Anda di halaman 1dari 88

PSIKOLOGI TOKOH UTAMA PADA

FILM PERFUME: THE STORY OF A MURDERER

Proposal skripsi

diajukan untuk melengkapi

persyaratan mencapai

gelar sarjana

NAMA : MULYA TARMIDZI

NPM : 201712500206

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2021
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Mulya Tarmidzi

NPM : 201712500206

Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas : Bahasa dan Seni

Judul Skripsi : Psikologi Tokoh Utama dalam Film Perfume: The Story of

A Murderer Karya Tom Tykwer

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Pada tanggal : ……………………

Pembimbing Materi Pembimbing Teknik

Dr. Venny Eka Meidasari, S.Pd, M.Hum Reknosari, S.Pd, M.Pd

i
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Mulya Tarmidzi

NPM : 201712500209

Fakultas : Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris

Judul Skripsi : Psikologi Tokoh Film Perfume : The Story of A Murderer

Karya Tom Tykwer

Panitia Ujian

Ketua : Prof. Dr. H. Sumaryoto

Sekertaris : Dr. Supeno M.Hum

Anggota :

No Nama Tanda Tangan

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Nama : Mulya Tarmidzi

NPM : 201712500209

Fakultas : Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi/tugas akhir, dengan judul “Psikologi Tokoh
Film Perfume : The Story of A Murderer” beserta isinya adalah benar-benar karya
saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
penyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila kemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim pihak lain terhadap
keaslian karya say aini sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab V Pasal 25 ayat 2.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dimanfaatkan sesuai dengan keperluan.

Jakarta, 29 Juli 2021

Yang menyatakan,

Mulya Tarmidzi

iii
ABSTRAK

A. Mulya Tarmidzi, NPM : 201712500206

B. Psikologi Kepribadian Tokoh Jean-Baptiste Grenouille dalam Film “Perfume:

The Story of A Murderer”. Skripsi/Tugas Akhir : Jakarta : Fakultas Bahasa dan

Seni : Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris : Universitas Indraprasta

PGRI, 2020.

C. xii + 5 Bab + 83 Halaman + 2 Tabel + 1 Diagram

D. Kata Kunci : Psikologi, Kepribadian, Kebutuhan Dasar, Film “Perfume: The

Story of A Murderer”

E. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan psikologi kepribadian

tokoh Jean-Baptiste Grenouille dalam film “Perfume: The Story of A

Murderer” berdasarkan aspek psikologi dasar manusia. Metode penelitian yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif. Setelah menganalisis, akhirnya penulis

dapat menarik kesimpulan bahwa tokoh Jean-Baptiste Grenouille memiliki

kepribadian yang ambisius, psikopatik, berdarah dingin. Dengan jumlah Id

tertinggi sebesar 45%, Ego sebesar 33% dan juga Superego sebesar 22%.

F. Referensi : 1. Buku 18 buah

2. Internet 4 buah

G. Pembimbing : 1. Dr. Venny E. Meidasari, S.Pd, M.Hum (Pembimbing

Materi)

2. Reknosari, S.Pd, M.Pd (Pembimbing Teknik)

iv
ABSTRACT

A. Mulya Tarmidzi, NPM : 201712500206

B. The Personality Psychology of Jean-Baptiste Grenouille in the “Perfume: The

Story of A Murderer” Movie. Undergraduate Thesis : Jakarta : Faculty of

Language and Art : English Education Program : University of Indraprasta

PGRI, 2020

C. xii + 5 Chapters + 83 Pages + 2 Tables + 1 Diagram

D. Key Words : Personality, Psychology, Basic Human’s Needs, “Perfume: The

Story of A Murderer” Movie

E. The purpose of this study is to describe the personality psychology of Jean-

Baptiste Grenouille in the film "Perfume: The Story of A Murderer" based on

basic human psychological aspects. The research method used is descriptive

qualitative. After analyzing, finally the writer can draw the conclusion that the

character Jean-Baptiste Grenouille has an ambitious, psychopathic, cold-

blooded personality. With the highest number of Id at 45%, Ego at 33% and

Superego at 22%.

F. Bibiliography : 1. 18 books (1998-2017)

2. 4 internets

G. Advisors : 1. Dr. Venny E. Meidasari, S.Pd, M.Hum (Material Advisor)

2. Reknosari, S.Pd, M.Pd (Technical Advisor)

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Kamu adalah apa yang kamu pikirkan.

(Bilal bin Rabah)

Rizkiku tidak akan hilang atau dicuri orang, maka hatiku tenang; Amalku tidak
akan dikerjakan orang, maka aku rajin mengerjakan.

(Harun Al Rasyid)

Jadilah orang terbaik dihadapan Tuhan, biasa dihadapan orang lain, dan yang
terburuk dihadapan diri sendiri.

(Ali bin Abi Thalib)

Right process will bring great result.

Persembahan

“Skripsi ini kupersembahkan untuk Ibu, Ayah, Istri, dan saudara-saudaraku

tersayang serta semua orang yang telah menemani dan membimbingku.

Terima kasih untuk segala cinta kasih, mimpi dan doanya.”

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah
melimpkahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga pada kesempatan ini penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi yang penulis
ambil sebagai berikut : “Psikologi Tokoh Film Pefume : The Story of A Murderer.”
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan Program Studi
Pendidikan Bahasa Inggris S-1 pada Fakultas Bahasa dan Seni.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak,
maka penulis skripsi ini tidak akan lancer. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
ijinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Venny Eka Meidasari, S.Pd, M.Hum selaku Dosen Pembimbing
Materi yang telah banyak memberikan petunjuk, nasihat, arahan hingga
terelesaikannya penulisan skripsi ini.
2. Ibu Reknosari, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Tehnik yang telah
banyak memberikan petunjuk, nasihat, arahan hingga terselesaikannya
penulisan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Sumaryoto selaku Rektor Universitas Indraprasta PGRI.
4. Bapak Dr. Bambang Sumadyo selaku Wakil Dekan Universitas Indraprasta
PGRI.
5. Bapak Dr. Supeno, M.Hum, selaku Dekan Universitas Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Indraprasta PGRI.
6. Ibu Hj. Ira Miranti, S.S, M.Hum selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Inggris Universitas Indraprasta PGRI.
7. Ibu Any Cakrawati M.M, M.Pd selaku Penasehat Akademik Universitas
Indraprasta PGRI.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pegawai Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Indraprasta PGRI.

vii
9. Keluarga tercinta, kedua orang tua, kaka, adik, istri, serta keluarga besarku,
terima kasih atas doa, dukungan moril, perhatian, cintah dan kasih saying
kalian.
10. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan dan memotivasiku
dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, baik
bentuk, ini, maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak akan penulis terima dengan senang hati.
Semoga kehadiran skripsi ini dapat menjadi pedoman bagi mahasiswa lain dan
memenuhi sasarannya.

Jakarta, 29 Juli 2021

Mulya Tarmidzi

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................. i


LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
C. Batasan Masalah................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
E. Tujuan Masalah .................................................................................... 5
F. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 5
1. Manfaat dari Segi Teoritis ............................................................ 5
2. Bagi Mahasiswa Unindra ............................................................. 5
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ....................... 9
A. Landasan Teori ..................................................................................... 9
1. Psikologi........................................................................................ 9
2. Film ............................................................................................. 10
B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................... 20
C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 25
A. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 25
B. Teknik Penelitian .............................................................................. 27
C. Fokus dan Subfokus Penelitian ....................................................... 27
D. Instrumen Penelitian ........................................................................ 28
E. Teknik Pencatatan Data .................................................................... 29
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................. 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 32

ix
A. Deskripsi Informasi Penelitian ........................................................ 32
1. Informasi Objek Penelitian ........................................................ 32
2. Sinopsis film Perfume: The Story of a Murderer karya Tom
Tykwer .......................................................................................... 33
B. Deskripsi Temuan Penelitian ........................................................... 37
1. Deskripsi Temuan Data ............................................................. 37
C. Penafsiran dan Uraian ...................................................................... 62
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 65
A. Simpulan ............................................................................................ 65
B. Implikasi ............................................................................................ 66
C. Saran .................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69
LAMPIRAN ......................................................................................................... 71
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... 72

x
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk ciptaan yang paling sempurna. Dikatakan

sempurna, karena manusia memiliki kemampuan untuk berpikir baik secara nalar

maupun imaginatif, serta mampu menuangkan buah pikirannya dan menghasilkan

sebuah karya. Sejak manusia mengenal bahasa, manusia telah menggunakannya

untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari sesuai perkembangan jaman

yang diikuti oleh perubahan pola pikir manusia. Karya-karya yang dibuat manusia

dikenal sebagai karya sastra. Karya sastra menurut garis besar merupakan suatu

hasil karya manusia baik lisan maupun non-lisan (tulisan) yang menggunakan

bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetik atau keindahan bahasa

yang dominan. Ada beberapa jenis-jenis karya sastra yang kita ketahui: puisi,

prosa, drama dan film.

Film merupakan bentuk seni kompleks dan media komunikasi unik yang

pengaruhnya dapat menjangkau seluruh segmen sosial masyarakat. Film tidak

hanya merupakan media hiburan yang luar biasa, tetapi film juga memberikan

semacam rasa kehadiran dan kedekatan dengan suatu dunia yang tidak tertandingi

dengan tempat lain, dunia yang tidak dapat terbayangkan. Film dapat memberikan

perasaan yang intens dan melibatkan orang secara langsung dan nyata dengan

dunia “di luar sana” dan di dalam kehidupan orang lain. Menonton film membawa
2

penonton keluar dari kehidupan mereka sehari-hari dan serasa berada di dunia

yang berbeda. Penonton tenggelam ke dalam kehidupan karakter fiksi, pikiran

mereka pun mulai mengembangkan opini tentang kejadian-kejadian bersejarah

dalam film, dan terus terpikat oleh kombinasi warna, cahaya dan suara yang

artistik.

Dalam sebuah film, produser biasanya menggambarkan beberapa nilai-

nilai kehidupan sosial yang terdapat di dalam masyarakat yang diceritakan oleh

para tokoh dalam yang film dibuatnya. Nilai-nilai yang biasanya muncul di film

biasanya dikenal dengan nilai moral, nilai sosial, nilai religius/agama, nilai

budaya, nilai pendidikan, nilai etika, nilai estetika, nilai politik, nilai

kepahlawanan, nilai psikologi, nilai ekonomi dan nilai sejarah. Dalam

pembahasan skripsi ini difokuskan pada analisis psikologi pada tokoh utama.

Aspek psikologi adalah nilai-nilai yang bersifat batiniah yang terdapat

dalam diri setiap individu. Nilai-nilai tersebut berupa sifat dan karakter seseorang

yang bisa berubah seiring berjalan dan bertumbuhnya individu tersebut dalam

rentang usia. Psikologi seseorang bisa digambarkan pada karakter dan sifat

individu itu sendiri di mana setiap orang pasti memiliki psikologinya masing-

masing. Dalam hal ini penulis ingin menganalisa nilai psikologi karakter, yaitu

pemeran utama dalam film “Perfume: The Story of a Murderer”.

