Anda di halaman 1dari 17

Tugas makalah

pengertian psikolog, psikologi agama serta sejarah


perkembangan psikologi agama, kedudukan, fungsi dan
urgensinya dalam perkembangan pendidikan islam

Disusun dan diajukan sebagai syarat melengkapi tugas


mata kuliah psikologi agama

Dosen pembimbing: Erda ermawati m.pd.i

Disusun oleh:

1. Imam ayatullah (21250037)


2. Reza ibnu hafidh(21250043)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIAH
IAI AGUS SALIM METRO ,LAMPUNG
TA . 2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga tugas makalah psi kologi
agama dengan tema “pengertian psikolog, psikologi agama serta sejarah
perkembangan psikologi agama, kedudukan, fungsi dan urgensinya dalam
perkembangan pendidikan islam ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.Oleh karena itu
saya ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah banyak
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga Allah SWT dapat membalas dan
memberikan yang terbaik. Di dalam penyusunan tugas ini penyusun telah berusaha
semaksimal mungkin, ibarat pepatah “ Tak ada gading yang tak retak, tiada hidup
dalam kesempurnaan”.
Kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas ini
serta semoga makalah ini dapat diterima dan dapat menambah wawasan dan menjadi
referensi dalam mata kuliah ini dikemudian hari.
DAFTAR ISI

i KATA PENGANTAR...........................................................................................

ii DAFTAR ISI .......................................................................................................

iii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

A. Latar Belakang ..................................................................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................................................

C. Tujuan Pembahasan ...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................

A.      Pengertian Psikologi Agama ……………………………………………..

B.      Sejarah Perkembangan Psikologi Agama ……………………………….

C. Urgensi Psikologi Agama dalam Pendidikan Islam……………

BAB III PENUTUP.................................................................................................

Kesimpulan..............................................................................................................

A. DAFTAR PUTAKA…………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang

Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi,
kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia
lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama
karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui
adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan.
Sehingga keseimbagan manusia dilandasi kepercayan beragama. Sikap orang dewasa
dalam beragama sangat menonjol jika, kebutuhan akan beragama tertanam dalam
dirinya. Kesetabilan hidup seseorang dalam beragama dan tingkah laku keagamaan
seseorang, bukanlah kesetabilan yang statis. Adanya perubahan itu terjadi karena
proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin karena kondisi
yang ada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:

1.      Apakah pengertian dari psikologi agama ?

2.      Bagaimanakah sejarah perkembangan psikologi agama ?

3. apa urgensinya psikolodi dalam pendidikan ?

C. Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui pengertian dari psikologi agama.

2.      Untuk mengetahui sejarah perkembangan psikologi agama.


BAB I I
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Psikologi Agama

Psikologi agama merupakan gabungan dari dua kata yaitu psikologi dan agama.


Kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda.

1.      Pengertian Psikologi.

Psikologi berasal dari perkataan yunani psyce yang artinya jiwa, dan logos yang


artinya ilmu. Jadi secara etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya
(ilmu jiwa).[1] Psikologi Menurut Beberapa Ahli:

 Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa bahwa Psikologi adalah ilmu yang


mempelajari tingkah laku mansia.
  Menurut plato dan Aristoteles Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari teentang hakekat jiwa serta prosesnya sampai akhir. 
  Menurut Clifford T. Morgan Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia dan hewan
 Menurut H. Sumardi, MSI Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan
mempelajari sikap serta tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala
jiwa yang berada di belakangnya.
  Menurut Ricard H. Thouless Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku
pengalaman manusia.
  Menurut Jalaluddin Psikologi adalah imu yang mempalajari gejala jiwa
manusia yanng normal, dewasa, dan beradab.[2].
2.      Pengertian Agama.

