Anda di halaman 1dari 12

Modul Pengantar Psikolinguistik PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

PERTEMUAN 2:
SEJARAH, PERAN TOKOH, DAN ALIRAN
DALAM PERKEMBANGAN PSIKOLINGUISTIK

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai sejarah lahirnya psikolinguisik, ilmu-ilmu,
aliran-aliran, dan tokoh-tokoh yang ikut berperan dalam perkembangan
psikolinguistik.
2.1 Memahami sejarah lahirnya psikolinguisik serta tokoh-tokoh yang ikut
berperan dalam perkembangan psikolinguistik
2.2 Mengidentifikasi beberapa ilmu serta aliran yang berperan dalam
perkembangan psikolinguistik

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 2.1:
Sejarah Lahirnya Psikolinguisik serta Tokoh yang Berperan

Pada awal perkembangan psikolinguistik, ada pakar linguistik yang


berminat pada psikologi dan adanya pula pakar psikologi yang tertarik mendalami
linguistik. Sampai akhirnya, terjalin kerja sama antara pakar linguistik dan pakar
psikologi dan kemudian muncullah pakar-pakar psikolinguistik sebagai disiplin
mandiri.
Psikolinguistik adalah ilmu hibrida atau ilmu yang merupakan gabungan
antara dua ilmu, yakni psikologi dan linguistik. Bibit ilmu ini awalnya sudah
terlihat pada permulaan abad ke-20. Hal ini ditandai dengan munculnya psikolog
Jerman, Wilhelm Wundt, yang menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan
dengan dasar prinsip-prinsip psikologis. Pada masa itu, ilmu bahasa mulai
mengalami perubahan dari sifatnya yang estetik dan kultural ke suatu pendekatan
yang ilmiah.
Dardjowadjojo dalam Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia Edisi Kedua (2008:1—6) merangkum sejarah perkembangan ilmu

Program Studi Sastra Indonesia Univeritas Pamulang 12


Modul Pengantar Psikolinguistik PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

psikolinguistik. Dardjowadjojo mengatakan bahwa di Benua Amerika mulai


tumbuh kaitan antara bahasa dengan ilmu jiwa. Perkembangan ini dapat dibagi
menjadi 4 tahap, yaitu
a. Tahap Formatif
Pada pertengahan abad ke 20 John W. Gardner, seorang psikolog dari
Amerika, mulai menggagas hibridisasi (penggabungan) kedua ilmu ini.
Kemudian, dikembangkan oleh John B. Carroll yang pada tahun 1951
menyelenggarakan seminar di Universitas Cornell untuk merintis keterkaitan
kedua disiplin ilmu ini. Pertemuan itu dilanjutkan pada tahun 1953 di Universitas
Indiana.
Hasil dari pertemuan ini membuat gema yang sangat kuat di antara para
ahli ilmu jiwa maupun ahli bahasa sehingga banyak penelitian yang kemudian
terarah untuk mengaitkan kedua ilmu ini. Pada saat itulah, istilah psikolinguistik
pertama kali dipakai. Karya-karya pertama dalam bidang psikolinguistik di
antaranya tentang universal bahasa dalam karya Greenberg.

b. Tahap Linguistik
Pada tahap ini, psikolinguistik banyak diminati orang dan makin
berkembang karena pandangan Chomsky tentang universal bahasa makin
mengarah pada pemerolehan bahasa, yakni tahap kognitif. Pada tahap ini,
psikolinguistik mulai mengarah pada peran kognisi dan landasan biologis manusia
dalam pemerolehan bahasa. Pelopor seperti Chomsky mengatakan bahwa linguis
itu sebenarnya adalah psikolog kognitif. Pemerolehan bahasa pada manusia
bukanlah penguasaan komponen bahasa tanpa berlandaskan pada prinsip-prinsip
kognitif. Tata bahasa, misalnya, tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang
terlepas dari kognisi manusia.
Pada tahap ini, orang juga mulai berbicara tentang peran biologi pada
bahasa karena mereka mulai merasa bahwa biologi merupakan landasan di mana
bahasa itu tumbuh. Sama halnya, Chomsky mengatakan bahwa pertumbuhan
bahasa seorang manusia itu terkait secara genetik dengan pertumbuhan
biologinya.

