Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLINGUISTIK

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Gustianingsih, M.Hum

Disusun oleh:
Kelompok 2

Annisa Ayu Putri (190701031)


Afni Sanelsyah Manullang (190701053)
Fika Irenisa (190701059)
Darmaya Fitri Riris Sigiro (190701061)
Keke Meinina Sitepu (190701073)
Zeffania Ecclesi Br Ginting (190701079)

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan
Psikolinguistik” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Dra. Gustianingsih, M.Hum,
selaku dosen mata kuliah Psikolinguistik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang sejarah perkembangan psikolinguistik bagi para pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra. Gustianingsih, M.Hum. selaku
dosen mata kuliah Psikolinguistik yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah
ini dan anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen pengampu dan pembaca
untuk perbaikan makalah ini ke depannya.

Medan, 27 Oktober 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA ..................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................................. 2

BAB II ............................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3

2.1 Psikologi dalam Linguistik.................................................................................................... 3

2.2 Linguistik dalam Psikologi ................................................................................................... 4

2.3 Kerja Sama Psikologi dan Linguistik .................................................................................... 5

2.4 Psikolinguistik sebagai Disiplin Mandiri .............................................................................. 6

2.5 Tiga Generasi dalam Psikolinguistik..................................................................................... 7

BAB III......................................................................................................................................... 10

PENUTUP.................................................................................................................................... 10

3.1 Simpulan.............................................................................................................................. 10

3.2 Saran .................................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik perilaku yang
tampak maupun perilaku yang tidak tampak. Psikolinguistik menggabungkan antara bahasa
dengan psikologi manusia.

Terdapat dua aliran filsafat yang saling bertentangan dan sangat mempengaruhi
perkembangan linguistik dan psikologi, yakni empirisme dan rasionalisme. Kedua aliran filsafat
ini turut berkontribusi dalam perkembangan pemikiran para ilmuan di dua ranah ilmu tadi. Aliran
filsafat empirisme menganggap bahwa ilmu merupakan objek kajian yang dapat dikenali secara
inderawi. Aliran filsafat ini erat kaitannnya dengan psikologi asosiasi. Aliran ini mengkaji objek
ilmu dengan menganalisis unsur-unsur pembentuknya sampai sekecil-kecilnya. Aliran filsafat
rasionalisme mengkaji bahwa akal sebagai faktor yang harus dikaji agar memahami perilaku
manusia. Oleh karena itu, aliran ini disebut bersifat holistik dan biasa dikaitkan dengan paham
nativisme, idealisme, dan mentalisme.

Pada awalnya, psikolinguistik bukanlah ilmu mandiri yang dikaji secara khusus.
Psikolinguistik merupakan ilmu yang dikaji secara terpisah baik oleh pakar linguistik maupun
pakar psikologi. Psikolinguistik juga memiliki sejarah dari perkembangannya serta generasi–
generasi dalam psikolinguistik dalam menjawab persoalan–persoalannya.

Pada awal perkembangannya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang
berminat pada psikologi, dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung dalam linguistik. Dengan
adanya kerja sama antara pakar linguistik dan pakar psikologi, dan kemudian muncullah pakar-
pakar psikolinguistik sebagai disiplin mandiri.

Oleh karena itu, topik sejarah psikolinguistik ini merupakan topik yang sangat menarik
untuk dibahas. Penulis berpendapat bahwa topik sejarah perkembangan psikolinguistik merupakan
suatu hal yang penting untuk diketahui.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah psikologi dalam linguistik?


2. Bagaimanakah linguistik dalam psikologi?
3. Bagaimanakah kerja sama antara psikologi dan linguistik?
4. Bagaimanakah psikolinguistik sebagai disiplin mandiri?
5. Bagaimanakah tiga generasi dalam psikolingusitik?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mendeskripsikan psikologi dalam linguistik.


2. Unutk mendeskripsikan linguistik dalam psikologi.
3. Unutk mendeskripsikan kerja sama antara psikologi dan linguistik.
4. Untuk mendeskripsikan psikolinguistik sebagai disiplin mandiri.
5. Untuk mendeskripsikan tiga generasi dalam psikolingusitik.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Mengetahui psikologi dalam linguistik.


