PERTEMUAN 4:
MEMORI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai memori manusia.
4.1 Memahami Kajian memori dan penyimpanan memori
4.2 Mengidentifikasi dan Memahami Macam-macam memori dalam pikiran,
4.3 Mengidentifikasi dan memahami Pembentukan dan pemakaian memori
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 4.1:
Memahami Kajian Memori dan Penyimpanan Memori
berupa kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui. Bahasa adalah
medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu termuat dalam
lapangan pemahaman manusia. Bahasa adalah media manusia berpikir secara
abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi
simbol-simbol abstrak. Dengan adanya transformasi ini, manusia dapat berpikir
mengenai sebuah objek meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir
itu dilakukan olehnya. Dalam http://ghazaliy.blogspot.com/2012/04/hubungan-
antara-bahasa-otak-akal-dan.html, terkait dengan hal di atas, dapat dikatakan
sebenarnya bahwa manusia dapat berpikir tanpa menggunakan bahasa, tetapi
bahasa mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan
persoalan dan menarik kesimpulan.
Dengan adanya bahasa, manusia dapat lebih mudah untuk mengeluarkan
ekspresi pikirannya. entah itu dalam penyelesaian masalah, berpikir ringan, hanya
sekadar ngobrol bersama keluarga dan kawan ataupun sebagainya. Dengan bahasa
pula, manusia mampu mengabtraksikan pengalamannya, dan
mengomunikasikannya dengan orang lain karena bahasa merupakan sistem
lambang ataupun simbol yang tidak terbatas yang mampu mengungkapkan segala
pemikiran. Namun, begitu, struktur bahasa sangat dipengaruhi oleh struktur
pikiran (kognisi) individu dan nalar manusia mengendalikan bahasa manusia itu
sendiri. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa merupakan hasil kognisi yang
matang yang ada pada diri manusia.
Proses belajar bahasa secara kognitif merupakan proseskognitif yang
kompleks. Proses bahasa ini pula melibatkan banyak hal, antara lain ingatan
(memori), persepsi, pikiran, makna dan emosi yang saling berpengaruh dalam
jiwa manusia. Memori merupakan bagian integral dari eksistensi manusia. Tidak
dapat dibayangkan seperti apa manusia itu bila kita tidak menyimpan masukan
yang baru saja kita dengar, dan tidak dapat mengingat apa yang akan kita lakukan
besok.
Sebagian besar dari apa yang diketahui tentang dunia ini bukan berasal
dari saat manusia lahir, tetapi diperoleh melalui pengalaman yang disimpan dalam
memori. Komunikasi dengan sesama manusia akan terhenti karena tanggapan
berada pada suatu titik atau daerah tertentu di otak. Banyak bagian dari otak yang
terlibat.
Donald O. Hebb berpendapat meskipun semuanya menopang
penyimpanan memori secara utuh, penelitian dengan mengoperasi otak pasien
yang hanya mendapat anastesi lokal (dan karenanya pasien ini sadar) yang bahwa
lobe temporal tampaknya merupakan daerah di mana memori disimpan. Alat
elektronik dengan voltase rendah yang ditusuk-tusukkan pada otak menunjukan
bahwa bila bagian tertentu dari lobe temporal ditusuk, khususnya di sekitar daerah
hippocampus, si pasien tidak dapat mengingat benda apa yang ditunjukkan
kepadanya. Hal seperti ini tidak terjadi bila yang ditusuk adalah lobe lain seperti
lobe pariental atau lobe frontal.
memori non deklaratif bersifat instingtif. Ingatan anjing dalam eksperimen Pavolv
atau tikus dalam eksperimen Thorndike merupakan contoh dari memori
nondeklaratif.
Sementara itu, memori deklaratif adalah memori untuk peristiwa, fakta,
kata, muka, musik. Segala bentuk pengetahuan yang kita peroleh dalam hidup.
Bagaimana memori macam ini diperoleh ditentukan oleh berbagai faktor.
Pertama, unsur terlampau sering. Makin sering suatu peristiwa diulang, makin
besar kemungkinannya memori untuk peristiwa itu akan tertanam. Kedua, faktor
relevensi. Suatu peristiwa yang dari segi si pengalam dirasakan relevan akan
sangat mengesan dan akan menumbuhkan memori yang cukup lama, bahkan bisa
seumur hidup. Dalam hal cinta, misalnya, orang umumnya akan ingat siapa orang
pertama yang dia cintai. Ketiga, faktor signifikansi. Suatu hal yang signifikan
umumnya akan diingat cukup lama. Keempat, faktor gladi kotor. Seorang
penyanyi mau tidak mau harus melatih diri untuk menghafalkan kata-kata dalam
lagu yang akan dinyanyikan. Begitu pula seorang pembawa acara syair. Gladi
kotor ini membuat orang ingat tidak hanya isi lagu atau syair itu tetapi juga kata
demi katanya. Kelima, faktor keteraturan. Entitasi yang ditata secara teratur akan
lebih mudah diingat daripada yang diletakan secara acak.