Program Studi Sastra Indonesia Univeritas Pamulang 13


Modul Pengantar Psikolinguistik PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

c. Tahap Teori Psikolinguistik


Pada tahap akhir ini, psikolinguistik tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang
terpisah dari ilmu-ilmu lain karena pemerolehan dan penggunaan bahasa manusia
menyangkut banyak cabang ilmu pengetahuan yang lain. Dengan demikian,
psikolinguistik kini telah menjadi ilmu yang ditopang oleh ilmu-ilmu yang lain.
Lebih jelasnya, ada banyak tokoh yang sangat berperan dalam mengembangkan
ilmu psikolinguistik ini. Untuk memudahkan mengidentifikasi tokoh-tokoh
tersebut, ada tiga kategori besar, yakni psikologi dalam linguistik, linguistik
dalam psikologi, serta kerja sama psikologi dan linguistik
1. Psikologi dalam Linguistik
Dalam sejarahnya, kajian linguistik ada sejumlah pakar linguistik yang
menaruh perhatian besar pada psikologi. Para ahli yang focus pada hal tersebut
adalah Wilhelm Von Humboldt, Ferdinand de Saussure, Edward Sapir, Leonard
Bloomfield, dan Otto Jespersen.
Von Humboldt (1767—1835), pakar linguistik berkebangsaan Jerman,
telah mencoba mengkaji hubungan antara bahasa dengan pemikiran manusia.
Caranya adalah dengan membandingkan tata bahasa dari bahasa-bahasa yang
berlainan dengan tabiat-tabiat bangsa-bangsa penutur bahasa itu.
Ferdinand de Saussure (1858—1913), pakar linguistik berkebangsaan
Swiss, telah berusaha menerangkan apa sebenarnya bahasa itu (linguistik), dan
bagaimana keadaan bahasa itu di dalam otak (psikologi). Ia memperkenalkan tiga
istilah tentang bahasa, yaitu langage (bahasa umumnya bersifat abstrak), Langue
(bahasa tertentu yang bersifat abstrak), dan parole (bahasa sebagai tuturan
konkret).
Edward Sapir (1884—1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa
Amerika, telah mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurut
Sapir, psikolinguistik dapat memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian
bahasa. Ia juga mencoba mengkaji hubungan bahasa dengan pemikiran. Dari
kajian itu ia berpendapat bahwa bahasa, terutama strukturnya, merupakan unsur
yang menentukan struktur pemikiran manusia.
Leonard Bloomfield (1887—1949), pakar linguistik bangsa Amerika
dalam usahanya menganalisis bahasa telah dipengaruhi oleh dua aliran psikologi

Program Studi Sastra Indonesia Univeritas Pamulang 14


Modul Pengantar Psikolinguistik PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

yang saling bertentangan, yaitu mentalisme dan behaviorisme. Pada mulanya, ia


menganalisis bahasa menurut prinsip-prinsip mentalisme yang sejalan dengan
teori psikologi Wundt). Di sini, ia berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari
melahirkan pengalaman yang luar biasa, terutama sebagai penjelmaan dari adanya
tekanan emosi yang sangat kuat. Kemudian, sejak tahun 1925, Bloomfield
meninggalkan psikologi mentalisme Wundt, lalu menganut paham psikologi
behaviorisme Watson dan Weiss. Ia menerapkan teori psikologi behaviorisme
dalam teori bahasanya yang kini dikenal sebagai linguistik struktural atau
linguistik taksonomi.
Otto Jespersen, pakar linguistik berkebangsaan Denmark, telah
menganalisis bahasa menurut pikologi mentalistik yang juga sedikit berbau
behaviorisme. Jespersen berpendapat bahwa bahasa bukanlah satu wujud dalam
pengertian satu benda seperti sebuah meja atau seekor kucing melainkan
merupakan satu fungsi manusia sebagai lambing-lambang di dalam otak yang
melambangkan pikiran atau yang membangkitkan pikiran itu. Ia juga berpendapat
bahwa berkomunikasi harus dilihat dari sudut perilaku.

