Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEJARAH ALIRAN PSIKOLOGI

“Sejarah,Manfaat dan Isu Psikologi”

DOSEN PEMBIMBING : Eska Prawisudawati, M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

1. Muhammad Abiansyah (2131060148)


2. Atika Suci Cahayani (2131060109)
3. Ayu Puspitasari (2131060013)
4. Kusuma Janti Prabawani (2131060215)
5. Lutfiah Suci Budiati (2131060040)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok untuk
mata kuliah Sejarah Aliran Psikologi, dengan judul “ Sejarah, Manfaat dan
Isu Psikologi”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak
terlepas dari anggota kelompok yang bekerja sama sehingga kamidapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. oleh karena itu kami terbuka terhadap kritik dan saran pembaca
agar makalah ini dapat lebih baik. Dan kami berharap dengan makalah ini
dapat membantu teman-teman dalam memahami sejarah dan manfaat dari
ilmu psikologi.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Lampung, 12 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Sejarah dan Bagaimana Psikologi Didefinisikan..........................................2

B. Manfaat Mempelajari Sejarah Psikologi.......................................................4

C. Isu-isu dalam Sejarah Psikologi....................................................................5

D. Pendekatan dalam Penulisan Sejarah............................................................9

BAB III KESIMPULAN........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Psyche yang berarti jiwa,
danlogi bearasal dari kata logos yang berarti ilmu pengetahuan.Menurut
istilah, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik macam
macam,gejala gejala, proses maupun latar belakang. Sebagai bagian dari
ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Konsep psiko
logidapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno.

Psikologi memiliki akar dari bidangilmu filosofi yang diprakarsai sejak


jaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaituilmu untuk kekuatan hidup (levens
beginsel).Aristoteles memandang ilmu jiwasebagai ilmu yang mempelajari
gejala gejala kehidupan. Kemudian psikologidibahas dalam ilmu alam atau
disebut sebagai ilmu faal yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dengan fungsi kerja organ-organ dalam tubuh manusia .

Menitik beratkan kepada pengaruh kondisi biologis terhadap perilaku


atau tindakanorang tersebut. Dan pada abad ke-19 lahirlah psikologi sebagai
ilmu yang berdirisendiri dimulai dari didirikannya laboratorium psikologi di
Leipzig oleh Wilhelm Wundt,diawali dengan suatu aliran psikologi yaitu
aliran psikologi strukturalisme, yangkemudian diikuti oleh aliran-aliran yang
menjadi pembahasan dalam psikologi sebagaiilmu yang mandiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah dan Psikologi di Definisikan?


2. Apa manfaat dari mempelajari Sejarah Psikologi ?
3. Apa saja isu – isu dalam sejarah Psikologi?
C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan sejarah dan didefinisikan ilmu psikologi


2. Untuk mengetahui manfaat dari mempelajari sejarah psikologi.
3. Untuk memahami isu-isu dalam sejarah psikologi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Bagaimana Psikologi Didefinisikan

Kata psikologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu
psyche dan logos.psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. jadi secara bahasa
psikologi bisa diartikan sebagai ilmu tentang jiwa atau ilmu yang mempelajari
jiwa.

Istilah jiwa dapat didefinisikan untuk menunjuk pada sesuatu yang dapat
menggerakkan, untuk menunjuk pada sesuatu selain raga pada diri manusia ,dan
sebagai produk dari pergerakan atom dalam perkembangannya psikologi.
Psikologi modern mereduksi bahasan sosiologi psikologi hanya membahas
perilaku semata atau membahas perilaku dan proses mental manusia dalam
pengertian umum. Perilaku berarti apa yang dilakukan seseorang baik yang berupa
perbuatan atau perkataan sedangkan yang dimaksud dengan proses mental
meliputi pengalaman internal yang dialami seseorang yang berupa aktivitas
berpikir merasa, mempersepsi, dan lain lain. Apakah definisi psikologi kedepan
akan mengalami perubahan? Sejarah yang akan menentukan bagaimana psikologi
kedepan akan didefinisikan karena Sejarah itu bersifat dinamis dan perkembangan
pemikiran psikologi kedepan yang memang memiliki peluang perubahan yang
sangat besar.
Menurut Viney dan King(2003), menjelaskan perkembangan pemikiran
awal mengenai psikologi juga bisa ditemukan pada bangsa Cina, Babilonia,
Mesir, Ibrani, India, persia dan juga Yunani.

