Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA

Tentang

PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA ORANG DEWASA DAN


USIA LANJUT

Disusun Oleh :

Sherilla Nava Angel Gea : 2214010006


Annisa’ Fitri : 2214010016
Sumiani Hasibuan : 2214010019
Maria Bintang Hasibuan : 2214010025

Dosen Pengampu :

Dr. Rehani, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI A)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

IMAM BONJOL PADANG

1445H/2023M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah menyertai kami dan
mencurahkan rahmat serta kasih-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
Psikologi Agama yang berjudul "Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Orang
Dewasa dan Usia Lanjut”. Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Tak akan kami lupakan pula untuk mengucap terimakasih
yang mendalam bagi orang tua kami yang telah memberi fasilitas yang mendukung
bagi pembuatan makalah ini. Kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi Agama
yakni, Dr. Rehani, M.Ag. yang dengan sabar dan penuh telah membagikan ilmu
yang berharga dalam pembuatan tugas ini. Serta teman-teman dan semua pihak yang
telah mendukung proses pembuatan makalah ini.

Sebagai pemakalah kami menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan


yang membuat makalah ini kurang sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik untuk menyempurnakan makalah ini. Kami berharap makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan kita semua dapat memahami tentang perkembangan
jiwa keagamaan pada dewasa dan lanjut usia. Kami meminta maaf atas kesalahan
kata.

Padang, 2 Oktober 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa .......................................................... 2

B. Sikap Keberagamaan Pada Usia Lanjut.............................................................. 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 7

B. Saran ................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna jika dibandingkan
dengan ciptaan Allah SWT. Yang lainnya. Kesempurnaan tersebut dapat dilihat
dari berbagai sisi diantaranya manusia adalah makhluk yang eksploratif dan
potensial. Dikatakan eksploratif karena manusia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia disebut juga
makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan
bawaan seperti potensi akal (pikiran). Potensi qolb (hati) dan potensi nafsu yang
menghiasi kehidupan.
Sedangkan agama adalah bentuk pengakuan terhadap adanya hubungan
manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatuhi. Kekuatan ghaib itu
menguasai manusia dan mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. Agama
dapat juga berarti ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan melalui perantara Nabi
dan Rasul.Jiwa keagamaan yang termasuk kedalam aspek rohani akan sangat
Tergantung pada perkembangan aspek fisik. Demikian pula sebaliknya. Oleh
Karena itu, sering dikatakan bahwa kesehatan fisik akan mempengaruhi
Kesehatan mental.
Dari uraian diatas, menarik bagi kami untuk membahas perihal
Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut dan dalam
pengambilan judul makalah ini, kami bermaksud untuk memberikan sedikit
informasi mengenai perkembangan jiwa keagamaan kepada para pembaca agar
dapat mengetahui dan mengerti tentang materi yang sampaikan ini. Sehingga
pembaca dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan sikap keberagamaan pada orang dewasa?
2. Apa yang di maksud dengan Sikap keberagamaan pada usia lanjut?

C. Tujuan penulisan

1.untuk mengetahui sikap keberagamaan pada orang dewasa.


2.untuk mengetahui Sikap keberagamaan pada usia lanjut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa


Pada umumnya, ketika individu telah memasuki masa dewasa, ia telah
mencapai kemampuan dan kematangan, baik secara psikologis, sosial, maupun
ekonomi. Namun tidak demikian halnya dengan perilaku beragama. Cark
mensinyalir bahwa masih sangat banyak orang dewasa yang belum matang
perilaku beragamanya. Hal ini terlihat dari masih ada ciri-ciri perilaku beragama
pada masa kanak-kanak yang dibawa ke masa remaja dan juga menetap pada
masa dewasa, ya itu pola perilaku beragama yang ritualistik. Masih banyak orang
dewasa yang melaksanakan ritual keberagaman itu sebagai suatu bentuk kebiasaan
yang dibawa sejak masa kanak-kanak belaka.1
Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh
karena adanya pertentangan antara kecenderungan untuk menetapkan hubungan
dengan kecenderungan untuk mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan untuk
berbagi perasaan, bertukar pikiran dan memecahkan berbagai problem kehidupan
dengan orang lain. Mereka menginjak usia ini (sekitar 25-40 tahun) memiliki
kecenderungan besar untuk berumah tangga. 2 Kehidupan sosial yang lebih luas
serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan dengan latar belakang
kehidupannya.
Pada usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah
menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa sudah memahami nilai-
nilai yang dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan
kepribadian yang mantap.
Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran
tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah
memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik yang
bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain
dalam kehidupan. Pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas
pertimbangan pemikiran yang matang. 3
Berdasarkan hal ini, maka sikap keberagamaan seorang diusia dewasa sulit
untuk diubah. Jika pun terjadi perubahan mungkin proses itu terjadi setelah
didasarkan atas pertimbangan yang matang. Dan sebaliknya, jika seorang dewasa

