Anda di halaman 1dari 17

RUANG LINGKUP PSIKOLOGI AGAMA

MAKALAH

DITULIS SEBAGAI BUKTI UNTUK MEMENUHI SYARAT


MATA KULIAH PSIKOLOGI AGAMA YANG DIAMPU OLEH
DOSEN Drs. TAKDIR ALISYAHBANA, M.Pd.I

OLEH :
1. M. SHODIQIN 2125.0047
2. PUTRI ANGELLIA 2125.0064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BUMI SILAMPARI
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2022 M / 1444 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan hidayah-
Nya,penulisan makalah dapat terselesaikan, makalah yang berjudul “Raung
Lingkup psikologi Agama” sebagai salah satu tugas perkuliahan dapat
diselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah yang disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi
Agama. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang pengertian,
ruang lingkup dan manfaat psikologi agama bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Lubuklinggau, Oktober 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan Masalah........................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Pengertian Psikologi Agama....................................................................................4
B. Ruang Lingkup Psikologi Agama.............................................................................6
C. Pengaruh Psikologi Agama.......................................................................................7
BAB III............................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
A. Kesimpulan............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dengan akalnya, pada dasarnya mampu mencapai
keberhasilan-keberhasilan yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Akan tetapi, sehebat apapun akal manusia tetap terbatas
terutama dikaitkan dengan hal yang bersifat supranatural (alam ghaib). Di
sinilah lalu manusia perlu bimbingan oleh yang menciptakan akal yaitu Sang
Maha Pencipta. Bimbingan tersebut dimunculkan dalam bentuk agama. Jadi,
secara singkat dapat dinyatakan bahwa manusia secara kodrati memerlukan
agama untuk mengarahkan kehidupannya secara baik di dunia dan akhirat.
Pun demikian, kedewasaan seseorang terlihat dari cara ia memeluk suatu
agama secara sadar. Di samping faktor lain, yaitu mengikuti atau mewarisi
agama orang tuanya yang melahirkan dan mengasuhnya sejak kecil. Agama
sebagai bentuk ajaran yang bersumber dari wahyu Ilahi, sehingga kajian
tentang agama telah lama menjadi objek bagi para filsuf, sosiolog maupun
teolog, namun kajian tentang apa itu agama masih tetap berlangsung sampai
sekarang termasuk oleh para psikolog. Dalam perdebatan tentang apa itu
agama belum menemukan jawaban yang dapat disepakati. Adanya perbedaan
tersebut menandakan bahwa manusia masih dalam tahap mencari kebenaran,
meskipun kebenaran yang dicari adalah kebenaran yang besifat relatif.
Akibatnya para ahli mendefinisikan agama secara berbeda-beda sesuai
dengan spesialisasi dari cabang ilmu yang ditekuni, baik dari spesifik aspek
filosofis, sosiologis, antropologis maupun psikologis. Selain itu, agama
sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat adikodrati
(supernatural) ternyata seakan-akan menyertai manusia dalam ruang lingkup
kehidupan yang luas.
Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan manusia, baik diri
sendiri maupun dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat. Selain
itu, agama memberikan dampak bagi kehidupan sehari-hari di mana pun
manusia berada dan bagaimanapun mereka hidup. Baik secara kelompok atau

