Makalah disusun sebagai tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi Agama
Oleh : Kelompok 10
IFFAH ALFIAH
(20100120098)
YAHYA AMINUDDIN
(20100120099)
NUR IRWANI SYAR
(20100120100)
Dosen Pengampu :
Dr. Muhammad Yahdi, M.Ag.
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belak ang............................................................................................................2
B. Rumusan Masalah........................................................................................................3
II. PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Pengertian politik dalam agama islam....................................................................4
B. Bagaimana pengaruh golongan politik terhadap hukum islam .................................5
III. PENUTUP........................................................................................................................6
A. Kesimpulan..................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para ahli berpendapat bahwa manausia adalah homo religious (manusia beragama),
karena manusia sejatinya memeiliki potensi untuk beragama. Sedang agama itu sendiri adalah
menyangkut kehidupan batin manusia. Kesadaran dan pengalaman agama seseorang lebih
menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitanya dengan seseuatu yang
dianggap sacral dan dunia ghaib. Dari kesadaran dan pengalaman agama inilah di
untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatanya pada agama. Secara psikologis
manusia sulit dipisahkan dari agama, karena dari dalam manusia itu sendiri akan selalu
muncul problema dan jiwa keagamaan. Pengaruh psikologis ini tercermin dalam sikap dan
tingkah laku keagamaan manusia baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan
sosialnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
Prof. Dr. Mar’at mengemukakan ada 13 pengertian sikap yang dirangkum menjadi
empat rumusan, yaitu sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan
interaksi yang terus menerus dengan lingkungan . (di rumah, di sekolah, dan lain-lain) dan
senantiasa berhubungan dengan obyek seperti manusia, wawasan, peristiwa, maupun ide,
sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek.
Kedua, bagian yang dominan dari sikap adalah perasaan yang efektif seperti yang tampil
dalam menentuksn pilihan apakah positif, negative, atau ragu dengan memiliki kadar
intensitas yang tidak tentu sama dengan objek yang tertentu, tergantung pada situasi dan
waktu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu mungkin sesuai sedangkan di saat dan situasi
berbeda belum tentu cocok. Ketiga, sikap dapat bersifat relatif konsistem dalam sejarah hidup
individu , karena ia merupakan bagian dan konteks persepsi ataupun kognisi individu.
penasiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indicator yang sempurna, atau bahkan
tidak memadai .
Dari rumusan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan predisposisi
untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek tertentu yang mencakup
komponenm kognisi, afeksi, an konasi. Dengan demikian sikap merupakan interaksi dari
Komponen kognisi akan menjawab apa yang diperkirakan atau dipersepsikan tentang
objek. Komponen afeksi dikaitkan dengan apa yang dirasakan terhadap objek. Komponen
konasi berhubungan dengan kesediaan atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek.
Faktor penetu sikap, baik sikap positif maupun sikap negaif, adalah motif yang
berdasarkan kajian psikologis yang dihasilkan oleh penilaian dan reaksi afektif yang
terkandung dari sebuah sikap. Motif menetukan tingkah laku nyata (over behavior)
Dengan demikian sikap yang diitampilkan seseorang merupakan hasil dari proses
berfikir, merasa dan pemilihan motif-motif tertentu sebagai reaksi terhadap suatu obyek.
Dengan demikian sikap terbentuk dari hasil belajar dan pengalaman seseorang dan bukan
pengaruh bawaan (factor intern) seseorang serta tergantung pada obyek tertentu karena sikap
dipandang sebagai perangkat reaksi-reaksi afektif terhadap subyek tertentu berdasarkan hasil
penalaran, pemahaman dan penghayatan indifidu. Pemberian dasar jiwa keagamaan pada
anak tidaklah dapat dilepaskan dari peran orang tua sebagai pendidik dilingkungan rumah
tangga. Pengenalan agama sejak dini akan sangat besar pengaruhnuya dalam pembentukan
Jadi, Keluarga sebagai lingkungan yang pertama ditemui anak, sangat berperan dalam
Dalam kaca mata psikologi agama, ajaran agama memuat norma, norma tersebut
dijadikan pedoman oleh pemeluk agamanya, baik dalam bersikap ataupun bertingkah laku.