1
Ramadan Lubis, Psikologi Agama, (Medan: Perdana Publishing, 2019), h. 125
2
Iswati, Kuliyatun, Psikologi Agama, (Lampung: Agree Media Publishing, 2019), h. 42
3
Ibid, h. 43

2
memilih nilai yang bersumber dari nilai-nilai non-agama, itu pun akan
dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya.
Dan jika nilai-nilai agama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup,
maka sikap keberagamaan akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka. Sikap
keberagamaan seorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan ajaran agama
yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan akal sehat.
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, sikap keberagamaan pada
orang dewasa yaitu:
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang
matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realistis, sehingga norma-norma agama lebih banyak
diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha
untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung
jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap
hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan
beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran dan hati nurani. 4
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian
masing-masing.
8. Terlihat adanya hubungan antara sikap dan keberagaman dengan
kehidupan sosial. 5
Sejalan dengan sikap keberagamaan pada masa dewasa, psikologi Agama
dalam melaksanakan berbagai macam penelitian empiris maupun melaksanakan
analisis teoritik dengan tahap-tahap perkembangan keagamaan. Penelitian ini
berkaitan ada beberapa konsep keagaaman yaitu :
1. Konsep Tuhan
Penelitian yang dilakukan oleh Harms ditekankan pada perkembangan
anak dan remaja, khususnya berkaitan dengan konsep tentang Tuhan. Dapat
melalui cerita dongeng agar mendapatkan pelajaran-pelajaran dari sekolah.

4
Taufik, Psikologi Agama, (Mataram: Sanabil, 2020), h. 94
5
Ramadan Lubis, Op. Cit, h. 136

3
2. Konsep Do'a
Penelitian terbaru tentang konsep doa dilakukan oleh Tamminen pada
tahun 1991, yang bingung mengetahui kapan terjadi perubahan energi doa yang
masih bersifat permintaan dan doa-doa bukan permintaan. Pada anak-anak usia
kelas 3 sampai 9 terjadi perubahan pada doa yang dipanjatkan.
3. Identitas Agama
Dalam satu respon perkembangan yang perlu diperhatikan adalah tentang
identitas diri. Dalam perkembangan seorang anak akan belajar tentang dirinya
sendiri. Salahnya berkaitan dengan identitas jenis kelamin, afiliasi sekolah,
afiliasi kelompok tertentu. Salah satu identitas yang dipelajari dalam afiliasinya
dengan kelompok agama tertentu.6

B. Sikap Keberagamaan Pada Usia Lanjut


Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Bagi manusia normal,
siapa pun dia, tentunya akan telah siap untuk menerima keadaan baru dalam setiap
fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya.
Namun, ada beberapa orang yang mengalami kesulitan dalam beradaptasi.
Adaptasi seseorang dalam fase usia lanjut ini sangat dipengaruhi oleh keagamaan
seseorang tersebut.
Hurlock (1999) menyatakan bahwa usia lanjut lebih cenderung pada hal-
hal yang tidak menyenangkan dan hal ini dapat berimbas pada beberapa aspek
penurunan fisik atau psikis. Sehingga tidak sedikit orang usia lanjut yang menjadi
cerewet dan serba salah. Hal ini tergantung dari masing-masing individu
bagaimana dia mengontrol dirinya dalam melewati masa labil, masa di mana
terdapat hal-hal yang tidak menyenangkan. Sehingga dibutuhkan tawakal yang
baik serta tingkat kontrol diri yang tinggi agar individu tidak terjerumus pada hal-
hal negatif yang membawa pada tekanan mental.
Mengenai kehidupan keagamaan usia lanjut William James menyatakan,
bahwa umur keberagamaan yang sangat luar biasa tampaknya justru terdapat pada
usia tua, ketika gejolak kehidupan seksual sudah berakhir. Adapun Robert H.
Thouless cenderung berkesimpulan bahwa yang menentukan berbagai sikap
keagamaan di umur tua di antaranya adalah depersonalisasi. Kecenderungan
hilangnya identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepatnya akan datang kematian
merupakan salah satu faktor yang menentukan berbagai sikap keagamaan di usia
lanjut.

6
Iswati, Kuliyatum, Op. Cit, h. 45

4
Sikap keagamaan seseorang dipengaruhi oleh tingkat usia. Pertumbuhan
jasmani mengalami perubahan penurunan menjelang manusia menapak usia
senjanya. Proses penurunan kemampuan fisik ini ikut memberi pengaruh dalam
perkembangan psikis, khususnya yang terkait dengan aspek spiritualitas. Namun,
pengaruh itu berlaku sebaliknya, yakni terjadi peningkatan pada nilai-nilai
spiritual.7
Secara garis besar ciri-ciri keberagaman diusia lanjut
1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat
kemantapan.
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keaga- maan.
3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat
secara lebih sungguh-sungguh.
4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan salingcinta
antarsesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan
pertambahan usia lanjutnya.
6. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan
pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya
kehidupan abadi (akhirat).