1
sendiri-sendiri, akan terdorong untuk berbuat dengan memperagakan diri
dalam bentuk pengabdian kepada Zat Yang Maha Tinggi. Dalam bukunya
Psikologi Agama, Jalaluddin menyimpulkan bahwa agama menyangkut
kehidupan batin manusia. Oleh karena itu, kesadaran agama dan pengalaman
agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang
ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan dunia gaib. Dari kesadaran
agama dan pengalaman agama ini pula kemudian muncul sikap keagamaan
yang ditampilkan seseorang. Sehingga sikap keagamaan suatu keadaan yang
ada dalam diri seseorang, mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan
kadar ketaatannya terhadap agama. Jadi, sikap keagamaan merupakan
integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama seta
tindak keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap
keagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan.
Dengan indikasi bahwa pada umumnya, mereka mempunyai motif yakni
ingin mengisi jiwa-jiwa yang gersang dengan nilai-nilai spiritualitas. Dengan
demikian ketika manusia telah kehilangan aspek spiritualnya maka dapat
dikatakan ia juga telah kehilangan jatidirinya. Hal ini karena kata “spiritual”
menegaskan sifat dasar manusia, yaitu sebagai makhluk yang secara
mendasar dekat dengan Tuhannya, paling tidak selalu mencoba berjalan ke
arah-Nya.
Dalam lapangan psikologi agama menyatakan bahwa secara garis
besar, sumber jiwa keagamaan berasal dari faktor intern dan faktor ekstern
manusia. Pendapat pertama menyatakan bahwa manusia disebut sebagai
mahluk yang beragama, karena manusia sudah memiliki potensi untuk
beragama. Potensi tersebut muncul dari faktor intern manusia yang termuat
dalam aspek kejiwaannya seperti naluri, akal, perasaan, maupun kehendak
dan sebagainya. Sebaliknya, pendapat kedua menyatakan bahwa jiwa
keagamaan manusia muncul dari faktor ekstern. Ia terdorong untuk beragama
karena pengaruh faktor luar dirinya seperti rasa takut, rasa ketergantungan
ataupun rasa bersalah (sense of guilt). Faktor-faktor inilah yang mendorong
manusia menciptakan suatu tata cara pemujaan yang kemudian dikenal
dengan agama.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan psikologi agama?
2. Apa saja ruang lingkup psikologi agama ?
3. Apa pengaruh psikologi agama?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari psikologi agama.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup psikologi agama .
3. Untuk mengetahui pengaruh dari psikologi agama.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Agama


Psikologi agama terdiri dari dua kata yang berbeda dan mencermintan
dua keilmuan yang berbeda yaitu psikologi dan agama. Psikologi sendiri
diartikan sebagai keilmuan yang mempelajari tentang kejiwaan dan tingkah
laku manusia. Robert H. Thoules menjabarkan definisi psikologi sebagai ilmu
yang mempelajari tentang tingkah laku dan pengalaman manusia. Secara
umum, psikologi mempelajari sikap, tingkah laku, respon manusia sebagai
reflek atau gambaran kejiwaan pada seseorang tersebut. Sedangkan agama
merupakan keilmuan yang berdasar pada keyakinan atau kepercayaan
batiniah tentang sang pencipta. Edward Burnett Tylor mendifinisikan agama
merupakan kepercayaan kepada wujud spiritual (the belief in spiritual
beings). Kemudian, menurut Sutan Takdir Alisjahbana, agama merupakan
suatu sistem tingkah laku dan hubungan manusia dengan rahasisa kekuatan
gaib yang luas, mendalam dan memberikan arti terhadap kehidupan dan alam
semesta disekelilingnya.
Menurut  Nico Syukur Dister, Psikologi agama merupakan ilmu yang
menyelidiki perilaku manusia baik sadar maupun tidak sadar, dan
berhubungan dengan kepercayaan yang diajarkan padanya tentang ‘Nan
Illahi’ (segala sesuatu yang bersifat agung/ dewa) yang terkait dengan
kehidupan manusia dengan lingkungannya. Sedangkan dalam buku karya
Sururin, dikatakan bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang
meneliti dan menelaah kehidupan beragama seseeorang dan mempelajari
seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu di dalam sikap dan tingkah
laku seseorang atau mekanisme yang bekerja di dalam diri seseorang yang
menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi, dan bertingkah laku yang
tidak dapat di pisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam
konstruksi kepribadiannya.