Penulis tertarik pada sifat-sifat dan karakter pemeran utama yang

memiliki karakter psikopat di mana dalam film ini ia berambisi untuk membuat

parfum yang super, untuk itu ia harus membunuh beberapa gadis untuk dijadikan

bahan dalam membuat parfumnya. Dalam skripsi ini, penulis ingin menganalisis

aspek psikologi yang diukur dari perbuatan, tingkah laku, serta ucapan tokoh
3

Jean-Baptise dalam berinteraksi dan bermasyarakat. Film ini menceritakan

berbagai macam latar cerita di dalamnya. Cerita-cerita di dalamnya mengambil

tema tentang kehidupan pemeran utama yang memiliki latar belakang keluarga

yang miskin yang berjuang dalam melanjutkan hidup setelah dihantui oleh

bayang-bayang rasisme.

Dalam penelitian ini, penulis membahas tentang film ““Perfume: The

Story of a Murderer karya Tom Tykwer.” Tykwer lahir di Wuppertal, Jerman

Barat. Mulai menggemari film sejak usia muda dengan membuat film amatir

Super 8, pada usia sebelas tahun. Setelah lulus sekolah menengah, dia pindah ke

Berlin untuk bekerja. Pada tahun 1987, saat usianya 22 tahun, dia menjadi

programmer di Moviemento kemudian berkenalan dengan beberapa sutradara film

Jerman.

Penelitian ini adalah salah satu upaya untuk membantu anggota

masyarakat mengapresiasikan film secara umum, dan di dalam film yang berjudul

“Perfume: The Story of a Murderer” secara khusus. Alasan penulis membahas

film ini yaitu karena di film ini menceritakan tentang konsep aspek psikologi di

mana pemeran utama dalam film ini yaitu Jean-Baptise Grenouille memiliki

ambisi untuk membuat sebuah parfum yang memiliki kekuatan yang sangat besar

yang menjadikannya sebagai parfum paling hebat sepanjang sejarah. Dalam

prosesnya itu harus membunuh belasan wanita.

Dari uraian dan penjelasan atas, penulis akhirnya tertarik untuk

menganalisis “Nilai Psikologi pada Tokoh Utama, Jean-Baptise Grenouill, pada

film “Perfume: The Story of a Murderer” dan akan meneliti secara mendalam dan

akan dianalisis berdasarkan teori psikologi.


4

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah kemukakan dalam filmatas, masalah

yang dapat dalam filmidentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakter tokoh utama Jean-Baptise dalam film “Perfume:

The Story of a Murderer”?

2. Faktor psychologial problem apa yang ada dalam tokoh utama Jean-

Baptise dalam film “Perfume: The Story of a Murderer”?

3. Bagaimanakah sifat psikopat tokoh utama Jean-Baptise dalam film

“Perfume: The Story of a Murderer”?

4. Apa nilai sosial yang dalam filmdapat dalam film “Perfume: The Story of

a Murderer”?

5. Apa makna inspiratif yang terdapat pada film “Perfume: The Story of a

Murderer” yang dapat dalam filmmaknai dalam kehidupan sehari-hari?

6. Apa pesan moral yang terdapat dalam film “Perfume: The Story of a

Murderer” ?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, penulis memberi

batasan hanya menganalisis nilai psikologi tokoh utama, Jean-Baptise dalam film

“Perfume:The Story of a Murderer”.


5

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimana karakter psikologis tokoh utama Jean-Baptise dalam film “Perfume:

The Story of a Murderer”?”

E. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan psikologi tokoh utama, Jean-Baptise,

dalam film “Perfume: The Story of a Murderer”.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan kegunaan yaitu

sebagai berikut:

1. Manfaat dari Segi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang

makna psikologi dalam diri seseorang terutama pada karakter utama film

“Perfume: The Story of a Murderer”, sehingga pembaca maupun penulis

mendapat pengetahuan dari hasil penelitian tersebut.

2. Bagi Mahasiswa Unindra

a) Dapat menambah wawasan dan lebih memahami nilai-nilai psikologi

pada tokoh utama, Jean-Baptise, dalam film “Perfume: The Story of a


6

Murderer”.

b) Sebagai bahan referensi terhadap penelitian yang sejenis atau yang

bersangkutan dengan film “Perfume: The Story of a Murderer”.

1. Bagi Penulis Lain

a) Dapat menjadi panduan atau referensi bagi penulis lain yang akan

melakukan penelitian yang sejenis.

b) Dapat menambah wawasan dalam memahami nilai-nilai psikologi,

terutama pada tokoh utama, Jean-Baptise dalam film “Perfume: The

Story of a Murderer”.

G. Sistematika Penulisan

Dalam mempermudah pembahasan maka penulis membuat sistematika

penulisan yang memuat rencana penelitian secara menyeluruh sehingga

mempermudah pembaca dalam memahami tulisan ini. Sistematika penulisan ini

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menyajikan pendahuluan tentang penelitian. Berisi latar

belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika

penulisan.
7

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

Bab ini berisikan Landasan Teori yang terdiri dari pembahasan

Karya Sastra, Analisis Psikologi, Tokoh dan Hasil Penelitian

yang Relevan dan Kerangka Berpikir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan menguraikan bagaimana dan dengan apa penulis

akan melakukan penelitian. Bab ini berisi pendekatan penelitian,

teknik penelitian, fokus dan subfokus penelitian, instrumen

penelitian, teknik pencatatan data, dan teknik pemeriksaan

keabsahan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Membahas hasil penelitian dan pembahasan, bab ini terdiri dari

deskripsi informasi penelitian, deskripsi temuan penelitian serta

penafsiran dan uraian penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang menyimpulkan hasil dari penelitian

berdasarkan pada bagian analisis data yang telah ditemukan,

implikasi dan nilai pengajaran serta saran.


8

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

Dalam landasan teori ini mendeskripsikan teori para ahli bahasa yang

dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian penulis. Adapun landasan teori yang

akan diuraikan adalah hal yang berhubungan dengan psikologi, film, karakter

psikopat. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai hasil penelitian

yang relevan serta kerangka berpikir.

1. Psikologi

Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang terus berkembang dan dipelajari

adalah psikologi. Psikologi berasal dari kata Yunani yaitu “psyche” yang artinya

jiwa, dan “logos” yang artinya adalah ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi,

psikologi adalah ilmu yang membahas segala sesuatu tentang jiwa, baik gejalanya,

proses terjadinya, maupun latar belakang kejadian tersebut. Menurut (Muhibbin

Syah, 2004:9) “Psikologi adalah studi tentang hakikat manusia dalam

menyelesaikan masalah-masalah praktis yang dihadapinya dalam menjalin

hubungan dengan manusia lain.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila kita melihat dari pandangan ilmu

psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku. Semua perilaku yang

ditunjukkan oleh manusia adalah ruang lingkup yang bisa dipelajari. Serta dapat

9
10

dijelaskan oleh ilmu psikologi. Misalnya saja, mengapa seseorang menjadi mudah

marah, atau mengapa ada orang yang senang berbohong dan berbuat jahat. Kedua

hal tersebut bisa dijelaskan menggunakan ilmu psikologi.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa psikologi adalah salah satu ilmu yang

tepat untuk menjelaskannya. Selain mempelajari tentang perilaku manusia,

psikologi juga mempelajari segala hal yang berhubungan dengan manusia. Pada

dasarnya, segala macam kegiatan atau aktivitas yang melibatkan manusia di

dalamnya adalah ruang lingkup dari ilmu psikologi.

2. Film

Film secara kolektif sering disebut sebagai sinema. Sinema bersumber dari

kata kinematik atau gerak. Film juga memiliki berbagai perpaduan unsur seni untuk

memenuhi kebutuhan dalam proses pembuatannya. Dalam hal ini unsur seni yang

terdapat dalam menunjang sebuah film meliputi seni rupa, seni fotografi, seni

arsitektur, seni tari, seni puisi, seni teater, seni musik, seni pantomim dan novel.

Semua seni tersebut merupakan gabungan proses pembuatan dari hasil sebuah

karya seni film yang biasa kita lihat. Butler (2012:5) menjelaskan mengenai konsep

pembuatan film, ia mengatakan :

“The film is built frame by frame, shot by shot, scene by scene, sequence by
sequence, as if the film maker is a brick layer building a wall. The viewer's
reactions are shaped and marshalled, with a slow increase of tension
throughout the film's duration careful not to exhaust the audience by peaking
too early. It is in editing that the meaning of the film actually lies. the sensible
director being careful not to exhaust the audience by praking too early.”

Dari kutipan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa proses pembuatan

film dibuat melalui beberapa tahapan, dari mulai merekam suara, menangkap setiap
11

gerakan maupun cahaya, pemilihan latar belakang dan tempat, pengambilan

adegan, penyuntingan dan proses lainnya sampai selesai hingga menghasilkan suatu

film tersebut untuk diputar dan dinikmati para penonton. Keberadaan film saat ini

memiliki banyak peminat, begitupun film sangat fenomenal karena mampu

memperlihatkan gambar hidup dalam sebuah layar sehingga menjadi salah satu

karya sastra yang paling berpengaruh dalam seni dan akan terus berkembang.

Film itu sendiri merupakan suatu media komunikasi massa yang diperankan

oleh aktor maupun aktris dengan penjiwaan yang sesuai dengan karakter untuk

mempengaruhi emosi para penikmat film. Menurut Widjaja (2008: 84) “Film

adalah teknik audio-visual yang sangat efektif dalam mempengaruhi penonton-

penontonnya. Ini merupakan kombinasi dari drama dengan paduan suara dan

musik, serta dari tingkah laku dan emosi, dan dinikmati benar-benar oleh

penontonnya, sekaligus dengan mata, telinga dan di ruang remang-remang, antara

gelap dan terang”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa film

merupakan salah satu media hiburan yang mampu mempengaruhi emosi dan

perasaan para penikmat film, sehingga mereka akan terbawa alur dan masuk dalam

cerita tersebut. Di samping itu kekuatan audio visual mampu mendukung sebuah

film dalam proses penyampaian berbagai pesan positif maupun negatif kepada para

penonton serta membentuk imajinasi dan karakter dari sudut pandang masyarakat

luas terhadap film tersebut.

Film terdiri dari berbagai genre. Genre film merupakan metode yang paling

mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasikan film dengan kategori sejenis

yang memiliki kesamaan bentuk, latar, tema, dan suasana dan yang lainnya. Fungsi
12

genre menurut Himawan Pratista (2008:10-13) adalah untuk “memudahkan

klasifikasi sebuah film sesuai dengan spesifikasinya.” Genre juga dapat dibagi

menjadi beberapa bagian diantaraya adalah sebagai berikut:

1. Genre Induk Primer

Genre ini merupakan genre induk primer yang telah ada dan populer

sejak awal perkembangan tahun 1900-an hingga 1930-an. Setiap film

pasti mengandung kurang leih satu jenis genre induk, namun bisa juga

pada satu film bisa kombinasi beberapa genre induk sekaligus.

a. Aksi

Film aksi berhubungan dengan adegan-adegan aksi

fisik yang seru, menegangkan, berbahaya, dengan tempo

cerita yang cepat. Umumnya berisi adegan aksi kejar-

mengejar, perkelahian, tembak-menembak, balapan,

ledakan, serta aksi lainnya. Contoh film aksi adalah A Good

Day to Die Hard (2013)

b. Drama

Film drama berhubungan dengan tema, cerita,

setting, karakter, serta suasana yang memotret kehidupan

nyata. Penceritaanya menggugah emosi dan mampu

menguras air mata. Contoh film drama adalah The

Spectacular Now (2013)


13

c. Fantasi

Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa,

serta karakter yang tidak nyata. Terdapat unsur magis, mitos

negeri dongeng, imajinasi dan alam mimpi. Contoh film

fantasi adalah Charlie and the Chocolate Factory (2005)

d. Fiksi ilmiah

Film fiksi ilmiah berhubungan dengan masa depan,

perjalanan angkasa luar, penjelajah waktu, invasi atau

kehancuran bumi. Menceritakan teknologi serta kekuatan

yang berada di luar jangkauan teknologi masa kini. Biasanya

berhubungan dengan karakter non-manusia. Interstellar

(2014)

e. Horror

Film horror memiliki tujuan utama memberikan rasa

takut, kejutan, serta teror yang mendalam bagi penontonnya.

