Di susun oleh :
NPM ; 2031060087
Kelas : 3D
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas dari mata kuliah “Psikologi Agama”. Adapun makalah ini telah penulis
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Unuk itu penulis juga tidak lupa menyampaikan
banyak terimakasih kepada ibu Iin Yulianti S.Pd.I M.Pd selaku dosen mata kuliah Psikologi
Agama yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa, pembahasan, maupun segi lainnya. Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penilis harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu
pendekatan terhadap manusia harus menyangkut semua unsur somatik, psikologik, dan
social. Menurut robert thouless, psikologi agama yaitu ilmu yang bertujuan mengembangkan
pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi
yang dipungut dari kajian terhadap perilaku bukan keagamaan saja.
Belajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama mana yang paling benar,
tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya , bagaimana prilaku dan
kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya. Mengapa manusia ada yang percaya Tuhan
ada yang tidak, apakah ketidak percayaan ini timbul akibat pemikiran yang ilmiah atau
sekedar naluri akibat terjangan cobaan hidup, dan pengalaman hidupnya.
Agama adalah juga fenomena sosial. Agama juga tak hanya ritual, menyangkut
hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya belaka, tapi juga fenomena di luar
kategori pengetahuan akademis. Sebagian manusia mempercayai agama, namun tidak pernah
melakukan ritual. Yang lain mengaku tidak beragama, namun percaya sepenuhnya terhadap
Tuhannya. Di luar itu semua, kita sering menyaksikan, dalam kondisi tertentu semisal
kesulitan hidup atau tertimpa musibah-- manusia cenderung berlari kepada agama.
Sebaliknya, pada saat dirinya hidup dalam kondisi normal, mereka seringkali tidak peduli
terhadap agama, bahkan mengingkari eksistensi Tuhannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari psikologi agama?
2. Apa saja objek material dan objek fomal dalam psikologi agama?
3. Bagaimana metode dan sejarah psikologi agama?
C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui pengertian dari psikologi agama.
2. Mengethui o bjek material dan objek formal psikologi agama.
3. Mengetahui metode dan sejarah psikologi agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Agama
Psikologi secara etimologi mengandung arti tentang jiwa. Dalam islam kata jiwa
disamakan dengan “an-nafsu” namun ada juga yang menyamakan dengan istilah “ar-ruh”.
Tetapi istilah “an-nafsu” lebih populer dari pada istilah “ar-ruh ” karena psikologi dalam
bahasa arab lebih popular diterjemahkan dengan ilmu an-nafsu dari pada ilmu ar-ruh.
Agama berasal dari kata “religio” yang berarti obligation/kewajiban. Agama dalam
Encyclopedia of pdhilosophy adalah kepercayaan kepada tuhan yang selalu hidup, yakni
kepada jiwa dan kehendak ilahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan
moral dengan umat manusia. Agama adalah pengalam dunia dari diri seseorang tentang
ketuhanan disertai keimanan dan peribadatan. Selain tentang Taqarrub ilallah (pendekatan
terhadap manusia), agama juga mengagungkan Hablum minan nas (hubungan seama
manusia) tidak dibenarkan menyakiti sesame, jika seorang telah beragama.
Jadi psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-
masalah yang ada sangkut pautnya dengan kajian beragama, gejala-gejala kejiwaan menurut
perspektif Al-quran dan assunnah yang didalamnya tersurat dan tersirat tentang mengatur
jiwa manusia melalui pendekatan terhadap agama dan pedomannya.
Meskipun ada kata agama dalam objek kajiannya, yang biasanya berhubungan dengan
Allah atau dewa dan juga lingkungan keduanya, objek kajian psikologi agama adalah
manusia yang beragama dan lingkungannya. Hal itu karena psikologi tak dapat mengeluarkan
satu pernyataan apapun yang berhubungan dengan Allah karena psikologi sebagai ilmu
pengetahuan empiris terikat pada pengalaman dunia.
