Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGERTIAN, OBJEK, METODE DAN SEJARAH PSIKOLOGI ISLAM

Di susun oleh :

Nama : Madona Fitria Astrid

NPM ; 2031060087

Kelas : 3D

Dosen Pengampu : Iin Yulianti S.Pd.I M.Pd

PRODI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya,
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pengertian, Objek,
Metode Dan Sejarah Psikologi Islam” Tidak lupa sholawat beserta salam tercurahkan kepada
nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas dari mata kuliah “Psikologi Agama”. Adapun makalah ini telah penulis
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Unuk itu penulis juga tidak lupa menyampaikan
banyak terimakasih kepada ibu Iin Yulianti S.Pd.I M.Pd selaku dosen mata kuliah Psikologi
Agama yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa, pembahasan, maupun segi lainnya. Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penilis harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.

Bandar Lampung, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 4
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
A. Pengertian Psikologi Agama ............................................................................................. 5
B. Objek Material Dan Objek Formal Psikologi Agama ....................................................... 6
C. Metode Dalam Psikologi Agama ....................................................................................... 7
D. Sejarah Psikologi Agama ................................................................................................ 11
BAB III .................................................................................................................................... 15
PENUTUP................................................................................................................................ 15
A. Kesimpulan...................................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................................ 15
C. Daftar Pustaka.................................................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu
pendekatan terhadap manusia harus menyangkut semua unsur somatik, psikologik, dan
social. Menurut robert thouless, psikologi agama yaitu ilmu yang bertujuan mengembangkan
pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi
yang dipungut dari kajian terhadap perilaku bukan keagamaan saja.

Belajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama mana yang paling benar,
tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya , bagaimana prilaku dan
kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya. Mengapa manusia ada yang percaya Tuhan
ada yang tidak, apakah ketidak percayaan ini timbul akibat pemikiran yang ilmiah atau
sekedar naluri akibat terjangan cobaan hidup, dan pengalaman hidupnya.

Agama adalah juga fenomena sosial. Agama juga tak hanya ritual, menyangkut
hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya belaka, tapi juga fenomena di luar
kategori pengetahuan akademis. Sebagian manusia mempercayai agama, namun tidak pernah
melakukan ritual. Yang lain mengaku tidak beragama, namun percaya sepenuhnya terhadap
Tuhannya. Di luar itu semua, kita sering menyaksikan, dalam kondisi tertentu semisal
kesulitan hidup atau tertimpa musibah-- manusia cenderung berlari kepada agama.
Sebaliknya, pada saat dirinya hidup dalam kondisi normal, mereka seringkali tidak peduli
terhadap agama, bahkan mengingkari eksistensi Tuhannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari psikologi agama?
2. Apa saja objek material dan objek fomal dalam psikologi agama?
3. Bagaimana metode dan sejarah psikologi agama?

C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui pengertian dari psikologi agama.
2. Mengethui o bjek material dan objek formal psikologi agama.
3. Mengetahui metode dan sejarah psikologi agama.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Agama
Psikologi secara etimologi mengandung arti tentang jiwa. Dalam islam kata jiwa
disamakan dengan “an-nafsu” namun ada juga yang menyamakan dengan istilah “ar-ruh”.
Tetapi istilah “an-nafsu” lebih populer dari pada istilah “ar-ruh ” karena psikologi dalam
bahasa arab lebih popular diterjemahkan dengan ilmu an-nafsu dari pada ilmu ar-ruh.

Agama berasal dari kata “religio” yang berarti obligation/kewajiban. Agama dalam
Encyclopedia of pdhilosophy adalah kepercayaan kepada tuhan yang selalu hidup, yakni
kepada jiwa dan kehendak ilahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan
moral dengan umat manusia. Agama adalah pengalam dunia dari diri seseorang tentang
ketuhanan disertai keimanan dan peribadatan. Selain tentang Taqarrub ilallah (pendekatan
terhadap manusia), agama juga mengagungkan Hablum minan nas (hubungan seama
manusia) tidak dibenarkan menyakiti sesame, jika seorang telah beragama.

Jadi psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-
masalah yang ada sangkut pautnya dengan kajian beragama, gejala-gejala kejiwaan menurut
perspektif Al-quran dan assunnah yang didalamnya tersurat dan tersirat tentang mengatur
jiwa manusia melalui pendekatan terhadap agama dan pedomannya.