4
Jadi, kesimpulannya, Psikologi Agama merupakan cabang dari
Psikologi yang mempelajari sisi kehidupan kejiwaan seseorang dengan
memperhatikan hubungan antar sesamanya dan hubungan atau kedekatannya
dengan Tuhan. Semakin kuat, serasih, dan harmonis hubungan antar sesama
manusia dan hubungan manusia dengan Tuhannya, semakin kuat pula jiwa
keagamaan yang dimiliki oleh manusia.
Terdapat beberapa manfaat menggunakan psikologi agama dalam
kehidupan sehari – hari. Diantaranya:
 Pemecahan Masalah
Psikologi agama berperan dalam kehidupan manusia dalam memecahkan
masalah, merubah pola pikir dan pertimbangan terhadap tindakan atau
perilaku. Agama mampu meningkatkan ketentraman hati manusia yang
percaya dan menjalani ajaran kepercayaannya.
 Perubahan Perilaku
Agama juga berpengaruh terhadap pertimbangan seseorang untuk bersikap
atau berperilaku menjadi lebih positif dan memberi pengaruh baik kepada
lingkungannya. Psikologi agama dapat dipraktekkan pada seluruh lapangan
kehidupan manusia baik pendidikan, ekonomi, psikoterapi, dan lainnya.
 Pengaruh Terhadap Etos Kerja
Menurut penelitian, psikologi agama juga termasuk peraturan perusahaan
atau tempat kerja yang mengijinkan adanya waktu istirahat untuk beribadah.
Hasil penelitian mengatakan ketersediaan waktu untuk ibadah, atau
memberikan ceramah keagamaan di waktu tersebut dapat meningkatkan
tingkat kejujuran, kepercayaan, dan kinerja staf dengan pendekatan agama.
Dari berbagai pemaparan contoh penggunaan psikologi agama diatas,
psikologi agama sendiri bisa disimpulkan memiliki banyak manfaat untuk
manusia dan kehidupannya dalam lingkungan bermasyarakat. Psikologi
agama memberikan peranan penting dalam mempengaruhi kejiwaan atau hati
seseorang dan menetapkan tekad atau pikiran positif terhadap perilaku yang
akan dilakukan sebagai dasar yang dipercayai benar. Agama menjadi dasar
setiap tingkah laku manusia yang memiliki konsekuensi tertentu apabila
kebaikan berdasarkan kepercayaannya dilanggar.

5
B. Ruang Lingkup Psikologi Agama
Lapangan penelitian dalam psikologi agama meliputi perasaan, proses
ibadah, kesadaran beragama, dan pengaruhnya terhadap kehidupan seseorang
atas dasar kepercayaan tersebut. Zakiah Daradjat mengkaji ruang lingkup
psikologi agama sebagai berikut :
 Perubahan Emosional
Emosi yang berganti ganti pada manusia di luar kesadaran yang
ikut menyertai kehidupan, misalnya rasa lega, rasa bahagia, rasa tenang,
rasa pasrah setelah melakukan ibadah menurut kepercayaannya dan juga
rasa gelisah, rasa takut, rasa tidak tentram ketika melakukan hal yang
dilarang oleh agama atau meninggalkan ibadah karena termasuk hal yang
berdosa. Perubahan emosional juga berpengaruh pada sisi afeksi dan
konasi individu. Hal ini dapat dinilai dari bagaimana pengalaman dan
perasaan yang dialami individu ketika menjalankan agamanya atau
beribadah.
 Keimanan
Mempelajari dan meneliti pengaruh kepercayaan terhadap dunia
akhirat, bahwa masih ada kehidupan yang kekal setelah manusia mati.
Pengaruh terhadap keyakinan itu termasuk ketaatan yang lebih tinggi
untuk mencapai kedamaian di dunia yang sesungguhnya yaitu akhirat,
serta keyakinan terhadap adanya hari pembalasan terhadap kesalahan
kesalahan yang telah dilakukan di dunia fana. Pembalasan atas apa yang
dilakukan di dunia akan mendapatkan tempat di akhirat yaitu surga atau
neraka. Tidak dapat kita pungkiri bahwa sistem dan tingkat kepercayaan
seseorang terhadap akhirat itu sama. Jadi, di dalam psikologi agama
dipelajari, diteliti, dan dianalisis terhadap masing-masing individu. Kita
ambil rasionalitasnya saja misalnya dengan seseorang yang beragama
Islam tidak tahu dan tidak percaya dengan adanya hari akhir, maka dapat
dikatakan bahwa orang itu tidak sepenuhnya memahami ajaran atau unsur-
unsur dalam agamanya. Ketidakpercayaan itu akan mempengaruhinya
dalam berkehidupan didunia misalnya dalam cara ia bertingkahlaku. Ia
memprioritaskan kehidupan duniawi semata, dan tidak mementingkan

