Kelas : 4B
Kelompok :7
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Interpretasi Tutur dalam Analisis Wacana” ini dengan baik dan
tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis
Wacana yang diampu oleh Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd.
Makalah ini akan membahas interpretasi, penafsiran, atau pandangan
teoretis terkait tuturan dalam wacana. Di dalamnya memuat materi tentang jenis-
jenis tuturan: yang berkaitan dengan kelangsungan–ketidaklangsungan tuturan
dan keliteralan–ketidakliteralan tuturan, analisis cara tujuan yang berkaitan
dengan pemecahan masalah (berorientasi pada cara dan tujuan) yang ada dalam
tuturan, serta analisis heuristik. Disajikan juga beberapa contoh penerapan,
analisis, dan perbandingan untuk mempermudah pembaca dalam memahami
interpretasi tutur dalam wacana secara lebih maksimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk memperbaiki makalah ini sekaligus menjadi acuan untuk penyusunan
makalah-makalah selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
2.1 Kelangsungan dan Ketidaklangsungan Tuturan.................................................2
2.2 Keliteralan dan Ketidakliteralan Tuturan...........................................................5
2.2.1 Tindak Tutur Literal (Literal Speech Act).....................................................5
2.2.2 Tindak Tutur Tidak Literal (Nonliteral Speech Act)....................................6
2.2.3 Tindak Tutur Langsung Literal (Direct Literal Speech Act).........................6
2.2.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal (Indirect Literal Speech Act)...........7
2.2.5 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal (Direct Nonliteral Speech Act)........8
2.2.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal (Indirect Nonliteral Speech
Act)............................................................................................................................8
2.3 Analisis Cara Tujuan (Mean-Ends)....................................................................11
2.4 Analisis Heuristik.................................................................................................13
2.3.1 (…)..................................................................................................................13
2.3.2 (…)..................................................................................................................13
2.3.3 (…)..................................................................................................................13
BAB III............................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................14
3.2 Saran.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1) Menjelaskan pengertian dan konsep kelangsungan dan
ketidaklangsungan tuturan.
2) Menjelaskan klasifikasi tuturan langsung dan tidak langsung.
3) Menjelaskan pengertian dan konsep keliteralan dan ketidakliteralan
tuturan.
4) Menjelaskan klasifikasi keliteralan dan ketidakliteralan tuturan dalam
wacana.
5) Menjelaskan pengertian, konsep, dan contoh dengan analisis cara tujuan
(mean-ends).
6) Menjelaskan pengertian, konsep, dan contoh analisis heuristik dalam
wacana.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh:
Contoh (1) dan (2) menunjukkan perbedaan dalam segi bentuk. Namun,
kedua ilokusi tersebut memiliki kesamaan dalam isi, yaitu meminta hidupkan AC.
Meskipun demikian, tuturan pada contoh (1) lebih langsung dibandingkan contoh
(2).
2
sebuah tuturan dan (2) dengan mengidentifikasi implikatur dari percakapan yang
terkait dengan tuturan tersebut.
3
Dalam gambar di atas, jarak terdekat antara titik (1) dan titik (2)
diilustrasikan sebagai sebuah garis lurus a, yang menunjukkan tuturan paling
langsung. Di sisi lain, tuturan tidak langsung digambarkan dengan sebuah garis
putus-putus yang menghubungkan titik (1) dan titik (2). Garis putus-putus ini
melibatkan langkah-langkah tambahan a’ dan b’ atau bahkan lebih a, b’, dan c’
untuk menghubungkan kedua titik tersbut.
4
bertentangan; (8) modus tidak langsung tidak literal, yang diungkapkan dengan
bentuk dan makna literal yang tidak sesuai dengan tindakan yang diharapkan,
seperti “Halaman ini bersih sekali,” yang merupakan tindak tutur deklaratif untuk
memerintah dengan makna literal yang menunjukkan kebalikan.
5
Konteks: Feli berkunjung ke rumah Shafa untuk mengerjakan tugas bersama.
Mereka mengerjakan tugas di kamar Shafa yang tertata rapi dan bersih.
Analisis: maksud tuturan Feli menyatakan pujian atau hanya berniat untuk
mengungkapkan kekaguman dan mengapresiasi usaha Shafa menjaga kebersihan
dan kerapian kamarnya.
Modus: tuturan Feli sesuai dengan makna tuturan yang disampaikan. Oleh karena
itu, tuturan ini termasuk tindak tutur literal.
Analisis: maksud tuturan Feli ingin menyatakan bahwa kamar Shafa sangat
berantakan dan kotor, namun ia menuturkan bentuk yang berlainan dengan
maksud yang hendak disampaikannya itu.
Konteks: Dalam suatu rapat, ketua rapat berkata pada bendahara untuk
menyiapkan beberapa berkas keuangan yang akan digunakan untuk presentasi 6
keesokan harinya.
Konteks: Seorang tamu yang tidak diundang datang ke sebuah pesta. Si tuan
rumah menyambutnya.
