Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA

Tentang

PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN KEGUNAAN PSIKOLOGI AGAMA SERTA


SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. M. Taufik, M. Ag

Disusun Oleh : Kelompok III

Siti Maulida Rahmatika (200101110)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM

2022/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis khaturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan penulis rahmat,
karunia serta kesempatanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Psikologi agama sebagai Dispin Ilmu ini dengan baik dan tanpa hambatan apapun.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang
benderang seperti yang kita rasakan saat ini.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk
generasi yang akan datang. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan untuk itu saran dan kritik dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan penulisan makalah berikutnya.

Mataram, 15 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................i

Daftar Isi ..........................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian, Ruang Lingkup, dan kegunaan Psikologi Agama................................2


B. Sejarah dan Perkembangan Psikologi Agama.........................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang sangat eksploratif dan potensial, dikarenakan
manusia memiliki kemampuan dalam mengembangkan diri baik secara fisik maupun
psikis. Selain darii itu, dalam diri manusia terdapat sejumlah kemampuan bawaan yang
dapat dikembangkan.1
Psikologi secara umum mempelajarai gejala-gejala kejiwaan manusia yang
berkaitan dengan pikiran, perasaan dan kehendak. Dan agama berasal dari kata al- Din
yang berarti undang-undang atau hukum. Jadi Psikologi agama merupkan Ilmu yang
mempelajarai kehidupan beragama seseorang dalam ruang lingkup kesehariannya.
Psikologi agama sebagai sebuah disiplin ilmu, hingga saat ini masih perlu
penguatan landasan filsafat ilmunya. Elemen-elemen filsafat ilmu yang bertumpu
pada kekuatan ontologi, epistimologi dan aksiologi merupakan indikator kualifikasi
keabsahan sebuah disiplin ilmu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian, Ruang Lingkup, dan kegunaan Psikologi
Agama?
2. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Psikologi Agama?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian, Ruang Lingkup, dan kegunaan Psikologi Agama
2. Untuk Mengetahui Sejarah dan Perkembangan Psikologi Agama

1
Yusron Masduki, Idi warsah, Psikologi Agama,(Palembang : Tunas Gemilag Press, 2020), h. 2.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Ruang Lingkup, dan kegunaan Psikologi Agama


Pengertian Psikologi Agama
Secara etimologis, psikologi diambil dari bahasa Inggris psychology yang berasal
dari bahasa Yunani psyche yang berarti jiwa (soul, mind) dan logos yang berarti ilmu
pengetahuan. Dengan demikian psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang jiwa. Berdasarkan penyelidikan tentang gejala kejiwaan yang mula-mula
dilakukan oleh para filsuf Yunani Kuno, teori-teori dikemukakan berdasarkan
argumentasi-argumentasi akal belaka, sehingga mereka mengemukakan bahwa psikologi
itu adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk kejiwaan manusia 2. Kemudian mengenai
agama, jika dirunut pengertiannya berdasarkan asal kata, agama terdiri dari asal kata yang
masing-masing berbeda yaitu: al-Din, religi, (relegere, religare), dan agama.3
Psikologi agama adalah ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap orang,
atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir,
bersikap, bereaksi dan bertingkah laku, tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena
masuk dalam konstruksi kepribadian.
Ruang lingkup Psikologi Agama

Sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi memiliki banyak ruang lingkup
pembahasannya tersendiri yang dibedakan dari displin ilmu yang mempelajari masalah
agama yang lainnya. Sebagai contoh, dalam tujuannya psikologi agama dan ilmu
perbandingan agama memiliki tujuan yang tidak jauh berbeda, yakni mengembangkan
pemahaman terhadap agama dengan mengaplikasikan metode-metode penelitian yang
bertipe bukan agama dan bukan teologis.