6
akhirat. Berbeda dengan orang yang memahami dan mempercayai akhirat,
pola kehidupannya akan berbeda seperti berzuhud, tidak begitu terobsesi
dengan kehidupan dunia, dan sebagainya.
 Kepercayaan dan Pengaruhnya
Mempelajari kepercayaan manusia terkait surga dan neraka dan dosa
serta pahala yang diyakini membawa mereka pada tempat tersebut.
Dengan keyakinan atas perbuatan dosa atau pahala akan menuntun
manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan dosa atau perbuatan
yang tidak baik. Mempelajari dan meneliti bagaimana pengaruh
kepercayaan dan penghayatan manusia terhadap ayat ayat suci dalam kitab
keagamaannya masing masing dengan kedamaian hati. ketika seseorang
sudah mengerti dan percaya dengan adanya akhirat, maka otomatis ia akan
mempercayai adanya surga maupun neraka. Dengan kepercayaan ini,
perilaku baik sangatlah diupayakan demi mendapatkan pahala dan demi
mencapai kehidupan bahagia di akhirat.
Ruang lingkup psikologi agama menurut H. Rusmin meliputi :
1. Kegiatan ibadah seseorang.
2. Gerakan kemasyarakatan atau perilaku bermasyarakat dari masyarakat
yang beragama.
3. Budaya dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh aturan agama.
4. Suasana lingkungan hidup yang dipengaruhi oleh kesadaran dalam
beragama.

C. Pengaruh Psikologi Agama


1. Psikologi Agama Berkaitan dengan Kesehatan Mental
Kesehatan mental dan pendidikan agama memiliki hubungan yang
sangat erat. Agama mampu memberikan ketenangan batin pada seseorang
dan mempengaruhi kejiwaannya. Kepercayaan dari agama yang
diyakininya mampu membentuk kejiwaan seseorang dan berpengaruh
terhadap perilakunya sehingga mencerminkan kejiwaan seseorang.
Psikologi agama membantu manusia untuk menata perasaannya,
ketentraman batin dan mempengaruhi perilaku baik pada lingkungannya.

7
Orang tanpa landasan agama dalam hidupnya atau tidak melaksanakan
perintah agama atau tidak memiliki keyakinan terhadap agama maka
hidupnya akan merasa gelisah, cemas, tidak tenang dan kehidupannya
selalu merasa terganggu atau mengalami suasana yang tidak
menyenangkan. Hal ini juga akan berdampak pada perilakunya dalam
masyarakat. Agama dapat berpengaruh terhadap mental manusia dan
perilakunya karena agama memiliki fungsi sebagai berikut :
a) Memberi bimbingan dalam hidup.
b) Menolong dalam menghadapi kesusahan hidup.
c) Penawar gangguan jiwa.
d) Menentramkan batin.
e) Menciptakan kebahagiaan bagi sekitarnya.

2. Psikologi Agama Berkaitan dengan Tumbuh Kembang


Agama menjadi landasan pertumbuhan dan perkembangan
seseorang yang dilatih sejak dini agar menjadi individu yang tumbuh
dengan baik menjadi orang baik untuk masyarakat dan keluarga. Agama
bisa didapatkan dari lahir dari ajaran yang sudah dilaksanakan oleh orang
tua dalam suatu keluarga. Agama diberikan dengan cara pendidikan,
pengalaman dan latihan latihan sejak masa kecil. Menurut Zakiah, terdapat
perkembangan individu yang dipengaruhi oleh agama dengan dibagi
menjadi beberapa tahapan sebagai berikut :
a) Tahap I Kanak kanak usia 0- 6 tahun
Pada tahap in pendidikan dimulai dengan mencontoh orang orang
disekitarnya seperti melalui mendengar, melihat, mempraktekkan atau
meniru. Orang tua sangat berperan dalam hal ini. Melalui apa yang
diucapkan atau disampaikan orang tua, tindakan, perbuatan, perlakuan
yang dilakukan anak akan belajar tentang mana yang baik dan tidak.
Ilmu agama sebagai dasar pendidikan anak tumbuh menjadi pribadi
yang baik.