Menurut terminology, psikologi agama dapat didefinisikan sebagai cabang psikologi


yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh
keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia
masing-masing. Upaya tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi, jadi merupakan
kajian empiris. Sejalan dengan ruang lingkup kajiannya, psikologi agama telah banyak
memberi sumbangan dalam memecahkan persoalan kehidupan manusia dalam kaitannya
dengan agama yang dianutnya.

Meskipun ada kata agama dalam objek kajiannya, yang biasanya berhubungan dengan
Allah atau dewa dan juga lingkungan keduanya, objek kajian psikologi agama adalah
manusia yang beragama dan lingkungannya. Hal itu karena psikologi tak dapat mengeluarkan
satu pernyataan apapun yang berhubungan dengan Allah karena psikologi sebagai ilmu
pengetahuan empiris terikat pada pengalaman dunia.

Adapun pengalaman agama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu
perasaan yang membawa pada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah). Karena
itu, psikologi agama tidak mencampuri segala bentuk permasalahan yang menyangkut pokok
keyakinan suatu agama. Tegasnya, psikologi agama hanya mempelajari dan meneliti fungsi-
fungsi psikis yang terpancar dalam perilaku yang berkaitan dengan kesadaran dan
pengalaman agama manusia. Akan tetapi, tak termasuk di dalamnya unsur-unsur keyakinan
yang bersifat abstrak (gaib), seperti tentang Tuhan, surga dan neraka, kebenaran suatu agama,
kebenaran kitab suci, dan lainnya yang tak mungkin teruji secara empiris.
B. Objek Material Dan Objek Formal Psikologi Agama
Obyek utama yang menjadi kajian Psikologi Agama adalah: (1) kesadaran beragama
(religious counsciousness) ,dan (2) pengalaman beragama (religious experience). Kesadaran
beragama adalah bagian atau segi yang hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat diuji melalui
introspeksi, atau dapat dikatan kesadaran beragama adalah aspek mental dan aktivitas agama.
Sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu
perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah).
Secara lebih spesifik dapat disimpulkan bahwa obyek kajian penelitian psikologi
agama adalah proses beragama, perasaan, dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan
akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan.
Psikologi agama tidak mencampuri dasar-dasar atau pokok keyakinan suatu agama,
apakah keyakinan itu benar atau salah, masuk akal atau tidak, semua itu bukan wilayah kajian
psikologi agama. Dan yang menjadi wilayah kajian psikologi agama adalah bagaimana
pengaruh dari dasar-dasar atau pokok keyakinan suatu agama terhadap perilaku seseorang.
Misalnya pengertian tentang Tuhan mungkin berbeda antara satu agama dengan agama yang
lain. Siapa Tuhan itu, apa sifatnya, dan seterusnya tidak dibahas didalam psikologi agama,
karena persoalan-persoalan tersebut berada diluar kemampuan psikologi agama untuk
membuktikan dengan metode penelitian yang empiris tentang dzat Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
Namun yang terpenting dalam psikologi agama hanyalah, bagaimana perasaan dan
pengalaman seseorang terhadap Tuhan tersebut, misalnya bagaimana rasa tentram dan
leganya batin orang yang merasakan dengan sungguh-sungguh bahwa Tuhan Maha Pengasih
dan Penyayang dan merasa bahwa ia tergolong orang yang disayang Tuhan. Hal ini dapat
dilihat dan diteliti pengaruhnya dalam tingkah laku dan cara hidupnya.
Demikian juga tentang pengertian surga dan neraka, dan hubungannya dengan
imbalan pahala dan dosa. Semuanya adalah hal-hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat
diteliti dengan metode penelitian yang empiris. Namun bagaimana pengaruh keyakinan
terhadap surga dan neraka dalam pembentukan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-
hari seseorang dapat diteliti dengan metode penelitian yang empiris. Oleh karena itu, menurut
Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi obyek kajian Psikologi Agama meliputi kajian
tentang:
1) Bermacam-macam emosi yang menjalar diluar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan
beragama orang biasa (umum). Seperti rasa lega dan tentram setelah shalat, rasa lepas dari
ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci, perasaan tenang, pasrah, dan
menyerah setelah berdzikir dan ingat kepada Allah ketika mengalami kesedihan dan
kekecewaan yang bersangkutan.
2) Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya,
misalnya rasa tawakkal dan menerima apa adanya.
3) Mempelajari, meneliti, dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup
sesudah mati (alam akhirat) pada tiap-tiap orang.
4) Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang
berhubungan dengan surga dan neraka, serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh
terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5) Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat
suci untuk kelegaan batinnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa obyek dan bidang kajian psikologi agama adalah
mempelajari kesadaran beragama pada orang. Akan tetapi kesadaran beragama tersebut tidak
dapat diteliti sendirian, tanpa meneliti pula pengaruhnya terhadap perilaku atau tindakan
keberagamaan seseorang dalam hidupnya.

