Anda di halaman 1dari 11

NAMA : EKA GIARTI

NIM : 11840222686
KELAS : BKI KM 5 B
MATKUL : UTS PSIKOLOGI AGAMA
DOSEN PENGAMPU : Linda Astuti S.Psi M.Si

Soal- Soal
1. Kesehatan mental dan pendidikan agama memiliki hubungan yang sangat
erat. Agama mampu memberikan ketenangan batin pada seseorang dan
mempengaruhi kejiwaannya. Kepercayaan dari agama yang diyakininya
mampu membentuk kejiwaan seseorang dan berpengaruh terhadap
perilakunya sehingga mencerminkan kejiwaan seseorang. Maka dari itu,
jelaskan apa fungsi dan manfaat dari psikologi agama !
= fungsi dari psikologi agama
 Psikologi agama sejalan dengan ruang lingkup kajiannya telah banyak memberi
sumbangan dalam memecahkan persoalan kehidupan manusia dalam kaitannya
dengan agama yang dianutnya. Kemudian bagaimana rasa keagamaan itu tumbuh dan
berkembang pada diri seseorang dalam tingkat usia tertentu, ataupun bagaimana
perasaan keagamaan itu dapat mempengaruhi ketentraman batinnya, maupun berbagai
konflik yang terjadi dalam diri seseorang hingga ia  menjadi lebih taat dalam
menjalankan ajaran agamanya atau meninggalkan ajaran itu sama sekali

Adapun manfaat psikologi agama sebagai berikut :

1. Keimanan
Salah satu fungsi utama dari psikologi agama dalam kehidupan sehari – hari
adalah untuk meningkatkan keimanaan. Karena dalam psikologi agama tersebut
apa yang di cari dalam dunia ini tidak akan dibawa dalam kehidupan akhirat
nantinya, namun yang dibawa hanyalah amal dan perbuatan selama berada di
muka bumi ini.
2. Perubahan Emosional
Pada umumnnya perubahan emosional pada seseorang tentunya berubah – ubah
dan bisa saja terjadi diluar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan seseorang.
Dengan mempelajari dan mempraktekkan psikologi agama ini dalam
kehidupannya sehari – hari maka diharapkan dapat mengelola emosi sebaik
mungkin.

3. Perilaku
Pada umumnya seseorang yang mengerti psikologi agama, tentunya akan dekat
dengan agama juga. Jika seseorang sudah dekat dengan agama maka akan
bermanfaat atau berpengaruh terhadap perilakunya dalam kehidupannya sehari –
hari tentunya.