Di Cina terdapat keyakinan mengenai 5 elemen dasar yaitu kayu api besi
tanah dan air yang juga berpengaruh pada 5 organ pengindraan telinga untuk
mendengar,mata untuk melihat, hidung untuk mencium, mulut untuk mengecap
dan tubuh untuk menyentuh dan 5 emosi marah,senang,sedih,ingin dan takut.

Di Babilonia bahasa yang berhubungan dengan jiwa tidak banyak


ditemukan. Namun, di Babilonia telah terjadi pergeseran dalam menjelaskan
fenomena yang semula bersifat magis religius menjadi lebih ilmiah pada masa ini
sudah berkembang ilmu matematika geografi astronomi dan juga pengobatan
dengan perhitungan yang cermat. Mereka pun sudah bisa memprediksi terjadinya
gerhana.

Di Mesir meyakini bahwa Terdapat hubungan erat antara emosi dan aktivitas
jantung sebagainya menyakini bahwa aktivitas mental lebih banyak dipengaruhi
oleh otak selain terkenal dengan keunggulan dalam teknologi sehingga
memungkinkannya membuat piramid bangsa Mesir juga memiliki keunggulan
dalam ilmu obat-obatan salah satu jenis gangguan emosional yaitu Histeria.

Di India pemikiran yang berhubungan dengan psikologi ada dalam kitab


veda. Mereka meyakini bahwa karakteristik anak dipengaruhi oleh karakteristik
Ibu waktu mengandung mereka mendapatkan kesucian diri dan pengendalian
indrawi dengan puasa dan meditasi pada zaman Yunani kuno terdapat beberapa
filsuf yang pemikirannya berpengaruh pada perkembangan ilmu pengetahuan
termasuk psikologis yaitu thales (625 sampai 547 SM) ,salah seorang filsuf yang
paling berpengaruh pada zaman Yunani kuno tentang perlunya penjelasan alamiah
daripada penjelasan supranatural terhadap gejala-gejala alam merupakan
pemikiran penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada masa ini terdapat perdebatan prinsip dasar yang mengendalikan
realitas mengenai objektivitas versus relativitas pengetahuan manusia, kemudian
nama-nama Aristoteles Plato dan dalam memberikan banyak pemikiran mengenai
tema-tema Psikologi seperti kemarin versi emosi dan lain-lain. Pada masa ini
khususnya di dunia islam, psikologis sebenarnya sudah mengalami kemajuan
yang sangat pesat catatan-catatan sejarah bisa menjadi bukti atas kain tersebut
pada masa ini sudah dirikan rumah sakit yang merawat pasien gangguan jiwa
sudah di identifikasi tumbuhan beserta bentuk terapinya seperti terapi musik
asosiasi modifikasi perilaku ataupun terapi kognitif Beberapa pemikir yang buah
pikirannya sebagiannya berhubungan dengan psikologi psikoterapi dan psikiatri
antara lain Al Kindi Ibnu Sina, Avisena dan Ibnu Rus, Affair Ar-Razi atau juga
dikenal rhazes, al-farabi al-bakri dan lain-lainnya.

B. Manfaat Mempelajari Sejarah Psikologi

Dalam mempelajari setiap ilmu pengetahuan tidak akan lepas dari sejarah
yang membentuk ilmu tersebut sehingga menjadi ilmu yang kompleks dan terus
berkembang. Karena sejarah dapat digunakan untuk menempatkan peristiwa masa
lalu untuk menjelaskan perspektif di masa sekarang. Proses sejarah psikologi yang
menjadikan psikologi mampu bersaing sebagai ilmu pengetahuan di masa kini
menjadi perlu untuk dikaji terutama bagi mahasiswa psikologi sebagai literatur
dalam mempelajari hubungan antara berbagai macam pemikiran, teori dan usaha-
usaha penelitian.(schultz, 2014). Selain manfaat mempelajari sejarah, ada juga
hal yang melatarbelakangi pentingnya mempelajari sejarah. Menutut Viney dan
King (2003),tentang pentingnya mempelajari sejarah.