Menggunakan karakter-karakter antagonis non-manusia

yang berwujud fisik menyeramkan. Contoh film horror

adalah The Conjuring (2013)


14

f. Komedi

Film komedi memiliki tujuan utama memancing

tawa penontonnya. Biasanya berupa drama ringan yang

melebih-lebihkan aksi, situasi, bahasa, hingga karakternya.

Contoh film komedi adalah Ace Ventura (1994)

g. Musikal

Film musikal mengkombinasi unsur musik, lagu, tari

(dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian

mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan

cerita. Contoh film musikal adalah The Greatest Snowman

(2017)

h. Petualangan

Film petualangan menceritakan tentang perjalanan,

eksplorasi atau ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum

pernah tersentuh. Biasanya menyajikan panorama alam

eksotis seperti hutan rimba, pegunungan, gurun pasir, lautan

serta pulau terpencil. Contoh film petualangan adalah 127

Hours (2007)

2. Genre Induk Sekunder

Film perang mengangkat tema kengerian serta teror yang

ditimbulkan oleh aksi perang. Umumnya menampilkan adegan

pertempuran, baik di darat, laut dan udara.


15

a. Bencana

Film bencana berhubungan dengan tragedi atau

musibah, baik skala besar maupun kecil yang mengancam

jiwa banyak manusia. Contoh film bencana adalah The

Perfect Storm (2000)

b. Biografi

Film biografi menceritakan penggalan kisah nyata

atau kisah hidup seorang tokoh berpengaruh di masa lalu

maupun kini. Merupakan pengembangan dari genre drama

dan epik sejarah. Contoh film biografi adalah Soekarno

(2013)

c. Olahraga

Film olahraga mengambil kisah aktivitas olahraga,

baik atlet, pelatih, agen maupun ajang kompetisi. Biasanya

diadaptasi dari kisah nyata baik biografi maupun sebuah

peristiwa olahraga besar. Contoh film olahraga adalah Cool

Running (1993)

d. Roman

Film roman lebih memusatkan cerita pada masalah

cinta, baik kisah percintaan maupun pencarian cinta sebagai


16

tujuan utamanya. Merupakan pengembangan dari genre

drama. Contoh film roman adalah Romeo and Juliet (1996)

e. Superhero

Film superhero berhubungan dengan kisah klasik

perseteruan antara sisi baik dan sisi jahat, yakni kisah

kepahlawanan tokoh super dalam membasmi kekuatan jahat.

Merupakan perpaduan antara genre fiksi-ilmiah, aksi dan

fantasi. Contoh film superhero adalah The Avengers (2012)

f. Thriller

Film thriller memiliki tujuan utama memberi rasa

ketegangan, penasara, ketidakpastian dan ketakutan pada

penonton. Alur cerita sering berbentuk aksi nonstop, penuh

misteri, kejutan, serta mampu mempertahakan intensitas

ketegangan hingga klimaks. Contoh film thriller adalah

Gone Girl (2014)

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa film diklasifikasikan menjadi

dua genre yaitu genre induk primer dan genre sekunder. Satu genre film dapat

menghasilkan puluhan, bahkan ratusan judul film yang akan terus berkembang

secara dinamis dan tidak akan berhenti seiring dengan perkembangan sinema.

Masing-masing genre dapat dikombinasikan sesuai dengan konteks cerita film,

misalnya perpaduan genre thriller dan genre horor yang banyak kita jumpai saat ini

seperti film “Perfume: The Story of a Murderer”.


17

A. Jenis Film

Film yang muncul mempunyai daya tarik tersendiri untuk membuat khalayak

mengkonsumsi bagian dari komunikasi massa tersebut sehingga setiap film

memiliki ciri khas yang menonjol sesuai kategori jenis film. Film sendiri menurut

Effendy (2009: 3-6) saat ini film terbagi dalam berbagai jenis yaitu:

1. Film Dokumenter

Dokumenter merupakan sebutan yang diberikan untuk film

pertama karya lumiere bersaudara yang berkisah tentang kehidupan

pekerja di pabrik mereka. Kritikus film asal Inggris John Grierson

berpendapat documenter merupakan cara kreatif merepresentasikan

realitas. Film dokumenter menyajikan realitas melalu berbagai cara

dan dibuat untuk berbagai macam tujuan, film dokumenter tak

pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan

propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Seiring dengan

berjalan waktu muncul berbagai aliran film dokumenter misalnya

dokudrama (docudrama). Contoh film documenter adalah Oceans

(2009)

2. Film Pendek

Durasi Film cerita pendek biasanya di bawah 60 menut. Di

banyak negara seperti Jerman, Kanda, Australia, Amerika Serika,

film cerita pendek dijadikan laboratorium batu loncaan bagi


18

seseorang/kelompok orang untuk kemudian memproduksi film

cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa

jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai film dan ingin

berlatih membuat film dengan baik. Contoh film pendek adalah

Grave Torture (2012)

3. Film Panjang

Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi

90- 100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk

dalam kelompok ini. Beberapa film bahkan berdurasi lebih dari 120

menit. Contohnya adalah sama halnya pada film umum yang sudah

dijelaskan di atas seperti Gone Girl (2014)

Berdasarkan pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam

menghibur orang banyak, film dibedakan berdasarkan beberapa kategori sesuai

fungsi dan tujuannya yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri terhadap

cara menghibur khalayak umum. Film sendiri terdiri dari berbagai macam jenis,

mulai dari film dokumenter, film cerita pendek, film cerita panjang dan film yang

lainnya. Dengan demikian penulis tertarik akan membahas jenis film cerita panjang

yang berdurasi lebih dari 60 menit dengan judul “Perfume: The Story of a

Murderer”.

Dari seluruh uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa film merupakan

suatu media komunikasi massa yang bersifat menghibur. Film diperankan para

tokoh dengan maksud menyampaikan berbagai pesan cerita yang dikemas


19

sedemikian rupa dan menyalurkan emosi melalui media karya sastra. Film juga

diklasifikasikan kedalam beberapa genre dan jenis sesuai dengan kategori film.

1) Psikopat

Secara harfiah psikopat berarti sakit jiwa. Berasal dari kata psyche yang

artinya jiwa dan pathos yang artinya penyakit. Orang awam lazimnya menyebut

gila. Tahun 1952 dalam ilmu psikiatri terjadi perubahan nomenklatur kepribadian

psikopatik menjadi kepribadian sisiopatik. Namun pada 1968 terminologi

kepribadian sosiopatik berubah menjadi bentuk gangguan kepribadian antisosial,

yang dipakai hingga saat ini. Menurut Freud (dalam Sarwono 2009:266) “Psikopat

adalah orang yang ego-nya terlalu dikuasai oleh id dan superego tidak ada wibawa

atau pengaruh sama sekali terhadap ego.” Jadi ego hanya mendengarkan apa kata

id, yang artinya semua tindakan seorang psikopat didasari oleh keinginan id semata,

tanpa memperdulikan baik-buruk tindakan tersebut.

Sedangkan menurut (Aksan 2008:65). “Psikopat secara etimologis

merupakan gabungan kata dari bahasa Yunani yaitu psyche dan pathos yang berarti

penyakit jiwa.” Psikopat berbeda dengan gila (psikosis), karena seorang psikopat

sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejala psikopat sendiri disebut dengan

psikopati. Seorang psikopat dapat melakukan apapun yang diinginkan dan

meyakini bahwa yang dilakukannya tersebut benar. Sifatnya yang pembohong,

manipulatif, tanpa rasa belas kasihan, serta tidak bersalah setelah menyakiti orang

lain. Bahkan terkadang seorang psikopat dapat bertindak kejam kepada siapapun,
20

tidak peduli saudara, kerabat, atau orang tua. Selain tidak peduli terhadap siapun,

psikopat selalu melihat kelemahannya karena orang lain.

Berdasarkan penjelasan Kartini Kartono dan Sarwono dapat disimpulkan

bahwa psikopat merupakan kelainan dan gangguan jiwa yang ciri utamanya yaitu

memiliki ketidakmampuan dalam memyesuaikan diri. Selain itu seorang psikopat

juga tidak memiliki tanggung jawab moral dan sosial, berkepribadian labil serta

emosinya tidak matang.

Dari penjelasan beberapa teori dari para ahli di atas penulis dapat

menyimpulkan bahwa psikopat adalah salah satu penyakit mental atau kejiwaaan

yang sifatnya disadari oleh pelaku. Sifatnya yang pembohong, manipulatif, tanpa

rasa belas kasihan, serta tidak bersalah setelah menyakiti orang lain. perilaku

psikopatik biasanya muncul dan berkembang pada masa dewasa. Puncaknya yaitu

ketika seseorang berada di usia sekitar 40 tahun, kemudian mengalami fase plateau

pada usia sekitar 50 tahun kemudian sedikit demi sedikit menghilang. Psikopat juga

bisa disebabkan oleh kesalahan pola asuh.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Peneitian psikologi khususnya yang meneliti tentang karakter pemeran

utama dari film “Perfume: The Story of a Murderer” ini beberapa kali telah diteliti

oleh peneliti lain terdahulu. Penelitian tersebut memiliki beberapa persamaan dan

perbedaan sehingga harus dipertimbangkan untuk menunjang suatu penelitian.

Adapun untuk memperkaya referensi penelitian ini, telah dilakukan tinjauan


21

pustaka oleh penulis terhadap penelitian relevan seputar karakter pemeran utama

dalam film “Perfume: The Story of a Murderer”, ialah sebagai berikut:

Penelitian relevan pertama merupakan skripsi yang dilakukan oleh Evie

Amallia dari Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2016 dengan judul

Karakterisasi Tokoh Utama dalam Novel Roman Perfume: The Story of a

Murderer”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif

deskriptif serta dilakukan studi kepustakaan dengan menggunakan teori Marquaß.

Hasil dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengkategorikan jenis-jenis

roman dan karakterisasi serta menjelaskan makna literal dan kontekstual dari jenis-

jenis karakter roman dan psikologi yang terdapat dalam film tersebut.

Penelitian yang dilakukan peneliti dengan penulis memiliki persamaan yaitu

terletak pada analisa karakter utama dalam film. Persamaan lainnya dengan

penelitian penulis adalah penggunaan metode, yaitu metode kualitatif deskriptif.

Adapun perbedaan penelitian antara peneliti dengan penulis adalah sumber data

yang berbeda dan menggunakan teori yang berbeda, peneliti menggunakan sumber

data dari novel sementara penulis menggunakan sumber data film. Peneliti

menggunakan teori utama Freud sedangkan penulis menggunakan teori Marquaß.