4. Pemecahan Masalah
Psikologi agama ini juga bermanfaat bagi seseorang dalam hal pemecahan masalah.
Pada umumya jika seseorang mengerti akan psikologi agama maka bisa dipastikan
cara pandang seseorang tersebut dalam menghadapi masalah juga akan berbeda,
begitupun dalam pemecahan masalah tersebut.
5. Pengaruhnya Terhadap Etos Kerja
Psikologi agama ini juga memberikan manfaat bagi seseorang dalam hal etos
kerjanya. Karena dalam psikologi agama bekerja merupakan sebuah ibadah, jadi jika
dirasa pekerjaan adalah sebah ibadah, maka sudah seharusnya pekerjaan itu dilakukan
dengan sepenuh hati dan dengan perasaan bertanggung jawab kepada sang pencipta
pekerjaan itu sendiri.
6. Memberi Bimbingan Dalam Hidup
Dalam kehidupan sehari – hari ketika mendapatkan suatu masalah tentunya hal
tersebut adalah hal yang normal ya sobat, namun yang terpenting adalah bagaimana
menjadikan masalah tersebut sebagai jalan untuk mendekatkan diri pada sang
pencipta, serta menjadikannya sebagai bimbingan hidup.
7. Menghargai Kesusahan Hidup
Hidup sudah dan senang bukanlah suatu masalah dalam psikologi agama. Yang
terpenting adalah bagaimana cara kita untuk melihat atau menghargai nilai kehidupan
tersebut dari sudut pandang yang berbeda. Dengan melakukan hal yang demikian,
maka kita diharapkan dapat menghargai kesusahan hidup ini adalah bagian dari
kehidupan yang harus kita syukuri.
8. Penawar Gangguan Jiwa
Keadaan hidup maupun masalah yang datang silih berganti tidaklah diketahui oleh
siapaun. Semua itu sudha diatur dan sudah ada skenarionya sendiri dalam rancangan
sang pencipta. Banyak orang yang tidak tahan dengan ujian hidup yang begitu berat,
dan tidak jarang ada yang mengalami gangguan pada mental atau jiwanya. Dengan
mengerti dan menerapkan psikologi agama ini, maka diharapkan dapat menjadi
penawar hati bagi mereka yang terganggu jiwa dan mentalnya.
9. Menentramkan Batin
Pada umumnya jika seseorang dekat dengan sang pencipta atau Tuhannya, maka akan
sangat berbeda dengan orang yang biasa. Jika seseorang sudah mengerti dan
menerapkan psikologi agama ini dalam kehidupannya, maka segala bentuk masalah
apapun yang datang silih berganti, tidak akan berpengaruh pada dirinya, dan akan
tetap bisa menentramkan batinnya lewat imannya kepada Tuhannya karena sudah
menerapkan psikologi agama ini dalam kehidupannya.
10. Menciptakan Kebahagiaan Bagi Orang di Sekitarnya
Salah satu manfaat yang sangat penting dari psikologi agama ini adalah kita sebagai
pribadi ciptaanNya, dapat menbawa atau menciptakan kebahagiaan dan ketentraman
bagi lingkungan sekitar kita. Karena dengan mempelajari ilmu psikologi kita bisa
memberikan dampak positif kepada orang di sekitar kita tentang apa arti kehidupan
ini yang sesungguhnya, yaitu hidup yag harus bisa saling melengkapi dan menolong
serta saling memberi satu dengan yang lainnya.

2. Jelaskan perkembangan beragama pada remaja dan orang dewasa !


= perkembangan beragama pada remaja
Sejalan dengan tahap perkembangan jasmani dan rohaninya, maka agama pada
remaja turut dipengaruhi perkembangan itu. Maksudnya, penghayatan para remaja
terhadap agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak
berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut.
Perkembangan agama pada masa remaja ditandai oleh beberapa faktor
perkembangan rohani dan jasmaninya. Ide dan unsur keyakinan beragama
diterima dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat
kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun
sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi, dan norma-norma
kehidupan lainnya. Berdasarkan penelitian, bahwa agama yang ajarannya bersifat
lebih konservatif lebih banyak berpengaruh bagi para remaja untuk tetap taat pada
ajaran agamanya. Sebaliknya, ajaran agama yang kurang konservatif-dogmatis
dan agak liberal mudah merangsang pengembangan pikiran dan mental para
remaja, sehingga mereka banyak meninggalkan ajaran agamanya. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan pikiran dan mental remaja mempengaruhi
sikap keagamaan mereka.
Perkembangan beragama pada orang Dewasa
Pada umumnya, ketika seorang telah mencapai usia dewasa, dia sudah mempunyai
banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman. Bila mereka melanjutkan studi, berarti
telah berada pada pendidikan tinggi. Sedangkan selainnya mereka langsung
berhadapan dengan maslah pekerjaan, masalah kemasyarakatan dan perkawinan.
Dalam menghadapi beberapa permasalahan itu diantara mereka ada yang mampu
menyelesaikan dengan sukses dan ada pula yang menglami kegagalan. Kegagalan
yang dialami oleh orang dewasa dianggap sebagai suatu kewajaran. Memang
terkadang juga menimbulkan kegoncangan jiwa, namun karena pada dasarnya
pada usia dewasa ini mempunyai kesiapan mental, maka mereka mampu
mengendalikan diri (Ramayulis, 2002:273)
Kemantapan jiwa orang dewasa setidaknya memberikan gambaran tentang
bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah memiliki
tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik sistem nilai yang
bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain
dalam kehidupan. Pokoknya, pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas
pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap
keberagamaan seseorang di usia dewasa sulit untuk berubah. Jika pun terjadi
perubahan mungkin proses itu terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang
matang.
Sikap keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas
nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, sikap keberagamaan ini umumnya juga
dilandasi oleh pendalaman dan pengertian dan perluasan pemahaman tentang
ajaran agama yang dianutnya. Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan
sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.Sejalan dengan tingkat perkembangan
usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang,
bukan sekedar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak
diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran, dan norma-norma agama, dan berusaha untuk
mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab
diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan
beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas
pertimbangan hati nurani.
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah ke tipe-tipe kepribadian masing-
masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima,
memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial,
sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan yang sudah
berkembang (Jalaludin, 2008:107-108).