1. Sejarah dianggap sebagai kunci penting dalam memahami masa depan (as a
key to understanding the future).
2. Sejarah merupakan salah satu cara untuk memperkaya hari ini (as a way to
enrich the present).
3. Sejarah merupakan kontribusi terhadap pendidikan yang bebas (as a
contribution to liberal education).
4. Sejarah mengajarkan kerendahan hati (teaches humility).
5. Sejarah mengajarkan skeptisme yang sehat (teaches a healthy skepticims).
6. Sejarah mempengaruhi proses berpikir manusia (influences human thought
processes).

Dari hal di atas, kita akan mendapatkan keuntungan dan manfaat dalam
mempelajari sejarah,seperti: sejarah aliran psikologi ialah untuk menghilangkan
kebingungan yang timbul dari keberagaman aliran psikologi, serta sebagai dasar
dan pemerkaya pemahaman psikologi di masa kini.(brennan, 2006). Menurut
Hergenhahn (2009),terdapat 6 keuntungan dalam mempelajari sejarah psikologi.

1. Mempelajari psikologi dapat memperkaya perspektif dalam memahami


suatu masalah.
2. Mempelajari sejarah akan memperdalam pemahaman kita mengenai
psikologi.
3. Mempelajari sejarah akan memperkenalkan kepada kita bagaimana timbul-
tenggelamnya suatu pemikiran ilmu psikologi.
4. Mempelajari sejarah akan menghindari kita dari kata “jatuh dua kali pada
lubang yang sama”.
5. Mempelajari sejarah akan menstimulasi munculnya ide-ide baru.
6. Mempelajari sejarah dapat memenuhi rasa ingin tahu seseorang mengenai
suatu pemikiran tertentu.

C. Isu-isu dalam Sejarah Psikologi

Dalam perkembangan sejarah, seringkali terdapat beberapa isu dari waktu ke


waktu terus menjadi pusat perhatian hergenhahn (2019) menyebutkan 10 isu yang
terus berulang dalam sejarah perkembangan pemikiran psikologi, yaitu
karakteristik alami manusia, relasi jiwa dan raga, nativisme vs relativisme,
mekanisme vs vitalisme, rasionalisme vs rasionalisme, realitas objektif vs realitas
subjektif hubungan manusia dan bukan manusia, pengetahuan dasar manusia,
masalah jiwa, dan universalisme vs relatif relativisme. Malone (2019)
menyebutkan 6 yang dianggapnya terus menjadi fokus pembicaraan dalam sejarah
psikologi, yaitu karakteristik alamiah jiwa (the nature of Mind), statis vs dinamis
(being vs becoming), karakter pengetahuan diri, etika, dan kehendak bebas
manusia (natur of will).
1. Jiwa
Ada beberapa istilah lain yang juga berhubungan dengan Soul spirit, mind,
Heart, self, anima, dan lain-lain. Thales mempunyai anggapan bahwa semua
materi memiliki jiwa, dan jiwa didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat
menggerakkan (fieser dan dowden 2016). Plato membedakan jiwa yang
immaterial dan raga yang materiil, dan menyebutkan adanya tiga unsur jiwa, yaitu
reason passion dan appetite (Greenwood 2009; Herghehn 2009). Aristoteles
mempunyai definisi tersendiri. Baginya jiwa merupakan sesuatu yang
memberikan kehidupan, dan setiap makhluk hidup memiliki jiwa (Grenwood,
2009). Kemudian ia menyebutkan tiga jenis jiwa, yaitu jiwa vegetatif, jiwa
sensitif, dan jiwa rasional. Bagi Ibnu sina Jiwa itu berkaitan erat dengan tubuh.
Jiwa mempengaruhi tubuh dan tubuh pun mempengaruhi jiwa. Kontribusinya
tersebut, Ibnu sina disebut-sebut sebagai pionir dalam physiological psychology
dan neoropisychiatry (shed, 2001; Mohamed, 2008).