C. Metode Dalam Psikologi Agama


Sebagai disiplin ilmu yang otonom, maka psikologi agama juga memiliki metode
penelitian ilmiah. Kajian dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta berdasarkan data yang
terkumpul dan dianalisis secara objektif.

Karna agama menyangkut masalah yang berkaitan dengan kehidupan bathin yang
sangat mendalam, maka masalah agama sangat sulit untuk diteliti secara seksama terlepas
dari pengaruh-pengaruh subjektivitas. Namun demikian, agar penelitian mengenai agama
dapat dilakukan lebih netral dalam arti tidak memihak kepada suatu keyakinan atau
menentangnya, maka diperlukan adanya sikap yang objektif. Maka dalam penelitian
psikologi agama perlu diperhatikan antara lain:

1. Memiliki kemampuan dalam meneliti kehidupan dan kesadaran bathin manusia


2. Memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pengalaman dapat dibuktikan secara
empiris
3. Dalam penelitian harus bersikap filosofis spiritualistis
4. Tidak mencampuradukkan antara fakta dengan angan-angan atau perkiraan khayali
5. Mengenal dengan baik masalah psikologi dan metodenya
6. Memiliki konsep mengenai agama serta mengetahui metodologinya
7. Menyadari tentang adanya perbedaan antara ilmu dan agama
8. Mampu menggunakan alat-alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ilmiah

Menurut Zakiah daradjat,metode yang digunakan dalam penlitian-peneliian ilmu jiwa


agama adalah metode ilmiah,yakni mempelajari fakta-fakta yang ada dalam lingkungannya
dengan cara yang objektif. Dimana harus diusahakan jangan sampai memihak atau
menentang kepercayaan agama tertentu. Selian metode ilmiah kita juga dapat menggunakan
metode empiris,yang berarti bahwa suatu kemampuan dapat diambil dari observasi terhadap
data-data (fakta-fakta).

Dalam meneliti ilmu jiwa agama menggunakan sejumlah metode, yang antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut:

a. Dokumen Pribadi (Personal Document)

Metode ini digunakan untuk mempelajari tentang bagaimana pengalaman dan


kehidupan bathin seseorang dalam hubungannya dengan agama. Untuk memperoleh
informasi mengenai hal tersebut maka cara yang ditempuh adalah mengumpulkan dokumen
pribadi orang seorang. Dokumen tersebut mungkin berupa autobiografi, biografi, tulisan
ataupun catatan-catatan yang dibuatnya.

Selain catatan atau tulisan, juga digunakan daftar pertanyaan kepada orang-orang
yang akan diteliti. Jawaban yang diberikan secara bebas memberi kemungkinan bagi
responden untuk menyampaikan kesan-kesan bathin yang berhubungan dengan agama yang
diyakininya. Dalam penerapannya, metode dokumen pribadi ini dilakukan dengan berbagai
cara, diantaranya:

1. Teknik Nomotatik

Teknik ini digunakan untuk menarik kesimpulan sejumlah dokumen yang diteliti, juga
digunakan untuk mempelajari perbedaan-perbedaan individu. Dalam penerapannya nomotik
ini mengasumsikan bahwa pada diri manusia terdapat suatu lapisan dasar dalam struktur
kepribadian manusia sebagai sifat yang merupakan ciri umum kepribadian.

2. Teknik Analisis Nilai (Value Analysis)

Teknik ini digunakan dengan dukungan analisis stastik. Data yang terkumpul diklasifikasikan
menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan penilaian terhadap individu yang
diteliti. Teknik statistik digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa ada sejumlah
pengalaman keagamaan yang dapat dibahas dengan bantuan ilmu eksakta, terutama dalam
mencari hubungan antara sejumlah variabel.