3. Jelaskan apa saja objek kajian Psikologi Agama serta bagaimana metode
yang digunakan dalam Psikologi Agama ! jika anda berencana melakukan
penelitian dengan kajian psikologi agama sekiranya metode mana paling
sesuai yang akan anda gunakan? Jelaskan alasan anda!
= objek kajian psikologi agama
psikologi agama merupakan salah satu kajian empiris umat beragama. Artinya,
dasar-dasar keyakinan dan pemahaman seseorang dapat diteliti secara empiris
melalui tingkah laku seseorang dari pemahamannya terhadap agama yang
diyakininya. Dalam konsep psikodiagnostik, perilaku beragama seseorang
dipahami melalui penafsiran terhadap tanda-tanda tingkah laku, cara berjalan,
langkah, gerak isyarat, sikap, penampilan wajah, suara dan seterusnya (lihat
Hamdani, 2002: 129).
Metode yang sesuai digunakan
Observasi, karena menurut saya kita dapat mengamati secara langsung ketaatan
beragama seorang individu serta karena kesadaran beragama pada individu juga
didasari pada lingkungan tempatnya tinggal. Jadi dengan mengobservasi secara
langsung peneliti dapat ikut masuk kedalam ruang lingkup objek individu yang
ingin diteliti.

4. “Kecerdasan Intelektual” yang lebih dikenal dengan IQ memegang peranan


penting dalam kehidupan, Daniel Goleman memperkenalkan EQ
“Kecerdasan Emosional”. Konsep kecerdasan emosional membuat orang
mulai menyadari bahwa kesuksesan dapat dicapai bila ada keseimbangan
antara “Kecerdasan Intelektual” dan “Kecerdasan Emosional.” Sejalan
dengan yang disampaikan oleh Prof. Eka Srimulyani, M.A., Ph.D pada
kuliah umum Senin tanggal 23 November 2020. Disamping kedua kecerdasan
di atas, ada kecerdasan lain yang dimiliki manusia yaitu kecerdasan
spiritual Spritual Quotient (SQ) yang merupakan landasan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Mengapa demikian? Jelaskan !
= Akan tetapi SQ dari barat tersebut belum atau bahkan menjangkau ketuhanan.
Pembahasannya baru sebatas tataran biologi atau psikologi semata, tidak bersifat
transedental. Akibatnya kita masih merasakan adanya “kebuntuan”.
Maka muncullah teori ESQ (Emotional and Spiritual Quotient), dan kita patut
bersyukur karena teori ini ditemukan di Indonesia oleh Ary Ginanjar Agustian
beberapa tahun yang lalu. Beliau mengatakan bahwa kebenaran sejati, sebenarnya
terletak pada suara hati yang bersumber dari Spiritual Center ini, yang tidak bisa
ditipu oleh oleh siapapun, atau oleh apapun, termasuk diri kita sendiri. Hal ini
digambarkan beliau dalam ESQ model erdasarkan Rukun Islam dan Rukun Iman.
Esensi dari teori ESQ ini adalah :
*Kita bisa melihat kebenaran jika emosi kita jernih. Beliau menemukan bahwa
ada beberapa hal yang dapat menutupi kejernihan emosi kita yaitu: pengaruh
prasangka negatif, pengaruh prinsip hidup, pengaruh pengalaman, pengaruh
kepentingan & prioritas, pengaruh sudut pandang, pengaruh pembanding, dan
pengaruh literatur.
*Alam pikiran sangat berpengaruh dalam kesuksesan, dan cara membangunnya
adalah melalui Rukun Iman, sehingga nantinya akan terbentuk karakter manusia
yang memiliki tingkat kecerdasan emosi dan spiritual yang tinggi seperti keadaan
awal fitrah manusia.
*Perlunya pengasahan hati yang telah terbentuk melalui Rukun Islam yang terdiri
atas : pernyataan misi melalui dua kalimat Syahadat, pembangunan karakter
melalui Shalat, pengontrolan diri melalui Puasa, Hubungan sosial melalui Zakat
dan total aksi melalui Haji. Hal ini dilakukan secara sistematis.