2. Mengetahui linguistik dalam psikologi.
3. Mengetahui kerja sama antara psikologi dan linguistik.
4. Mengetahui psikolinguistik sebagai disiplin mandiri.
5. Mengetahui tiga generasi dalam psikolingusitik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Psikologi dalam Linguistik

Dalam sejarah kajian linguistik ada sejumlah pakar linguistik yang menaruh perhatian
besar pada psikologi, yaitu Von Humbolt, Ferdinand de Saussure, Edward Sapir, Leonard
Bloomfield, dan Otto Jespersen.

Von Humbolt (1767-1835), pakar linguistik berkebangsaan Jeman yang mengkaji


hubungan antara bahasa (linguistik) dengan pemikiran manusia (psikologi) dengan
membandingkan tata bahasa antar bahasa yang berlainan dengan tabiat bangsa penutur bahasa itu.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tata bahasa suatu masyarakat menunjukkan pandangan
hidup masyarakat penutru bahasa tersebut. Von Humbolt sangat dipengaruhi aliran rasionalisme
yang menganggap bahwa bahasa adalah bagian yang tidak dapat dipotong-potong atau
diklasifikasikan seperti pada pendapat aliran empirisme.

Ferdinand de Saussure (1858-1913), pakar linguistk berkebangsaan Swiss. Beliau


berusaha menerangkan apa sebenarnya bahasa itu (linguistik) dan bagaimana keadaaan bahasa itu
di dalam otak (psikologi). Beliau memperkenalkan tiga istilah penting dalam linguistik, yaitu
langage (bahasa pada umumnya bersifat abstrak), langue (bahasa tertentu yang bersifat abstrak),
dan parole (bahasa sebagai tuturan yang bersifat konkret). Saussure menegaskan bahwa objek
kajian linguistik adalah langue, sedangkan objek kajian psikologi adalah parole. Oleh karena itu,
jika ingin mengkaji bahasa secara utuh, maka ilmu yang dapat mengkajinya adalah linguistik dan
psikologi.

Edward Sapir (1884-1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika yang
mengkaji hubungan antara bahasa (linguistik) dengan pikiran (psikologi). Berdasarkan kajiannya,
beliau berkesimpulan bahwa bahasa terutama strukturnya merupakan unsur yang menentukan
struktur pikiran manusia. Beliau juga menekankan bahwa linguistik dapat berkontribusi pada teori
psikologi Gestalt, begitu pula sebaliknya.

3
Leonard Bloomfield (1887-1949), pakar linguistik bangsa Amerika. Dalam menganalisis
bahasa, dipengaruhi oleh dua aliran psikologi yang bertentangan, yakni behaviorisme dan
mentalisme. Pada awalnya, beliau mengkaji bahasa dengan prinsip-prinsip mentalisme. Beliau
berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari melahirkan pengalaman luar biasa, terutama karena
penjelmaan tekanan emosi yang sangat kuat. Jika karena adanya tekanan emosi yang sangat kuat,
maka muncullah ucapan (kalimat) eklamasi. Jika pengalaman ini lahir oleh keinginan, maka
muncullah ucapan (kalimat) deklarasi. Jika keinginan berkomunikasi ini bertukar menjadi
keinginan untuk mengetahui, maka muncullah ucapan (kalimat) interogasi. Pada tahun 1925,
Bloomfield meninggalkan aliran empirisme dan beralih pada aliran behaviorisme, yang
memunculkan teori bahasa “linguistik struktural” atau “linguistik taksonomi”.

Otto Jesperson, pakar linguistik berkebangsaan Denmark. Beliau menganalisis bahasa


menurut psikologi mentalistik dan juga berbau behaviorisme. Jesperson berpendapat bahwa
bahasa bukanlah suatu wujud pengertian satu benda, tetapi merupakan satu fungsi manusia sebagai
lambing-lambang di dalam otak manusia yang melambangkan pikiran. Beliau berpendapat bahwa
berkomunikasi harus dilihat dari sudut perilaku dan juga bersifat behavioristik. Menurutnya, satu
kata dapat dibandingkan dengan satu kebiasaan perilaku.