Penelitian relevan yang kedua yaitu skripsi yang dilakukan oleh Fabiola

Nimas Ayu Sukeswari dari Universitas Sanata Darma Yogyakarta pada tahun 2017

dengan judul Interpersonal Communication in Suskind’s “Perfume: The Story of a

Murderer”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif

deskriptif serta dilakukan studi kepustakaan dengan menggunakan teori

kepribadian Maslow. Hasil dari penelitian ini adalah kepribadian dibagi menjadi
22

lima kategori yaitu psychological needs, safety needs, love and belongingness

needs, esteem needs, and self-actualization needs.

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa karakterisasi pada karakter

utama dalam film “Perfume: The Story of a Murderer” sebagai bentuk ekspresif

dari karakter utamanya untuk menunjukan bahwa Interpersonal Communication

menjadi ciri khas dari karakter dalam film tersebut. Terdapat beberapa persamaan

dalam penelitian yang dilakukan peneliti dengan penulis yaitu pada analisa

psikologi dan metode yang digunakan yaitu metode kualitatif deskriptif. Adapun

perbedaan penelitian antara peneliti dengan penulis adalah teori utama yang

digunakan dalam melakukan analisis, penulis menggunakan teori Freud sedangkan

peneliti menggunakan teori kepribadian Maslow.

Penelitian relevan yang ketiga yaitu skripsi yang dilakukan oleh Sri Lestari

dari Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2012 dengan judul “Jean

Baptise Grenouille’s Ambition In Patrick Suskind’s Perfume: The Story of A

Murderer Novel (1985)”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

kualitatif deskriptif serta dilakukan studi kepustakaan dengan menggunakan teori

pendekatan psikoanalitik Freud. Hasil dari penelitian ini adalah kepribadian dibagi

menjadi 3 kategori yaitu Id, Ego, dan Superego.

Hasil penelitian tersebut menunjukan tentang perjalanan karakter utama

dalam film “Perfume: The Story of a Murderer” dalam bentuk cerita eksposisi dan

dalam pendekatan psikoanalitiknya merepresentasikan masalah psikologis Jean-

Baptise Grenoullie. Terdapat beberapa persamaan dalam penelitian yang dilakukan

peneliti dengan penulis yaitu pada analisa psikologi dan metode yang digunakan
23

yaitu metode kualitatif deskriptif dan juga teori yang digunakan. Adapun perbedaan

penelitian antara peneliti dengan penulis adalah kategori pada teori utama yang

digunakan dalam melakukan analisis, penulis menggunakan Id, Ego dan Superego

sedangkan peneliti menggunakan teori pendekatan psikoanalitik.

C. Kerangka Berpikir

Psikologi adalah ilmu yang membahas segala sesuatu tentang jiwa, baik

gejalanya, proses terjadinya, maupun latar belakang kejadian tersebut. Psikologi

memiliki berbagai macam cabang ilmu pengetahuan dan salah satunya adalah

psikologi perkembangan. Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari

perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk perilaku sejak lahir

sampai lanjut usia. Pada setiap proses perkembangan terdapat perpaduan antara

dorongan mempertahankan diri dan dorongan mengembangkan diri. Seperti halnya

psikologi yang menampilkan kepribadian yang baik, namun bisa juga kepribadian

seseorang itu menjadi buruk yang dipengaruhi oleh lingkungan dan faktor-faktor

pembentuk karakter lainnya.

Film adalah sebuah karya seni berisi gambar hidup yang disebut sinema.

Tujuan utama film adalah menciptakan sebuah karya untuk menghibur orang

banyak. Dalam sebuah film karakter yang diperangkan sangat variatif, tidak hanya

karakter protagonis, antagonis, bahkan karakter psikopat bisa diperankan dalam

sebuah film termasuk karakter utama pada film “Perfume: The Story of a

Murderer”.
24

Dalam penelitian psikologi karakter utama pada film “Perfume: The Story

of a Murderer”, peneliti menggunakan teori dari Freud yang membagi psikologi ke

dalam 3 jenis yaitu, Id, Ego dan Superego. Penulis akan membahas aspek-aspek

psikologi yang akan diklasifikasikan dengan menggunakan tabel secara deskriptif

dalam naskah dialog dari film “Perfume: The Story of a Murderer”. Penulis juga

menggunakan tabel rekapitulasi untuk menghitung secara deskriptif terhadap

karakter psikologi pemeran utama dalam film “Perfume: The Story of a Murderer”

sehingga dapat mengetahui apa saja karakter psikopat dan juga ambisi dalam Film

“Perfume: The Story of a Murderer”.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam dunia pendidikan, pendekatan penelitian terbagi menjadi dua

penelitian, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif, penelitian ini lebih

menekankan pada makna dan proses daripada hasil suatu aktivitas. Oleh

karena itu, Cresswell (2002) menyatakan bahwa, “Qualitative Research is

intended to deeply explore, understand and interpret social phenomena

within its natural setting. By using a qualitative researcher methodology,

researchers want to collect richer information and get more detailed picture

of issues, cases or events.” Dari kutipan tersebut jelas bahwa penelitian

kualitatif salah satu metode untuk mendapatkan data dengan car menggali,

memahami dan menginterpretasikan fenomena sosial. Fenomena tersebut

dijadikan sebagai kelompok data dan dianalisis kecenderungannya.

Penelitian kualitatif biasa ditandai dengan makna, bukan dengan

angka. Moleong (2011) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilakunya diamati, Kemudian ia

menambahkan, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang

ditunjukkan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik

25
26

fenomena alamiah maupun rekayasa manusia. Penjelasan kutipan Moleong

tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah

suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan yang diamati dari subjek itu sendiri secara subjektif

pada kondisi objek secara alamiah dengan tujuan untuk mengedepankan

proses interaksi yang mendalam dengan fenomena objek yang diteliti.

Psikologi manusia seringkali tercermin dalam suatu karya sastra.

“Karya sastra memungkinkan ditelaah melalui pendekatan psikologis

karena karya sastra menampilkan berbagai problem psikologis.” (Minderop

2010:55). Dengan acuan inilah penelitian ini bertumpu pada asumsi dasar

bahwa teks sastra selalu menyajikan kejiwaan manusia sehingga untuk

memahami dan mengenal struktur kejiwaan manusia secara lebih

mendalam, dapat dialami melalui pendekatan psikologis. Pendekatan

psikologi dilakukan dengan penelitian yang dapat berawal dari objek

penelitian yang dapat berasal dari ucapan dan tulisan serta sikap maupun

perilaku dan perbuatan tokoh di dalam cerita agar dapat diidentifikasikan

sesuai dengan tujuan penelitian. Fenomena kepribadian setiap tokoh dalam

film merupakan gambaran sepak terjang manusia dalam realitas kehidupan

fiksi. Pendekatan dalam penelitian psikologi karakter tokoh Jean-Baptise

Grenouille ini memuat konsep kebutuhan dasar manusia dalam menjalani

kehidupan sehingga melakukan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan

tersebut secara menyeluruh. Melalui pendekatan penelitian ini, dilakukan

telaah terhadap psikologi karakter tokoh Jean-Baptise Grenouille dalam


27

film “Perfume: The Story of a Murderer” dengan menguraikan kenyatan

dan fakta psikologi tokoh Jean-Baptise Grenouille yang terdapat di dalam

cerita.

B. Teknik Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik penelitian

kepustakaan atau library research. Teknik kepustakaan ini bertujuan untuk

mengumpulkan data dan mencatat setiap bagian penting dalam film yang

penulis teliti sehingga menghasilkan fokus pembahasan pada penelitian ini.

Menurut Sugiono (2013:83), “Studi pustaka merupakan metode

pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi

melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto, gambar, maupun

dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penelitian.”

Dengan teknik kepustakaan ini memudahkan penulis untuk mengumpulkan

data yang akan dianalisis. Penelitian ini tergolong library research yakni

penelitian yang dilakukan di dalam ruang kerja dan di ruang perpustakaan,

serta peneliti memeroleh data atau informasi tentang objek penelitian

dengan buku, artikel, dan internet. Sumber data yang didapat dalam

penelitian ini adalah film “Perfume: The Story of a Murderer” karya Tom

Tykwer, sedangkan media internet dijadikan sebagai tambahan dalam

pengumpulan data dan referensi lainnya yang relevan.

C. Fokus dan Subfokus Penelitian


Dalam penelitian ini perlu ditentukan fokus dan subfokus penelitian

agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan oleh
28

penulis. Fokus dalam penelitian ini adalah karakter psikologi tokoh Jean-

Baptise Grenouille dalam film “Perfume: The Story of a Murderer”.

Subfokus dalam penelitian ini adalah karakter psikologi tokoh Jean-Baptise

Grenouille berdasarkan tiga struktur kepribadian yaitu Id, Ego dan

Superego yang dikategorikan oleh Sigmun Freud dalam Dwi Setyawati

Sinaga (2015) Ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, sifat,

komponen, prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya

saling berhubungan sehingga sukar (tidak mungkin) untuk memisah-

misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia, tingkah laku selalu

merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek tersebut.

D. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Peneliti atau penulis sendiri karena kegiatan pengumpulan data tidak

bisa dilakukan lewat perantara atau sarana lain.

2. Setiap data yang diperoleh dari dalam cerita berupa teks cerita, tokoh-

tokoh, karakter tokoh, dan konflik-konflik yang ada.

3. Untuk memperoleh data penting unsur-unsur psikologis digunakan tabel

sebagai berikut:
29

TABEL 3.1

Psikologi Karakter Jean-Baptise Grenouille


dalam film “Perfume: The Story of a Murderer”

Psikologi
No. Dialog Durasi
Id Ego Superego

1.

2.

Jumlah

Presentasi

Total

E. Teknik Pencatatan Data


Teknik pencatatan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Menonton film secara berulang dan teliti guna memperoleh gambaran

tentang aspek yang akan diteliti yaitu aspek psikologi karakter Jean-

Baptise Grenouille dalam film “Perfume: The Story of a Murderer”.

2. Memahami isi cerita film “Perfume: The Story of a Murderer”.

3. Mencari dan membaca teori yang dipakai sebagai rujukan.

4. Menuliskan dialog atau adegan cerita (data) yang menggambarkan

psikologi kepribadian berdasarkan kebutuhan dasar dalam diri tokoh

Jean-Baptise Grenouille.
30

5. Mengklasifikasikan jenis aspek psikologi yang sering muncul dalam diri

Jean-Baptise Grenouille.

6. Melakukan interpretasi dan analisis dialog atau adegan dengan analisis

psikologi karakter Jean-Baptise Grenouille.

7. Menarik simpulan akhir psikologi karakter dari tokoh Jean-Baptise

Grenouille.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam memperoleh data, penulis menggunakan metode triangulasi


yaitu penggabungan dua metode dalam satu penelitian. Menurut William
dalam Sugiono (2013:64), “Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai cara dan berbagai waktu”.
Langkah pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

1. Mencari data sebagai sumber penunjang yang relevan.

2. Menonton film “Perfume: The Story of a Murderer” berulang kali

secara cermat dan mencatat data yang diperlukan sesuai dengan judul

skripsi.

3. Menelaah seluruh data yang telah diperoleh berupa psikologi analisis

tokoh Jean-Baptise Grenouille dalam film “Perfume: The Story of a

Murderer”.

4. Interpretasi hasil penelitian dan mereduksi data yang tidak sesuai.

5. Memeriksa kembali pengelompokkan data hasil temuan berdasarkan

teori utama Sigmun Freud dan teori lainnya yang relevan.