Adapun menurut Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi
agama meliputi kajian mengenai:

2
Hawi, Akmal. Ilmu Jiwa Agama. (Yogyakarta: IAIN Raden Patah Press,2005)
3
Jalaluddin. Psikologi Agama.  (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011)

2
1. Bermacam-macam emosi yang menjalar diluar kesadaran yang ikut menyertai
kehidupan beragama orang biasa (umum), seperti rasa lega dan tenteram
sehabis sembahyang, rasa lepas dari ketegangan batin sesudah berdoa atau
membaca ayat-ayat suci, perasaan tenang, pasrah, dan menyerah setelah
berdzkir dan ingat kepada Allah ketika mengalami kesedihan dan kekecewaan
yang bersangkutan. Jadi, dapat dikatakan bahwa meskipun orang itu bukanlah
seorang ulama yang sangat taat beribadah ketika mereka dekat dengan Tuhan
pencipta mereka, baik melalui shalat, doa, dan dzikir, mereka mendapatkan
kenyamanan, ketentraman dan kebahagiaan.
2. Bagaimana perasaaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap
Tuhannya, misalnya rasa tenteram dan kelegaan batin. Maksudnya Perasaan
ini didapat seseorang ketika ia berhubungan, melakukan pengenalan terhadap
Tuhan. Tenteram hidup karena beribadah dan mentaati perintah-Nya, serta
merasa lega ketika sudah berdoa dan bersyukur kepada Tuhan.
3. Mempelajari, meneliti, dan menganalisi pengaruh kepercayaan akan adanya
hidup setelah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.Tidak dapat kita pungkiri
bahwa sistem dan tingkat kepercayaan seseorang terhadap akhirat itu sama.
Jadi, di dalam psikologi agama dipelajari, diteliti, dan dianalisis terhadap
masing-masing individu. Kita ambil rasionalitasnya saja misalnya dengan
seseorang yang beragama Islam tidak tahu dan tidak percaya dengan adanya
hari akhir, maka dapat dikatakan bahwa orang itu tidak sepenuhnya
memahami ajaran atau unsur-unsur dalam agamanya.
4. Meneliti dan mempelajari  kesadaran dan perasaan orang terhadap
kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan
pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya
dalam kehidupan.Hampir sama dengan perilaku di bagian 3, bahwasanya
ketika seseorang sudah mengerti dan percaya dengan adanya akhirat, maka
otomatis ia akan mempercayai adanya surga maupun neraka. Dengan
kepercayaan ini, perilaku baik sangatlah diupayakan demi mendapatkan
pahala dan demi mencapai kehidupan bahagia di akhirat.

3
Semua itu menurut Zakiah Daradjat tercakup dalam kesadaran agama (religious
counciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Yang dimaksud dengan
kesadaran agama adalah bagian dari segi agama yang hadir (terasa) dalam pikiran yang
merupakan aspek mental dan aktivitas agama. Sedangkan pengalaman agama adalah
unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu perasaan yang membawa pada
keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliyah) karenanya, psikologi agama tidak
mencampuri segala bentuk permasalahan yang menyangkut pokok keyakinan suatu
agama, termasuk tentang benar salahnya atau masuk akal tidaknya keyakinan agama.

Kegunaan Psikologi Agama

Psikologi agama mempelajari gejala-gejala kejiwaan agama seseorang, maka


kegunaannya pun tergantung dengan kepercayaan dan terpengaruh atau tidaknya
seseorang dalam hal keyakinan agama. Sebenarnya, psikologi agama diharapkan dapat
menerangkan berbagai gejala perilaku manusia dan corek relasi serta kehidupannya, di
samping mampu memanfaatkan hasil temuan psikologis untuk meningkatkan kesehatan
mental dan kesejahteraan hidup manusia, serta mengatasi efek-efek negatif. 
Selain itu, psikologi agama diharapkan dapat membuat perkiraan pengenai pola
perilaku keagamaan manusia dalam berbagai situasi serta bagaimana akibatnya dalam
kehidupan pribadi dan kehidupan sosial di masa mendatang.
Maka dari itu, kegunaan psikologi agama adalah:
a. Membebaskan manusia dari gangguan-gangguan kejiwaan.
b. Membuat manusia agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

c. Membuat manusia dapat merealisasikan berbagai potensinya seperti


kemampuan, sikap, sifat, keterampilan, dan lingkungan agar benar-benar
menjadi bermanfaat dan aktual dalam proses keyakinan keagamaan.