Adapun pengalaman agama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu
perasaan yang membawa pada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah). Karena
itu, psikologi agama tidak mencampuri segala bentuk permasalahan yang menyangkut pokok
keyakinan suatu agama. Tegasnya, psikologi agama hanya mempelajari dan meneliti fungsi-
fungsi psikis yang terpancar dalam perilaku yang berkaitan dengan kesadaran dan
pengalaman agama manusia. Akan tetapi, tak termasuk di dalamnya unsur-unsur keyakinan
yang bersifat abstrak (gaib), seperti tentang Tuhan, surga dan neraka, kebenaran suatu agama,
kebenaran kitab suci, dan lainnya yang tak mungkin teruji secara empiris.
B. Objek Material Dan Objek Formal Psikologi Agama
Obyek utama yang menjadi kajian Psikologi Agama adalah: (1) kesadaran beragama
(religious counsciousness) ,dan (2) pengalaman beragama (religious experience). Kesadaran
beragama adalah bagian atau segi yang hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat diuji melalui
introspeksi, atau dapat dikatan kesadaran beragama adalah aspek mental dan aktivitas agama.
Sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu
perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah).
Secara lebih spesifik dapat disimpulkan bahwa obyek kajian penelitian psikologi
agama adalah proses beragama, perasaan, dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan
akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan.
Psikologi agama tidak mencampuri dasar-dasar atau pokok keyakinan suatu agama,
apakah keyakinan itu benar atau salah, masuk akal atau tidak, semua itu bukan wilayah kajian
psikologi agama. Dan yang menjadi wilayah kajian psikologi agama adalah bagaimana
pengaruh dari dasar-dasar atau pokok keyakinan suatu agama terhadap perilaku seseorang.
Misalnya pengertian tentang Tuhan mungkin berbeda antara satu agama dengan agama yang
lain. Siapa Tuhan itu, apa sifatnya, dan seterusnya tidak dibahas didalam psikologi agama,
karena persoalan-persoalan tersebut berada diluar kemampuan psikologi agama untuk
membuktikan dengan metode penelitian yang empiris tentang dzat Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
Namun yang terpenting dalam psikologi agama hanyalah, bagaimana perasaan dan
pengalaman seseorang terhadap Tuhan tersebut, misalnya bagaimana rasa tentram dan
leganya batin orang yang merasakan dengan sungguh-sungguh bahwa Tuhan Maha Pengasih
dan Penyayang dan merasa bahwa ia tergolong orang yang disayang Tuhan. Hal ini dapat
dilihat dan diteliti pengaruhnya dalam tingkah laku dan cara hidupnya.
Demikian juga tentang pengertian surga dan neraka, dan hubungannya dengan
imbalan pahala dan dosa. Semuanya adalah hal-hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat
diteliti dengan metode penelitian yang empiris. Namun bagaimana pengaruh keyakinan
terhadap surga dan neraka dalam pembentukan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-
hari seseorang dapat diteliti dengan metode penelitian yang empiris. Oleh karena itu, menurut
Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi obyek kajian Psikologi Agama meliputi kajian
tentang:
1) Bermacam-macam emosi yang menjalar diluar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan
beragama orang biasa (umum). Seperti rasa lega dan tentram setelah shalat, rasa lepas dari
ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci, perasaan tenang, pasrah, dan
menyerah setelah berdzikir dan ingat kepada Allah ketika mengalami kesedihan dan
kekecewaan yang bersangkutan.
2) Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya,
misalnya rasa tawakkal dan menerima apa adanya.
3) Mempelajari, meneliti, dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup
sesudah mati (alam akhirat) pada tiap-tiap orang.
4) Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang
berhubungan dengan surga dan neraka, serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh
terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5) Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat
suci untuk kelegaan batinnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa obyek dan bidang kajian psikologi agama adalah
mempelajari kesadaran beragama pada orang. Akan tetapi kesadaran beragama tersebut tidak
dapat diteliti sendirian, tanpa meneliti pula pengaruhnya terhadap perilaku atau tindakan
keberagamaan seseorang dalam hidupnya.