31

6. Mengkonsultasikan teori dan data hasil temuan kepada dosen

pembimbing.

7. Membandingkan data hasil temuan dengan peneliti lain yang telah

melakukan penelitian serupa.

8. Menyusun hasil penelitian ke dalam bentuk skripsi


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Informasi Penelitian

Deskripsi informasi penelitian ini menyajikan informasi yang

berkaitan dengan film Perfume: The Story of a Murderer karya Tom Tykwer

sebagai objek penelitian. Penulis akan menyampaikan informasi tentang

film Perfume: The Story of a Murderer karya Tom Tykwer sebagai objek

penelitian dan cerita singkat film tersebut untuk keperluan data dan

informasi yang terkait dan agar pembaca dapat dengan mudah memahami

isi dari hasil penelitian.

1. Informasi Objek Penelitian

Judul yang diteliti oleh penulis adalah Perfume: The Story of a

Murderer. Film Perfume: The Story of a Murderer dirilis di Jerman

pada tanggal 14 September 2006. Film yang bergenre thriller ini disutradarai

oleh Tom Tykwer, dan ditulis oleh Tom Tykwer. Film ini diperankan oleh

Ben Whishaw, Alan Rickman, Rachel Hurd-Wood, Dustin Hoffman,

Karoline Herfurth dan Simon Chandler. Film ini merupakan adaptasi novel

tahun 2000 karya Suskind dengan judul yang sama.

Film ini berdurasi 147 menit dan menceritakan tentang kisah

berlatarkan abad ke-18 di Prancis yang menceritakan kehidupan Jean-

32
33

Baptiste Grenouille sang genius dalam penciuman yang melakukan

pembunuhan demi menemukan wangi yang sempurna. Grenouille

dibesarkan di sebuah panti asuhan, Grenouille tumbuh menjadi manusia

dengan indra penciuman yang luar biasa. Pada usia dewasa saat pertama kali

ke Paris ia tertarik dengan aroma seorang wanita berambut merah penjual

prem (Karoline Herfurth). Latar waktu Perfume: The Story of a Murderer

pada abad ke-18 di Prancis. Film ini mendapat kritik yang baik dari para

kritikus dan meraup keuntungan sebesar 135 Juta Dollar Amerika.

2. Sinopsis film Perfume: The Story of a Murderer karya Tom Tykwer

Sebuah cerita yang diadaptasi dari novel karya Patrick Suskind

menceritakan tentang Jean-Baptiste Grenouille yang dilahirkan di sebuah

pasar ikan di Prancis. Ibunya melahirkannya saat sedang memotong ikan di

pasar tersebut. Ia kemudian dibiarkan begitu saja oleh ibunya di bawah

kolong meja tempat ibunya memotong ikan. Diketahui oleh orang sekitar

bahwa ibunya berniat membunuh bayinya sendiri, kemudian ibunya

dihukum gantung atas tindakan tersebut. Grenouille dibesarkan di sebuah

panti asuhan, Grenouille tumbuh menjadi manusia dengan indra penciuman

yang luar biasa. Pada usia dewasa saat pertama kali ke Paris ia tertarik

dengan aroma seorang wanita berambut merah penjual prem (Karoline

Herfurth). Ia mengikuti wanita tersebut sambil mengendus-ngendus hingga

ke tubuh si wanita. Hal tersebut membuat si wanita merasa aneh dengan

sikap Grenouille tersebut, dan si wanita bergegas lari. Grenouille tetap


34

mengikutinya, dan mengendus-ngendus di belakang tubuh wanita tadi. Si

wanita terkejut dan ingin menjerit, tetapi dicegahnya dengan menutup mulut

si wanita dengan kedua tangannya yang lusuh. Tanpa ia sadari ternyata

wanita itu tewas karena rupanya bukan mulutnya saja yang ditutup, tetapi

hidung untuk bernapas juga ditutup oleh tangannya. Setelah sadar si wanita

berambut merah tadi tidak bernyawa dan memudarnya aroma yang begitu

membuatnya terkesan, ia telanjangi si wanita yang telah mati tersebut

sambil mengendus-ngendus seluruh tubuhnya untuk menemukan kembali

aroma yang istimewa tersebut. Grenouille dihantui rasa penasaran oleh

aroma yang dimiliki oleh wanita tersebut.

Saat mengantar pesanan ke sebuah toko parfum milik orang Italia,

Grenouille dibuat takjub oleh sang pemilik toko, Giuseppe Baldini (Dustin

Hoffman), dengan kemampuan luar biasa yang dimiliki Grenouille

menciptakan parfum dengan mengandalkan kemampuan penciumannya

yang super bahkan ia mampu membuat parfum yang jauh lebih baik dari

parfum yang populer saat itu dan sulit diketahui komposisinya. Baldini

mengajarinya teori membuat parfum yang semuanya berformula 12 macam

aroma, tetapi ada formula ke-13 yang masih menjadi misteri yang tidak

terpecahkan. Formula yang dimiliki seorang firaun yang mampu

menaklukkan umat manusia saat menggunakan parfum tersebut. Grenouille

kemudian menjadi pekerja Baldini, tetapi ia merasa kecewa dengan Baldini

karena ia tidak dapat menemukan semua aroma yang ia inginkan. Kemudian

Baldini menginformasikan kepada Grenouille tentang metode membuat


35

parfum yang hanya dapat dipelajari di Grasse dan sepakat memberikannya

surat jalan ke sana jika Grenouille membuatnya 100 formula pembuatan

parfum. Grenouille menyanggupinya bahkan ia mampu memberi formula

lebih banyak yang Baldini harapkan. Dalam perjalanan ke Grasse,

Grenouille mengetahui dirinya tidak memiliki aroma yang menjadikannya

berpikir bahwa ia bukanlah siapa-siapa dalam hidup ini. Ia mendapat ilham

untuk menciptakan wangi yang sempurna untuk menjadikannya orang yang

diakui dalam kehidupannya.

Setibanya di Grasse, Grenouille mencium aroma dari tubuh Laura

Richis (Rachel Hurd-Wood) si cantik berambut merah anak dari seorang

kaya raya bernama Antoine Richis (Alan Rickman). Grenouille

memutuskan bahwa wanita itulah yang akan menjadi "aroma ke-13" untuk

menciptakan formula parfum dengan wangi yang sempurna. Grenouille

mendapat pekerjaan dari Nyonya Arnulfi (Corinna Harfouch) dan

mempelajari metode penyulingan bunga untuk mendapatkan sari aromanya.

Ia membunuh seorang wanita pemetik lavender untuk disarikan aromanya

dengan meletakkannya di dalam tabung penyulingan, tetapi metode tersebut

gagal. Kemudian ia mendekati seorang wanita pekerja seks komersial untuk

diambil sari aroma tubuhnya yang terkesan istimewa bagi Grenouille. Si

pelacur yang melihat gelagat anehnya menolak untuk diolesi dengan lemak

untuk diambil aromanya, kemudian memarahinya sambil mengembalikan

uang yang diberi Grenouille. Untuk meraih obsesinya, Grenouille

membunuh pelacur tersebut. Selanjutnya, ia membunuh wanita-wanita lain


36

dengan aroma istimewa yang dimiliki mereka yang hanya Grenouille yang

mampu mencium aromanya. Ia membuang mayat para wanita yang ia bunuh

di sekitar kota Grasse, hal ini membuat kepanikan warga. Setelah

mendapatkan 12 formula, ia menargetkan Laura sebagai formula

pamungkasnya. Formula ke-13 dengan aroma yang hanya dimiliki oleh

wanita suci yang langka keberadaannya. Aroma ini seperti yang dimiliki

oleh wanita penjual prem yang menjadi korban pembunuhan pertamanya.

Tanpa kesulitan, Grenouille mampu menyusup di penginapan tempat Laura

diasingkan oleh ayahnya. Meskipun penjagaan dan pertahanan penginapan

tersebut begitu ketat, Grenouille mampu dengan leluasa memasuki ruangan

tempat Laura tidur. Di sana ia menyarikan aroma tubuh Laura. Keesokan

harinya, Antoine sangat terkejut dan sedih melihat anaknya telah tewas di

atas ranjang kamarnya.

Ia kemudian ditangkap sepasukan militer pada saat telah

menyelesaikan formula membuat parfum dengan wangi yang sempurna.

Pada hari eksekusi tiba, ia menggunakan parfum tersebut di saat ia akan

dibawa untuk dieksekusi dan dianiaya para penjaga tahanan. Semua orang

menjadi tunduk dan menghormatinya. Antoine Richis yang sangat dendam

dengan kebencian yang memuncak atas kematian anaknya juga ikut takhluk

dan menyembah Grenouille. Ratusan orang yang sebelumnya mengutuknya

dan ingin menonton eksekusinya juga menjadi tak sadarkan diri dengan

berahi yang tidak terkendali saat Grenouille menyebarkan aroma parfum

ciptaannya. Ratusan orang serentak melakukan hubungan seksual saat


37

terpesona dengan aroma parfum tersebut. Pada saat itu, Ia kembali

terkenang dengan seorang wanita pertama yang membuatnya terpesona

dengan aromanya yang istimewa. Kemudian ia dengan leluasa berjalan dan

meninggalkan Grasse, dengan parfum yang dimilikinya ia mampu

menaklukkan seluruh dunia. Pada kenyataannya, bukanlah kekuasaan yang

diharapkannya. Ternyata kebahagiaan tersebut yang ia dambakan,

kebahagiaan merasakan cinta kepada seseorang yang ia temukan melalui

kemampuan idera penciumannya yang istimewa. Ia tiba di pasar tempat ia

dilahirkan, dan melihat sekumpulan gembel yang sedang berkumpul. Ia

menuang semua parfum yang tersisa di kepalanya, seketika orang-orang

tersebut terpesona dengannya. Mereka mengatakan bahwa ia adalah

malaikat, dan mereka mendekatinya serta memakan Grenouille. Keesokan

harinya, semua yang tersisa hanya pakaian yang dikenakan Grenouille dan

botol parfum yang ia miliki dengan sisa setetes parfum di ujung bibir botol.

B. Deskripsi Temuan Penelitian

1. Deskripsi Temuan Data


Temuan data dalam penelitian ini berhubungan dengan tokoh utama,

setelah menonton film Perfume: The Story of a Murderer karya Tom

Tykwer secara berulang-ulang dan teliti, penulis dapat menyimpulkan

bahwa tokoh utama dari film ini adalah Jean-Baptise Grenouille,

sehingga tokoh utama dalam analisis film ini adalah Jean-Baptise

Grenouille.
38

Teori yang digunakan untuk menentukan aspek psikologi tokoh ini

yaitu teori Freud (1923), yang mengatakan bahwa ada tiga langkah-

langkah atau struktur kepribadian yang dilakukan untuk menentukan

psikologi seseorang, yaitu id, ego, dan superego. Hal tersebut

diungkapkan dalam dialog dan adegan dari tokoh utama dalam film

Perfume: The Story of a Murderer karya Tom Tykwer sebagai berikut:

a. Id (Das Es)

Berikut adalah struktur kepribadian id Jean-Baptiste

Grenouille berdasarkan dialog dan adegan dalam film “Perfume:

The Story of a Murderer”:

1) (00:27:03.04) – (00:27:16.01)

Narrator:“ That night, he could not sleep. The intoxicating power of

the girl's scent made it clear to him why he'd come to his own life so

tenaciously, so savagely.”