2. Karakteristik Alamiah Manusia


Perdebatan mengenai bagaimana sebenarnya karakteristik manusia hampir
tidak pernah selesai. Apakah manusia itu dilahirkan tanpa kecenderungan bawaan
seperti yang diklaim oleh aliran behaviorisme, atau membawa kecenderungan-
kecenderungan alamiah tertentu sepert diklaim oleh aliran nativisme? Apakah
karakteristik alamiah manusia itu baik, netral, atau buruk? Bagaimana keterkaitan
manusia dengan binatang? Apakah seperti yang disampaikan oleh Charles Darwin
yang menyatakan bahwa karena adanya proses evolusi, maka secara psikologis
manusia dimungkinkan memiliki kemiripan-kemirian dengan binatang?

Faktor-faktor apa saja yang membuat manusia bahagia? Apakah manusia


mempunyai kebebasan berkehendak, atau makhluk pasif yang begitu saja terima
nasib? Apakah manusia lebih dipengaruhi oleh faktor personal atau sosial? Dan
ada banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya mengenai karakteristik alamiah
manusia yang sampai hari ini terus menjadi perdebatan.
3. Hubungan antara jiwa dan raga.

Dalam hal ini tedapat 2 aliran pemikiran yang satu sama lain saling
bertentangan yaitu, monisme dan dualisme.

Monisme berpandangan Bahwa manusia itu terdiri dari 1 aspek, yaitu bisa
dilihat dari aspek jiwa atau raga saja. Monisme yang beranggapan bahwa manusia
hanya terdiri aspek jiwa, disebut dengan idealisme, sedangkan monisme yang
menganggap manusia hanya terdiri dari aspek fisik disebut materialisme(Bell,
2002).

Dualisme meme gang prinsip bahwa jiwa dan raga merupakan 2 entitas yang
berbeda, jiwa bukan raga(Bell, 2002). Jiwa merupakan sesuatu yang immaterial,
nonfisik/metafisik, sedangkan raga merupakan sesuatu yang bersifat material.

“Kebanyakan dualisme meyakini bahwa terdapat hubungan antara jiwa dan raga
tersebut, dan trdapat 2 tipe dualisme yaitu interaksionis dan epiphenomenalism.
Interaksionis berkeyakinan bahwa antara jiwa dan raga memengaruhi jiwa.” –Bell,
2002.

Rene descaertes & Sigmund freud termasuk tokoh interaksionisme


(Hergenhahn, 2009). Epiphenomenalism memounyai pandangan habwa jiwa itu
merupakan produk dari aktifitas fisik, terutama otak, bagi Epiphenomenalism,
terdapat perbedaan antara mind dan brain.

4. Sumber pengetahuan manusia.

Menurut Reed & Urmson (2005), rasionalisme menunjuk pada keyakinan


atau teori yang mengklain bahwa untuk menddapatkan pengetahuan, kita bisa
menggunakan penalaran, tanpa bantuan pengalaman indrawi. Jadi manusia tidak
perlu tergantung pada pengalaman indrawi, dan pengetahuan yang diperoleh
melalui pertimbangan rasio lebih valid dibanding pengetahuan yang diperoleh
melalui indrawi. Menurut rasionalisme, seperti ditulis Hergenhahn(2009), “—
pengetahuan terdiri dari konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang bisa diperoleh
hanya dengan menggunakan active mind”(hlm. 21). Tokoh-tokoh rasionalisme
antara lain Rene D., Leibniz, dan Spinoza.
Empirisme berasal dari bahasa yunani empeiria yang berarti pengalaman,
dan dalam ilmu filsafat biasa diartikan sebagai teori atau keyakinan bahwa semua
pengetahuan diperoleh melalui pengalaman indrawi(Ree & Urmson, 2005).
Berbeda dengan rasionalisme, empirisme justru berpendapat bahwa pengetahuan
manusia merupakan representasi dari apa yang diperolehnya melalui pengalaman
indrawi (Hergenhahn, 2009). Empirisme meyakini bahwa pengetahuan terdiri dari
pengalaman indrawi yang direkam dalam pikiran manusia(Hergenhahn, 2009).
Tokoh empirisme antara lain Jhon locke, Berkeley, UME, dan Jhon S. M.

Beberapa filsuf lain nya sebenarnya mengakui kedua sumber pengetahuan


tersebut. Mereka hanya menekankan satu sumber pengetahuan daripada sumber
pengetahuan lainnya.