Di dalam Agama menyangkut juga masalah yang berhubungan dengan batin manusia.
Agama sebagai bentuk keyakinan, memang sulit diukur secara tepat dan rinci.
Banyak para ahli yang berpendapat tentang arti agama, diantaranya :

·         Menurut Robert H. Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada


Tuhan atau Dewa- Dewa sebagai ukuran yang menentukan yang tak boleh diabaikan (
keyakinan tentang dunia lain ). Ia mendefinisikan agama adalah sikap atau cara
penyesuaian diri terhadap dunia yang mencangkup acuan yang menunjukkan
lingkungan lebih luas dari pada dunia fisik yang terikat ruang dan waktu -the spatio-
temporal physical world ( dunia spiritual ).[3]

·         Menurut Harun Nassution, arti agama berdasarkan asal kata, yaitu al-


din, religi (relege, religare) dan agama. Dalam bahasa semit al-Din berarti undang-
undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, kata Al-din (Agama) mengandung arti
mengusai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Dalam bahasa latin
kata religi (relegere) berarti mengumpulkan dan membaca ;yang kemudian menjadi
kata religare yang berarti mengikat. Adapun kata Agama (terdiri dari a=tidak dan
gam=pergi) mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun menurun.
[4]

Secara definitif, menurut Harun Nasution, agama adalah[5] :

 Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang


harus dipatuhi.
  Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang mengusai manusia.
  Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada
suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi
perbuatan-perbuatan manusia.
  Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu.
  Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari sesuatu
kekuatan gaib.
  Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber
pada suatu kekuatan gaib.
  Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar
manusia.
 Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang
Rasul.

3.     Pengertian Psikologi Agama

Berdasarkan pengertian dari Psikologi dan Agama yang telah dijelaskan di atas


dapat diambil kesimpulan bahwa, psikologi agama merupakan cabang dari psikologi
yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan
pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan
perkembangan usia masing-masing.
Berikut ini akan dikemukakan pula definisi psikologi agama menurut beberapa ahli.
Menurut Zakiah Drajat psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari kesadaran
agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindak agama
orang itu. Sementara Thouless  menyatakan bahwa persoalan pokok dalam psikologi
agama adalah kajian terhadap kesadaran agama dan tingkah laku agama, atau kajian
terhadap tingkah laku agama dan kesadaran agama.[7]
Dengan demikian, psikologi agama tidak masuk dalam wilayah ajaran dan
keyakinan suatu agama atau ideologi tertentu. Hal ini mengandung makna, bahwa
psikologi agama tidak berwenang untuk mendukung, membenarkan, menolak atau
menyalahkan ajaran agama ataupun ideologi tertentu.

B.       Sejarah Perkembangan Psikologi Agama

Untuk menetapkan secara pasti kapan psikologi agama mulai dipelajari memang
terasa agak sulit. Baik dalam kitab suci, maupun sejarah tentang agama-agama tidak
terungkap secara jelas mengenai hal itu. Namun demikian, walaupun tidak secara
lengkap, ternyata permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian psikologi agama
banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci agama maupun sejarah agama.[8]

Perhatian secara psikologis terhadap agama setua kehidupan umat manusia, sejak
kesadaran manusia tumbuh orang telah memikirkan tentang arti hidup. Perilaku
manusia yang berkaitan dengan dunia ketuhanan ternyata telah banyak menyita
perhatian para ahli dan pada abad ke-19 perhatian tersebut dilakukan secara ilmiah
lewat Psikologi Agama. [9] 

1.      Psikologi Agama abad ke-19

Pada pertengahan abad ke-19, mentalitas modern yang tumbuh sejak abad ke-16, siap
untuk berkembang secara penuh. Dimana pada abad pertengahan tersebut, manusia
dipandang menduduki tempat utama dalam kosmos. Bumi dianggap sebagai pusat
alam raya dan segala hal yang paling indah dan tinggi. Tetapi teori Copernicus
tentang matahari sebagai pusat alam raya dan teleskop Galileo, ditambah lagi
pengaruh pemikiran baru Rene Descartes dan Isaac Newton, menjadi awal
bergeraknya kekuatan baru. [10]
Setelah dua puluh tahun sesudah terbitya buku Darwin , Prof. Wilhem Wundt (1832-
1920), dari Universitas Leipziq, Jerman, mendirikan laboratorium untuk merancang
dan memanfaatkan metode eksperimental yang disesuaikan unuk studi tentang
perilaku manusia. Tahun 1879 disebut-sebut sebagai tahun kelahiran psikologi ilmiah
modern.[11]