Pembahasan:

Berdasarkan dialog di atas, termasuk ke dalam id. Diperlihat

dari kalimat yang disampaikan oleh Narrator bahwa grenouille tidak

bisa tidur dan membuatnya bertanya-tanya mengapa aroma dari

wanita yang dia bunuh sangat memabukan dan mengapa grenoille

merasa begitu kejam sampai membunuhnya.


39

2) (00:41:40.23 - 00:43:15.17)

Baldini : “This is Amor & Psyche!”

Grenouille : “But it's not a good perfume, Master. If you let me

again, Master, I'll make it more better. Now it's a really good

perfume. Don't you want to smell it, Master?”

Pembahasan:

Berdasarkan dialog di atas, merupakan termasuk ke dalam

aspek id. Grenouille yang menunjukan rasa ingin tahunya dan juga

ia menunjukan ambisinya untuk membuatkan Baldini parfum yang

lebih baik dari parfum terkenal pada saat itu yaitu Amor & Psyche.

3) (00:48:38.21 - 00:49:32.10)

Baldini : “What’s the matter ?”

Grenouille : “I have to learn how to capture scent. and reprise it

forever. I will make you as many perfumes as you want but you have

to teach me how to capture the smell of all things. Then teach me

everything you know and I'll make you the best perfume in the whole

world.”

Pembahasan:

Berdasarkan dialog di atas, pada kalimat yang disampaikan

oleh Grenouille bahwa dirinya ingin menginginkan Baldini untuk


40

mengajarkannya bagaimana cara menangkap sebuah aroma dan

menjanjikan untuk membuat parfum terbaik di dunia termasuk ke

dalam id. Karena Grenouille menunjukan ambisi dalam hidupnya.

Dan keinginan merupakan sifat alami yang berada pada dalam diri

seseorang.

4) (00:53:37.02 - 00:55:13.15)

Baldini : “Jean-Baptiste, What you have done ?”

Grenouille : “You lied, you lied to me. You said I could capture the

scent of anything. You told me I had to experiment”

Baldini : “Experiment? Experiment? But not with the cat, What kind

of a human being are you?”

Pembahasan:

Dialog di atas, merupakan termasuk ke dalam aspek id. Pada

kalimat yang diutarakan oleh Grenouille sebagai bentuk rasa karena

Grenoille tidak dapat menangkap aroma dari sesuatu dan merasa

dibohongi oleh Baldini, ia menunjukan rasa kecewa karena tidak

mendapatkan hal yang ia inginkan. Pada saat itu Grenoille sedang

melakukan eksperimen dengan merebus seekor kucing untuk dapat

mendapatkan aromanya. Kekecewaan adalah sifat naluriah yang ada

pada diri seseorang.

5) (01:01:47.11 - 01:02:03.08)
41

Narrator : ”There were a thousand smells in his clothes. The smell

of sand, stone, moss. Even the smell of the sausage he'd eaten weeks

ago. Only one smell was not there. His own.”

Pembahasan:

Situasi pada dialog di atas adalah, Grenouille yang masih

sangat marah karena kekecewaannya pada Baldini hingga ia tidak

bisa mencium aroma karena ia sudah mencium semuanya dan satu

hal yang tidak bisa ia cium yaitu dirinya sendiri. Tindakan yang

dilakukan oleh Grenouille adalah menolak untuk menerima bahwa

tidak semua hal dapat dibuat aromanya. Karena hal tersbut membuat

dialog di atas termasuk ke dalam aspek id.

6) (01:02:40.18 - 01:02:56.04)

Narrator : ”For the first time, Grenouille realized he had no smell.

He realized that all his life he had been a nobody to everyone. What

he now felt was the fear of his own oblivion.”

Pembahasan:

Dari dialog di atas, merupakan termasuk ke dalam aspek id.

Hal tersebut ditunjukan oleh Grenouille yang merasa menyesal dan

ntuk pertama kalinya, Grenouille menyadari bahwa dia tidak

memiliki bau. Dia menyadari bahwa sepanjang hidupnya dia bukan

siapa-siapa bagi semua orang. Apa yang dia rasakan sekarang adalah
42

ketakutan akan pelupaannya sendiri. Hal itu menujukan id nya yang

menguasai dirinya atas apa yang terjadi pada dirinya.

7) (01:03:06.13 - 01:03:32.17)

Narrator : “By the first light of next morning, Grenouille had a new

plan. He must continue his journey to Grasse. There he would teach

the world not only that he existed, that he was someone, but that he

was exceptional. And with this decision, it seemed that the gods had

at last begun to smile on him.”

Pembahasan:

Grenoille yang melanjutkan perjalanan ke Grasse dengan

sebuah ambisi, di sana dia akan mengajari dunia tidak hanya bahwa

dia ada, bahwa dia adalah seseorang, tetapi dia luar biasa. Dan

dengan keputusan ini, tampaknya para dewa akhirnya mulai

tersenyum padanya. Dari keinginan Grenouille tersebut merupakan

bentuk dari id yang ada dalam dirinya. Dia ingin semua memandang

dirinya baha dia adalah seseorang. Oleh karena itu kutipan dialog di

atas termasuk ke dalam aspek id.


43

8) (01:54:34.07 - 01:56:46.18)

Richis : “Why did you kill my daughter? Why?”

Grenoille : “I needed her, I just... Needed her”

Richis : “Very well, But remember this. I will be looking at you when

you are laid on the cross and the twelve blows are crashing down

on your limbs. And when the crowd has finally tired of your screams

and wandered home, I will climb up through your blood and sit

beside you. I will look deep into your eyes and drop by drop I will

trickle my disgust into them like burning acid, until finally you

perish.”

Pembahasan:

Situasinya adalah Grenouille akhirnya tertangkap karena

telah membunuh beberapa wanita di kota dan dijadikannya sebagai

bahan pembuat parfumnya, termasuk anak gadis dari Gubernur kota

tersebut. Grenouille ketika ditanya alasan ia membunuh putri

Gubernur tersebut, ia hanya menjawab bahwa Grenouille

membutuhkannya sebagai formula terakhir yaitu gadis yagng masih

suci. Kutipan dialog ini termasuk ke dalam aspek id, karena

keinginan adalah salah satu sifat manusia atau naluri yang terbentuk

sejak kecil yang terkadang jika tidak terpenuhi membuat seseorang

gelisah.
44

b. Ego (Das Ich)

Berikut adalah struktur kepribadian ego Jean-Baptiste

Grenouille berdasarkan dialog dan adegan dalam film “Perfume:

The Story of a Murderer”:

1) (00:11:14.07 - 00:11:25.02)

Narrator : “When Jean-Baptiste did finally learn to speak, he soon

found that everyday language proved inadequate for all the

olfactory experiences accumulating within himself.”

Pembahasan:

Pada adegan di atas, termasuk ke dalam ego. Grenouille

ketika Jean-Baptiste akhirnya belajar berbicara, dia segera

menemukan bahwa bahasa sehari-hari terbukti tidak memadai untuk

semua pengalaman penciuman yang terakumulasi dalam dirinya

merupakan bentuk untuk mencari cara bagaimana dari indra

penciuman yang dimilikinya dapat menjadi jalan untuk dirinya

berkomunikasi dengan dunia.

2) (00:14:10.10) - 00:15:05.03)

Narrator : “Jean-Baptiste Grenouille had triumphed. and at last he

was in his element, He was not choosy. He did not differentiate

between what are good smells from bad.”

Pembahasan:
45

Berdasarkan dialog di atas, termasuk ke dalam aspek ego.

Situasinya adalah Jean-Baptiste Grenouille merasa telah menang

dan akhirnya dia berada di elemennya, dia tidak pilih-pilih dan dia

tidak membedakan antara bau yang baik dan yang buruk.”

3) (00:33:49.05 - 00:35:16.22)

Baldini : “Who's there?”

Grenouille : “I'm from Grimal's tannery. I've got the goatskins you

ordered. You want to make this leather smell good, don't you?”

Baldini : “Why, of course and so it shall.”

Pembahasan:

Berdasarkan dialog di atas, merupkan termasuk ke dalam

aspek ego. Situasi pada kutipan dialog di atas adalah, saat Grenouille

mengantarkan pesanan kulit kambing yang dipesan oleh Baldini.

Rasa ingin tahu Grenoille pada saat itu adalah tindakan yang

didasarkan pada Ego karena atas rasa ingin tahu tersebut akhirnya

Grenoille tahu bahwa ia memiliki kesempatan untuk belajar cara

membuat parfum.

4) (01:16:50.18 - 01:17:55.24)

Whore : “What's that stuff, It feels horrible. Creating a perfume,

eh?”
46

Grenouille : “I'm creating a perfume. It's only animal fat. To soak

up your scent. I enjoy my work. Hold your arm still please.”

Pembahasan:

Situasinya adalah, Grenouille menyewa seorang pelacur

hanya untuk diambil aroma tubuhnya. Sang pelacur yang merasa

tidak nyaman dengan hal tersebut menolak saat Grenoille mulai

melapisi lemak di kulitnya. Keegoaan Grenouille muncul karena ia

harus mendapatkan aroma dari wanita pelacur tersebut. Karena

wanita tersebut menolak akhirnya Grenouille terpaksa harus

membunuh wanita tersebut.

5) (00:56:24.18 - 00:58:11.07)

Grenoille : “Is there any other way to preserve smell besides distill

it? Is there, master?”

Baldini : “Well, yes, I believe there is. It is known as the mysterious

art of enfleurage.”

Grenoille : “But could I learn it in Grasse?”

Baldini : “Where else but in Grasse?”

Pembahasan:

Berdasarkan dialog di atas, termasuk ke dalam ego.

Grenouille yang sedang sakit dan hampir sekarat tapi merasa belum

memenuhi yang ia ingin capai. Akhirnya Grenoille meminta baldini

untuk mengizinikannya pergi belajar di Grasse untuk tehnik


47

pengambilan aroma dengan cara Enfleurage. Grenouille ingin

meraih semua ambisinya untuk belajar dan hal itu menunjukan

keegoan nya yang hanya peduli untuk dipandang dirinya ada.

6) (00:57:35.03 - 00:58:11.07)

Narrator : “Within a week Grenouille was well again, but to travel

to Grasse to find a job he needed journey papers. Baldini agreed to

provide them on condition that Grenouille left him not less than one

hundred formulas for new perfumes. Grenouille did not mind. He

could have given him a thousand. The morning of Grenouille's

departure, Baldini was pleased. At last, he felt rewarded for his

many years of hard work. He could not remember a happier day.”

Pembahasan:

Pada dialog di atas terdapat situasi di mana seminggu setelah

Grenouille sudah sembuh, tetapi untuk pergi ke Grasse untuk

mencari pekerjaan, dia membutuhkan surat-surat perjalanan. Baldini

setuju untuk memberikan mereka dengan syarat bahwa Grenouille

meninggalkannya tidak kurang dari seratus formula untuk parfum

baru. Grenouille tidak keberatan. Dia bisa memberinya seribu.

Keegoan yang muncul dalam diri Grenouille pada kutipan dialog di

atas adalah Grenouille menjanjikan Baldini untuk membawakan


48

seratus formula parfum, padahal ia bertujuan untuk sesuatu yang

lain.

c. Superego (Das Ueber Ich)


Berikut adalah struktur kepribadian ego Jean-Baptiste

Grenouille berdasarkan dialog dan adegan dalam film “Perfume:

The Story of a Murderer”:

1) (00:03:45.16 - 00:04:13.09)

Narrator : “By the age of five, Jean-Baptiste still could not talk. But

he was born with a talent that made him unique among mankind.”