5. Universalisme vs relativisme pengetahuan.

Universalisme mununjuk pada keyakinan adanya prinsip ataupun teori yang


bersifat objektif, tidak terikat waktu dan tempat sehingga dimungkinkan untuk
menjelaskan semua relativisme menunjuk pada keyakinan bahwa pengetahuan
manusia itu terbatas dan dipengeruhi oleh keyakinan, situasi, budaya, ataupun
paradikma.

Dalam ilmu psikologi, perdebatan yang paling mutakhir mengenai


universalisme dan relativisme antara lain diusung oleh psikologi budaya,
psikologi lintas budaya, dan psikologi indigenous. Ada 3 pandangan sejauh mana
peran budaya dan psikologi indigenous yaitu absolutism, relativism, dan
universalism(Berry, Poorting, segall, & Dasen, 2002).

Absolutisme mempunyai pandangan bahwa fenomena psikologi memiliki


kesamaan disemua budaya, dan budaya tidak mempunyai pengaruh berarti
terhadap pembentukan psikologi dan prilaku manusia. Universalisme tidak
mempermasalahkan generalisasi, tapi harus dilakukan secara hati-hati. Terakhir
adalah relativisme yang diusung oleh psikologi budaya. Relativisme
berpandangan bahwa psikologi dan prilaku manusia dipengaruhi oleh konteks
budaya, maka generalisasi sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan
keragaman konteks budayanya(Berry, Poorting, segall, & Dasen, 2002: 4--5).
D. Pendekatan dalam Penulisan Sejarah

Penulisan sejarah dikenal dengan istilah historiografi (historiography)—


yakni teori, pendekatan dan metodeologi yang digunakan untuk menuliskan
sejarah. Historiografi ini mencakup juga penulisan sejarah disipilin ilmu,
termasuk di dalamnya psikologi Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam
menuliskan sejarah psikologi.

1. Internal vs Eksternal

Pendekatan tradisional yang banyak digunakan untuk menuliskan sejarah


psikologi adalah sejarah internal [internal histories], seiring dengan perjalanan
waktu, maka penulisan sejarah pun cenderung menjadi sejarah eksternal (external
histories).

Pendekatan sejarah internal:

Fokus pada perkembangan teori dan metode psikologi dari dalam disiplin ilmu itu
sendiri - ditulis oleh “orang dalam” yakni tokoh dan pemikir psikologi.

Pendekatan sejarah eksternal:

Fokus pada perkembangan keilmuan psikologi terkait dengan situasi dan kondisi
sosial, ekonomi, politik dan budaya yang mendorong pertumbuhan teori dan
praktik psikologi tertentu dan sebaliknya, mengekang pertumbuhan teori dan
praktik psikologi lainnya - ditulis oleh “orang luar” yaitu sejarawan profesional.

Pada kenyataannya, sulit untuk secara murni memisahkan faktor-faktor internal


dan eksternal yang saling bertaut dalam membentuk sejarah psikologi..

2. Tokoh besar vs Semangat zaman

Sejarah psikologi juga bisa ditulis dengan great-men atau tokoh – tokoh
hebat (personalistic theory) yang fokus pada pencapaian dan kontribusi dari
individu-indiviu tertentu, atau zeltgeist ( naturalistic theory) ditulis berdasarkan
kejadian atau peristiwa penting yang dipengaruhi oleh situasi sosial, ekonomi dan
politik mengiringi perkembangan psikologi.
Pendekatan great-men / sosok hebat / personalistic theory, Fokus pada kontribusi
individu

Pendekatan zeitgeist / semangat jaman / naturalistic theory, Fokus pada iklim


intelektual yang dipengaruhi situasi sosial, ekonomi dan politik

3. Presentist vs Contextualist

Pendekatan Presentist menjelaskan perkembangan teori psikologi dengan


menggunakan perspektif perkembangan teori psikologi yang paling
mutakhir/Terbaru.

Sedangkan pendekatan Contextualis menjelaskan perkembangan teori


psikologi apa adanya seperti yang terjadi pada zamannya. Misalnya pengaruh
zeigest baik pada kesempatan ekonomi yang memaksa para psikolog awal
berjuang mengembangkan ilmu psikologi sebagai bidang yang baru pada zaman
tersebut.