2.      Psikologi Agama abad ke-20

Sumber-sumber Barat mengungkapkan bahwa penelitian ilmiah modern di lapangan


Psikologi Agama dimulai sejak adanya kajian para antropolog dan sosiolog seperti
Stanley Hall. Disamping itu disekitar pergantian abad ke-19 dan ke-20 terbitnya dua
buah buku, yaitu buku Edwin Diller Starbuck The Psychology of Religion,
diterbitkan tahun 1899, dan kedua bukunya William James The Varieties of
Religious Experience yang terbit 1902. Kedua karya itu sangat penting dalam
perintisan penyelidikan fenomena keagamaan dari segi psikologi. Kemudian, pada
awal abad ke-20 para penulis dan peniliti bertumpu pada karya Starbuck dan James-
memberi identitas pada munculnya istilah “Psikologi Agama”.[12]

Perkembangan Psikologi Agama di wilayah Timur (Islam) sebenarnya telah lebih


dulu dilakukan atau dihasilkan dibandingan di dunia Barat. Seperti dalam kurun
waktu yang lebih awal Ibnu Tufail (1110-1185 M) dan juga Al Ghazali (1059-1111)
dalam tulisan – tulisannya telah membahas apa yang menjadi perbincangan di dunia
Barat disebut sebagai Psikologi Agama Kemudian pada abad 20, mulai berkembang
di dunia Islam tentang kajian Psikologi Agama, antara lain Dr. Abdul Mun’in Abdul
Aziz Al-Malighy misalnya pada tahun 1955 menulis buku dengan judul Tatawwur al-
Syu’ur al-Diny ‘Inda Tifl wa al-Murahiq yang di terbitkan Dar al-Ma’arif, Cairo,
membahas masalah perkembangan rasa agama pada anak-anak dan remaja. Dan
berdasarkan konteks kejiwaan, buku ini dapat dianggap sebagai awal dari munculnya
kajian psikologi agama di kalangan ilmuwan muslim modern.[13]
Karya lain yang lebih khusus mengenai psikologi agama adalah Ruh al-Din al-
Islamy (Jiwa Agama Islami) karangan Alif Abd al-Fatah tahun 1956. Demikian pula
pada tahun 1963 terbit buku Al-Shihah al-Nafsiyah karangan Moustafa Fahmy. Dan
banyak lagi karya karya ilmuan muslim tentang psikologi agama. Dapat dipahami
bahwa tampaknya memang perkembangan psikologi agama di dunia Islam baru
tampak sekitar abad ke-20.[14]

3.      Psikologi Agama Di Indonesia

Di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang


memiliki latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan, bidang-bidang
kedokteran. Diantara karya-karya awal yang berkaitan dengan psikologi agama
adalah buku Agama dan Kesehatan Badan/Jiwa (1965), tulisan prof. dr. H. Aulia.
Kemudian tahun 1975, K.H. S.S. Djam’an menulis buku Islam dan Psikosomatik.
DR. Nici Syukur Lister, menurut buku Pengalaman
dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi Agama.[15]

Di lingkungan perguruan tinggi, Psikologi Agama mulai dikenal tahun 1970-an, yaitu
oleh Prof. Dr. Zakiah, Darajat dan Prof. Dr  A. Mukti Ali yang dikenal sebagai
pelopor pengembangan psikologi agama di lingkungan IAIN di Indonesia. [16]

Pesatnya perkembangan Psikologi Agama pada era dewasa ini ditunjang oleh
kajiannya yang mencakup kehidupan pribadi dan kelompok maupun perkembangan
usia manusia, juga mengarah menjadi ilmu Psikologi Terapan yang banyak
manfaatnya. Sekarang banyak terbit buku, jurnal, majalah tentang psikologi agama
yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai lembaga.
C Urgensi Psikologi Agama dalam Pendidikan Islam

 Sutan Takdir Alisjahbana, menjelaskan bahwa suatu sistem tingkah laku dan

hubungan manusia yang masuk kedalam rahasisa kekuatan gaib yang luas, mendalam

dan memberikan arti terhadap kehidupan serta alam semesta disekelilingnya.