3. Teknik Idiografi

Teknik ini juga merupakan pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami sifat-
sifat dasar (tabi’at) manusia. Pelopor dari penggunaan teknik idiografi dalam psikologi agama
adalah Gordon Allport. Menurutnya untuk mempelajari kepribadian semestinya menyangkut
sifat-sifat dasar yang meruakan ciri khas yang ada hubungan antara seseorang dengan
perspektif dirinya. Masing-masing sifat dasar yang dimiliki seseorang individu sebagai ciri
khas terlihat dalam penampilan sikap seseorang secara umum.

4. Teknik Penilaian terhadap Sikap (Evaluation Attitudes Technique)

Teknik ini digunakan dalam penelitian terhadap biografi, tulisan atau dokumen yang ada
hubungannya dengan individu yang akan diteliti. Berdasarkan dokumen tersebut kemudian
ditarik kesimpulan, bagaimana pendirian seseorang terhadap pers0alan-persoalan yang
dihadapinya dalam kaitan hubungannya dengan pengalaman dan kesadaran agama.

b. Kuesioner dan wawancara

Metode kuesioner maupun wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi
yang lebih banyak dan mendalam secara langsung kepada responden. Metode ini dinilai
memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

1) Dapat memberi kemungkinan untuk memperoleh jawaban yang cepat dan segera
2) Hasilnya dapat dijadikan dokumen pribadi tentang seseorang serta dapat pula
dijadikan data nomotatik

Dalam penerapannya metode kuesioner dan wawancara dilakukan dalam berbagai bentuk,
diantaranya adalah teknik pengumpulan data, melalui:

1. Pengumpulan pendapat masyarakat (Publik opinion polls)

Teknik ini merupakan gabungan antara kuesioner dan wawancara. Cara mendapatkan data
adalah melalui pengumpulan pendapat khalayak ramai. Data tersebut selanjutnya
dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi yang sudah dibuat berdasarkan kepentingan
penelitian

2. Skala penelitian (Rating scale)

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang faktor-faktor yang menyebabkan
perbedaan khas dalam diri seseorang berdasarkan pengaruh tempat dan kelompok.

Metode ini antara lain digunakan untuk mengetahui:

1. Latar belakang keyakinan agama


2. Bentuk hubungan dengan Tuhannya
3. Dampak dari perubahan-perubahan yang terjadi
4. Hubungan antara penyakit mental dengan keyakinan beragama
5. Sebagai bahan untuk membentuk kerja sama antara ahli psikologi dengan ahli agama
6. Guna kepentingan penelitian dan mempelajari kejiwaan para tokoh agama

3. Tes (Test)

Tes digunakan dalam upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan seseorang dalam
kondisi tertentu. Untuk memperoleh gambaran yang diinginkan, biasanya diperlukan bentuk
tes yang sudah disusun secara sistematis.

4. Eksperimen

Teknik eksperimen digunakan untuk mempelajari sikap dan tingkah laku keagamaan
seseorang melalui perlakuan khusus yang sengaja dibuat.

5. Observasi melalui pendekatan sosiologi dan antropologi

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sosiologi dengan mempelajari sifat-sifat


manusiawi orang per orang atau kelompok. Selain itu juga menjadikan unsur-unsur budaya
yang bersifat materi (benda budaya) dan yang bersifat spiritual (mantra, ritus) yang dinilai
ada hubungannya dengan agama.

6. Studi agama berdasarkan pendekatan antropologi budaya


Cara ini digunakan dengan membandingkan antara tindak keagamaan (upacara, ritus) dengan
menggunakan pendekatan psikologi. Melalui pengukuran statistik kemudian dibuat tolok
ukur berdasarkan pendekatan psikologi yang dihubungkan dengan kebudayaan.

7. Pendekatan terhadap perkembangan

Teknik ini digunakan untuk meneliti mengenai asal usul dan perkembangan aspek psikologi
manusia dalam hubungannya agama yang dianutnya. Cara yang digunakan antara lain melalui
pengumpulan dokumen, catatan-catatan, riwayat hidup dan data antropologi.

8. Metode klinis dan proyektifitas

Metode ini memanfaatkan cara kerja klinis. Penyembuhan dilakukan dengan cara
menyelaraskan hubungan antara jiwa dan agama.

9. Metode umum proyektifitas, berupa penelitian dengan cara menyadarkan sejumlah


masalah yang mengandung makna tertentu. Selanjutnya peneliti memperhatikan reaksi yang
muncul dari responden. Dengan membiarkan reaksi secara tidak sengaja itu maka pernyataan
yang muncul dari reaksi tadi dijadikan dasar penafsiran terhadap gejala yang diteliti. Reaksi
merupakan kunci pembuka rahasia.