Kemudian, jika memandang dari mengaplikasikannya, kegunaan atau manfaat psikologi


agama meliputi berbagai bidang, antara lain:

4
a. Bidang industri

Sekitar tahun 1950-an di perusahaan minyak Stanvac (Plaju dan sungai Gerong)
di selenggarakan ceramah agama Islam untuk para buruhnya. Para penceramah adalah
pemuka agama setempat. Kegiatan berkala ini dilaksanakan atas dasar asumsi bahwa
ajaran agama mengandung nilai-nilai moral yang dapat menyadarkan para buruh dari
perbuatan yang tidak terpuji dan merugikan perusahaan. Hasilnya, pengaruh ini dapat
mengurangi kebocoran seperti pencurian, manipulasi maupun penjualan barang-barang
perusahaan yang sebelumnya sukar di lacak.

b. Bidang pembangunan Negara

Pendekatan ini digunakan oleh Jepang dalam membangun negaranya. Bermula


dari mitos bahwa kaisar Jepang adalah Dewa Matahari (Amiterasu Omikami), mereka
dapat menumbuhkan jia Bushido, yaitu ketaatan kepada pemimpin. Mitos ini telah
membangkitkan perasaan agama para prajurit Jepang dalam Perang Dunia II untuk
melakukan Harakiri (bunuh diri) dan ikut dalam pasukan kamikaze (pasukan berani mati).
Dan setelah usai Perang Dunia II, jiwa Bushido tersebut bergeser menjadi etos kerja dan
disiplin serta tanggung jawab moral.

c. Bidang pendidikan

Yaitu dengan memanfaatkan psikoterapi dalam kehidupan. Dengan keilmuan jiwa


yang bersifat spiritual tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang akan merasa takut
dengan dosa, takut dengan penciptanya. Dengan hal seperti itu, maka seseorang bisa
menyadari kesalahannya terhadap pencipta. Ketika pendidikan ini dikaitkan dengan
pengajaran, maka perlu dilibatkan asas-asas keagamaan seperti: sabar, berserah diri,
berdoa, dan lain sebagainya sehingga bermanfaat untuk mengembangkan pola konseling
yang Islami. Dengan begitu, psikologi agama dapat membantu seseorang dalam hal
mencapai tujuan pendidikan Islam, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT.

5
B. Sejarah dan Perkembangan Psikologi Agama
1. Psikologi Agama Lintas Sejarah4
Untuk mengetahui secara pasti kapan agama diteliti secara psikologi memang
agak sulit, sebab dalam agama itu sendiri telah terkandung di dalamnya pengaruh
agama terhadap jiwa. Contoh proses pencarian Tuhan yang dialami oleh Nabi
Ibrahim. Dalam kisah tersebut dilukiskan bagaimana proses konversi terjadi. Dalam
kitab-kitab suci lain pun terdapat proses dan peristiwa keagamaan, seperti yang terjadi
dalam diri tokoh agama Budha, Sidharta Gautama atau dalam agama Shinto yang
memitoskan kaisar Jepang sebagai keturunan matahari yang membuat penganutnya
sedemikian mendalam ketaatannya kepada kaisar, sehinga mereka rela mengorbankan
nyawanya dalam Perang Dunia II demi kaisar.
2. Kajian Psikologi Agama di kawasan Barat
Awal kajian psikologi tentang gejala-gejala keagamaan secara sistematis dimulai
dalam penelitian G. Stanley Hall pada tahun 1881, yang mengambil fokus penelitian
tentang gejala konversi agama (religious conversion) di kalangan remaja. Tahun 1899
terbit buku pertama yang berjudul The Psychology of Religion, yang ditulis oleh
Edwin Diller Starbuck. Kemudian tahun 1900 George Albert Coe menerbitkan buku
The Spiritual Life. Bidang Psikologi Agama mulai kelihatan sosoknya ketika William
James, yang dikenal sebagai pelopor Psikologi Modem di Amerika, menyampaikan
kuliahnya di Edinburg University pada tahun 1900-1901. Kuliahkuliah ini kemudian
diterbitkan dalam sebuah buku monumental yang berjudul The Varieties of Religious
Experiences.
Perkembangan Psikologi Agama yang pesat di awal abad ke 20 ini ternyata tidak
berlangsung lama. Pada sekitar tahun 1920 kegiatankegiatan ilmiah di bidang
Psikologi Agama mengalami kemandegan. Jurnal-jurnal yang pernah muncul
sebelumnya tidak terbit lagi. Meskipun ada satu dua buku Psikologi Agama yang
terbit, tetapi tidak ada ide-ide baru yang muncul. Menurut Wulff (1991) kemandegan
ini ada kaitannya dengan berkembang pesatnya gerakan behaviorisme di Amerika.
Bagi para psikolog pada waktu itu fenomena-fenomena keagamaan bukanlah suatu
hal yang menarik untuk dipelajari dan diteliti.

