Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KEMATANGAN DAN KESADARAN BERAGAMA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Agama
Dosen Pengampu : Drs. Ino Sutrisno, M.Ag

Disusun oleh :
Linawati 22.03.3023

Nisa Maris Mardiah 20.03.2709

Sofia Hasanah 20.03.2689

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG
1444 H/ 2023 M
KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya serta limpahan ilmu yang bermanfaat dan berguna untuk
kehidupan dunia dan kelak menjadi sebuah bekal menuju kehidupan yang abadi yaitu
akhirat. Sholawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang telah
membawa kita dari masa jahiliyyah menuju masa ilmiah yang bisa kita rasakan hari ini.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas yang
diberikan oleh Lalan Sahlani, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Telaah dan
Pengembangan Kurikulum. Tujuan penulisan selanjutnya adalah untuk menjelaskan
materi yang berjudul Implementasi Kurikulum.
Penulis menyadari,sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa
yang masih perlu belajar dalam penulisan makalah,bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
kelompok,khususnya bagi kelompok kami. Saran dan kritikan yang membangun dan
bermanfaat dari para pembaca dan kelompok lain sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 15 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2
A. Pengertian Kematangan Dan Kesadaran Beragama...................................................2
B. Faktor-Faktor Kematangan Dan Kesadaran Beragama..............................................3

BAB III PENUTUP............................................................................................................5


A. Kesimpulan..................................................................................................................5
B. Saran............................................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang kematangan beragama akan terkait erat dengan kematangan usia
manusia. Perkembangan keagamaan seseorang untuk sampai pada tingkat kematangan
beragama dibutuhkan proses yang panjang. Proses tersebut boleh jadi karena melalui
proses konversi agama pada diri seseorang atau karena berbarengan dengan kematangan
kepribadiannya. Sebagai hasil dari konversi, seringkali seseorang menemukan dirinya
mempunyai pemahaman yang baik akan kematangan keagamaannya hingga ia dewasa
atau matang beragama. Demikian lainnya dengan perkembangan kepribadian seseorang,
apabila telah sampai pada suatu tingkat kedewasaan, maka akan ditandai dengan
kematangan jasmani dan rohani. Pada saat inilah seseorang sudah memiliki keyakinan
dan pendirian yang tetap dan kuat terhadap pandangan hidup atau agama yang harus
dipegangnya.
Manusia mengalami 2 macam perkembangan, yaitu perkembangan jasmani dan
perkembangan rohani. Perkembangan jasmani diukur berdasarkan unsur kronologis.
Puncak perkembangan jasmani yang dicapai manusia disebut kedewasaan. Sebaliknya
perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan (abilitas). Pencapaian
tingkat abalitas tertentu bagi perkembangan rohani disebut istilah kematangan beragama
(maturity).
Kedewasaan jasmani belum tentu berkembang setara dengan kematangan rohani.
Secara normal, memang seseorang yang sudah mencapai tingkat kedewasaan akan
memiliki pola kematangan rohani seperti kematangan berpikir, kematangan kepribadian
maupun kematangan emosi. Tetapi perimbangan antara kedewasaan jasmani dan
kematangan rohani ini adakalanya tidak berjalan sejajar. Secara fisik (jasmani) seseorang
mungkin sudah dewasa, tetapi secara rohani ia ternyata belum matang.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kematangan dan kesadaran beragama?


2. Apa saja faktor-faktor dalam kematangan dan kesadaran beragama?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian kematangan dan kesadaran beragama.


2. Untuk mengetahui faktor-faktor kematangan dan kesadaran beragama.
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kematangan dan Kesadaran Beragama