Sedangkan untuk urgensi psikologi agama dalam agama islam diantaranya yaitu :

1. Menyeimbangkan dunia dan akhirat

Dalam pendidikan Islam tentu dijelaskan mengenai gambaran akhirat. Bagaimana

manusia harus menjalankan amanat dan kehidupan yang baik untuk mendapatkan

hadiah di akhirat nanti. Nah salah satunya anda bisa menjelaskan mengenai psikologi

agama. Dimana banyak orang yang mendapatkan hal baik setelah melakukan hal baik

sebelumnya.Tentu akan ada beberapa orang yang mengkaitkan dengan keinginan dan

egoisme. Namun kembali lagi bahwa Tuhan berlaku lebih adil dibandingkan manusia.

Sehingga apa yang anda perbuat akan menghasilkan hal yang sama di akhirat nanti.

Dasarnya ini bisa anda terapkan dari hal kecil seperti bersedekah yang dimulai sejak

masih anak-anak. Ini juga bisa membantu Cara Menghilangkan Kebiasaan Buruk

dalam Diri.

2. Menjelaskan Agama secara Logika

Ada beberapa orang yang mempelajari agama khususnya pendidikan Islam akan

merasa bingung dan menganggap banyak hal tidak masuk akal. Adanya psikologi
agama menjelaskan bahwa semua ada yang masuk logika dan tidak masuk logika.

Tidak hanya agama bahkan ilmu pasti layaknya matematika atau sains. Misalnya saja,

agama mewajibkan anda untuk percaya bahwa doa bisa mengabulkan segalanya.

Namun tidak masuk akal secara logika.

3. Saling Melengkapi

Bukan hanya berguna, psikologi agama nyatanya saling melengkapi dalam dunia

pendidikan Islam. bagi para pensiar Agama akan lebih mudah jika mempelajari

mengenai sisi psikologinya. Bagi anak-anak tentu orang tua penting. Maka orang tua

merupakan target utama yang akan dibahagiakan dengan cara beribadah. ada juga

cabang psikologi lainnya yang melengkapi yakni Metode Non Ilmiah dalam Psikologi

Islam

4. Mengajarkan dengan  Tepat

Mengajarkan agama pada orang tua dan anak anak akan berbeda dan hal ini dipelajari

oleh banyak psikologi yang juga mendalami agama. Untuk anak-anak tentu anda akan

mengajarkan pendidikan Islam sesuai usianya seperti wajib solat, bagainana berwudu,

berbagi makanan dan hal kecil yang nantinya menjadi kebiasaan baik. Sedangkan

untuk orangtua tentu lebih berat. Dengan adanya psikologi agama akan membantu

anda menerapkan dengan tepat sesuai targetnya sehingga tidak sembarang.


5. Memilih metode dengan tepat

Siapa bilang mengajar mudah ? Rasanya akan sulit jika yang diberikan ilmu lupa atau

tidak menerapkannya. Nah mempelajari atau urgensi psikologi agama pada

pendidikan Islam adalah untuk menentukan atau membantu metode apa yang

memang bisa digunakan untuk mengajarkan agama khususnya pendidikan Islam.

6. Penguasaan Karakter

Dalam psikologi agama dijelaskan berbagai karakter dan respon orang terhadap

sebuah ilmu. Ada yang menentang ada yang menerima. Anda tentu tidak bisa

mengatakan bahwa si A haruslah percaya. Sebagai pengajar pendidikan Islam anda

harus membuktikan dengan cara mengambil hati atau memilih menggunakan cara

yang karakter tersebut sukai.

7. Meningkatkan Iman

Psikologi membicarakan mengenai sesuatu yang tidak terlihat atau batiniah.

Sedangkan agama juga berada di titik yang sama dengan psikologi, tentu psikologi

agama bisa membantu banyak orang yang merasa kurang iman dan tidak tenang

batiniahnya bisa belajar pendidikan Islam. Bukan hanya meningkatkan iman secara

ibadah saja beberapa orang yang merasa batinnha terganggu atau tidak tenang akan

lebih baik lari ke arah peningkatan keagamaan dibanding hal lainnya.