5. Bagaimana kondisi kejiwaan individu yang bergonta ganti keyakinan? Apakah


bisa dikatakan jiwanya bermasalah? jelaskan !
= Dalam rangka individu mencapai tujuan kadang-kadang atau justru sering individu
menghadapi kendala, sehingga ada kemungkinan tujuan tersebut tidak dapat tercapai.
Apabila individu tidak mencapai tujuan dan individu tidak dapat mengerti secara baik
mengapa tujuan itu tidak dapat dicapai, maka individu akan mengalami frustasi atau
kecewa. Ini berarti bahwa frustasi timbul karena adanya blocking dari prilaku yang
disebabkan adanya kendala yang menghadapinya. Individu yang mengalami frustasi
dapat mengalami depresi, merasa bersalah, rasa takut dan sebagainya. Dalam kasus
seperti ini ya bisa dikatakan bahwa jiwa klien yang berpindah-pindah agama tersebut
bermasalah karena ketidakstabilan emosi dan hanya berfokus pada kecewa dan
frustasi dengan terombang ambing memilih agama. Padahal sejatinya semua agama
mengajarkan pemeluknya untuk melakukan kebaikan.

6. Di dalam Al-qur’an sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat Ar-
Rum ayat 30 yang berarti:
َ Aَ‫دِّينُ ا ْلقَيِّ ُم َولَ ِكنَّ َأ ْكث‬A‫ َك ال‬Aِ‫ق هَّللا ِ َذل‬A
‫ر‬A َ َّ‫ َر الن‬Aَ‫ َرةَ هَّللا ِ الَّتِي فَط‬A‫ا فِ ْط‬AAً‫دِّي ِن َحنِيف‬A‫فََأقِ ْم َو ْج َه َك لِل‬
ِ A‫ ِدي َل لِ َخ ْل‬A‫ا ال تَ ْب‬AA‫اس َعلَ ْي َه‬
‫س ال يَ ْعلَ ُمون‬
ِ ‫النَّا‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,


tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Itulah agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

Ayat tersebut menyatakan bahwa secara fitrah, manusia adalah makhluk


beragama. Secara naluri manusia pada hakikatnya selalu meyakini adanya
Tuhan Yang Maha Kuasa. dengan kata lain, pengetahuan dan pengakuan
terhadap tuhan sebenarnya telah tertanam secara kokoh dalam fitrah
manusia. Namun dengan berbagai kesibukan manusia untuk memenuhi
berbagai tuntutan dan berbagai godaan serta tipu daya duniawi yang lain
telah membuat pengetahuan dan pengakuan tersebut kadang-kadang
terlengahkan, bahkan ada yang berbalik mengabaikan (Ateis). Mengapa hal
demikian bisa terjadi? jelaskan !
= Doktrin bahwa agama menyebabkan tindakan kekerasan telah melahirkan ateis
lebih banyak dari aliran pemikiran filsafat mana pun. “Religion makes enemy
instead of friends. That one word, ‘religion’ covers all the horizon of memory
with visions of war, of outrage, of persecution, of tyranny, and death,” Ingersoll,
ateis Amerika yang terkenal itu, menjelaskan.
Setelah itu, para ateis internasional mengumpulkan setumpuk data tentang
keterlibatan agama dalam berbagai peperangan dalam sejarah. Richard Dawkins
membagi bab-bab dalam bukunya, god is not great (semuanya dengan huruf
kecil) berdasarkan kontribusi setiap agama pada pembunuhan, peperangan, dan
kekejaman.
Khusus tentang tindakan kekerasan kaum Muslim, kaum Fundamentalis Kristen
memasukkan bensin pada bara yang sudah terbakar. Dengan melupakan tindakan
kekerasan umat Kristiani sendiri dalam sejarah, mereka hanya menunjuk Islam
sebagai satu-satunya agama yang mengajarkan terorisme. Misalnya, pada
Oktober 2002, dalam acara nasional CBS, pendeta fundamentalis Kristen, Gerry
Falwell, menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai teroris.