2.2 Linguistik dalam Psikologi

Pada perkembangannya, ada beberapa pakar psikologi yang menaruh perhatian pada
linguistik, yaitu John Dewey, Karl Buchler, Wundt, Watson, dan Weiss.

John Dewey (1859-1952), pakar psikologi berkebangsaan Amerika, seorang empirisme


murni. Beliau mengkaji analisis linguistik bahasa kanak-kanak berdasarkan prinsip-prinsip
psikologi. Beliau menyarankan agar penggolongan kata-kata untuk anak-anak berdasarkan pada
makna yang dipahami anak-anak.

Karl Buchler, pakar psikologi berkebangsaan Jerman. Beliau menulis buku berjudul
Sparch Theorie (1934), yang menyatakan bahwa bahasa manusia memiliki tiga fungsi yang disebut
Organon Modell der Saprch, yaitu Kungabe (Ausdruck), Appell (Auslosung), dan Darstellung.
Kungabe adalah tindakan komunikatif berwujud verbal. Appell adalah permintaan yang ditujukan
kepada orang lain. Darstellung adalah penggambaran masalah pokok yang dikomunikasikan.

4
Wundt (1832-1920), ahli psikologi berkebangsaan Jerman, yang pertama kali
mengembangkan teori mentalistik bahasa. Wundt menjelaskan bahasa alat untuk melahirkan
pikiran. Hal ini terjadi karena terdapat perasaan-perasaan serta gerak-gerak yang melahirkan
bahasa secara tidak sadar. Menurut Wund, satu kalimat merupakan suatu kejadian akal yang terjadi
secara serempak. Wundt juga terkenal dengan teori performansi bahasa (language performance).
Teori ini menjelaskan dua aspek, yakni fenomena luar (citra bunyi) dan fenomena dalam (rekaman
pikiran).

Watson (18778-1958), ahli psikologi behaviorisme berkebangsaan Amerika. Beliau


menyamakan antara perilaku berbahasa dengan perilaku lainnya seperti makan, berjalan,
melompat. Perilaku bahasa menurut Watson adalah hubungan stimulus-respons (S-R) yang
menyamakan perilaku kata-kata dengan benda-benda lain sebagai respons dari suatu stimulus.

Weiss, ahli psikologi behaviorisme berkebangsaan Amerika, mengakui adanya aspek


mental dalam bahasa. Hanya saja, karena wujud bahasa tidak tampil secara fisik maka sukar dikaji
dan diwujudkan kecuali jika bahasa berada pada konteks sosialnya. Weiss banyak berjasa bagi
perkembangan awal psikolinguistik, beberapa masalah yang berhasil dipecahkan Weiss secara
psikologi-bahasa menurut alirannya, behaviorisme adalah:

a) bahasa merupakan satu kumpulan respons yang jumlahnya tidak terbatas terhadap suatu
stimulus.

b) pada dasarnya, perilaku bahasa menyatukan anggota suatu masyarakat ke dalam organisasi
gerak syaraf.

c) perilaku bahasa adalah sebuah alat untuk mengubah dan meragamkan kegiatan seseorang
sebagai hasil warisan dan hasil perolehan.

d) Bahasa dapat merupakan stimulus terhadap suatu respons.

e) respons bahasa sebagai suatu stimulus pengganti untuk benda dan keadaan yang sebenarnya
memungkinkan kita untuk memunculkan kembali suatu hal yang pernah terjadi, dan menganalisis
kejadian ini dalam bagian-bagian.

2.3 Kerja Sama Psikologi dan Linguistik

5
Kerja sama antara disiplin linguistik dan psikologi sebenarnya sudah dimulai sejak 1860,
yaitu oleh Heyman Steinthal, seorang ahli psikologi yang beralih menjadi ahli linguistik dan
Moritz Lazarus seorang ahli linguistik yang beralih menjadi ahli psikologi dengan menerbitkan
sebuah jurnal yang khusus membicarakan masalah psikologi bahasa dari sudut linguistik dan
psikologi.