Secara bahasa, kesadaran berasal dari kata dasar “sadar” yang mempunyai arti,
merasa, tahu, dan ingat kepada keadaan yang sebenarnya, ingat kembali dari pingsan dan
sebagainya, bangun tidur, tahu dan mengerti. Kesadaran berarti; keinsafan, keadaaan
mengerti, hal dirasakan atau dialami oleh seseorang. 1
Kata beragama berasal dari kata “agama”. Agama berarti kepercayaan kepada
Tuhan (Dewa,dsb) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan itu. Sedangkan kata beragama berarti menganut (memeluk) agama,
beribadat, taat kepada agama di sepanjang hidupnya.
Menurut Zakiah Drajat kesadaran beragama ialah, aspek mental dari aktivitas
agama. Aspek ini merupakan bagian atau segi agama yang hadir (terasa) dalam pikiran
dan dapat diuji melalui instropeksi. Dengan adanya kesadaran agama dalam diri
seseorang yang akan ditunjukkan melalui aktivitas keagamaan, maka munculah
pengalaman beragama. Adapun yang dimaksud dengan pengalaman beragama ialah
unsur perasaan dalam kesadaran agama, yaitu perasaan yang membawa kepada
keyakinan yang dihasilkan dalam tindakan (amaliah) nyata.2
Sedangkan yang dimaksud dengan kematangan dalam beragama, yaitu
kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai
luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Ia menganut suatu agama
karena menurut keyakinannya, agama tersebutlah yang terbaik. Keyakinan itu
ditampilkannya dalam sikap dan tingkah laku keagamaan yang mencerminkan ketaatan
terhadap agama.3
Individu yang memiliki kematangan beragama yang tinggi, akan mampu
membuka diri dan loyal dalam memperluas wawasan dan aktifitasnya. Berbekal
kematangan beragama, individu akan menunjukan kematangan dalam sikap dan
menghadapi permasalahan, nilai, tanggung jawab dan terbuka terhadap semua realitas
yang mengitarinya.4

1
Tim pustaka phonix, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi baru, Jakarta, Pustaka phonix, 2009, cet. IV, hlm
727
2
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta, Kalam Mulia, 2011, cet. 9, hlm 7
3
Jalaluddin, Psikologi Agama. (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2016) hlm 117
4
Meiyanto, Sito, dkk.,Komitmen Organisasai: Sebuah Studi Dalam Konteks Pekerjaan
Indonesia, Jurnal Psikologi, (Yogyakarta : Vol 1, No 1. 1999) hlm 29-40
2
Dari sikap beragama yang sudah matang mungkin akan menjadikan terapi bagi
orang-orang dewasa dalam menjalankan aktifitas kehidupannya sehari-hari. Tidak
merasa resah dalam menjalankan aktifitas, tidak terlalu banyak beban fikiran, dan
semuanya mungkin saja bisa diterapi dengan matangnya dalam hal beragama. Dengan
timbulnya masalah-masalah kecil, dengan terapi dalam hal beribadah seperti
kematangan sholatnya, dzikir, sedekah, dan lain sebagainya, dalam kehidupan sehari-
hari.

B. Faktor – Faktor Kematangan Dan Kesadaran Beragama

Menurut Raharjo (2012), kematangan beragama seseorang dipengaruhi oleh


beberapa faktor, barik dari dalam diri (intern) dan maupun dari luar (ekstern). Faktor-
faktor yang mempengaruhi kematangan beragama adalah sebagai berikut:5
1. Faktor diri sendiri

Faktor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi dua: kapasitas diri dan
pengalaman. Kapasitas ini berupa kemampuan ilmiah (rasio) dalam menerima ajaran-
ajaran itu terlihat perbedaannya antara seseorang yang berkemampuan dan kurang
berkemampuan. Bagi mereka yang mampu menerima dengan rasionya, akan
menghayati dan kemudian mengamalkan, ajaran-ajaran agama tersebut dengan baik,
penuh keyakinan dan argumentatif, walaupun apa yang harus ia lakukan itu berbeda
dengan tradisi yang mungkin mendarah daging dalam kehidupan masyarakat.
Sedangkan faktor pengalaman, semakin luas pengalaman seseorang dalam bidang
keagamaan, maka akan semakin mantap dan stabil dalam melakukan aktivitas
keagamaan. Namun, bagi merak yang mempunyai pengalaman sedikit atau sempit, ia
akan mengalami berbagai macam kesulitan dan akan selalu dihadapkan pada
hambatan-hambatan untuk dapat mengerjakan ajaran agama secara mantap. Faktor
intern yang mempengaruhi sikap keberagamaan seseorang terdiri dari:

a) Temperamen, tingkah laku yang didasarkan pada temperamen tertentu memegang


peranan penting dalam sikap beragama seseorang.

b) Gangguan jiwa, orang yang menderita gangguan jiwa menunjukkan kelainan


dalam sikap dan tingkah lakunya.