Tuturan: “Oh, kamu datang juga. Aku tidak tahu bahwa kamu ingin datang, tapi
selamat datang.”
Analisis: Dalam situasi ini, tuan rumah sebenarnya tidak nyaman dengan
kehadiran tamu yang tidak diundang tersebut, namun tidak ingin menunjukkan
ketidaknyamanannya secara langsung. Oleh karena itu, tuan rumah menyapa tamu
tersebut dengan tuturan yang lebih sopan.
7
2.2.5 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal (Direct Nonliteral Speech
Act)
Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act) adalah
tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan
maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna
yang sama dengan maksud penuturnya.
Konteks: Farel menemui Adi untuk meminta saran tentang pekerjaannya. Farel
menceritakan tentang kesulitannya membangun kerja sama, rasa tanggung jawab,
dan motivasi bekerja anggota timnya yang suka kabur-kaburan dalam
mengerjakan proyek.
Analisis: maksud tuturan guru tersebut adalah menyindir siswa lain yang
menciptakan keributan dan membuat kegiatan belajar mengajar tidak kondusif.
Guru ingin menyampaikan bahwa situasi kelas ramai dan kurang kondusif
sekaligus menyuruh siswa lain agar mengecilkan volume suaranya atau
menghentikan keributan yang ada untuk fokus pada pelajaran.
8
Untuk memudahkan pemahaman mengenai tipe-tipe tindak tutur, perhatikan
tabel perbandingan di bawah ini.
9
secara kuat atau suasif mengekspr atau menunjukk
jelas dan menggamb komunikasi esikan maksud an perasaan
tepat. arkan agar suatu ide lain secara atau emosi
sesuatu terlihat dengan tidak tanpa
dengan lebih sopan lebih langsung terlihat.
cara yang dan tidak kreatif dan demi
lebih menggang- menarik. mengungka
menarik. gu perasaan pkan
pihak lain. makna
yang lebih
dalam atau
untuk
menghinda
ri kejelasan
dalam
komunikasi
(terhadap
partisipan
yang tidak
diinginkan)
.
3. Situasi Situasi Negosiasi Percakapan Percakapan Situasi
formal, informal, permohon- sehari-hari, sehari-hari. formal/
resmi, komunikasi an komunikasi resmi yang
presentasi di media di sosial menjun-
, dll. sosial media. jung
prinsip
kebijak-
sanaan dan
kesantunan
dalam
berkomuni
10
kasi.
Keterangan
1 = keadaan awal (periutur merasa dingin) 2 = keadaan tengahan (mitra tutur
mengerti bahwa penutur merasa dingin)
3 = keadaan tengahan (mitra tutur mengerti bahwa penutur ingin alat
pemanas dinyalakan)
4 = keadaan akhir (penutur merasa hangat)
11
G = tujuan (goal), yakni untuk mencapai keadaan 3
Gps = tujuan untuk mematuhi PS
Gpk = tujuan untuk mematuhi PK
G’ = tujuan-tujuan lain
a = tindakan penutur menyatakan kepada mitra tutur bahwa udaranya sangat
dingin
b = tindakan penutur berupa tuturan kepada mitra tutur agar alat pemanas
dinyalakan
c = tindakan mitra tutur menyalakan alat pemanas
12
Analisis heuristik dalam pengujiannya dilakukan sampai betul-betul
menemukan kesusaian dengan konteks yang melatar belakanginya. Hipotesis akan
diuji kebenarannya, bila hipotesis sesuai dengan bukti-bukti kontekstual yang
tersedia,maka dipastikan pengujian tersebut dapat diterima. Sebaliknya, bila
pengujian hipotesis tidak sesuai dengan bukti-bukti kontekstualnya, maka proses
bisa diulang sampai mendapatkan hipotesis yang dapat diterima.
Contoh :
Peristiwa tutur terjadi malam hari ketika Defriza pulang dari Mushola untuk
melaksanakan shalat Tarawih. Kebiasaan Defri setelah pulang Tarawih adalah
makan. Ketika Defri baru saja menyelesaikan makannya, Dandi pun ikut makan.
Karena melihat menu yang dimakan oleh Dandi berbeda, Defri pun ikut makan
lagi.
Data diatas merupakan tindak asertif mengeluh. Hal ini tampak pada tuturan
Defri yang mengeluhkan perutnya sakit. Kata aduh pada tuturan (2) sebagai
penanda bahwa tuturan tersebut merupakan tuturan mengeluh. Hal ini terjadi
karena Defri kekenyangan makan.
Konteks kedua bisa jadi Dandi membuatkan makanan kepada Defri, namun
makanannya ternyata terlalu pedas sehingga membuatnya sakit perut hingga tidak
bisa tidur.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
…
3.2 Saran
…
14
DAFTAR PUSTAKA
Razak, N. K., Hamsa, A., dan Syamsudduha. 2022. Pragmatik Berbasis Blended
Learning (Pertama). Sumatera Barat: Penerbit LPP Balai Insan Cendekia.
https://www.google.co.id/books/edition/Pragmatik_Berbasis_Blended_Learn
ing/jOqxEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
15