8
b) Tahap II Pra Remaja usia 7 – 12 tahun
Usia ini merupakan usia dimana anak masuk ke sekolah dasar. Bekal
jiwa keagamaan yang sudah diberikan dalam keluarga akan dibawa ke
lingkungan sekolah dan belajar lebih mendalam bersama guru dan
teman temannya. Bekal pendidikan agama yang baik dari keluarga juga
akan diterapkan oleh anak saat disekolah dalam interaksi dengan guru
ataupun teman sekelasnya.
c) Tahap III Remaja usia 13 -16 tahun
Pada tahap ini emosi remaja tidak stabil dan berubah ubah sehingga
perasaannya pada Tuhan tergantung perubahan emosinya. Ada kalanya
dia membutuhkan Tuhan dan ada kalanya dia tidak membutuhkan
Tuhan.
d) Tahap IV Remaja Akhir usia 17- 21 tahun
Pada usia ini remaja sudah bisa menentukan sendiri yang dia anggap
baik untuk dirinya. Kecerdasan remaja sudah sampai pada penerimaan
terhadap agamanya, pemahaman yang mendalam secara ilmiah dan
rasional, perasaan pentingnya melakukan ajaran agama dan tindakan
yang berdasarkan oleh agama.
Kepercayaan dalam beragama pada remaja ini juga dibedakan
menjadai beberapa kriteria :
 Percaya ikut ikutan
Agama memang berasal dari bawaan tempat dimana seorang anak
dibesarkan. Berawal dari mengikuti kebiasaan atau didikan
lingkungan keluarga kemudian pada usia diatas 16 tahun, remaja
akan mulai lebih kritis dan sadar sesuai tumbuh kembangnya.
 Percaya dengan kesadaran
Menyadari pentingnya dan peranan agama dalam kehidupan dan
mulai membuktikan pribasinya untuk menjalankan ajaran agamanya.
Semangat beragama ini muncul sebagai upaya membentuk pribadi
dirinya.

9
 Percaya, tapi ada keraguan
Keraguan bisa didapatkan atau muncul akibat situasi yang tidak
diinginkannya terjadi misalnya terhadap kegagalan, kehilangan, yang
kemudian berdampak pada perubahan perilaku sebagai kontradiksi
atas apa yang sudah dilakukannya dengan apa yang didapat.
 Tidak percaya
Tidak percaya atau ateis. Proses pertumbuhannya dalam keluarga
mungkin mengalami tekanan tekanan dimana dia mulai
mempertanyakan tentang kebebasan dankebahagiaan tanpa aturan
atau batasan. Tekanan dari orang tua menjadi akar permasalahan
sedari diri.
W. Starbuck memaparkan keraguan tentang ajaran agama dalam
remaja didapatkan dari :
 Kepribadian berhubungan dengan jenis kelamin.
 Kesalahan tafsir.
 Kesalahan organisasi agama.
 Kebutuhan manusia yang tidak pernah puas.
 Kebiasaan.
 Pendidikan.
 Ikut campur ilmu magis yang menyesatkan.

3. Pengaruh Budaya dalam Era Global terhadap Jiwa Keagamaan


Era globalisasi ini ditandai dengan kemajuan IPTEK yang sangat
pesat. Mudahnya berbagai fasilitas bisa didapatkan kinimulai dari
transportasi dan komunikasi atau lainnya. Nilai nilai tradisional perlahan
mulai ditinggalkan. Hal hal yang dianggap tabu menjadi sangat umum dan
diterima masyarakat. Tradisi masyarakat sudah tidak banyak lagi dijadikan
pegangan. Hal tersebut masuk dan mempengaruhi sistem nilai yang
bersumber dari ajaran agama. Pandangan psikologi dalam agama
mempengaruhi perubahan yang berhubungan dengan sikap dan perilaku
akibat globalisasi. Osgood dan Tannenbaum mengungkapkan bahwa saat
ini perubahan sikap dan perilaku terjasi akibat persamaan persepsi pada

