat dinyatakan
c d 

a b
det A  A   ad  bc
c d

3.5.2 Sifat – sifat Determinan

2 4    4  3
Misalkan matriks A    dan matriks B   
 3  5   5  2

2 4
det A  A   10  12  22
3 5

4 3
det B  B   8  15  7
5 2

jadi A  B  154

 2 4    4  3
matriks A  B     
 3  5   5  2 
  28  14 
  
  13 1 

 28  14
Dengan demikian det  A  B   AB   28  182  210
 13 1

Sifat 3.1

Misalkan matriks A dan B berordo m  m dengan m N . Jika det A  A dan det B  B

maka AB  A . B

Contoh 3.8

1 3  3 4
Diketahui matriks A    dan matriks B   
 4 2 6 5 

Tunjukkan bahwa A.B  A . B !

Alternatif Penyelesaian :

Sebelum kita menemukan determinan A . B , mari kita tentukan terlebih dahulu matriks A . B
, yaitu:

1 3 3 4  21 19 
A. B   .  
4 2 6 5 24 26

 21 19 
Dengan matriks A . B tersebut kita peroleh A . B     90
24 26

Sekarang akan kita bandingkan dengan nilai A . B .

1 3  3 4
Dengan matriks A    maka A  10 dan B    maka B  9
 4 2 6 5 

Nilai A . B  (10).(9)  90
Jadi, benar bahwa A.B  A . B  90

Soal Tantangan

 Selidiki apakah A . B . C  A . B . C untuk setiap matriks – matriks A, B, dan C

berordo n  n .
 Jika matriks A adalah matriks persegi dan k adalah skalar, coba telusuri nilai
determinan matriks k . A .

Contoh 3.9

a b 
Matriks P ordo 2  2 dengan P    dimana a, b, c, d  R . Jika determinan P adalah α,
 c d 
 a b 
dengan   R , tentukanlah determinan dari matriks Q   dengan x, y  R
 xc  sa xd  sb 

Alternatif Penyelesaian :

a b  a b
Jika P    , dan determinannya adalah α, maka berlaku  ad  bc   .
c d  c d

Entry matriks Q memiliki hubungan dengan matriks P , yaitu :

q12 = hasil kali skalar x terhadap p 21  hasil kali skalar s terhadap p11

q 22 = hasil kali sakalar x terhadap p 22  hasil kali skalar s terhadap p12 .

Tujuan kita sekarang adalah sereduksi matriks Q menjadi kelipatan matriks P.

Adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut

 a b   baris 1
Q
 xc  sa xd  sb   baris 2

Entry baris 1 matriks Q = entry baris 1 matriks P . Mereduksi dalam hal ini adalah
mengoperasikan entry baris 2 matriks Q menjadi entry baris 2 matriks P.
Jadi, q 21 dapat dioperasikan menjadi : q21   s . q11  q21 , akibatnya kita peroleh:

 a b 
Q
 xc  sa  sa xd  sb  sb 

 a b   baris 1 *
Q 
cx dx   baris 2 *

Menurut sifat determinan matriks (silahkan minta penjelasan lebih lanjut dari Guru
Matematika), maka

a b 
Q    a . dx  b . cx
cx dx

 x(a . d  b . c)
 x .

Jadi Q  x

Soal Tantangan

Misal matriks P adalah matriks berordo 3 × 3, dengan |P| = dan matriks Q berordo 3 × 3 dan
mengikuti pola seperti contoh di atas.
Tentukan determinan matriks Q.

Perhatikan kembali matriks A diatas dan ingat kembali menentukan transpose sebuah matriks
yang sudah dipelajari,
5 2  5  3
Matriks A    dan matriks transpose dari matriks A adalah A t   .
2  1 2  1
5  3
Det At  At     5  6  1
2  1

Perhatikan dari hasil perhitungan det A dan det A t . Diperoleh det A  det A t .

Sifat 3.2

Misalkan matriks A dan B berordo dengan jika dan


maka
Coba buktikan sifat berikut setelah kamu mempelajari inverst matriks.