2. Linguistik dalam Psikologi


Dalam sejarahnya, perkembangan psikologi ada sejumlah pakar psikologi
ada sejumlah pakar psikologi yang menaruh perhatian pada linguistik. Para ahli
yang menjadi sorotan adalah John Dewey, Karl Buchler, Wundt, Watson, dan
Weiss.
John Dewey (1859—1952), pakar psikologi berkebangsaan Amerika,
seorang empirisme murni. Ia mengkaji behasa dan perkembangannya dengan cara
menafsirkan analisis linguistik anak-anak berdasarkan prinsip-prinsip psikologi.
Dengan cara inilah, prinsip-prinsip psikologi akan dapat ditentukan hubungan
antara kata-kata adverbial dan preposisi di satu pihak dengan kata-kata berkelas
nomina dan adjektiva di pihak lain. Jadi, dengan pengkajian kelas kata
berdasarkan pemahaman anak-anak, dapat ditentukan kecendrungan akal (mental)
kanak-kanak yang dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan linguistik.
Pengkajian seperti ini, menurut Dewey, akan memberikan bantuan yang besar
kepada psikologi bahasa pada umumnya.

Program Studi Sastra Indonesia Univeritas Pamulang 15


Modul Pengantar Psikolinguistik PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

Karl Buchler adalah pakar linguistik berkebanngsaan Jerman. Dalam


bukunya, Sprach Theorie (1934), dia menyatakan bahwa bahasa manusia itu
mempunyai tiga fungsi yang disebut Kungabe (kemudian disebut Ausdruck) dan
Appell (yang sebelumnya disebut Auslosung), dan Darstellung yang dimaksud
dengan Kungabe adalah ‘tindakan komunikatif yang diwujudkan dalam bentuk
verbal’. Appell adalah ‘permintaan yang ditujukan kepada orang lain’, sedangkan
Darstellung adalah ‘penggambaran pokok masalah yang dikomunikasikan’.
Wundt (1832—1920) ahli psikologi berkebangsaan Jerman, orang pertama
yang mengembangkan secara sistematis teori mentalistik bahasa. Ia menyatakan
bahwa bahasa adalah alat untuk melahirkan pikiran. Di samping itu, Wundt juga
dikenal sebagai pengembang teori performansi bahasa (language performance).
Teori ini didasarkan pada analisis psikologi yang dilakukannya terdiri dari dua
aspek, yaitu fenomena luar yang berupa cipta bunyi dan fenomena dalam yang
berupa rentetan pikiran. Hal ini menujukkan bahwa analisis yang dibuat Wundt
terhadap hubungan sistem fenomena linguistik (bahasa). Jadi, interaksi antara
fenomena dalam akan dapat dipahami dengan lebih baik melalui pengkajian
struktur bahasa.
Watson (1878—1958) adalah ahli psikologi behaviorisme berkebangsaan
Amerika. Dia menempatkan perilaku berbahasa sama dengan perilaku atau
kegiatan lainnya, seperti makan, berjalan, dan melompat. Pada mulanya, Watson
hanya menghubungkan perilaku berbahasa yang implisit, yakni yang terjadi di
dalam pikiran, dengan yang eksplisit, yakni yang berupa tuturan. Namun,
kemudian dia telah menyamakan berbahasa itu dengan teori stimulus responss (S-
R) yang dikembangkan oleh Pavlov.
Weiss adalah ahli psikologi behaviorisme Amerika. Dia mengakui adanya
aspek mental dalam bahasa. Namun, karena wujudnya tidak memiliki kekuatan
bentuk fisik, terwujudnya itu sukar dikaji atau ditunjukkan. Oleh karena itu, Weiss
lebih cenderung mengatakan bahwa bahasa itu sebagai satu bentuk perilaku
apabila seseorang menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya.