10. Apresiasi nomotatik

Caranya tetap menggunakan gambar-gambar yang samar melalui gambar-gambar yang


diberikan diharapkan orang yang diteliti dapat mengenal dirinya.

11. Studi kasus

Studi kasus dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen, catatan, hasil wawancara atau
lainnya untuk kasus-kasus tertentu. Metode ini dapat digunakan sebagai bahan penyembuhan,
menanamkan pengertian, menggambarkan masalah yang ada hubungannya dengan psikologi,
hingga dapat menghasilkan kesimpulan dan penggolongan mengenai kasus-kasus tertentu.

12. Survei

Metode ini dapat digunakan untuk tujuan penggolongan manusia dalam hubungannya dalam
pembentukan organisasi dan masyarakat.

Penggunaan metode-metode dalam penelitian psikologi agama sebenarnya dapat


dilakukan dengan beragam, tergantung kepada kepentingan dan jenis data yang akan
dikumpulkan. Adakalanya seseorang lebih memilih dokumen pribadi dan adapula yang
memilih kuesioner dan wawancara.

Menurut Clark dalam bukunya The Psychology of Religion mengemukakan bahwa


metode yang paling penting dalam penelitian agama adalah metode dokumen pribadi, dan
jawaban terhadap angket dan wawancara. Memang metode ini sebenarnya bersifat subjektif
namun tidak akan mengurangi nilai ilmiahnya, jika penelitian dapat mengambil bahan secara
sistematis.
D. Sejarah Psikologi Agama
Berdasarkan sumber barat, para ahli Psikologi Agama menilai bahwa kajian mengenai
Psikologi Agama populer sekitar abad ke-19. Sekitar masa itu psikologi yang semakin
berkembang digunakan sebagi alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat membantu
pemahaman terhadap cara bertingkah laku, berpikir, dan mengemukakan perasaan
keagamaan (Robert H. Toluless, 1992: 1).

Menurut Touless, sejak terbitnya buku The Varieties of Religious Eksperoence tahun
1903 bahwa langkah awal dari kajian Psikologi Agama mulai diakui para ahli psikologi dan
dalam jangka waktu tiga puluh tahun kemudian. Sejak saat itu, kajian-kajian tentang
Psikologi Agama tampaknya tidak hanya terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut
kehidupan keagamaan secara umum, melainkan juga masalah-masalah khusus.

Di tanah air sendiri tulisan mengenai Psikologi Agama ini baru dikenal sekitar tahun
1970, yaitu oleh Zakiah Daradjat. Seperti yang dimaklumi, bahwa Psikologi Agama
tergolong cabang psikologi yang berusia muda. Berdasarkan informasi dari berbagai literatur,
dapat disimpulkan bahwa kelahiran Psikologi Agama sebagai displin ilmu yang berdiri
sendiri memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang. Selain itu, pada tahap-tahap
awalnya Psikologi Agama didukung oleh para ahli psikologi dari berbagai disiplin ilmu.

Sebagai disiplin ilmu boleh dikatakan bahwa Psikologi Agama dapat di rujuk dari
karya penulis Barat, antara lain karya Stanley Hall yang memuat kajian mengenai agama
suku-suku primitif dan mengenaikonversi agama. Kajian sosiologi dan antropologi budaya ini
menampilkan sisi kehidupan masyarakat suku primitif dan sikap hidup mereka terhadap
sesuatu yang dianggap sebagai yang adikodrati (supernatural).

Sumber-sumber Barat umumnya merujuk awal kelahiran Psikologi Agama adalah dari
karya Edwin Diller Starbuck dan Willian James. Buku yang berisi pengalaman keagamaan
berbagai tokoh ini kemudian dianggap sebagai buku yang menjadi perintis awal dari
kelahiran psokologi agama menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Psikologi Agama
diakui sebagai disiplin ilmu , cabang dari psikologi seperti ilmu psikologi yang lainnya.
Sebaliknya, di dunia Timur khususnya di wilayah-wilayah kekuasaan islam, tulisan-tulisan
yang memuat kajian tentang hal serupa belum sempat dimasukan. Padahal, tulisan
Muhammad Ishaq ibn Yasar di abad ke-7 Masehi berjudul Al-Siyar wa al-Maghazi memuat
berbagai fragmen dari biografi Nabi Muhammad.

Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan penyebab mengapa tulisan-tulisan yang
memuat tentang kajian serupa tidak dijadikan sebagai disiplin ilmu psikologi agama,
diantaranya:

1. Sejak masa kemunduran negara-negara islam, perhatian para ilmuwan terhadap


kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan mulai menurun, karena bagaimanapun
pengembangan ini memerlukan biaya yang cukup banyak. Seiring denagn
kemunduran Islam di bidang politik, dengan negara-negara Barat mulai menjadi
negara-negara modern. Dengan demikian, negara-negara islam yang berhadapan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penjajahan barat disibukan oleh
permasalahan politik.
2. Sikap kurang terpuji dari para ilmuawan barat sendiri (terutama setelah zaman
kemunduran Islam) yang umumnya kurang menghargai karyakarya ilmuawan
muslim.
3. Karya-karya ilmuan mislim di zaman klasik umum, ditulis oleh para ilmuwan yang
dizamannya dikenal dengan sebutan berkonotasi keagamaan seperti mufassirin (ahli
tafsir), muhaddisin (ahli hadits), fuqaha (ahli fiqih) ataupun ahl al-hikmat (filosof).
Dengan demikian karya-karya mereka diidentikan dengan ilmu-ilmuyang murni
agama Islam atau filsafat.
4. Sejak masa kemunduran negara-negara islam, perhatian para ilmuwan terhadap
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan mulai menurun, karena bagaimanapun
pengembangan ini memerlukan biaya yang cukup banyak. Seiring denagn
kemunduran Islam di bidang politik, dengan negara-negara Barat mulai menjadi
negara-negara modern. Dengan demikian, negara-negara islam yang berhadapan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penjajahan barat disibukan oleh
permasalahan politik.
5. Sejak penyerangan bangsa Mongol ke pusat peradaban Islam (Baghdad) dan
kekalahan Islam di Andalusia, terjadi permusnahan karya para ilmuan Muslim.

Terlepas dari mana alasan dan penyebab yang paling tepat, memang setelah zaman
kemunduran umat islam secara politis, kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dipelopori oleh barat. Dengan demikian tidak mengherankan jika ilmuilmu modern
termasuk Psikologi Agama tumbuh dan berkembang sebagai sebuah disiplin ilmu yang
independen, yang diakui terinformasikan sebagai produk ilmuwan barat. Dan baru-baru
setelah negara-negara islam bebas dari kungkungan para penjajah barat secara bertahap
muncul karya-karya ilmuwan muslim.

Adapun di tanah air perkembangan Psikologi Agama dipelopori oleh tokoh-tokoh


yang memiliki latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan, dan bidang kedokteran.
Sejak menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, perkembangan Psikologi Agama dinilai
cukup pesat dibandingkan usianya yang masih tergolong muda. Hal ini antara lain disebabkan
selain kajian Psikologi Agama menyangkut kehidupan manusia secara pribadi, maupun
kelompok, bidang kajian juga mencangkup permasalahan yang menyangkut perkembangan
usia muda. Selain itu, sesuai dengan bidang cakupannya, ternyata Psikologi Agama termasuk
ilmu terapan yang banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan Psikologi Agama yang cukup pesat ini antara lain ditandai dengan
terbitnya berbagai karya tulis, baik berupa buku maupun artikel dan jurnal yang memuat
kajian tentangbagaimana peran agama dan kehidupan manusia. Dengan demikian, Psikologi
Agama kini telah memasuki bidang kehidupan manusia, sejak dari rumah tangga, sekolah,
institusi keagamaan, rumah-rumah sakit, panti asuhan, panti jompo, dan bahkan ke lembaga
kemasyrakatan. Tampaknya, para ilmuwan dan agamawan yang berselisih pendapat
mengenai psikologi agama, kini seakan menyatu dalam kesepakatan yang tak tertulis, bahwa
dalam kehidupan modern ini, peran agama menjadi kian penting. Dan pendekatan Psikologi
Agama dapat digunakan dalam memecahkan berbagai problema kehidupan yang di hadapi
manusia sebagai makhluk yang memiliki nilai-nilai peradaban dan nilai moral.

