Anda di halaman 1dari 14

PSIKOLOGI AGAMA SEBAGAI DISIPLIN ILMU

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi


agama dosen pengampu Dr. Sudrajat, M.Pd.I.

Di susun Oleh :

Dewi Yanti (180911057)

Afni Handayani ()

PRODI TASAWUF PSIKOTERAPI

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Agama Semester 7 Tahun Akademik
2021.

Kami menyusun makalah ini terutama dengan maksud membahas tentang


pengertian psikologi agama, objek, metode, dan kegunaan psikologi agama
sebagai disiplin ilmu.

Kami sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu
kami senantiasa menantikan saran-saran perbaikan dan nasihat yang membangun.
Tiada lain harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat serta memenuhi
harapan para pembaca.

Hormat Kami

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1
C. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. PENGERTIAN PSIKOLOGI AGAMA......................................................3
B. OBJEK KAJIAN PSIKOLOGI AGAMA.....................................................4
C. METODE PENELITIAN PSIKOLOGI AGAMA.......................................6
D. KEGUNAAN DAN KEPENTINGAN PSIKOLOGI AGAMA...................7
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
A. KESIMPULAN...........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hubungan manusia terhadap yang dianggap adikodrati
(supranatural) memang memiliki latar belakang sejarah yang sudah lama
dan cukup panjang. Latar belakang ini dapat dilihat dari berbagai
pendapat-pendapat para ahli yang memiliki disiplin ilmu yang berbeda,
termasuk para tokoh agama yang berpedoman pada informasi kitab suci
masing-masing.

Untuk memperdalam pengetahuan keagamaan masing-masing


manusia, mereka mempunyai jalan yang berbeda-beda, sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan masing-masing keragaman keagamaan, sehingga
dari beberapa jalan itu, ada yang mencari dan menelitinya dari segi ke
psikologis yang langsung melihat ke dalam jiwa manusia itu sendiri.

Mengingat betapa urgensinya persoalan psikologi dalam kehidupan


manusia maka faktor ini mendorong psikologi terus dikaji dan dipelajari
oleh banyak orang, guru, pengacara, manajer perusahaan, pembina dan
lain sebagainya. Perkembangan psikologi pada akhirnya mencuat dan
melintas lewat proses disiplin, hal ini menjadikan psikologi berhak
menjadi psikologi-psikologi praktis yang termasuk di dalamnya adalah
psikologi pendidikan dan juga psikologi agama, serta psikologi-psikologi
lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian psikologi agama?
2. Apa objek kajian psikologi agama?
3. Apa metode psikologi agama?
4. Apa kegunaan dan kepentingan psikologi agama?

1
C. TUJUAN
1. Untuk memahami pengertian psikologi agama.
2. Untuk memahami objek kajian psikologi agama.
3. Untuk memahami metode psikologi agama.
4. Untuk memahami kegunaan dan kepentingan psikologi agama.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PSIKOLOGI AGAMA


Psikologi agama terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan agama.
Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa, dan
logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti
kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai
macam-macam gejalanya, proses maupun latar belakangnya. Dengan
singkat disebut ilmu jiwa.

Para ilmuwan (Barat) menganggap filsafat sebagai induk dari


segala ilmu. Sebab filsafat merupakan tempat berpijak kegiatan keilmuwan
(Jujun S.Suriasumanteri, 1990:22). Dengan demikian psikologi termasuk
ilmu cabang dari filsafat. Dalam kaitan ini, psokologi agama dan cabang
psikologi lainnya tergolong disiplin ilmu ranting dari filsafat. Sebaliknya
jika psikologi dinilai sebagai disiplin ilmu yang otonom yang kemudian
darinya berkembang berbagai disiplin ilmu cabangnya, maka psikologi
agama dapat disebut sebagai cabang psikologi. 

Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan


manusia yang berkaitan dengan pikiran (cognisi), perasaan (emosi), dan
kehendak (conasi). Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri yang
hampir sama pada diri manusia dewasa, normal, dan beradab. Dengan
demikian ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap dan
perilaku manusia. Namun terkadang ada diantara pernyataan aktivitas yang
tampak itu merupakan gejala campuran, sehingga para ahli psikologi
menambahnya hingga menjadi empat gejala jiwa utama yaitu; pikiran,
perasaan, kehendak dan gejala campuran. Adapun yang termasuk gejala
campuran ini seperti intelegensi, kelelahan maupun seugesti.

3
Setelah disiplin psikologi diakui sebagai disiplin ilmu yang
otonom, para ahli melihat bahwa psikologi pun memiliki keterkaitan
dengan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan batin manusia yang
paling dalam, yaitu agama. Para ahli psikologi kemudian mulai menekuni
studi khusus tentang hubungan antara  kesadaran agama dan tingkah laku
agama.