 Perang dunia  lewat ini para psikolog membuktikan dan berusaha


mengaplikasikan penelitian dan penemuan mereka seperti contoh tokohnya yaitu
Sigmund Freud yang memberi kesaksiannya mengenai pembantaian massal pada
world war 1, mengemukakan bahwa agresi adalah kekuatan pemotivasi yang
signifikan terhadap kepribadian manusia.

Erich Fromm, seorang teoritis kepribadian dan aktivis antiperang,


mengemukakan ketertarikannya terhadap perilaku abnormal karna paparan
fanatisme yang harus diterimanya yang telah menyapu negara asalnya Jerman
selama masa perang tersebut. Prasangka dan diskriminasi turut pula mewarnai
penulisan sejarah dalam contextualist, diskriminasi terhadap wanita, etnis yang
membuat psikologi sebagai bidang pembuktian diri pada masa tersebut, hingga
pada akhirnya sejarah  psikologi tak memandang dan mengabaikan keseharian
serta jenis kelamin, etnis, ras, dan agama tertentu untuk menggeluti bidang ini.
4. Pendekatan Konseptual
Pendekatan ini menjelaskan sejarah psikologi berdasarkan perkembangan
konsep-konsep tertentu, baik keberlanjutan teori tersebut atau kemundurannya.
Seperti perkembangan histori psikologi berdasarkan konsep sejarah ilmiah, yang
memandang dua cara pendekatan:
 Teori Personalistik
Memandang bahwa kemajuan dan perubahan dalam sejarah ilmu pengetahuan
bisa dikaitkan dengan ide-ide individu yang unik dengan kemauan serta
karisma dan keunikannya yang mampu mengendalikan arah sejarah.
 Teori Naturalistik
Memandang bahwa kemajuan dan perubahan dalam sejarah ilmiah dapat
dikaitkan pada Zeigeist, yang membuat budaya menerima beberapa ide tetapi
tidak untuk orang lain. Teori ini memandang bahwa waktulah yang
menciptakan tokoh atau setidaknya yang telah memungkinkan adanya
rekognisi terhadap apa yang harus dikatakan tokoh tersebut.
BAB III

KESIMPULAN

Secara bahasa, Psikologi itu merupakan ilmu tentang jiwa namun


pemahaman mengenai jiwa tersebut dari dari Turun waktu ke waktu mengalami
pergeseran sehingga jiwa yang dulunya dimaknai Dalam pengertian yang luas
kemudian dalam psikologi modern ini hanya membatasi pada perilaku dan proses
mentalnya saja.

Pendefinisian tersebut memang bisa kita pahami .keinginan untuk


menjadikan Psikologi itu sebagai ilmu yang ilmiah atau disebut sebagai ilmu
rasional dan empiris yang kemudian memaksa pakar-pakar psikologi untuk
mengeluarkan aspek-aspek yang dianggap tidak rasional dan tidak empiris dari
ruang lingkup bahasan Psikologi itu sendiri .

Dan ada juga manfaat , ilmu psikologi tidak muncul secara tiba-tiba. Ada
begitu banyak proses panjang yang melibatkan logika, konteks, peristiwa, tokoh,
relasi antar disiplin ilmu, dan ideology yang melatar belakangi munculnya sebuah
pemikiran ilmu psikologi. Dengan mempelajari sejarahnya kita dapat lebih paham
dan mengerti konteks kemunculan sebuah pemikiran, sekaligus psikologis tokoh
yang memunculkannya.  Dan apa yang kita dapatkan dalam mempelajari sejarah
psikologi adalah terhindarnya kita dari kebingungan dan keberagaman pendapat
tentang ilmu psikologi pada saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Rahman. A.A. (2017). Sejarah Psikologi dari Klasik hingga Modern.


Depok : Raja Grafindo Persada

http://riyanisror.blogspot.com/2016/11/makalah-psikologi-sejarahdan-
aliran_27.html

https://docplayer.info/73050651-Bab-i-manfaat-mempelajari-sejarah-
aliran-psikologi-modern.html

https://www.academia.edu/35768467/Tugas_Makalah_Kelompok_5_Sejar
ah_dan_Aliran_Psikologi

Anda mungkin juga menyukai