7. Menurut pendapat anda apakah agama itu pro dengan psikologi atau malah
bermusuhan? Jelaskan !
= menurut saya agama itu pro dengan psikologi karena Agama mengatakan bahwa
mati itu niscaya. Jadi untuk apa takut pada mati. Justru dengan itu,
mengoptimalkan hidup yang sebentar ini menjadi hal yang harus dilakukan.
Carlf gustaf Jung mengatakan agama sebagai jalan menuju keutuhan. Memang
sebagaiman James, Jung tidak mempermasalahkan institusi agama, tapi
menmusatkan perhatiannya pada individu agama yang saleh. Ia mencurahkan
perhatiannya pada bagaimana kesadaran akan yang batin yang membantu pada
proses individuasi atau keutuhan. Menurut Jung tradisi keagamaan dengan
mitosnya, ritual, dan citra keagamaan sangat membantu memercepat keutuhan.
Keutuhan pribadi yang lebih tinggi membawa orang pada kesadaran untuk
melepaskan diri dari kehidupan sebagai persiapan alamiah menunggu
mati.Seseorang betul betul hidup bila memasukan kematian kedalam kehidupan.
Jiwa tak sadar tidak mempersoalkan kematian, tapi dia berkepentingan denagn
cara bagaiman kita mati, denagn cara bagaiman kita menyelesaikan urusan kita
denagn orang lain. Hal ini sejalan dengan psikologi kolektif.

8. Anak dilahirkan dengan sistem penciptaan terbaik oleh Allah SWT, ia telah
memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini
memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang
mantap lebih-lebih pada anak usia dini. Perkembangan jiwa keagamaan
pada anak hampir sepenuhnya autoritas, maksudnya konsep keagamaan itu
akan bekembang pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri
mereka. Sebutkan hal apa saja yang seharusnya dilakukan oleh orang
dewasa terutama orang tua dalam membimbing anak agar anak memiliki
jiwa keberagamaan yang stabil, jelaskan langkah konkretnya !
= Minat anak-anak terhadap agama sangat dipengaruhi oleh kondisi jiwa anak-
anak yang suka meniru, menjelajah, ingin tahu, ingin mencoba, dan sejenisnya.
Anak-anak mengenal Tuhan melalui bahasa orang-orang di sekitarnya. Konsep
anak-anak mengenal agama bersifat rill, dalam arti anak-anak menafsirkan apa
yang dilihatnya dengan apa yang diketahuinya. Pengajaran agama dengan
menggunakan cerita sangat cocok untuk anak-anak usia dini.
Baik buruknya perkembangan jiwa beragama pada anak-anak sangat
dipengaruhi oleh pendidikan agama oleh orang tuanya atau pendidik lainnya.
Bandura mengatakan melalui proses identifikasi seorang anak mulai menerima
sifat-sifat pribadi dan tingkah laku tertentu sebagai sesuatu yang berguna agar bisa
sesuai dan diterima orang lain. Hal ini disebabkan karena anak memang suka
meniru, terutama meniru orang tuanya atau pengasuhnya yang selalu dilihat atau
didengarnya setiap hari. Pentingnya proses peniruan ini mengajak kita semua
untuk bisa dijadikan teladan yang baik bagi anak. Seorang anak yang selalu
melihat orang tuanya shalat, mengaji, berbuat baik, akan mempunyai kesan yang
positif terhadap pengalaman ajaran agama. Sehingga mereka tertarik juga
mengerjakan ibadah-ibadah tersebut.
Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Jiwa Beragama Pada Anak Usia Dini
1. Mengenalkan konsep ke Tuhanan kepada anak
Ini adalah peran orang tua yang paling mendasar dimana orang tua wajib
untuk memperkenalkan konsep mengenal keberadaan Tuhan kepada anaknya.
Orang tua bisa menunjukkan kepada anak mengenai ciptaan Tuhan dan berbagai
peristiwa yang dapat dihubungkan dengan kekuasaan Tuhan, misalnya bunga-
bunga yang indah, dan lain sebagainya.
2. Mengajak anak beribadah
Orang tua dapat memperkenalkan cara beribadah tersebut kepada anak tanpa
susah payah, yaitu dengan penerapan yang biasa dilakukan sehari-hari. Anak akan
melihat kebiasaan orang tua beribadah di rumah, terutama orang tua yang benar-
benar memahami ajaran agamanya sendiri.