Kajian-kajian yang khusus mengenai agama melalui pendekatan 


psikologis ini sejak awal-awal abad ke-19 menjadi kian berkembang. 
Menurut Robert H. Thouless, selama sekitar tiga puluh hingga empat
puluh tahun terakhir jumlah penelitian terhadap permasalahan khusus
dalam psikologi agama sudah banyak berkembang.

Sebagai disiplin ilmu yang otonom, maka psikologi agama juga


memiliki metode penelitian ilmiah. Kajian dilakukan dengan mempelajari
fakta-fakta berdasarkan data yang terkumpul dan dianalisis secara objektif.
Karena agama menyangkut masalah yang berkaitan dengan kehidupan
bathin yang sangat mendalam, maka masalah agama sulit diteliti secara
seksama, terlepas dari pengaruh-pengaruh subjektifitas.

Namun demikian, agar penelitian mengenai agama dapat diakukan


lebih netral, dalam arti tidak memihak kepada suatu keyakinan atau
menentangnya, maka diperlukam adanya sikap yang obyektif.  Psikologi
Agama sebagai disiplin ilmu yang baru tumbuh pada abad yang ke-19,
yang meneliti hubungan manusia dengan kepercayaannya (agama), dari
sudut kejiwaan.

D. OBJEK KAJIAN PSIKOLOGI AGAMA


Objek dan lapangan psikologi agama adalah menyangkut gejala-
gejala kejiwaan dalam kaitannya dengan realisasi keagamaan dan
mekanisme antara keduanya. Zakiah Daradjat membagi objek psikologi
agama, membahas tentang kesadaran agama (religious counciousness), dan
pengalaman agama (religious experience).

4
Lapangan kajian psikologi agama adalah proses beragama,
perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang
dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Sedangkan objek pembahasan
Psikologi Agama adalah gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan
dengan tingkah laku keagamaan, kemudian mekanisme antara psikis
manusia dengan tingkah laku keagamaannya secara timbal balik dan
hubungan pengaruh antara satu dengan lainnya.

Kesadaran beragama adalah aspek pengetahuan dan pengakuan


agama yang ada dalam diri manusia. Kesadaran beragama menurut James
adalah kesadaran individual terhadap Zat yang tidak terlihat (the reality of
the unseen). Kesadaran beragama dapat bersumber dari berbagai cara.
Mulai dari pencarian kebenaran ajaran agama, keterlibatan dalam
kegiataan keagamaan, perenungan, dan penyelidikan-penyelidikan
terhadap peristiwa-peristiwa alam (Felser, 2009)

Tim peneliti Universitas California pada tahun 1997 menemukan


God-Spot dalam otak manusia. God-Spot berisikan konsep-konsep tentang
Tuhan, ruh, dan jiwa yang telah dialami manusia. Kesadaran beragama
mencakup kemampuan manusia mengenal Tuhan, mengakui Tuhan,
mengingkari Tuhan, taat dan tidak taat kepada ajaran agama. Kesadaran
beragama pada manusia ada tiga golongan: 1) Panteisme, menurutnya
semesta alam, termasuk manusia merupakan sebagian dari Allah, 2)
Politeisme, menurutnya terdapat banyak Allah, di mana alam semesta
mempunyai segi-segi yang berbeda yang kesemuanya mencerminkan ke-
kuatan ilahi, dan 3) Monoteisme, Allah itu satu dan tidak dapat dibagi
kemuliaannya, jangan dicampur dengan hal dunia.

Pengalaman beragama adalah perasaan yang muncul dalam diri


seseorang setelah menjalankan ajaran agama. Pengalaman beragama
disebut juga pengalaman spiritual, pengalaman suci, atau pengalaman

5
mistik. Pengalaman tersebut berisikan pengalaman individual yang dialami
seseorang ketika dia berhubungan dengan Tuhan.

James menyatakan pengalaman beragama memiliki 4 (empat)


karakteristik yaitu: 1) bersifat temporal dan terjadi dalam waktu yang
singkat, 2) tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, 3) seseorang
mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari pengalamannya, dan 4)
terjadi tanpa kontrol individu ketika dia melakukan sebuah ajaran agama.
Para ahli Psikologi Agama menyatakan banyak kejadian yang dapat
menghadirkan pengalaman agama antara lain: meditasi, shalat, berdoa,
depresi, mati suri, dan pengalaman sufistik.