Karna agama menyangkut masalah yang berkaitan dengan kehidupan bathin yang
sangat mendalam, maka masalah agama sangat sulit untuk diteliti secara seksama terlepas
dari pengaruh-pengaruh subjektivitas. Namun demikian, agar penelitian mengenai agama
dapat dilakukan lebih netral dalam arti tidak memihak kepada suatu keyakinan atau
menentangnya, maka diperlukan adanya sikap yang objektif. Maka dalam penelitian
psikologi agama perlu diperhatikan antara lain:
Dalam meneliti ilmu jiwa agama menggunakan sejumlah metode, yang antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Selain catatan atau tulisan, juga digunakan daftar pertanyaan kepada orang-orang
yang akan diteliti. Jawaban yang diberikan secara bebas memberi kemungkinan bagi
responden untuk menyampaikan kesan-kesan bathin yang berhubungan dengan agama yang
diyakininya. Dalam penerapannya, metode dokumen pribadi ini dilakukan dengan berbagai
cara, diantaranya:
1. Teknik Nomotatik
Teknik ini digunakan untuk menarik kesimpulan sejumlah dokumen yang diteliti, juga
digunakan untuk mempelajari perbedaan-perbedaan individu. Dalam penerapannya nomotik
ini mengasumsikan bahwa pada diri manusia terdapat suatu lapisan dasar dalam struktur
kepribadian manusia sebagai sifat yang merupakan ciri umum kepribadian.
Teknik ini digunakan dengan dukungan analisis stastik. Data yang terkumpul diklasifikasikan
menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan penilaian terhadap individu yang
diteliti. Teknik statistik digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa ada sejumlah
pengalaman keagamaan yang dapat dibahas dengan bantuan ilmu eksakta, terutama dalam
mencari hubungan antara sejumlah variabel.
3. Teknik Idiografi
Teknik ini juga merupakan pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami sifat-
sifat dasar (tabi’at) manusia. Pelopor dari penggunaan teknik idiografi dalam psikologi agama
adalah Gordon Allport. Menurutnya untuk mempelajari kepribadian semestinya menyangkut
sifat-sifat dasar yang meruakan ciri khas yang ada hubungan antara seseorang dengan
perspektif dirinya. Masing-masing sifat dasar yang dimiliki seseorang individu sebagai ciri
khas terlihat dalam penampilan sikap seseorang secara umum.
Teknik ini digunakan dalam penelitian terhadap biografi, tulisan atau dokumen yang ada
hubungannya dengan individu yang akan diteliti. Berdasarkan dokumen tersebut kemudian
ditarik kesimpulan, bagaimana pendirian seseorang terhadap pers0alan-persoalan yang
dihadapinya dalam kaitan hubungannya dengan pengalaman dan kesadaran agama.
Metode kuesioner maupun wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi
yang lebih banyak dan mendalam secara langsung kepada responden. Metode ini dinilai
memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1) Dapat memberi kemungkinan untuk memperoleh jawaban yang cepat dan segera
2) Hasilnya dapat dijadikan dokumen pribadi tentang seseorang serta dapat pula
dijadikan data nomotatik
Dalam penerapannya metode kuesioner dan wawancara dilakukan dalam berbagai bentuk,
diantaranya adalah teknik pengumpulan data, melalui:
Teknik ini merupakan gabungan antara kuesioner dan wawancara. Cara mendapatkan data
adalah melalui pengumpulan pendapat khalayak ramai. Data tersebut selanjutnya
dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi yang sudah dibuat berdasarkan kepentingan
penelitian
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang faktor-faktor yang menyebabkan
perbedaan khas dalam diri seseorang berdasarkan pengaruh tempat dan kelompok.
3. Tes (Test)
Tes digunakan dalam upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan seseorang dalam
kondisi tertentu. Untuk memperoleh gambaran yang diinginkan, biasanya diperlukan bentuk
tes yang sudah disusun secara sistematis.
4. Eksperimen
Teknik eksperimen digunakan untuk mempelajari sikap dan tingkah laku keagamaan
seseorang melalui perlakuan khusus yang sengaja dibuat.