Sifat 3.3

Misalkan matriks A dan B berordo dengan jika dan

maka

Masalah 3.7

Sebuah perusahaan kereta api menawarkan perjalanan wisata ke kota A, Perusahaan tersebut
mempunyi tiga jenis kereta api yaitu KA Progo, KA Bromo,dan KA Argo . setiap kereta api
dilengkapi dengan kursi penumpang untuk kelas ekonomi, turis dan VIP. jumlah kursi
penumpang dari tiga jenis kereta api tersebut disajikan pada table berikut.

kategori KA Progo KA Bromo KA Argo


Kelas turis 50 75 40
Kelas ekonomi 30 45 25
Kelas VIP 32 50 30
Perusahaan telah mendaftar jumlah penumpang yang mengikuti perjalanan wisata ke
Negara A seperti pada table berikut.

Kategori Jumlah penumpang


Kelas Turis 305
Kalas Ekonomi 185
Kelas VIP 206
Berapa banyak pesawat yang harus dipersiapkan untuk perjalanan tersebut?

Alternatif penyelesaian

Untuk memudahkan kita menyelesaikan masalah ini, kita misalkan:

x  banyaknya kereta api Progo


y  banyaknya kereta api Bromo

z  banyaknya kereta api Argo

Sistem persamaan yang terbentuk adalah :

40 x  50 y  60 z  305  40 50 60  x  305 



40 x  45 y  30 z  185   40 45 30  y   185 
25 x  30 y  40 z  206 25 30 40  z  206

Sebelum ditentukan penyelesaian masalah diatas , terlebih dahulu kita priksa apakah
matriks A adalah matriks nonsingular.

Ada berapa cara untuk menentukan det A , Antara lain metode sarrus.

Cara tersebut sebagai berikut .

a11 a12 a13 


Misalnya matriks A33  a 21 a 22 a 23 , maka determinan A adalah:
a31 a32 a33 

a11 a12 a13  a11 a12 a13  a11 a12


a a 22 a 23   a a 22 a 23  a 21 a 22
 21  21
a31 a32 a33  a31 a32 a33  a 31 a 32

 a11.a22 .a33  a12 .a22 .a23  a13 .a21.a32  a31.a22 .a13 a 32 .a23 .a11  a33 .a21.a12

untuk matriks pada masalah 3.7

50 75 40 50 75 40 50 75
30 45 25  30 45 25 30 45
32 50 30 32 50 30 32 50

 (50  45  30)  (75  25  32)  (40  30  50)  (32  45  40)  (50  25  50)  (30  30  75)
 100.
Analog dengan persamaan (2), kita akan menggunakan determinan matriks untuk
menyelesaikan persoaalan diatas.

305 75 40 50 305 40
185 45 25 30 185 25
206 50 30  300 32 206 30  100
x  3 y  1
50 75 40  100 50 75 40  100
30 45 25 30 45 25
32 50 30 32 50 30

50 75 305
30 45 185
32 50 206  200
z  2
50 75 40  100
30 45 25
32 50 30

Oleh karena itu, banyak kereta api progo yang disediakan sebanyak 3 unit , kereta api bromo
sebanyak 1 unit dan kereta api argo disediakan sebanyak 2 unit.

3.5.3 Invers Matriks

Perhatikan masalah 3.7 diatas. Kamu dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan
cara berikut. Perhatikan system persamaan linear yang dinyatakan nyatakan dalam matriks
berikut.

3 2  x   70.000  1
5 3  y   115.000  A. X  B  X  A B
    

Karena A adalah matrik nonsingular, maka matriks A memiliki Invers. Oleh karena itu
langkah kita lanjutkan menentukan Matriks X.
1  3  2  70.000 
X   
3 2  5 3  115.000
5 3
 
1  20.000 20.000
X 
 1   5.000  5.000 
.

 x  20.000
diperoleh       x  20.000 dan y  5.000
 y  5.000 

Ditemukan jawaban yang sama dengan cara 1. Akan tetapi perlu pertmbangan
pemilihan cara yang digunakanmenyelesaikan persoalannya.