E. METODE PENELITIAN PSIKOLOGI AGAMA


Sebagai disiplin ilmu yang otonom dan empiris, psikilogi agama
juga memiliki metode penelitian ilmiah melalui kajian-kajian terhadap
fakta-fakta berdasarkan data yang terkumpul dan dianalisis secara objektif.
Psikologi Agama berusaha untuk menjelaskan pekerjaan pikiran dan
perasaan seseorang terhadap agama, baik ia orang yang tahu beragama,
acuh tak acuh maupun yang anti agama yang berarti bahwa di ungkapkan
dan dijelaskan dalam psikologi agama adalah proses mental orang tersebut
sebagaimana dalam psikologi agama tidak perlu meneliti apakah
keyakinan beragama tersebut berasal dari pengaruh luar atau dari dalam
dirinya sendiri.

Menurut Jalaluddin, mengkaji psikologi agama perlu diperhatikan


hal- hal berikut :

1) Memiliki kemampuan dalam menelitikehidupan dan kesadaran bathin


manusia.
2) Memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pengalaman dapat
dibuktikan secara empiris.
3) Dalam penelitian harus bersikap filosofis spiritualistis.

6
4) Tidak mencampur adukkan antara fakta dengan angan- angan atau
perkiraan khayal.
5) Mengenal dengan baik masalah- masalah psikolog dan metodenya.
6) Memiliki konsep mengenal agama serta mengetahui metodeloginya.
7) Menyadari tentang adanya perbedaan antara ilmu dan agama.
8) Mampu menggunakan alat- alat penelitian yang digunakan dalam
penelitian ilmiah.

F. KEGUNAAN DAN KEPENTINGAN PSIKOLOGI AGAMA


Kehadiran Psikologi Agama dipenuhi dengan suatu misi besar.
Yaitu menyelamatkan dan mengantarkan manusia untuk memenuhi
kecenderungan alaminya untuk kembali pada Tuhan. Karena tugas final
psikologi agama itu menyelamatkan manusia, maka psikologi harus
memanfaatkan ajaran-ajaran agama.

Mengenai untuk siapa psikologi ini akan dimanfaatkan, maka kami


berpandangan bahwa psikologi Islam adalah suatu disiplin ilmu yang
universal yang dapat diterapkan untuk semua manusia. Pengembangan
psikologi Islam tidak terlepas dari apa yang kita sebut sebagai tugas
kekhalifahan manusia, yaitu rahmat bagi sekalian alam (rahmatan lil
alamin). Tujuan pengembangan psikologi Islam pada ujung-ujungnya
adalah memecahkan problem dan mengembangkan potensi individu alam
memahami pola hidup mereka.

Dengan demikian walau dasar utama pengembangan psikologi


Islam adalah al-quran dan al-hadis sehingga ada kesan hanya untuk umat
Islam namun arah dari usaha ini adalah meningkatkan kesejahtraan umat
manusia.

Setelah mengetahui ruang lingkup dan dasar-dasar psikologi


agama, kita belajar memahami tugas dari psikologi agama yaitu
memprediksi perilaku manusia, mengontrol, dan mengarahkan perilaku
itu. Lebih dari itu, psikologi agama memiliki tugas yang berfungsi untuk

7
menerangkan, memprediksi, mengontrol, dan terutama mengarahkan
manusia untuk mencapai ridhonya.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Psikologi agama merupakan ilmu meneliti dan mempelajari
tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh kepercayaan
terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan pengaruh
masing-masing.

Objek dan lapangan psikologi agama adalah menyangkut gejala-


gejala kejiwaan dalam kaitannya dengan realisasi keagamaan (amaliah)
dan mekanisme antara keduanya. Zakiah Daradjat membagi objek
psikologi agama membahas tentang kesadaran agama (religious
counciousness) dan pengalaman agama (religious experience).

Menyelamatkan manusia dan mengantarkan manusia untuk


memenuhi kecenderungan alaminya untuk kembali pada Allah dan
mendapatkan ridha Allah SWT. Karena tugas final psikologi agama itu
menyelamatkan manusia, maka psikologi harus memanfaatkan ajaran-
ajaran agama. Psikologi Islam adalah suatu disiplin ilmu yang universal
yang dapat diterapkan untuk semua manusia. Tujuan pengembangan
psikologi Islam pada ujung-ujungnya adalah memecahkan problem dan
mengembangkan potensi individu alam memahami pola hidup mereka.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1998. Psikologi Umum. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

Arifin, Bambang Samsul. 2008. Psikologi Agama. Bandung : Pustaka


Setia.

Jalaluddin. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Shaleh, Abdul Rahman dan Muhbib abdul Wahab. 2004. Psikologi suatu
Pengantar Dalam perspektif Islam. Jakarta : PRENADA MEDIA.

10

Anda mungkin juga menyukai