9. Ada seorang muslim yang tergolong taat dalam menjalankan perintah


agama, seperti ibadah wajib, dan ibadah sunnah, akan tetapi ia masih
melakukan kejahatan yang sering kali berhubungan dengan sesama muslim
lainnya. Bagaimana anda sebagai seorang konselor menyikapi kasus seperti
ini? Jika dilihat dari sudut pandang psikologi agama ? jelaskan !
= Saya melihat ada kesalahan dari kebanyakan masyakarat kita dalam melihat atau
memahami tentang kesalehan. Kesalehan masih dipahami sebagai kesalehan
individual. Kalau orang taat beribadah, penampilannya religius atau sering
mengajari orang sekitarnya mengaji misalnya, masyarakat langsung
mempersepsikannya sebagai orang baik. Orang saleh. Ini bukan hanya dalam
masalah korupsi saja, tetapi juga dalam masalah terorisme. Secara personal
mereka adalah orang yang taat dalam beragama. Tetapi itu saja belum cukup.
Kesalehan dalam beragama juga harus bisa diwujudkan secara sosial. Sebagai
ekspresi wujud keimanan kita dalam menggunakan anggota tubuhnya. Keimanan
itu tidak cukup hanya dengan hati (tashdiq bil qalbi), tetapi juga dengan lisan
(iqrar bil lisan) dan tetapi juga dengan amal perbuatan (amal bil arkan).
Amal perbuatan itu bisa dengan melakukan perbuatan yang baik. Yang bersifat
personal misalnya berzina, berjudi, miras, menolong orang lain. Tetapi tidak
hanya di situ, bisa juga menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang.
Misalnya menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan banyak
orang, seperti menyakiti orang lain, mencuri atau korupsi.
Maka dalam pengajaran agama, metode pun selain menekankan pada aspek ritual
yang bersifat personal, tetapi juga memberikan pengajaran yang bersifat kesalehan
sosial. Keduanya harus berimbang. Jadi tidak bisa juga kalau ada yang
mengatakan, tidak shalat tidak apa-apa, yang penting berbuat baik, tidak tidak
korupsi.
Membangun budaya masyarakat yang berintegritas memang buka pekerjaan
instan. Tidak bisa dilakukan dadakan, secara tiba-tiba. Penanaman nilai-nilai ini
harus dilakukan sejak kecil.
Sejak awal sudah ditanamkan, misalnya ‘”Kalau kamu membuang sampah
sembarangan kamu bukan orang yang beriman. Kalau kamu menyakiti teman,
kamu bukan orang beriman”’. Dan tentu saja diterangkan juga dampaknya
terhadap orang lain. Itu harus ditanamkan sejak awal. Dari sisi pengajarnya juga
harus orang-orang yang benar-benar mempunyai integritas dan sekaligus yang
mempunyai sensitifitas terhada persoalan seperti korupsi. Maka gurunya juga
harus di-drill, harus diberikan wawasan baru sehingga bisa diturunkan kepada
anak didiknya.

Anda mungkin juga menyukai