Misalkan A dan B adalah matriks yang memenuhi persamaan berikut:

A. X  B (1)

Persoalaannya adalah bagaimana menetukan matriks X pada persamaan (1)?

Pada teori matriks, bahwa tidak ada operasi pembagian pada matriks tetapi yang ada
adalah invers matriks atau kebalikan matriks.

a b 
Misalkan A matriks persegi berordo 2  2. A   . invers matriks A,
c d 

Dinotasikan A 1 :

1  d  b
A 1  , dengan a.d  b.c.
(a.d  b.c)  c a 
.

 d  b
. , disebut adjoin matriks A dan di notasikan adjoin A.
 c a 

Salah satu sifat invers matriks adalah A 1 . A  A. A 1  1.

Akibatnya persamaan (1)dapat di modifikasi menjadi :

A 1 . A. X  A 1 B. (semua ruas dikalikan A 1 )


( A 1 . A). X )  A 1 B.
I .X  A 1 B

X  A 1 B (karena I.X=X)

Rumusan ini berlaku secara umum, dengan syarat det A  0.

Definisi 3.4

Misalkan A sebuah matriks persegi dengan ordo

 Matriks A disebut matriks nonsingular, apabila det


 Matriks A disebut matriks singular, apabila det
 disebut invers matriks A jika dan hanya jika

1 adalah matriks identitas perkalian matriks.

Masalah 3.8

Agen perjalanan papua holidays mwnawarkan paket perjalanan ke merauke, yaitu menginap
di swissbel hotel , transportasi ke tiap tempat wisata dan makan di pinang sirih Restaurant.
Paket perjalanan yang ditawarkan yaitu paket 1 terdiri 3 malam menginap, 3 tempat wisata
dan 4 kali makan dengan biaya Rp2.000.000. paket II dengan 2 malam menginap, 1 tempat
wisata dan 3 kali makan dengan biaya Rp1000.000. paket III dengan 1 malam menginap, 1
tempat wisata dan 2 kali makan dengan biaya Rp500.000. berapakah biaya sewa hotel tiap
malam,transportasi dan makan?

Alternatif penyelesaian

Misalkan:

x  biaya sewa hotel

y  biaya untuk transportasi

z  biaya makan
Paket 1 Paket 2 Paket 3
Sewa hotel 3 2 1
transportasi 3 1 1
makan 4 3 2
Biaya total 2.000,000 1.000,000 500,000

Dalam bentuk matriks adalah seperti berikut:

3 2 1   x  2.000,000
3 1 1   y   1.000,000 

4 3 2  z  500,000 

a. Determinan untuk matriks masalah 3.8 diatas:


3 2 1 3 2 1 4 2
A  3 1 
1  maka det A  3 1 1 3 1
4 3 2 4 3 24 3
 (3  1  2)  (2  1  4)  (1  3  3)  (4  1  1)  (3  1  4)  (2  3  2)
 5
2.000,000 2 1
1.000,000 1 1
500,000 3 2  2.500,000
x   500,000
3 2 1 5
3 1 1
4 3 2
3 2.000,000 1
3 1.000,000 1
4 500,000 2  16.000,000
y   3.200,000
3 2 1 5
3 1 1
4 3 2

Jadi biaya sewa hotel Rp500,000 biaya transportasi Rp32,000 dan biaya makan Rp39,000.
Metode Kofaktor

Terlebih dahulu kamu memahami tentang minor suatu matriks. Minor suatu matriks A
dilambangkan dengan M ij adalah determinan matriks bagian dari A yang diperoleh dengan

cara menghilangkan entri-entri pada baris ke-i dan kolom ke-j

Jika A adalah sebuah matriks persegi berordo n n, maka minor entri a ij yang

dinotasikan dengan M ij di definisikan sebagai determinan dari submatriks A berorde

(n  1)  ( n  1) setelah baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan.