Pembahasan:

Situasi dalam adegan di atas, pada usia lima tahun, Jean-

Baptiste masih belum bisa bicara tapi dia terlahir dengan bakat yang

membuatnya unik di antara umat manusia. Superego adalah nilai

moral dari orang tua dan sekitar yang ada sejak lahir. Untuk itu

pemberian bakat luar biasa yang Grenoille dapatkan yaitu indra

penciuman yang untuk membuatnya masuk kategori superego dari

Grenoille.

2) (00:03:45.16 - 00:04:13.09)

Narrator : “There lived a man who was one of the most gifted, and

notorious personages of his time. his name was Jean-Baptiste


49

Grenouille, it is for the reason that his ambition was restricted to a

domain that leaves no trace in history: To the fleeting realm of

scent”

Pembahasan:

Situasi pada dialog di atas adalah, ketika hidup seorang pria

yang merupakan salah satu tokoh paling berbakat dan terkenal pada

masanya. namanya Jean-Baptiste Grenouille, karena alasan itulah

ambisinya dalam dunia aroma atau penciuman. Inilah supergo yang

muncul pada adegan tersebut pada saat Grenoille lahir ia langsung

mencium semua aroma di sekitarnya.

3) (00:35:26.14 - 00:35:30.05)

Baldini : “Whatever gave you the absurd idea I would use someone

else's perfume?”

Grenoulle : “It's all over you, It's on your forehead, your nose, your

hands... It's bad, Amor & Psyche is, Master There's too much

rosemary in it, And too much of that and that And this.”

Pembahasan:

Pada dialog di atas situasinya adalah, saat Grenoille

memberikan sebuah ide kepada Baldini tentang cara membuat

parfum yang banyak dipakai orang-orang pada saat itu. Grenoille

mengajari Baldini yang mana salah seorang pembuat parfum

terkenal, Baldini merasa tersinggung bagaimana seorang kurir


50

mengajarkannya tentang formula pada sebuah parfume. Pada dialog

ini supergo Grenouille ditunjukan yaitu apa yang dia dapatkan pada

lingkungan kecilnya membuatnya mengerti tentang bau-bau dari

setiap benda termasuk apa yang ada dalam sebuah parfum.

4) (00:36:57.08 - 00:37:04.07)

Grenouille : “My nose knows all the smells in the world It's the best

nose in Paris, only I don't know the names I need to learn the names,

learn them all!”

Pembahasan:

Pada dialog di atas terdapat situasi di mana Grenouille

mengatakan bahwa hidungnya tahu semua bau di dunia Ini hidung

terbaik di Paris, hanya saja dia tidak tahu nama-namanya, dia perlu

mempelajari nama-namanya, mempelajari semuanya. Superego

yang muncul dalam diri Grenouille adalah di mana dia merasa

memiliki hidung terbaik di dunia, padahal ia hanya diberkahi sebuah

bakat lebih yaitu pada indra penciumannya.


51

1. Temuan Penelitian

Temuan aspek psikologi dalam film “Perfume: The Story of a

Murderer” yang dikelompokan di bawah ini berdasarkan kutipan dialog

atau adegan berdasarkan teori utama Sigmund Freud (1923) yang

membagi struktur kejiwaan manusia menjadi tiga bagian, yaitu id, ego,

dan superego. Berikut adalah tabel deskripsi aspek psikologi tokoh

utama Jean-Baptiste Grenouille dalam film “Perfume: The Story of a

Murderer”.

Tabel 4.1

Aspek Psikologi Jean-Baptiste Grenouille dalam film

“Perfume: The Story of a Murderer” Karya Tom Tykwer

No. Dialog atau Adegan Indikasi

Id Ego Superego

1 Narrator : “By the age of

five, Jean-Baptiste still

could not talk. But he was ü

born with a talent that

made him unique among

mankind.”

(00:03:45.16 -

00:04:13.09)
52

2 Narrator:“ That night, he

could not sleep. The

intoxicating power of the ü

girl's scent made it clear to

him why he'd come to his

own life so tenaciously, so

savagely.”

(00:11:14.07 -

00:11:25.02)

3 Narrator : “There lived a ü

man who was one of the

most gifted, and notorious

personages of his time. his

name was Jean-Baptiste

Grenouille, it is for the

reason that his ambition

was restricted to a domain

that leaves no trace in

history: To the fleeting

realm of scent”

(00:03:45.16 -

00:04:13.09)
53

4 Baldini : “This is Amor &

Psyche!”

Grenouille : “But it's not a

good perfume, Master. If

you let me again, Master,

I'll make it more better.

Now it's a really good

perfume. Don't you want ü

to smell it, Master?”

(00:41:40.23 -

00:43:15.17)

5 Baldini : “What’s the

matter ?”

Grenouille : “I have to ü

learn how to capture

scent. and reprise it

forever. I will make you as

many perfumes as you

want but you have to teach

me how to capture the

smell of all things. Then

teach me everything you

know and I'll make you


54

the best perfume in the

whole world.”

(00:48:38.21 -

00:49:32.10)

6 Baldini : “Jean-Baptiste,

What you have done ?” ü

Grenouille : “You lied, you

lied to me. You said I could

capture the scent of

anything. You told me I

had to experiment”

Baldini : “Experiment?

Experiment? But not with

the cat, What kind of a

human being are you?”

(00:53:37.02 -

00:55:13.15)

7 Narator :“When Jean-

Baptiste did finally learn

to speak, he soon found

that everyday language ü

proved inadequate for all

the olfactory experiences


55

accumulating within

himself.”

(00:11:14.07) -

00:11:25.02

8 Narator : “There were a

thousand smells in his

clothes. The smell of sand, ü

stone, moss. Even the

smell of the sausage he'd

eaten weeks ago. Only one

smell was not there. His

own.”

(01:01:47.11 -

01:02:03.08)

9 Narator : “For the first

time, Grenouille realized

he had no smell. He

realized that all his life he ü

had been a nobody to

everyone. What he now

felt was the fear of his own

oblivion.”
56

(01:02:40.18 -

01:02:56.04)

10 Baldini : “Whatever gave

you the absurd idea I would

use someone else's ü

perfume?”

Grenoulle : “It's all over

you, It's on your forehead,

your nose, your hands...

It's bad, Amor & Psyche

is, Master There's too

much rosemary in it, And

too much of that and that

And this.”

(00:35:26.14 -

00:35:30.05)

11 Narrator : “Jean-Baptiste

Grenouille had triumphed.

and at last he was in his

element, He was not

choosy. He did not

differentiate between what ü

are good smells from bad.”


57

(00:14:10.10 - 00:15:05.03)

12 Baldini : “Who's there?”

Grenouille : “I'm from

Grimal's tannery. I've got

the goatskins you ü

ordered. You want to

make this leather smell

good, don't you?”

Baldini : “Why, of course

and so it shall.”

(00:33:49.05 -

00:35:16.22)

13 Whore : “What's that stuff,

It feels horrible. Creating a

perfume, eh?”

Grenouille : “I'm creating

a perfume. It's only

animal fat. To soak up

your scent. I enjoy my

work. Hold your arm still

please.”

(01:16:50.18 -

01:17:55.24) ü
58

14 Grenoille : “Is there any

other way to preserve

smell besides distill it? Is

there, master?”

Baldini : “Well, yes, I

believe there is. It is known

as the mysterious art of

enfleurage.”

Grenoille : “But could I

learn it in Grasse?”

Baldini : “Where else but ü

in Grasse?”

(00:56:24.18 -

00:58:11.07)

15 Narator : “Within a week

Grenouille was well again,

but to travel to Grasse to

find a job he needed

journey papers. Baldini

agreed to provide them on ü

condition that Grenouille

left him not less than one

hundred formulas for new


59

perfumes. Grenouille did

not mind. He could have

given him a thousand.

(00:57:35.03 -

00:58:11.07)

16 Grenouille : “My nose

knows all the smells in the

world It's the best nose in

Paris, only I don't know ü

the names I need to learn

the names, learn them

all!”

(00:36:57.08 -

00:37:04.07)

17 Narator : “By the first light

of next morning,

Grenouille had a new

plan. He must continue his

journey to Grasse. There

he would teach the world

not only that he existed, ü

that he was someone, but

that he was exceptional.


60

And with this decision, it

seemed that the gods had

at last begun to smile on

him.”

(01:03:06.13 -

01:03:32.17)

18 Richis : “Why did you kill

my daughter? Why?”

Grenoille : “I needed her, I

just... Needed her”

Richis : “Very well, But ü

remember this. I will be

looking at you when you

are laid on the cross and

the twelve blows

are crashing down on your

limbs. And when the crowd

has finally tired of your

screams and wandered

home, I will climb up

through your blood and sit

beside you. I will look deep

into your eyes and drop by


61

drop I will trickle my

disgust into them like

burning acid, until finally

you perish.”

(01:54:34.07 -

01:56:46.18)

Total Data 8 6 4

Presenase 45% 33% 22%

2. Grafik Presentase

Diagram 4.1

Diagram Pie Chart Psikologi Kepribadian Tokoh


Jean-Baptiste Grenouille dalam Film "Perfume: The
Story of A Murdere"

ID
22%
EGO
45%
SUPEREGO

33%

Berdasarkan hasil penelitian aspek psikologi terhadap tokoh utama

dalam film “Perfume: The Story of a Murderer” karya Tom Tykwer,


62

yaitu Jean-Baptiste Grenouille. Penulis menemukan 18 data yang

termasuk ke dalam tiga struktur kepribadian menurut teori utama

Sigmund Freud (1923), yaitu id, ego dan superego. Dapat disimpulkan

bahwa aspek id memiliki presentase tertinggi sebanyak 8 data atau 45%

lalu diikuti dengan aspek ego sebanyak 6 data atau 33% dan yang

terakhir adalah aspek superego yang memiliki presentase terendah

sebanyak 4 data atau 22%. Penulis dapat menyimpulkan dari hasil data

penelitian yang sudah penulis teliti bahwa aspek id lebih dominan dalam

diri Jean-Baptiste Grenouille. Grenouille yang lebih sering mengikuti

insting nalurinya yang mengutamakan prinsip keinginan, yang berusaha

untuk kepuasan segera dari semua yang dilakukannya dan menolak sakit

atau tidak nyaman. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa dialog atau

adegan yang dilakuan oleh Jean-Baptiste Grenouille.

C. Penafsiran dan Uraian

Berdasarkan deskripsi dan temuan di atas, dapat disimpulkan

bahwa aspek psikologi kepribadian yang paling mendominasi tokoh Jean-

Baptiste Grenouille dalam film “Perfume: The Story of a Murderer” jika

ditelaah melalui psikologi dasar manusia oleh Sigmun Freud adalah ambisi

besar dari perilaku-perilaku yang ditunjukan oleh tokoh utamanya.