Berdasarkanpemaparan di atas, sejarah perkembangan Psikologi Agama dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Perkembangan di Barat

Perkembangan Psikologi Agama di barat mengalami pasang surut. Bersamaan dengan


perkembangan psikologi modern, pada tahun 1890-an, psikologi berkemang pesat. Tetapi
pada tahun 1930- 1950 Psikologi Agama mengalami penurunan. Setelah itu meningkat lagi,
bahkan berkembang pesat pada tahun 1970 sampai sekarang. Menurut Thouless, sejak
terbitnya buku The Varietes of Religion Experience tahun 1903, sebagai kumpulan kuliah
William James di empat Universitas di Skotlandia, maka langkah awal kajian Psikologi
Agama mulai diakui oleh para ahli psikologi dan dalam jangka waktu tiga puluh tahun
kemudian, banyak buku-buku lain diterbitkan dengan konsep-konsep yang serupa. Di
antarabuku-buku tersebut adalah The Psychology of Religion karangan Edwind Diller
Starbuck, yang mendahului karangan Wlilliam James. Buku E. D. Starbuck yang terbit tahun
1899 ini kemudia disusul sejumlah buku lainnya seperti The Spiritual Life oleh George
Albert Coe, tahun 1900, kemudian The Belief in God and Immortality (1921) oleh H. J.
Leubadan oleh Robert H. Thouless dengan judul An Introduction on thr Psycology of
Religion tahun 1923 serta R.A. Nicholson yang khususnya mempelajari mengenai aliran
Sufisme dalam Islam dengan bukunya Studies in Islamic mysticism, tahun 1921.

Sejak itu, kajian-kajian tentang Psikologi Agama tampaknya tidak hanya terbatas
pada masalah-masalah yang menyangkut kehidupan keagamaan secara umum, melainkan
juga masalah khusus. J. B. Pratt misalnya, mengkaji mengenai kesadaran beragama melalui
bukunya the Religius Conciusness (1920), Dame Julian yang mengkaji tentang wahyu dengan
bukunya Revelation of Devine Love tahun 1901.

Selanjutnya, kajian-kajian Psikologi Agama juga tidak terbatas pada agama-agama


yang ada di Barat (Kristen) saja melainkan juga agama-agama yang ada di Timur. A. J.
Appasmyy dan B. H. Steeter menulis tentang masalah yang menyangkut kehidupan penganut
agama Hindu dengan bukunya The Sadhu (1921). Sejalan dengan perkembangan itu, para
penulis non-Barat pun mulai menerbitkan buku-buku mereka. Tahun 1947 terbit buku The
Song of God Baghavad Gita, terjemahan Isherwood dan Prabhavanada, kemudian tahun 1952
Swami Madhavananda menulis buku Viveka- Chumadami of Sankaracharya yang disusul
penulis India lainnya, Thera Nyonoponika dengan judul The Life of Sariptta (1966).
Demikian pula, Swami Ghananda menulis tentang Sri Rama dengan judul Ramakrisna, His
Unique Massage (1946).

2. Perkembangan di Timur

Didunia Timur, khususnya diwilayah-wilayah kekuasaan Islam, tulisan-tulisan yang


memuat kajian tentang hal serupa belum sempat dimasukkan. Padahal, tulisan Muhammad
Ishaq ibn Yasar diabat ke-7 masehi berjudul Al-Siyar wa al-Maghazi memuat berbagai
fragmen dari biografi Nabi Muhammad SAW, atau pun Risalah Hayy Ibn Yaqzan fi Asrar al-
Hikmat al-Masyriqiyyat yang juga ditulis oleh Abu Bark Muhammad ibn Abd Al-Malin ibn
Tufai (1106-1185 M) juga memuat masalah yang erat kaitannya dengan materi psikologi
agama.

Demikian pula karya besar Abu Hamid Muhammad al-ghazali (1059-1111 M)


berjudul Ihya' 'Ulum al-Din, dan juga bukunya Al- Munqidz min al-Dhalal (Penyelamat dari
Kesesatan) yang sebenarnya, kaya akan muatan permasalahan yang berkaitan dengan materi
kajian psikologi agama. Diperkirakan masih banyak tulisantulisan ilmuwan Muslim yang
berisi kajian mengenai permasalah serupa, namun sayangnya karya-karya tersebut tidak dapat
dikembangkan menjadi disiplin ilmu tersendiri, yaitu Psikologi Agama seperti halnya yang
dilakukan oleh kalangan ilmuwan Barat. Karya penulis Musli pada zaman modern, seperti
bukunya Al-Maghary yang berjudul Tatawwur al-Syu'ur al-Diny 'Inda Tifl wa al-Murahid
(Perkembangan Rasa Keagamaan pada Anak dan Remaja),bagaimanapun dapat disejajarkan
dengan karya-karya yang dihasilkan oleh ahli-ahli Psikologi Agama lainnya. Karya lain yang
lebih khusus mengenai Psikologi Agama adalah Ruh al-Din al-Islamy (Jiwa Agama Islam)
karangan Alif Abd Al-Fatah, tahun 1956.