Teknik ini digunakan untuk meneliti mengenai asal usul dan perkembangan aspek psikologi
manusia dalam hubungannya agama yang dianutnya. Cara yang digunakan antara lain melalui
pengumpulan dokumen, catatan-catatan, riwayat hidup dan data antropologi.
Metode ini memanfaatkan cara kerja klinis. Penyembuhan dilakukan dengan cara
menyelaraskan hubungan antara jiwa dan agama.
Studi kasus dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen, catatan, hasil wawancara atau
lainnya untuk kasus-kasus tertentu. Metode ini dapat digunakan sebagai bahan penyembuhan,
menanamkan pengertian, menggambarkan masalah yang ada hubungannya dengan psikologi,
hingga dapat menghasilkan kesimpulan dan penggolongan mengenai kasus-kasus tertentu.
12. Survei
Metode ini dapat digunakan untuk tujuan penggolongan manusia dalam hubungannya dalam
pembentukan organisasi dan masyarakat.
Menurut Touless, sejak terbitnya buku The Varieties of Religious Eksperoence tahun
1903 bahwa langkah awal dari kajian Psikologi Agama mulai diakui para ahli psikologi dan
dalam jangka waktu tiga puluh tahun kemudian. Sejak saat itu, kajian-kajian tentang
Psikologi Agama tampaknya tidak hanya terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut
kehidupan keagamaan secara umum, melainkan juga masalah-masalah khusus.
Di tanah air sendiri tulisan mengenai Psikologi Agama ini baru dikenal sekitar tahun
1970, yaitu oleh Zakiah Daradjat. Seperti yang dimaklumi, bahwa Psikologi Agama
tergolong cabang psikologi yang berusia muda. Berdasarkan informasi dari berbagai literatur,
dapat disimpulkan bahwa kelahiran Psikologi Agama sebagai displin ilmu yang berdiri
sendiri memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang. Selain itu, pada tahap-tahap
awalnya Psikologi Agama didukung oleh para ahli psikologi dari berbagai disiplin ilmu.
Sebagai disiplin ilmu boleh dikatakan bahwa Psikologi Agama dapat di rujuk dari
karya penulis Barat, antara lain karya Stanley Hall yang memuat kajian mengenai agama
suku-suku primitif dan mengenaikonversi agama. Kajian sosiologi dan antropologi budaya ini
menampilkan sisi kehidupan masyarakat suku primitif dan sikap hidup mereka terhadap
sesuatu yang dianggap sebagai yang adikodrati (supernatural).
Sumber-sumber Barat umumnya merujuk awal kelahiran Psikologi Agama adalah dari
karya Edwin Diller Starbuck dan Willian James. Buku yang berisi pengalaman keagamaan
berbagai tokoh ini kemudian dianggap sebagai buku yang menjadi perintis awal dari
kelahiran psokologi agama menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Psikologi Agama
diakui sebagai disiplin ilmu , cabang dari psikologi seperti ilmu psikologi yang lainnya.
Sebaliknya, di dunia Timur khususnya di wilayah-wilayah kekuasaan islam, tulisan-tulisan
yang memuat kajian tentang hal serupa belum sempat dimasukan. Padahal, tulisan
Muhammad Ishaq ibn Yasar di abad ke-7 Masehi berjudul Al-Siyar wa al-Maghazi memuat
berbagai fragmen dari biografi Nabi Muhammad.
Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan penyebab mengapa tulisan-tulisan yang
memuat tentang kajian serupa tidak dijadikan sebagai disiplin ilmu psikologi agama,
diantaranya:
Terlepas dari mana alasan dan penyebab yang paling tepat, memang setelah zaman
kemunduran umat islam secara politis, kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dipelopori oleh barat. Dengan demikian tidak mengherankan jika ilmuilmu modern
termasuk Psikologi Agama tumbuh dan berkembang sebagai sebuah disiplin ilmu yang
independen, yang diakui terinformasikan sebagai produk ilmuwan barat. Dan baru-baru
setelah negara-negara islam bebas dari kungkungan para penjajah barat secara bertahap
muncul karya-karya ilmuwan muslim.