4
Prof. Dr. H.M. Taufik, M.Ag, Psikologi Agama, (Mataram : Sanabil, 2020), h. 71.

6
Perkembangan Psikologi Agama menjadi semakin semarak mulai tahun 1970
sampai sekarang dengan munculnya berbagai macam jurnal ilmiah di berbagai negara
di Eropa dan Asia, seperti Scandinavia, Netherland, Jerman, India dan Jepang.
3. Kajian Psikologi Agama di Kawasan Timur
Kajian psikologi agama di Dunia Timur tidak mau ketinggalan. Abdul Mun‘in
Abdul Aziz al-Malighy, misalnya, juga menulis kajian perkembangan jiwa beragama
pada anak-anak dan remaja. Sementara di daratan anak benua Asia dan India juga
terbit buku-buku yang berkaitan dengan psikologi agama. Jalaluddin menyebut judul
buku berikut pengarangnya antara lain: The Song of God: Baghavad Gita. Sedang di
Indonesia, sekitar tahun 1970-an tulisan tentang psikologi agama baru muncul. Karya
yang patut dikedepankan adalah: Ilmu Jiwa Agama oleh Zakiah Daradjat (1976),
Agama dan Kesehatan Jiwa oleh Aulia (1961), Islam dan Psikosomatik oleh S.S.
Djami‘an, Pengalaman dan Motivasi Beragama oleh Nico Syukur Dister, Al-Qur‟an:
Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa oleh Dadang Hawari dan sebagainya.
Dalam buku yang disebut terakhir misalnya, meskipun yang menjadi pembahasan
mengenai kedokteran jiwa, akan tetapi membahas pula aspek-aspek agama atau
spiritual dalam kaitannya dengan jiwa seseorang.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi agama adalah ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap orang,
atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir,
bersikap, bereaksi dan bertingkah laku, tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena
masuk dalam konstruksi kepribadian.
Psikologi agama menempatkan manusia pada konteks yang lebih luas: ke
bawah jiwa manusia dikaitkan secara sistematik dengan dunia jasmani mineral,
tumbuh-tumbuhan, dan hewan sedangkan ke atas terhubung dengan dunia metafisika.
Dalam konteks ini, psikologi agama memiliki pandangan yang lebih luas dalam
mengkaji manusia, yaitu antara dunia jasmani dan rohani.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam
meningkatkan wawasan mereka tentang Psiologi Agama Sebagai Disiplin Ilmu, penulis
sudah berusaha keras dalam menyusun makalah ini. Akan tetapi jika ada ke khilafan di
dalamnya mohon untuk memberikan krtik dan saran perbaikan untuk makalah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Yusron Masduki, Idi warsah, Psikologi Agama,Palembang : Tunas Gemilag Press, 2020.
Hawi, Akmal. Ilmu Jiwa Agama. Yogyakarta: IAIN Raden Patah Press,2005
Jalaluddin. Psikologi Agama.  Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011
Prof. Dr. H.M. Taufik, M.Ag, Psikologi Agama, Mataram : Sanabil, 2020

Anda mungkin juga menyukai