Pada tahun 1901, Albert Thumb (ahlilinguistik) dan Karl Marbe (ahli psikologi)
menerbitkan buku berjudul Experimentelle Untersuchungen iiber die PsychologishenGrundallen
der Sparchichen Analogiebieldung. Kedua pakar tadi menggunakan kaidah-kaidah psikologi
eksperimental untuk meneliti hipotesis-hipotesis linguistik yang menghasilkan pengaruh sangat
kuat akan lahirnya psikolinguistik.

Pada tahun 1953, Osgood (linguis), Sebeok (linguis), dan Caroll (ahli psikologi) bertemu
dalam seminar di Universitas Indiana Amerika Serikat. Pertemuan ini menghasilkan buku
Pscholinguistics: A Survey of Theory and Research Problems. Buku ini kemudian disunting oleh
Osgoods dan Sebeok. Inilah buku psikolinguistik pertama yang menggunakan istilah
psikolinguistik. Dasar-dasar psikolinguistik menurut beberapa pakar di dalam buku yang disunting
oleh Osgood dan Sebeok di atas adalah berikut ini.

a. Psikolinguistik adalah satu teori linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap sebagai
sebuah sistem elemen yang saling berhubungan erat.

b. Psikolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut teori Behaviorisme) berdasarkan


bahasa yang dianggap sebagai salah satu sistem tabiat dan kemampuan yang menghubungkan
isyarat dengan perilaku.

c. Psikolinguistik adalah satu teori informasi yang menganggap bahasa sebagai sebuah alat
untuk menyampaikan suatu benda.

2.4 Psikolinguistik sebagai Disiplin Mandiri

Dibukanya program khusus psikolinguistik pada tahun 1953 oleh R. Brown merupakan
tanda formal ilmu ini adalah disiplin mandiri. Sarjana pertama disiplin ilmu ini adalah Eric

6
Lenneberg. Pakar lain yang kemudian muncul adalah Leshley, Osgoods, Skinner, Chomsky, dan
Miller yang kesemuanya sangat berjasa bagi perkembangan psikolinguistik.

Lenneberg menyatakan bahwa manusia mempunyai kecenderungan biologi yang khusus


untuk memperoleh bahasa yang dimiliki hewan, alasannya sebagai berikut:

1. Terdapatnya pusat-pusat yang khas di dalam otak untuk berbahasa.


2. Cara perkembangan bahasa pada semua bayi adalah sama.
3. Adanya kesukaran yang dialami untuk menghambat pertumbuhan bahasa pada manusia.
4. Bahasa tidak mukin diajarkan kepada makhluk lain.
5. Semua bahasa di dunia ini memiliki bagain-bagian yang sama yang bersifat universal.

Georga A. Miller dalam artikelnya berjudul "The Psycholinguistics" (1965) menyatakan


bahwa kelahiran disiplin psikolinguistik tidak dapat dielakkan karena para ahli psikologi telah
lama mengakui bahwa otak (akal) manusia itu menerima simbol-simbol linguistik.

Pada awalnya, psikolinguistik beraliran behaviorisme. Namun, berdasarkan


perkembangannya yang bersifat mentalis dan mencoba menjelaskan hakikat rumus yang
dihipotesiskan, maka kajian psikolinguistik pun semakin berkembang pada arah kognitif. Lahirnya
tata bahasa generatif oleh Chomsky merupakan inovasi tersendiri di bidang ini. Oleh karena itu,
Chomsky disebut sebagai “Bapak Linguistik Modern” sedangkan Wilhem Wundt disebut sebagai
“Bapak Psikolinguistik Klasik”.

2.5 Tiga Generasi dalam Psikolinguistik

a. Psikolinguistik Generasi Pertama

Psikolinguistik generasi pertama ini ditandai oleh penulisan artikel “Psycholinguistics: A


Survey of Thery and Research Problems” yang disunting oleh C. Osgoods dan Sebeok. Maka
kedua tokoh ini dinobatkan sebagai tokoh psikolinguistik generasi pertama. Titik pandang
Osgoods dan Sebeok dipengaruhi aliran behaviorisme. Menurut Parera (1996) dalam Abdul Chaer
generasi pertama memiliki tida kelemahan:

1. Adanya sifat reaktif dari psikolinguistik tentang bahasa.

7
2. Psikolinguistik generasi pertama ini bersifat atomistik.