Perlakuan Terhadap Manula


Di lingkungan peradaban Barat, upaya untuk memberi perlakuan
manusiawi kepada para manusia usia lanjut dilakukan dengan menem- patkan
mereka di panti jompo. Di panti ini para manusia usia lanjut mendapat perawatan
yang intensif. Lain dengan konsep Islam, perla-kuan terhadap orang tua yang
berusia lanjut dibebankan kepada anak-anak mereka, bukan kepada badan atau
panti asuhan termasuk panti jompo. Sebagai pedoman dalam memberi perlakuan
yang baik kepada orang tua, Allah Swt. menyatakan:

‫ضى َربُّكَ أ َ اَّل ت َ ْعبُدُوا إِ اَّل إِيااه وبالوالدين احس بما يبلغن عندك الكبير أحد ُ ُه َما أ َ ْو ِكلَ ُه َما فَ ََل نقل‬َ َ‫َوق‬
‫اللهر ُه َما َوقُل لا ُه َما قَ ْو اَّل ك َِري اما‬
ُ ‫لهما أن إَّل‬

Artinya : "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak Jika salah
7
Mulyadi, Adriantoni, Psikologi Agama, (Jakarta : Kencana, 2021), h. 138

5
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam peme-
liharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik". (QS. al-Isra' [17]: 23)
Al-Misbah menafsirkan ayat di atas sebagai berikut
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya mencapai ke-
tentuan, yakni berumur lanjut atau atau dalam keadaan lemah sehingga mereka
terpaksa berada di sisimu, yakni dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" atau suara dan
kata yang mengandung makna kemarahan atau pelecehan atau kejemuan. Walau
sebanyak dan sebesar apa pun pengabdianmu dan pemeliharaanmu kepadanya dan
janganlah engkau membentak keduanya menyangkut dengan apa pun yang
mereka lakukan, apalagi melakukan lebih buruk dari membentak dan ucapkanlah
kepada keduanya sebagai ganti membentak, bahkan dalam setiap percakapan
dengannya perkataan yang mulia, yakni perkataan yang mulia, yakni perkataan
yang baik, lemut, dan penuh kebaikan serta penghormatan."
Terlihat dalam Islam, manusia usia lanjut dipandang tak ubahnya seorang
bayi yang memerlukan pemeliharaan dan perawatan serta ba- gian khusus yang
penuh kasih sayang. Perlakuan yang demikian tidak dapat diwakilkan oleh siapa
pun, melainkan menjadi tanggung jawab anak-anak mereka. Perlakuan yang baik
dan penuh kesabaran serta kasih sayang yang dinilai sebagai kebaktian.
Sebaliknya, perlakuan yang tercela dinilai sebagai kedurhakaan.
Perlakuan terhadap manusia lanjut menurut Islam merupakan ke-wajiban
agama, maka sangat tercela dan dipandang durhaka bila seseorang anak tega
menempatkan orang tuanya di tempat penampungan atau panti jompo. Alasan apa
pun tak dapat diterima bagi perlakuan itu. 8

8
Ibid, h. 138-140

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, sikap perkembangan pada masa
dewasa yaitu pada usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah
menyadari makna hidup. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan
kepribadian yang mantap.
Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran
tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah
memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik yang
bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain
dalam kehidupan. Pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas
pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap
keberagamaan seorang diusia dewasa sulit untuk diubah. Jika pun terjadi
perubahan mungkin proses itu terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang
matang. Dan sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari
nilai-nilai non-agama, itu pun akan dipertahankannya sebagai pandangan
hidupnya.
Sikap perkembangan pada masa usia lanjut yaitu bahwa umur
keberagamaan yang sangat luar biasa tampaknya justru terdapat pada usia tua,
ketika gejolak kehidupan seksual sudah berakhir. Ada juga yang menentukan
berbagai sikap keagamaan di umur tua di antaranya adalah depersonalisasi.
Kecenderungan hilangnya identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepatnya akan
datang kematian merupakan salah satu faktor yang menentukan berbagai sikap
keagamaan di usia lanjut.
Sikap keagamaan seseorang dipengaruhi oleh tingkat usia. Pertumbuhan
jasmani mengalami perubahan penurunan menjelang manusia menapak usia
senjanya. Proses penurunan kemampuan fisik ini ikut memberi pengaruh dalam
perkembangan psikis, khususnya yang terkait dengan aspek spiritualitas. Namun,
pengaruh itu berlaku sebaliknya, yakni terjadi peningkatan pada nilai-nilai
spiritual.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis merasa banyak sekali kekurangan
dan keterbatasan sehingga perlu penyempurnaan serta kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini dimasa yang akan
datang.

7
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, Adriantoni. 2021. Psikologi Agama. Jakarta : Kencana.


Iswati, Kuliyatun. 2019. Psikologi Agama. Lampung: Agree Media Publishing.
Taufik. 2020. Psikologi Agama. Mataram: Sanabil.
Lubis, Ramadhan. 2019. Psikologi Agama. Medan: Perdana Publishing,.

Anda mungkin juga menyukai