 a11 a12 a13 


Misalkan matriks A= a 21 a 22 a 23 

a31 a32 a33 

 a11 a12 a13 


Minor entry a11 adalah determinan a 21 a 22 a 23 

a31 a32 a33 

a 22 a 23
Sehingga M 11 =
a32 a33

M 11 , M 12 , dan M 13 dan merupakan submatriks hasil ekspansi ke-1 dari matriks A. Kofaktor

suatu entry baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks A dilambangkan
k ij  (1) i  j M ij  (1) ij det ( M ij )
4 7 3 4
k11  (1)11  19 k13  (1)1 3  5
5 4 5 5
3 7
k12  (1)1 2  23
5 4
3 5 4 3
k 21  (1) 2 1  13 k 23  (1) 2  3  5
5 4 5 5
4 5
k 22  (1) 2  2  9
5 4
3 5 4 3
k 31  (1) 31 1 k 33  (1) 3 3 7
4 7 3 4
4 5
k 32  (1) 3 2
3 7

Dari masalah diatas diperoleh matriks kofaktor A dengan menggunakan rumus:

 a 22 a 23 a12 a13 a12 a13 


   
 a 32 a 33 a 32 a 33 a 22 a 23 
 a 21 a 23 a a13 a a13 
K(A)=    11  11 
 a 31 a 33 a 31 a 33 a 21 a 23 
 a 21 a 22 a a12 a a12 
 _ 11  11 
 a 31 a 32 a 31 a 32 a 21 a 22 

 19 23  5
=   13  9  5
 1  13 7 

Matriks adjoin dari matriks A adalah transpose dari faktor-faktor matriks tersebut,
t
dilambangkan dengan Adj(A) = (k ij ) , yaitu:

 k11 k12 k13   19 23  5


Adj(A)= k 21 k 22 k 23    13  9  5
k 31 k 32 k 33   1  13 7 

Dari masalah 2.10 diatas, diperoleh invers matriks A. Dengan rumus:


1
A 1  adj ( A)
det A

 19  13 1 
 
  19 13 1   32 32 32 
1  
adj ( A)   23  9  13   
1 23 9 13 
Sehingga : A 1 
det A 32   32 32 32 

 5 5 7  5 5 7
 
 32 32 32 

3.5.4 Sifat-Sifat Invers Matriks

  3 2
Misalkan matriks A=  
 2 1

det( A ) = -3(1) – (-2) 2 =1

1 1   3 2   3 2
A 1  adj ( A) =   
det A 1   2 1    2 1 

1 1   3 2  3  2
( A 1 ) 1  adj ( A 1 )     A
det A  1   2 1   2  1 

Perhatikan uraian diatas diperoleh bawah ( A 1 ) 1  A

Sifat 3.4

Misalkan matriks A berordo n  n dengan n  N , det( A)  0. jika A 1

adalah invers matriks A, maka( A 1 ) 1  A

Perhatikan pertanyaan, apakah ( AB) 1  B 1  A 1

  3 2  3  2
Misalkan matriks A=   dan B  
 2 1 2 0 
det( A )=-3(1)- (-2)2 = 1

1 1   3 2  1  2
A 1  adj ( A) =   
det A 1   2 1   2  3 

det( B) = 0(3) – 2(-2) = 4

1  0 2   0 0,5 
3 
1
B 1  adj ( B) =   
detB 4   2 3    0,2 
 4 

 3 1    3 2
A  B      
 2  2   2 0
  11 6 
  
  2 4
det AB  4 4  (12)  32

1 1   11 6  11 6 
( AB) 1  adj ( AB)      32  32 
det AB  32   2 4   16  4 
11 6 
( AB) 1    32  32 
 16  4 

 0 0,5   1  2   0,5 1 
B 1 A 1   3    =  
  0,2   2  3   0  0,1
 4 

Dari perhitungan diatas diperoleh ( AB) 1  B 1 A 1

Sifat 3.5

Misalkan matriks A berordo n  n dengan n  N , det( A)  0. dan det B  0 jika A 1 dan B 1


1 1 1
adalah invers matriks A dan B,maka ( AB) , B A .

Coba kamu diskusikan dengan teman satu kelompokmu, apakah (AB)-1 = A-1 B-1. Jika tidak,
beri alasannya.

Anda mungkin juga menyukai