3. Kerja Sama Psikologi dan Linguistik

Program Studi Sastra Indonesia Univeritas Pamulang 16


Modul Pengantar Psikolinguistik PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

Kerja sama secara langsung antara disiplin psikologi dan linguistik


dimulai sejak 1860. Pelopornya adalah Heyman Steinthal, seorang ahli psikologi
yang yang beralih menjadi ahli linguistik, dan Moria Lazarus, seorang ahli
linguistik yang beralih menjadi ahli psikologi. Mereka menerbitkan sebuah jurnal
yang khusus membicarakan masalah psikologi bahasa dari sudut linguistik dan
psikologi.
Menurut Steinthal, sebuah ilmu psikologi tidak mungkin dapat hidup tanpa
sebuah ilmu bahasa. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa hanya ada satu jalan
untuk masuk ke dalam akal manusia adalah melalui hukum-hukum asal bahasa
dan bukan melalui pancaindera manusia. Kerja sama ini terjalin sangat erat
dilakukan pada tahun 1901 di Jerman oleh Albert Thumb, seorang ahli linguistik,
dengan Karl Marbe, seorang psikolog, yang menerbitkan buku Experimentelle
Untersuchungen iiber die Psychologishen Grundlagen der Sprachlichen ana
logiebieldung sebagai hasil kerja samanya. Secara khusus, Thumb dan Marbe
telah melakukan kajian yang mendalam mengenai bahasa dengan cara melakukan
kerja sama antara analisis linguistik dari analogi dengan analisis psikologi dari
hubungan pertuturan bahasa.

Tujuan Pembelajaran 2.2:


Beberapa Ilmu serta Aliran yang Berperan dalam Perkembangan
Psikolinguistik

Perkembangan disiplin ilmu psikolinguistik telah menggugah Mehler dan


Noizet (1974), menuliskan ada tiga generasi perkembangan psikolinguistik.
1. Psikolinguistik Generasi Pertama
Psikolinguistik generasi pertama adalah psikolinguistik dengan para pakar
yang menulis artikel dalam kumpulan karangan berjudul Psycholinguistics: A
Survey of Theory and Reserch Problems yang disunting oleh Charles E. Osgood
dan Thomas A. Sebeok. Titik pandang Osgood dan Sebeok berkaitan erat dengan
aliran behaviorisme (aliran perilaku) atau lebih tepat lagi aliran neobehaviorisme.
Teori–teori ini mengidentifikasikan bahasa sebagai satu sistem respons yang

Program Studi Sastra Indonesia Univeritas Pamulang 17


Modul Pengantar Psikolinguistik PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

langsung dan tidak langsung terhadap stimulus verbal dan nonverbal. Orientasi
stimulus respons ini adalah orientasi psikologi.
Tokoh lain dari generasi pertama ini adalah L. Bloomfield. Ia adalah tokoh
linguistik Amerika yang menerima dan menerapkan teori–teori behaviorisme
dalam analisis bahasa. Teknik analisis bahasa dan pandangannya tentang hakikat
bahasa sama dengan pandangan dan teori psikolinguistik perilaku.
Manusia yang normal sejak lahir telah dilengkapi dengan kemampuan
belajar. Oleh sebab itu, kemampuan berbahasa didapat atau dicapai melalui proses
belajar. Hal ini menunjukkan bahwa itu harus dipelajari. Dengan kata lain,
kemampuan berbahasa adalah satu kemampuan hasil belajar dan bukan sebagai
sesuatu yang diwarisi.
Tokoh lain dari psikolinguistik generasi pertama, dan yang dianggap
sebagai tokoh utama adalah B. F. Skinner. Ia menjadi tokoh yang kemudian
ditentang oleh Noam Chomsky yang menganut aliran kognitif dalam proses
berbahasa. Namun, teori–teori Skinner inilah yang dianut oleh teori–teori
linguistik aliran Bloomfield.