Psikolog seperti William James (1841—1910) membagi memori menjadi
dua kelompok besar: memori pendek dan memori panjang. Memori pendek dibagi
lagi menjadi dua subbagian: memori sejenak (immediate memory) dan memori
kerja (working memory). Dengan demikian, pembagian memori menurut James
adalah sebagai berikut.
Sesuai dengan namanya, memori pendek merujuk pada macam memori
yang menahan informasi secara temporer sampai memori itu dilupakan atau
dimasukkan ke dalam memori panjang. Memori pendek yang sejenak merujuk
pada informasi yang dapat ditahan pada saat informasi itu diperoleh sehingga
fokus perhatian ada pada alir pikiran yang sedang melaju. Kapasitas memori
seperti ini sangat terbatas; ia hanya dapat menahan sekitar tujuh digit angka atau
ihwal. Inilah pula sebabnya mengapa nomor telepon di kebanyakan negara adalah
maksimal tujuh angka. Memori pendek yang sejenak juga tidak tahan lama,
dangkal. Informasi yang ada di memori dangal ini dapat sewaktu-waktu dipanggil
kembali dengan ketepatan yang masih cukup tinggi. Akhirnya, peristiwa ini bisa
juga dikirim ke memori dalam untuk disimpan dalam jangka waktu yang panjang.
Memori semacam ini biasanya kurang akurat dibandingkan dengan memori
mecam lainnya. Makin lama memori itu disimpan biasanya makin kurang akurat
wujudnya.
Memori dibentuk dan dipakai melalui tiga tahap: input, penyimpanan, dan
output (Clark dan Clark serta Engel (dalam Dardjowidjojo: 2008: 279). Pada
tahap input, orang umumnya menerima masukan, baik lisan maupun tulisan,
kemudian memberikan interpretasi tentang masukan itu untuk memahaminya.
Biasanya, orang memperhatikan maknanya, bukan kata-katanya. Karena itu, yang
disimpan dalam memori bukan kata-kata yang didengar atau dibaca tetapi isi dari
keseluruhan kata-kata itu. Itulah sebabnya kalau orang harus menyatakan kembali
apa yang baru didengar atau dibaca, dia tidak akan memakai kata-kata yang sama
seperti pada input-nya.
Bila dirasakan perlu untuk disimpan dalam jangka waktu lama, informasi
itu “dikirim” ke memori panjang. Memori panjang tidak hanya menyimpan makna
saja. Kadang-kadang hafalan verbatim juga disimpan di sana. Pada tahap output,
ada dua cara yang dipakai: rekognisi (recognition) dan rekol (recall). Rekognisi
adalah proses pemanggilan memori dengan meminta seseorang untuk dapat
merekognisi sesuatu yang telah diberikan kepadanya sebelumnya. Jadi, si subjek,
misalnya, diminta menjawab apakah benda yang ditunjukan kepadanya itu telah
dia lihat sebelumnya. Baik pada rekognisi maupun rekol, orang memanfatkan tiga
informasi eksternal. Pertama, dengan memanfaatkan pengetahuan tentang bahasa
yang dimilikinya. Orang menentukan mana yang mungkin dan mana yang tidak.
Kedua, orang memanfaatkan pula pengetahuan tentang dunia. Ketiga, orang juga
memanfaatkan penegtahuan tentang konvensi wacana. Kalau dalam suatu wacana
ada terdapat dua orang, pria dan wanita, maka kata mereka pasti merujuk kepada
dua orang itu. Kata dia pasti merujuk hanya kepada salah satu dari dua orang itu.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Sebutkan dan jelaskan 4 tahapan terkait dengan hubungan bahasa dengan
ilmu jiwa?
2. Sebutkan dan jelaskan secara singkat tentang linguistik dalam pskilongi?
3. Jelaskan perbedaan mendasar antara Psikolinguistik generasi pertama dan
kedua?
4. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri Psikolinguistik Generasi Ketiga!
5. Sebutkan dan jelaskan aliran mentalistik!
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Noncetak
http://psikologibrebesjateng.blogspot.com/2012/01/makalah-memahami-
memori-manusia.html. diakses 20 Agustus 2016