3. Psikolinguistik generasi pertama ini bersifat individualis.

Tokoh lain dari generasi pertama ini adalah L. Bloomfield. Beliau adalah tokoh inguistik
Amerika yang menerima dan menerapkan teori- teori perilaku (hehaviorisme) dalam analisis
bahasa. Pernyataan-pernyataan Bloomfield yang terpenting adalah sebagai berikut:

1. Bahasa adalah salah satu dari bentuk perilaku.

2. Dalam menganalisis bahasa perlu dibedakan tiga peristiwa beruntun berikut ini.

a) Peristiwa yang mendahului peristiwa berbahasa atau stimulus pertama. Stimulus


pertama ini diberi kode S.

b) Respons yang dilakukan terhadap stimulus pertama. Salah satu respons adalah perilaku
atau perbuatan berbahasa yang berwujud bunyi bahasa. Respons perilaku ini diberi kode r.

c) Peristiwa yang terjadi setelah ada respons perilaku. Peristiwa yang terjadi setelah
respons (r) diberi kode R.

3. Di antara peristiwa a dan c terdapat peristiwa bahasa yang terdiri dari respons bahasa terhadap
stimulus. Respons bahasa yang berubah menjadi stimulus (kedua); dan akhirnya respons (R)
setelah stimulus kedua.

b. Psikolinguistik Generasi Kedua

Lahirnya psikolinguistik generasi kedua karena psikolingustik generasi pertama tidak


menjawab banyak masalah proses berbahasa dan teori-teori itu kekurangan daya penjelas, maka
diperlukan teori-teori yang lain dalam psikolingusitik. Tokoh utama lahirnya psikolingusitik kedua
ini yakni Noam Chomsky dan George Miller.

Pernyataan G.S. Miller dan Noam Chomsky tentang psikolinguistik generasi kedua yang
termuat dalam artikel “Some Preliminaries to Psycholinguistic” yang dimuat dalam American
Psychologist jilid 20 tahun 1985, yaitu:
1. Dalam komunikasi verbal, tidak semua ciri-ciri fisiknya jelas dan terang dan tidak semua ciri-
ciri yang terang dalam ujaran mempunyai reprentasi fisik.
2. Makna sebuah tuturan tidak boleh dikacaukan dengan apa yang ditunjukkannya.

8
3. Makna sebuah ujaran bukanlah makna dari kata-kata yang tersusun. Memahami makna sebuah
ujaran berarti memahami apa yang ada dalam otak si penutur.
4. Struktur sintaksis sebuah kalimat terdiri dari satuan-satuan yang menentukan intraksi antara
makna-makna kata yang terdapat dalam kalimat tersebut.
5. Jumlah kalimat dan jumlah makna yang dapat diejawantahkan dengan bahasa tidak terbatas
jumlahnya.
6. Harus dibedakan antara pendeskripsian sebuah bahasa dan pendeskripsian pemakaian bahasa.
7. Adanya komponen biologis yang besar untuk menentukan kemampuan berbahasa. Kemampuan
berbahasa ini tidak tergantung pada intelligensi dan besarnya otak, melainkan bergantung pada
“jadi manusia”.
Psikolinguistik generasi kedua ini belum menjelaskan semua masalah proses berbahasa dan
masih banyak ditemui kesalahannya.

c. Psikolinguistik Generasi Ketiga

Psikolinguistik generasi kedua menyatakan analisis mereka mengenai bahasa telah


melampaui batas kalimat. Namun, kenyataannya analisis mereka hanya sampai pada analisis
hubungan antara kalimat dan pada kalimat saja, belum sampai pada wacana. Para psikolinguis
generasi kedua juga menarik garis yang paralel antara tataran linguistik dan proses mental dari
psikologi kognitif. Ciri-ciri psikolinguistik generasi ketiga, yaitu:

1. Orientasi mereka kepada psikologi, tetapi bukan psikologi perilaku.

2. Keterlepasan mereka dari kerangka ‘psikolinguistik kalimat’ dan keterlibatan dalam


psikolinguistik yang berdasarkan situasi dan konteks.