5
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Grafindo Persada, 2004 hlm 92-94
3
c) Konflik dan keraguan, konflik dan keraguan ini dapat mempengaruhi sikap
seseorang terhadap agama, seperti taat, fanatik, agnotis, maupun ateis.

d) Jauh dari Tuhan, orang yang hidupnya jauh dari Tuhan akan merasa dirinya
lemah dan kehilangan pegangan hidup terutama saat menghadapi musibah.

2. Faktor luar

Faktor dari luar yaitu beberapa kondisi dan situasi lingkungan yang tidak
banyak memberikan kesempatan untuk berkembang. Faktor-faktor antara lain tradisi
agama atau pendidikan yang diterima. Berkaitan dengan sikap keberagamaan terdapat
dua faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan seseorang, yaitu:

a) Musibah, sering kali musibah yang sangat serius dapat mengguncangkan


seseorang, dan keguncangan tersebut sering kali memunculkan kesadaran
keberagamaannya. Mereka merasa mendapatkan peringatan dari Tuhan.

b) Kejahatan, mereka yang hidup dalam hitam biasanya mengalami guncangan


batin dan rasa dosa. Perasaan tersebut mereka tutupi dengan perbuatan yang
bersifat kompensatif, seperti melupakan sejenak dengan berfoya-foya dan
sebagainya. Tidak jarang pula melakukan pelampiasan dengan tindakan brutal,
pemarah dan sebagainya.

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesadaran beragama ialah, aspek mental dari aktivitas agama. Aspek ini
merupakan bagian atau segi agama yang hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat diuji
melalui instropeksi. Dengan adanya kesadaran agama dalam diri seseorang yang akan
ditunjukkan melalui aktivitas keagamaan, maka munculah pengalaman beragama.
Sedangkan yang dimaksud dengan kematangan dalam beragama, yaitu kemampuan
seseorang untuk memahami, menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama
yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Ia menganut suatu agama karena menurut
keyakinannya, agama tersebutlah yang terbaik. Keyakinan itu ditampilkannya dalam
sikap dan tingkah laku keagamaan yang mencerminkan ketaatan terhadap agama.
Faktor – faktor kematangan terdiri dari 2, yaitu :
1. Faktor diri sendiri, yang terbagi menjadi 2 yaitu; kapasitas (kemampuan ilmiah /
rasio dalam menerima ajaran-ajaran itu terlihat perbedaannya antara seseorang yang
berkemampuan dan kurang berkemampuan), pengalaman (semakin luas pengalaman
seseorang dalam bidang keagamaan maka akan semakin mantap dan stabil dalam
melakukan aktivitas keagamaan). Adapun faktor intern yang mempengaruhi sikap
keberagaman seseorang yaitu temperamen, gangguan jiwa, konflik dan keraguan
dan juga jauh dari Tuhan.

2. Faktor luar, ada 2 faktor luar yang mempengaruhi sikap keagamaan seseorang, yaitu
musibah dan kejahatan.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis sangat menyadari banyak
sekali terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Tentunya, penulis akan
selalu memperbaiki atau merevisi kesalahan-kesalahan berdasarkan ketentuan pembuatan
makalah dan juga sumber atau referensi yang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kepada para pembaca sekiranya
menyumbangsihkan saran dan kritikan yang membangun dan positif terhadap makalah
yang kami buat. Kami ucapkan terima kasih.

5
DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin, Psikologi Agama. (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2016).

Meiyanto, Sito, dkk., Komitmen Organisasai: Sebuah Studi Dalam Konteks Pekerjaan

Indonesia, Jurnal Psikologi, (Yogyakarta : Vol 1, No 1. 1999).

Tim pustaka phonix, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi baru, Jakarta, Pustaka

phonix, 2009, cet. IV.

Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta, Kalam Mulia, 2011, cet. 9,

Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Grafindo Persada, 2004.

Anda mungkin juga menyukai