2. Psikolinguistik Generasi Kedua


Psikolinguistik generasi pertama tidak menjawab banyak masalah proses
berbahasa, dan teori–teori itu kekurangan daya penjelas. Oleh sebab itu,
diperlukanlah teori yang lain dalam psikolinguistik. Lahirlah teori–teori
psikolinguiatik generasi kedua, dengan dua tokoh utamanya, yakni Noam
Chomsky dan George Miller.
Menurut Mehler dan Noizet, psikolinguistik generasi kedua telah dapat
mengatasi ciri–ciri atomistik dari psikolinguistik Osgood-Sebeok. Dalam
psikolinguistik generasi kedua, dalam proses berbahasa, bukanlah butir–butir
bahasa yang diperoleh, melainkan kaidah dan sistem kaidahlah yang diperoleh.

3. Psikolinguistik Generasi Ketiga


Kelahiran psikolinguistik generasi ketiga ini oleh G. Werstch dalam
bukunya Two Problems for the New Psycholinguistics diberi nama New

Program Studi Sastra Indonesia Univeritas Pamulang 18


Modul Pengantar Psikolinguistik PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

Psycholinguistics. Ciri-ciri psikolinguistik generasi ketiga ini adalah sebagai


berikut.
Pertama, orientasi mereka kepada psikologi, tetapi bukan psikologi
perilaku. Mereka berorientasi kepada psikologi seperti yang dikemukakan oleh
Fresse dan Al Vallon dari perancis, dan mungkin juga kepada psikologi aktivitas
dari Uni Sovyet atau seperti ditekankan oleh G. Werstch bahwa terjadi proses
yang serempak dari informasi linguistik dan psikologi.
Kedua, keterlepasan mereka dari kerangka psikolinguistik kalimat dan
keterlibatan dalam psikolinguistik yang berdasarkan situasi dan konteks. Ini
berarti, analisis psikolinguistik bukan lagi menentukan kalimat hubungan antara
struktur gramatikal dan kaidah semantik model Noam Chomsky dengan teori
generatif transformasinya. Akan tetapi, hubungan ini diperluas dengan
memperhitungkan situasi dan konteks.
Ketiga, adanya satu pergeseran dari analisis mengenai proses ujaran yang
abstrak ke satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan pikiran. Pergeseran
dari ujaran yang abstrak ke komunikasi dan pikiran ini dikemukakan oleh J. S.
Bruner dalam artikelnya berjudul ”Frol Communication to Language” yang
dimuat dalam Cognition tahun 1974.
Ketiga, ciri utama dari psikolinguistik generasi ketiga ini menunjukkan
telah terjadinya satu peningkatan kualitatif dalam perkembangan psikolinguistik
di negara–negara Barat. Namun, menurut Leontive (1981), dibandingkan dengan
perkembangan linguistik di Eropa, psikolinguistik di Rusia sudah lebih dulu
berkembang karena sejak awal psikolinguistik di Rusia telah memperhitungkan
jurus komunikasi dan pikiran dalam analisas psikolinguistik.

Aliran-aliran Psikolinguistik
1) Aliran Behavioristik
Teori Behavioristik pertama kali dimunculkan oleh Jhon B.Watson
(1878—1958). Dia adalah seorang ahli psikologi berkebangsaan amerika. Dia
mengembangkan teori Stimulus-Respons Bond (S-R Bond) yang telah
diperkenalkan oleh Ivan P. Pavlov. Menurut teori ini, tujuan utama psikologi

Program Studi Sastra Indonesia Univeritas Pamulang 19


Modul Pengantar Psikolinguistik PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