3. Adanya satu pergeseran dari analisis mengenai proses ujaran yang abstrak ke satu analisis
psikologis mengenai komunikasi dan perpikiran.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Psikologi dalam sejarah kajian linguistik, ada sejumlah pakar linguistik yang menaruh
perhatian besar pada psikologi, yaitu (1) Von Humbolt, mengkaji hubungan antara bahasa
(linguistik) dengan pemikiran manusia (psikologi), (2) Ferdinand de Saussure, mengkaji apa
sebenarnya bahasa itu (linguistik) dan bagaimana keadaaan bahasa itu di dalam otak (psikologi)
dan memperkenalkan tiga istilah penting dalam linguistik, yaitu langage, langue, dan parole. (3)
Edward Sapir, mengkaji hubungan antara bahasa (linguistik) dengan pikiran (psikologi). (4)
Leonard Bloomfield, mengkaji bahasa dengan prinsip-prinsip mentalisme, dan (5) Otto Jespersen,
menganalisis bahasa menurut psikologi mentalistik dan juga berbau behaviorisme.

Linguistik dalam psikologi, ada beberapa pakar psikologi yang menaruh perhatian pada
linguistik, yaitu (1) John Dewey, mengkaji analisis linguistik bahasa kanak-kanak berdasarkan
prinsip-prinsip psikologi, (2) Karl Buchler, menyatakan bahwa bahasa manusia memiliki tiga
fungsi yaitu Kungabe (Ausdruck), Appell (Auslosung), dan Darstellung, (3) Wundt, orang pertama
yang mengembangkan teori mentalistik Bahasa, (4) Watson, menyamakan antara perilaku
berbahasa dengan perilaku lainnya, dan (5) Weiss, mengakui adanya aspek mental dalam bahasa.

Kerja sama antara disiplin linguistik dan psikologi sudah dimulai sejak 1860, yaitu oleh
Heyman Steinthal, seorang ahli psikologi yang beralih menjadi ahli linguistik dan Moritz Lazarus
seorang ahli linguistik yang beralih menjadi ahli psikologi dengan menerbitkan sebuah jurnal yang
khusus membicarakan masalah psikologi bahasa dari sudut linguistik dan psikologi.

Psikolinguistik sebagai disiplin mandiri pada tahun 1953 dengan dibukanya program
khusus psikolinguistik oleh R. Brown. Sarjana pertama disiplin ilmu ini adalah Eric Lenneberg.
Pakar lain yang kemudian muncul adalah Leshley, Osgoods, Skinner, Chomsky, dan Miller yang
kesemuanya sangat berjasa bagi perkembangan psikolinguistik.

Tiga generasi dalam psikolinguistik, yaitu psikolinguistik generasi pertama yang ditandai
oleh penulisan artikel “Psycholinguistics: A Survey of Thery and Research Problems” yang
disunting oleh tokoh utama generasi pertama yaitu C. Osgoods dan Sebeok, psikolinguistik

10
generasi kedua yang lahir karena psikolingustik generasi pertama tidak menjawab banyak masalah
proses berbahasa dan teori-teori itu kekurangan daya penjelas, dan psikolinguistik generasi ketiga
yang menyatakan analisis mereka mengenai bahasa telah melampaui batas kalimat.

3.2 Saran

Penulis menyarankan agar para pembaca, khususnya mahasiswa Sastra Indonesia


konsentrasi Linguistik, dapat lebih dalam lagi mengkaji tentang psikolinguistik, baik dalam artian
luas psikolinguistik, maupun dalam hal sejarah dan perkembangan psikolinguistik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2015. Psikolinguistik: Kajian Teoterik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Sunjono. 2003. Psiko-Linguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.


Jakarta: Yayasan Obor.

Mar’at, Samsuniwiyati. 2005. Psikolingusitik Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama

Sundusiah, Suci. 2017. “Sejarah Perkembangan Psikolinguistik”.


https://docplayer.info/37929179-Sejarah-perkembangan-psikolinguistik-oleh-suci-
sundusiah.html. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2021.

12

Anda mungkin juga menyukai