3. Perkembangan di Indonesia

Adapun ditanah air perkembangan Psikologi Agama dipelopori oleh tokoh-tokoh


yang memiliki latar belakang profess ilmuwan, agamawan, dan bidang kedokteran. di antara
karya-karya awal yang berkaitan dengan Psikologi Agama adalah buku Agama dan
Kesehatan Badan/Jiwa (1965), tulisan H. Aulia. Kemudian Tahun 1975, Djam’an menulis
buku Islam dan Psikosomatik. Nici Syukur Lister, menulis buku Pengalaman dan Motivasi
Beragama: Pengantar Psikologi Agama. Adapun pengenalan Psikologi Agama di lingkungan
perguruan tinggi dilakukan oleh H. A Mukti Ali dan Zakiah Darajat. Buku-buku yang khusus
mengenai Psikologi Agama banyak dihasilkan oleh Zakiah Darajat, antara lain: Ilmu Jiwa
Agama (1970), Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (1970), dan Kesehatan Mental.
Hasan Langgulung juga menulis buku Teori-teori Kesehatan Mental yang juga ikut
memperkaya khazanah bagi perkembangan Psikologi Agama di Indonesia.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari
masalah-masalah yang ada sangkut pautnya dengan kajian beragama, gejala-gejala kejiwaan
menurut perspektif Al-quran dan assunnah yang didalamnya tersurat dan tersirat tentang
mengatur jiwa manusia melalui pendekatan terhadap agama dan pedomannya. Sedangkan
secara terminology, psikologi agama dapat didefinisikan sebagai cabang psikologi yang
meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan
terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-
masing. Obyek dan bidang kajian psikologi agama adalah mempelajari kesadaran beragama
pada orang. Akan tetapi kesadaran beragama tersebut tidak dapat diteliti sendirian, tanpa
meneliti pula pengaruhnya terhadap perilaku atau tindakan keberagamaan seseorang dalam
hidupnya.

Dalam meneliti ilmu jiwa agama menggunakan sejumlah metode, yaitu: dokumen
pribadi (Personal Document) dan Kuesioner dan wawancara. Menurut Clark dalam bukunya
The Psychology of Religion mengemukakan bahwa metode yang paling penting dalam
penelitian agama adalah metode dokumen pribadi, dan jawaban terhadap angket dan
wawancara. Memang metode ini sebenarnya bersifat subjektif namun tidak akan mengurangi
nilai ilmiahnya, jika penelitian dapat mengambil bahan secara sistematis.

Berdasarkan sumber barat, para ahli Psikologi Agama menilai bahwa kajian mengenai
Psikologi Agama populer sekitar abad ke-19. Sekitar masa itu psikologi yang semakin
berkembang digunakan sebagi alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat membantu
pemahaman terhadap cara bertingkah laku, berpikir, dan mengemukakan perasaan
keagamaan

B. Saran
Demikianlah makalah ini saya buat , mudah-mudahan banyak ilmu yang dapat kita petik dan
dapat kita amalkan. Penulis sangat mengharakan kritik dan saran yang membangun demi
menjadikan karya kami lebih baik di masa mendatang. Semoga segala jerih payah kita
dibalasi oleh Allah SWT Aamiin.

C. Daftar Pustaka
Masduki, Yusron, and Idi Warsah. Psikologi Agama. Tunas Gemilang Press, 2020.

Arifin, Bambang Syamsul, and Maman Abd Jalil. "Psikologi agama." (2008).

Gumati, Redmon Windu, and Juharah Juharah. "PSIKOLOGI AGAMA (TELAAH


TERHADAP PERKEMBANGAN STUDI PSIKOLOGI AGAMA KONTEMPORER)."
(2020).
Dr. Muh.Mawangir,M.Ag. Psikologi Agama. NoerFikri Offset, 2016.

https://gurukreatifbanget.blogspot.com/2017/09/makalah-psikologi-agama.html

http://ex-lestari.blogspot.com/2011/11/metode-dalam-psikologi-agama.html

Anda mungkin juga menyukai