10
diri seseorang dan orang lain atau masyarakat. Hal ini berarti apabila
terdapat hal yang dinilai baik oleh individu dan memiliki persepsi yang
sama dengna mayoritas masyarakat hal tersebut akan diterima.
Globalisasi ini juga mempengaruhi jiwa keagamaan pada seseorang
terkait dengan nilai nilai yang di anut. Tradisi keagamaan tampak
disemarakkan namun dalam sisi tertentu esensinya dalam batin mungkin
berkurang. Hal ini dapat mempenggaruhi keyakinan seseorang terhadap
agamanya. Orang dengan keyakinan agama yang besar memungkinkan
untuk tidak terlalu terbawa dengan kecanggihan era globalisasi ini. Namun
orang-orang dengan keyakinan yang longgar akan memiliki pandangan
yang hebat terhadap perkembangan teknologi dan keyakinan terhadap
agama mulai berkurang. Kekosongan jiwa ini akan mengusik individu dan
mendorong individu untuk mencari penentram jiwa.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi agama terdiri dari dua kata yang berbeda dan mencermintan
dua keilmuan yang berbeda yaitu psikologi dan agama. Psikologi sendiri
diartikan sebagai keilmuan yang mempelajari tentang kejiwaan dan tingkah
laku manusia. Sedangkan agama merupakan keilmuan yang berdasar pada
keyakinan atau kepercayaan batiniah tentang sang pencipta. dalam buku karya
Sururin, dikatakan bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang
meneliti dan menelaah kehidupan beragama seseeorang dan mempelajari
seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu di dalam sikap dan tingkah
laku seseorang atau mekanisme yang bekerja di dalam diri seseorang yang
menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi, dan bertingkah laku yang
tidak dapat di pisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam
konstruksi kepribadiannya.
Lapangan penelitian dalam psikologi agama meliputi perasaan, proses
ibadah, kesadaran beragama, dan pengaruhnya terhadap kehidupan seseorang
atas dasar kepercayaan tersebut. Zakiah Daradjat mengkaji ruang lingkup
psikologi agama yaitu perubahan emosional, keimanan, kepercayaan dan
pengaruhnya. Sedangkan ruang lingkup psikologi agama menurut H. Rusmin
meliputi, kegiatan ibadah seseorang, gerakan kemasyarakatan atau perilaku
bermasyarakat dari masyarakat yang beragama, budaya dalam masyarakat
yang dipengaruhi oleh aturan agama, suasana lingkungan hidup yang
dipengaruhi oleh kesadaran dalam beragama. Adapun pengaruh dalam
psikologi agama yaitu psikologi agama berkaitan dengan kesehatan mental,
tumbuh kembang, dan pengaruh budaya dalam era global terhadap jiwa
keagamaan.
Penjelasan-penjelasan terkait dengan psikologi agama sudah dipaparkan
diatas. Psikologi ternyata juga dipengaruhi oleh agama begitu juga agama
yang juga dipengaruh oleh psikologi. Psikologi agama sendiri merupakan
ilmu terapan yang menggabungkan dua keilmuan. Psikologi agama mendasari

12
seorang manusia dalam bertingkah laku melalui pendekatan kepercayaan atas
apa yang diyakini dengan kejiwaan seseorang. Keyakinan tersebut berdampak
pada tingkah laku baik dan kejiwaan seseorang yang tenang. Namun apabila
agama tidak mendasari kehidupan seseorang, maka orang tersebut akan
dilanda kegelisahan yang tidak jelas lalu mempengaruhi tindakan atau tingkah
lakunya di lingkungan. Pentingnya agama sebagai dasar perkembangan
kejiwaan manusiaa sangatlah jelas sekali. Semua orang yang menyakini
agamanya akan menjadi orang baik dan sebaliknya. Ajaran kepercayaan
terhadap perbuatan buruk yang akan mendapatkan neraka dan perbuatan baik
mendapatkan surga menjadi pendorong seseorang untuk memperbaiki diri.
Kepercayaan bahwa dunia ini fana dan dunia yang sesungguhnya adalah
akhirat membawa seseorang lebih memaknai hidup dan menjaga setiap
perilakunya dengan baik.

13
DAFTAR PUSTAKA
Bastaman, Hanna Djumhana. 2011. Integrasi Psikologi Dengan
Islam.Yogyakarta: Yayasan Insal Kamil.
Hartati, Netty  dkk. 1996. Islam dan Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Jalaluddin. 2011. Psikologi Agama.  Jakarta: Raja Grafindo Persada.
https://www.gurupenyemangat.com/2021/12/makalah-psikologi-
agama.html?m=1
Daradjat, Zakiah, 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, hlm
62.

14

Anda mungkin juga menyukai