Perkembangan Psikologi Agama yang cukup pesat ini antara lain ditandai dengan
terbitnya berbagai karya tulis, baik berupa buku maupun artikel dan jurnal yang memuat
kajian tentangbagaimana peran agama dan kehidupan manusia. Dengan demikian, Psikologi
Agama kini telah memasuki bidang kehidupan manusia, sejak dari rumah tangga, sekolah,
institusi keagamaan, rumah-rumah sakit, panti asuhan, panti jompo, dan bahkan ke lembaga
kemasyrakatan. Tampaknya, para ilmuwan dan agamawan yang berselisih pendapat
mengenai psikologi agama, kini seakan menyatu dalam kesepakatan yang tak tertulis, bahwa
dalam kehidupan modern ini, peran agama menjadi kian penting. Dan pendekatan Psikologi
Agama dapat digunakan dalam memecahkan berbagai problema kehidupan yang di hadapi
manusia sebagai makhluk yang memiliki nilai-nilai peradaban dan nilai moral.
1. Perkembangan di Barat
Sejak itu, kajian-kajian tentang Psikologi Agama tampaknya tidak hanya terbatas
pada masalah-masalah yang menyangkut kehidupan keagamaan secara umum, melainkan
juga masalah khusus. J. B. Pratt misalnya, mengkaji mengenai kesadaran beragama melalui
bukunya the Religius Conciusness (1920), Dame Julian yang mengkaji tentang wahyu dengan
bukunya Revelation of Devine Love tahun 1901.
2. Perkembangan di Timur
3. Perkembangan di Indonesia
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari
masalah-masalah yang ada sangkut pautnya dengan kajian beragama, gejala-gejala kejiwaan
menurut perspektif Al-quran dan assunnah yang didalamnya tersurat dan tersirat tentang
mengatur jiwa manusia melalui pendekatan terhadap agama dan pedomannya. Sedangkan
secara terminology, psikologi agama dapat didefinisikan sebagai cabang psikologi yang
meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan
terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-
masing. Obyek dan bidang kajian psikologi agama adalah mempelajari kesadaran beragama
pada orang. Akan tetapi kesadaran beragama tersebut tidak dapat diteliti sendirian, tanpa
meneliti pula pengaruhnya terhadap perilaku atau tindakan keberagamaan seseorang dalam
hidupnya.
Dalam meneliti ilmu jiwa agama menggunakan sejumlah metode, yaitu: dokumen
pribadi (Personal Document) dan Kuesioner dan wawancara. Menurut Clark dalam bukunya
The Psychology of Religion mengemukakan bahwa metode yang paling penting dalam
penelitian agama adalah metode dokumen pribadi, dan jawaban terhadap angket dan
wawancara. Memang metode ini sebenarnya bersifat subjektif namun tidak akan mengurangi
nilai ilmiahnya, jika penelitian dapat mengambil bahan secara sistematis.
Berdasarkan sumber barat, para ahli Psikologi Agama menilai bahwa kajian mengenai
Psikologi Agama populer sekitar abad ke-19. Sekitar masa itu psikologi yang semakin
berkembang digunakan sebagi alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat membantu
pemahaman terhadap cara bertingkah laku, berpikir, dan mengemukakan perasaan
keagamaan
B. Saran
Demikianlah makalah ini saya buat , mudah-mudahan banyak ilmu yang dapat kita petik dan
dapat kita amalkan. Penulis sangat mengharakan kritik dan saran yang membangun demi
menjadikan karya kami lebih baik di masa mendatang. Semoga segala jerih payah kita
dibalasi oleh Allah SWT Aamiin.
C. Daftar Pustaka
Masduki, Yusron, and Idi Warsah. Psikologi Agama. Tunas Gemilang Press, 2020.
Arifin, Bambang Syamsul, and Maman Abd Jalil. "Psikologi agama." (2008).
https://gurukreatifbanget.blogspot.com/2017/09/makalah-psikologi-agama.html
http://ex-lestari.blogspot.com/2011/11/metode-dalam-psikologi-agama.html