8. Memegang teguh prinsip

Biasanya lingkungan menjadi faktor terbesar pengaruh seseorang untuk berubah.

Namun jika anda bicara pada diri anda khususnya hati anda. Biasanya anda memiliki

prinsip sendiri yang dipercaya bisa membawa anda mendapatkan jalan yang sukses

dan lancer.

9. Seimbang 

Antara teori dan non teori kemudian antara praktik dan non praktik semua harus

dijalankan sesuai dengan ketentuannya. Dengan adanya psikologi maka banyak teori

yang menenangkan diri seperti duduk di tempat sepi dan sejenisnya. Namun jika tidak

ada kegiatannya juga akan membosankan. Bukankah lebih baik diisi dengan yang

bermanfaat ? Maka pendidikan Islam bisa menambahkan misalnya itikaf di masjid

sehingga hati tenang. Bukankah lebih seimbang ?

10. Kesehatan Jiwa

Beberapa orang bisa saja kehilangan kesadaran dirinya hanya dengan salah satu,

misalnya agama saja atau psikologi saja. Namun jika berjalan beriringan maka akan

mendapatkan kesehatan jiwa dari imbangnya kedua urgensi tersebut. Dari sisi agama

atau pendidikan Islam anda memelihara kesehatan jiwa karena wajib hukumnya. Agar

bisa menunaikan semua ibadah. Sedangkan pada psikologi kesehatan jiwa dibayar

dengan kehidupan yang normal meskipun akan ada tantangan. Tetapi anda masih bisa

menikmati indahnya dunia.


BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Psikologi agama yang memepelajari rasa agama dan perkembangannya mempunyai


peranan yang saling korelatif dalam pendidikan agama islam. Pendidikan islam
sebagi sebuah upaya penyadaran terhadap umat islam akan lebih mudah diterima oleh
masyarakat. Pertumbuhan rasa agama akan semakin meningkat dan juga bisa
dihubungkan dengan kondisi di sekitarnya, baik sosial,ekonomi, politik hukum dan
sebagainya. Peran psikologi agama dalam pendidikan islam lebih memudahkan
pemahaman masyarakat dalam menelaah agama secara komprehensif. Agama tidak
dipandang hanya sebagi kebutuhan orang-orang tertentu, tapi agama memang
menjadi kebutuhan stiap pribadi seseorang yang menjadikan perkembangan pribadi
secara psikisnya. Proses penyadaran dan perubahan untuk meningkatkan nilai jiwa
keagamaan pun akan mudah di kembangkan. Perkembangan kejiwaan seseorang
adalah sebuah bentuk kewajaran dan pasti terjadi dalam diri seseorang. Oleh karena
itu pendidikan merupakan suatu keniscayaan dalam mengarahkan proses
perkembangan kejiwaan. Terlebih lagi dalam lembaga pendidikan islam, tentu akan
mempengaruhi bagi pembentukan jiwa keagamaan. Jiwa keagamaan ini perlu
ditanamkan pada anak sejak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Ahmad. 1997. PsikologiUmum. Bandung: CV Pustaka Setia

Jalaluddin. 2012. Psikologi Agama (edisi.revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

[1] Ahmad Fauzi, PsikologiUmum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hlm. 9

[2]http://zempat.blogspot.com/2013/01/pengertian-sejarah-perkembangan-
manfaat.html diakses pada 9 maret 2015 pukul 17:55

[3] Ibid., hlm.14

[4] Jalaluddin, Psikologi Agama (edisi.revisi), ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,


2012), hlm. 12

[5] Ibid.,

[6] Ibid., hlm. 13

[7] Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008),


hlm.  16

[8] Jalaluddin, Op.cit., hlm. 27

[9]Baharuddin dan Mulyono, Psikologi Agama dalam Prespektif Islam, (Malang:


UIN Malang press, 2008), hlm. 51

[10] Ibid., hlm. 55

[11] Ibid., hlm. 56

[12] Ibid., hlm. 58

[13]  Ibid., hlm. 58

[14]  Jalaluddin, Lok.cit., hlm. 34

[15] Ibid., hlm. 35

[16] Ibid.,

Anda mungkin juga menyukai