Kepribadian Jean-Baptiste Grenouille tercipta karena tingginya

ambisi diri yang ada. Alasan dasar mengapa ia bertindak demikian adalah

untuk menjadi seorang pribadi yang memiliki ambisi dan hasrat keinginan

yang sangat kuat. Tokoh Jean-Baptiste Grenouille digambarkan selalu ingin


63

mencapai tujuan yang ia dambakan. Mampu mendorong potensi yang ada

dalam diri dan mewujudkannya secara cermat dengan memanfaatkan hal-

hal yang telah dipelajari sebagai pembuat parfum. Hal ini dibuktikan dengan

hasratnya untuk membuktikan keberadaannya, melakukan apa saja menurut

kemampuannya, seperti semua sikap dan perilakunya yang dingin,

psikopatik dalam upaya memenuhi ambisinya.

Sedangkan aspek Id dalam diri Jean-Baptiste Grenouille yang

menempati persentase tertinggi. Digambarkan pada nafsu, keinginan yang

kuat dalam mencapai tujuannya dalam membuat parfum. Hal ini dibuktikan

dengan sikap Grenoille yang sangat ingin memenuhi ambisi dan

keinginannya karena apabila hal-hal tersebut itu tidak segera terpenuhi, akan

muncul rasa marah hingga cemas. Membunuh secara kejam, dan juga

merasa apa yang dilakukannya adalah hal yang benar.

Kemudian terdapat aspek ego, aspek yang dijelaskan bahwa Id

sebagai seekor kuda, sementara ego adalah penunggangnya. Id memberikan

tenaga dan kemampuan bergerak sementara ego menjadi pengarah ke mana

kuda bergerak. Id bisa berkelana ke manapun tanpa pertimbangan logis.

Aspek ego menempati persentase kedua dan superego di posisi ketiga. Hal

ini dibuktikan dengan usaha Grenoille ketika menjalankan aksinya dengan

memburu para wanita di kota untuk dibunuh dan dijadikan bahan dalam

membuat parfum supernya.

Selain itu tokoh Jean-Baptiste Grenouille juga memiliki

kecenderungan sebagai tokoh pendiam, karena tokoh tersebut selalu enggan


64

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Tokoh utama Jean-Baptiste

Grenouille selalu berusaha menjauh dari sosial karena dia sadar apa yang

dilakukannya adalah sebuah kejahatan sesuai dengan peristiwa atau plot

yang diceritakan oleh pengarang.

Sejatinya dalam pengajaran, sastra mampu dijadikan sebagai

penanaman nilai-nilai psikologis seperti mengetahui alasan dasar seseorang

dalam bertindak, mengetahui aspek psikologi yang dimilikinya,

bertanggung jawab dan dapat berfikir lebih logis dalam bertindak. Hal-hal

yang dilakukan oleh Grenoille tidak patut untuk dicontoh seperti yang

banyak ditemukan dalam film ini, namun ada aspek-aspek yang bisa

dijadikan sebagai pelajaran seperti misalnya bagaimana sebuah ambisi

seseorang bisa menjadi penggerak untuk dapat mewujudkan tujuannya

meski menggunakan cara-cara terlarang.

Penonton diharapkan tidak hanya menonton saja tetapi juga mampu

mencari makna dan nilai-nilai dalam sebuah karya. Dapat mencari pesan

yang bermakna dari sebuah karya sastra. Dengan melihat karya sastra

diharapkan sejumlah nilai-nilai positif psikologis dapat dipahami, serta

ditiru dan diterapkan dalam kehidupan nyata.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis penelitian yang telah dikemukakan di bab

sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengarang cerita

film “Perfume: The Story of a Murderer” mengungkapkan psikologi

kepribadian tokoh Jean-Baptiste Grenouille melalui sikap dan perilakunya

yang tercermin dalam film dengan berdasarkan pada psikologi dasar

manusia yang dijabarkan oleh Sigmun Freud dalam Sawrwono (2009).

“Psikologi dasar manusia adalah orang yang ego-nya terlalu dikuasai oleh id

dan superego tidak ada wibawa atau pengaruh sama sekali terhadap ego.”

Jadi ego hanya mendengarkan apa kata id, yang artinya semua tindakan

seorang psikopat didasari oleh keinginan id semata, tanpa memperdulikan

baik-buruk tindakan tersebut.

Hasil temuan menunjukkan bahwa tokoh utama Jean-Baptiste

Grenouille memiliki kepribadian yang ambisius, dingin, dan psikopatik.

Kepribadian tersebut ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan yaitu

untuk memenuhi kaingin dan ambisinya dalam membuat parfum super, dia

harus membunuh belasan wanita yang dijadikan sebagai formula dalam

pembuatan parfumnya.

65
66

Kepribadian tersebut tercipta karena tingginya kebutuhan

aktualisasi diri yang dimiliki. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan

persentase psikologinya dapat disimpulkan dari aspek id memiliki

presentase tertinggi sebanyak 8 data atau 45% lalu diikuti dengan aspek ego

sebanyak 6 data atau 33% dan yang terakhir adalah aspek superego yang

memiliki presentase terendah sebanyak 4 data atau 22%. Penulis dapat

menyimpulkan dari hasil data penelitian yang sudah penulis teliti bahwa

aspek id lebih dominan dalam diri Jean-Baptiste Grenouille. Grenouille

yang lebih sering mengikuti insting nalurinya yang mengutamakan prinsip

keinginan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua yang

dilakukannya dan menolak sakit atau tidak nyaman. Hal tersebut dapat

dilihat dari beberapa dialog atau adegan yang dilakuan oleh Jean-Baptiste

Grenouille.

B. Implikasi

Adapun implikasi psikologi dalam film “Perfume: The Story of a

Murderer” karya Tom Tykwer yang berkaitan terhadap aspek-aspek yang

relevan, di antaranya adalah:

1. Pengetahuan yang dapat menambah wawasan penonton tentang cara

menganalisa karya sastra, khususnya film menggunakan kajian tentang

psikologi. Pengetahuan mengenai psikologi, prosedur penelitian, teknik

pengambilan data, dan bagaimana hasil penelitian dapat dipelajari oleh


67

berbagai kalangan, baik siswa, mahasiswa maupun penelitian yang

relevan.

2. Film “Perfume: The Story of a Murderer” ini bisa memperluas

pengetahuan setiap invidu tentang konsep kepribadian seseorang dan

juga bahan pengajaran seperti kesastraan.

3. Kepribadian tokoh utama dalam film “Perfume: The Story of a

Murderer” seperti ambisius, berdarah dingin, psikopatik, dan anti-sosial

dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari namun hanya

yang baik saja yang perlu diambil, sedangkan ciri kepribadian yang

buruk dapat dijadikan pembelajaran yang berharga.

C. Saran

Penelitian terhadap film “Perfume: The Story of a Murderer”

karya Tom Tykwer ini masih terbatas pada psikologi yang dialami oleh

tokoh utama Jean-Baptiste Grenouille. Dengan keadaan tersebut penulis

memberikan saran untuk

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan, peningkatan

pemahaman, dan wawasan tentang ilmu psikologi terutama kebutuhan

dasar manusia setiap individu yang telah menonton film “Perfume: The

Story of a Murderer” maupun film lainnya yang relevan dan berkaitan

tentang psikologi.

2. Penelitian ini hendaknya dapat membantu individu menghargai

keputusan orang lain dengan melihat pesan-pesan bermakna yang sangat


68

penting untuk diwujudkan di kehidupan nyata, memahami alasan

seesorang bertindak demikian, saling menyayangi satu sama lain tak

peduli apapun rintangan dan kesulitan yang akan dihadapi, dan usaha

mewujudkan mimpi.

3. Film-film yang ada saat ini khususnya karya Tom Tykwer, diharapkan

dapat menjadi salah satu cara untuk mempelajari sastra internasional.

4. Aspek psikologi dalam film ini hendaknya mudah dipahami berdasarkan

pengemasan yang ringan dan menyenangkan sehingga dapat diterima

dengan baik oleh masyarakat luas.


DAFTAR PUSTAKA

Aksan, Hermawan. 2008. Jejak Pembunuh Berantai: Kasus-Kasus Pembunuhan

Aprilia, Widya R. 2011. The Defense of Jean-Baptiste Grenouille on Using His


Minority of Sense in Tom Tykwer’s Perfume: The Story of a Murderer
Movie: Psychoanalytic Approach. Surakarta: Muhammadiyah University
of Surakarta.

Berantai Di Indonesia dan Dunia. Jakarta Timur: PT. Grafindo Media Pratama

Butler, Andrew M. 2012. Film Studies. USA: Old Castle Books.

Dirgagunarsa, Singgih Pengantar Psikologi. (Jakarta: Mutiara, 1998), 145

Efendy, Heru. 2009. Mari Membuat Film. Jakarta: Erlangga.

Endraswara, S. (2013). Metodologi penelitian sastra. Yogyakarta: Center for


Academic Publishing Service

eprints.ums.ac.id/19507/23/JURNAL_SKRIPSI

Freud, Sigmund. (2006). Pengantar umum psikoanalisis. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/137/jbptunikompp-gdl-s1-2007-emmayuniar-
6821-bab-ii.pdf

https://www.kitareview.com/film/thriller/perfume-the-story-of-a-murderer-film

https/lib.unnes.ac.id/21064/1/2350408010-S

Lexi J. Moleong. (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; PT. Remaja


Rosdakarya

MIRZAQON T, A. B. D. I. (2017). Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori


Dan Praktik Konseling Expressive Writing. Jurnal BK Unesa, 8(1). Diakses
kembali dari https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya

Nawawi, Hadari, Metode penelitian Bidang Sosial Yogyakarta;Gadjah Mada


University Press,2007.h.67

Pratista, Hilmawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.

Sajogo, Ivana & Budiono, Didi, Aryono Kepribadian Antisosial: Fokus pada
White-Coolar Crime Jurnal 6 Maret 2015

Sarwono, Sarlito W . 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Sinulingga, Corah. 2009. An Analysis of Jean-Baptiste Grenouille Characteristic


in Patrick Süskind’s Perfume with Psychological Approach. West Java:
Gunadarma University Library.

Syahida, Larasati Koeswigia. 2010. Grenouille’s Behavioral Disorder and


Anxiety: A Psychological Study on Patrick Suskind’s Perfume: The Story
of a Murderer. Bandung: UPI.

Winny Aryanti, Hawasi. 2007. A Potrait of Psychopath on Patrick Suskind's Novel


Perfume a Book Report. West Java: Gunadarma University Library.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama penulis adalah Mulya Tarmidzi. Penulis

dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 20

Oktober 1993 dari orang tua bernama Omat dan

Sutini. Penulis merupakan anak ketiga dari empat

bersaudara. Penulis memiliki kegemaran

terhadap musik, olahraga billiard, dan Travelling.

Penulis memulai pendidikan dari SDN 02 Jakarta Timur (lulus tahun 2006),

kemudian melanjutkan ke SMP Sandikta Bekasi (lulus tahun 2008), dan

pendidikan terakhir SMK Sandikta Bekasi (lulus tahun 20011). Kemudian

penulis melanjutkan pendidikan pada tahun 2017 di Universitas Indraprasta

PGRI dengan jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni.

Dengan ketekunan, usaha, doa, serta semangat untuk terus belajar,

penulis berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga

dengan penulisan tugas akhir skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif bagi

dunia Pendidikan dan semoga skripsi ini bisa membantu dan menjadi referensi

bagi mahasiswa lain dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi mereka. Akhir kata

penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah S.W.T

dan semua pihak yang turut membantu atas terselesaikannya skripsi yang

berjudul “Psikologi Tokoh Film Perfume : The Story of A Murderer Karya Tom

Tykwer.

Anda mungkin juga menyukai