adalah membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku, dan sedikit pun
tidak ada hubungannya dengan kesadaran.
Dalam http://massofa.wordpress.com/2008/01/24/menengok-bahasan-
psikolinguistik/, hal yang dikaji adalah benda-benda atau hal-hal yang diamati
secara langsung, yaitu rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respons).
Eksperimen yang dilakukan oleh Watson dalam membuktikan kebenaran teori
behaviorismenya terhadap manusia adalah percobaan terhadap bayi yang bernama
Albert berusia 11 tahun dan tikus putih. Kesimpulan akhirnya adalah pelaziman
dapat mengubah perilaku seseorang secara nyata.
Dalam pembelajaran yang didasarkan pada hubungan stimulus respons,
Watson mengemukakan dua hal penting:
1. Recency Principle (prinsip kebaruan)
Jika suatu stimulus baru saja menimbulkan respons, kemungkinan
stimulus itu untuk menimbulkan respons yang sama apabila diberikan umpan lagi
akan lebih besar daripada kalau stimulus itu diberikan umpan setelah lama
berselang.
2. Frequency Principle (prinsip frekuensi)
Menurut prinsip ini, apabila suatu stimulus dibuat lebih sering
menimbulkan satu respons, kemungkinan stimulus itu akan menimbulkan respons
yang sama pada waktu yang lain akan lebih besar. Selain itu. Watson mengatakan
bahwa keyakinan pada adanya kesadaran berkaitan dengan keyakinan masa-masa
nenek moyang mengenai tahayul. Magis senantiasa hidup. Konsep-konsep
warisan masa praberadab ini telah membuat kebangkitan dan pertumbuhan
psikologis ilmiah menjadi sangat sulit. Kriteria Watson dalam menentukan apakah
sesuatu itu ada atau tidak ada adalah berdasarkan apakah hal tersebut dapat
diamati atau tidak dapat diamati.
Selanjutnya, Bell (1981: 24) mengungkapkan pandangan aliran
behaviorisme yang dianggap sebagai jawaban atas pertanyaan bagaimanakah
sesungguhnya manusia memelajari bahasa, yaitu
1. Dalam upaya menemukan penjelasan atas proses pembelajaran manusia,
hendaknya para ahli psikologi memiliki pandangan bahwa hal-hal yang
dapat diamati saja yang akan dijelaskan, sedangkan hal-hal yang tidak

Program Studi Sastra Indonesia Univeritas Pamulang 20


Modul Pengantar Psikolinguistik PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

dapat diamati hendaknya tidak diberikan penjelasan maupun membentuk


bagian dari penjelasan.
2. Pembelajaran itu terdiri dari pemerolehan kebiasaan, yang diawali dengan
peniruan.
3. Respons yang dianggap baik menghasilkan imbalan yang baik pula.
4. Kebiasaan diperkuat dengan cara mengulang-ulang stimulus dengan begitu
sering sehingga respons yang diberikan pun menjadi sesuatu yang bersifat
otomatis.

2) Aliran Kognitif
Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu ciri ilmiah yang terpisah,
melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan
kognitif. Bahasa diinstruksikan oleh nalar. Perkembangan bahasa harus
berlandaskan pada percobaan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam
kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembnagan kognitif menentukan perkembangan
bahasa. Menurut teori kognitif, yang harus dicapai pertama kali adalah
perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk
keterampilan berbahasa. Semenjak lahir sampai umur 18 bulan, bahasa belum ada,
si anak pun memahami dunia melalui inderanya.
Adapun, tokoh yang terkenal dengan teori kognitif ini adalah Noam
Chomsky menyatakan bahwa manusia dilahirkan dengan akal yang berisi
pengetahuan batin yang berkait dengan sejumlah bidang yang berbeda-beda. Salah
satu dari pengetahuan tersebut berkait dengan bahasa. Chomsky menyebut
pengetahuan batin yang berkait dengan bahasa ini sebagai Language Acquisition
Device (LAD), yang dalam modul disebut sebagai Alat Pemerolehan Bahasa
(APB). Chomsky berpendapat bahwa daya-daya dalam bidang yang berbeda yang
disebut di atas, relatif mandiri satu sama lain. Artinya, tidak saling berkait.
Bahkan, dalam kaitan dengan pemerolehan bahasa, Chomsky berpendapat bahwa
bagi pemerolehan bahasa, pengetahuan batin saja sudah cukup dan pengetahuan
matematis serta pengetahuan logika tidak diperlukan dalam kegiatan ini.
Masih menurut Chomsky behaviorisme (S-R), sangat tidak memadai untuk
menerangkan proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan adanya masukan

Program Studi Sastra Indonesia Univeritas Pamulang 21


Modul Pengantar Psikolinguistik PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

data linguistik sangat sedikit untuk membangkitkan rumus-rumus linguistik. Pada


bagian akhir subpokok bahasan, argumen-argumen yang dikemukakan Chomsky
dalam mempertahankan APB yang tertuang dalam bentuk empat argumen, yakni
(1) keunikan tata bahasa, (2) data masukan yang tidak sempurna, (3)
ketidakselarasan intelegensi, dan (4) kemudahan dan kecepatan pemerolehan
bahasa anak.

3) Aliran Mentalistik
Pada subpokok bahasan ini, telah dibahas sejumlah konsep pendapat-
pendapat para teoretis mengenai bagaimana seseorang memahami dan merespons
terhadap apa-apa yang ada di alam semesta ini. Hal ini terkait dengan pandangan-
pandangan kaum mentalis dan kaum bahavioris, terutama dalam kaitan dengan
keterhubungan antara bahasa, ujaran, dan pikiran. Menurut kaum mentalis,
seorang manusia dipandang memiliki sebuah akal yang berbeda dari badan orang
tersebut. Artinya, badan dan akal dianggap sebagai dua hal yang berinteraksi satu
sama lain, yang salah satu di antaranya mungkin menyebabkan atau mungkin
mengontrol beberapa peristiwa yang terjadi pada bagian lainnya. Dalam kaitan
dengan perilaku secara keseluruhan, pandangan ini berpendapat bahwa seseorang
berperilaku seperti yang mereka lakukan itu bisa merupakan hasil perilaku badan
secara tersendiri, seperti bernapas atau bisa pula merupakan hasil interaksi antara
badan dan pikiran. Mentalisme dapat dibagi menjadi dua, yakni empirisme dan
rasionalisme.
Kedua, pendapat ini pun memiliki pandangan-pandangan yang berbeda
dalam memahami persoalan gagasan-gagasan batin atau pengetahuan. Semua
kaum mentalis bersepakat mengenai adanya akal dan bahwa manusia memiliki
pengetahuan dan gagasan di dalam akalnya. Meskipun demikian, mereka tidak
bersepakat dalam hal bagaimana gagasan-gagasan tersebut bisa ada di dalam akal.
Apakah gagasan-gagasan tersebut seluruhnya diperoleh dari pengalaman
(pendapat kaum empiris) atau gagasan-gagasan tersebut sudah ada di dalam akal
sejak lahir (gagasan kaum rasional). Bahkan, di dalam kedua aliran ini pun,
terdapat perbedaan pendapat.

Program Studi Sastra Indonesia Univeritas Pamulang 22


Modul Pengantar Psikolinguistik PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

Kemudian, hal dibahas adalah pembahasan tentang empirisme. Dalam


kaitan ini, telah dibahas kenyataan bahwa kata empiris dan empirisme telah
berkembang menjadi dua istilah yang memiliki dua makna yang berbeda. Setelah
itu, dibahas pula isu lain yang mengelompokkan kaum empiris, yakni isu yang
berkenaan dengan pertanyaan apakah gagasan-gagasan di dalam akal manusia
yang membentuk pengetahuan bersifat universal atau umum di samping juga
bersifat fisik.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Sebutkan dan jelaskan 4 tahapan terkait dengan hubungan bahasa dengan
ilmu jiwa?
2. Sebutkan dan jelaskan secara singkat tentang linguistik dalam pskilongi?
3. Jelaskan perbedaan mendasar antara Psikolinguistik generasi pertama dan
kedua?
4. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri Psikolinguistik Generasi Ketiga!
5. Sebutkan dan jelaskan aliran mentalistik!

D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bell, H. F. (1981). Teaching and Learning Matehmatics (In Secondary School).

Iowa: Wm. C. Brown Company.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa


Manusia Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Internet
Massofa. “Menengok Bahasan Psikolinguistik” from
http://massofa.wordpress.com/2008/01/24/menengok-bahasan-
psikolinguistik/, 20 Agustus 2016.

Program Studi Sastra Indonesia Univeritas Pamulang 23

Anda mungkin juga menyukai