Norma-norma tersebut mengacu pada nilai luhur yang mengarah pada pembenyukan
kepribadian dan kesesuaian hubungan susial. Dengan upaya memenuhi ketaatan kepada
Tuhan.
Akan tetapi dalam kenyataan hidup sehari tak jarang dijumpai adanya penyimpangan
yang terjadi, penyimpangan terjadi apabila sikap seseorang terhadap kepercayaan dan
Perubahan sikap seperti itu dapat terjadi pada perorangan atau kelompok. Perubahan
tingkah laku tersebut memiliki tingkat kualitas dan intensitas yang mungkin berbeda dan
1. Kurang toleran
Seseorang atau kelompok penganut suatu agama mungkain saja bersikap kurang
toleran terhadap agama lain, ataupun aliran lain yang berbeda dari aliran agama yang
dianutnya, biasanya orang yang fanatik pada orang lain menunjukan sikap angkuh pada
agama lain .
2. Sikap fanatik
3. Fundamentalis
Berupa sikap yang menentang terhadap agama yang berbeda dengan agama yang
Sikap keagamaan yang menyimpang seperti itu merupakan masalah yang pada
tingkatan tertentu dapat minimbulkan tindakan yang negatif dari tingkat yang terendah
hingga ke tingkat yang paling tinggi. Sikap menyimpang seperti itu umumnya berpeluang
untuk terjadi dalam diri seseorang maupun kelompok pada setiap agama.
Selain dalam bentuk kelompok, Sikap keagamaan yang menyimpang juga dapat
terjadi pada orang perorang. Dan biasanya sikap keagaman yang menyimpang dalam bentuk
kelompok aliran atau sakte biasanya berawal dari pengaruh sikap seseorang tokoh. Seseorang
yang mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan dan keyakinan orang lain, sebagai bagian
presepsi seseorang mengenai kepercayaan dan keyakinan. Kepercayaan adalah tingkat piker
manusia dalam mengalami proses berpikir yang telah dapat membebaskan manusia dari
segala unsur-unsur yang terdapat diluar pikiranya. Sedangkan keyakinan adalah suatu tingkat
pikiran yang dalam proses berpikir manusia ialah menggunakan kepercayaan dan keyakinan
ajaran agama sebagai penyempurna proses dan pencapaian kebenaran dan kenyataan yang
terdapat diluar jangkauan piker manusia. Kepercayan dan keyakinan merupakan hal yang
yang cukup rumit dalam setiap agama. Selain sikap seperti itu dapat menimbulkan gejolak
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, juga tidak jarang ikut mempengaruhi politik
suatu Negara, jika sikap menyimpang tersebut sudah mempengaruhi sikap social. Lebih-lebih
jika menyimpang tersebut kualitas dari itensitas sikap yang menggambarkan konotasi
komponen efeksi cendrung mengarah kepada tingkah laku yang berdasarkan kualitas
nasional. Dengan demikian sikap keagamaan yang menyimpang cendrung didasarkan pada
motif yang bersifat emosional yang lebih kuat ketimbang aspek rasional.
sikap. Beberapa teori psikologis mengungkapkan mengenai sikap tersebut antara lain;
sikap dengan proses belajar. Menurut teori ini ada tiga variable yang mempengaruhi
terjadinya perubahan sikap yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan (Mar’at, 1982: 87).
Sehingga ketika seseorang atau kelompok memiliki perhatian terhadap suatu obyek
dan memahami obyek tersebut serta menerimanya, maka akan terjadi perubahan pada teori
ini, objek itu sendiri harus difungsikan sebagai stimulus agar dapat merespon perhatian,
pengertian serta penerimaan oleh seseorang atau kelompok. Jadi perubahan sikap akan terjadi
menimbulkan reaksi dalam bentuk respon. Hal ini menunjukan untuk merubah sikap perlu
adanya sebuah rekayasa objek sedemikian rupa hingga menarik perhatian, member
Kaitanya degan sikap keagamaan, maka objek yang relevan adalah segala hal yang
berhubungan dengan keagamaan. Misalnya saja, didalam suatu masyarakat muncul aliran-
aliran keagamaan tertentu yang beda dengan tradisi keagamaan yang berjalan. Kehadiran
aliran tersebut menarik perhatian sehingga terdorong untuk mengetahuinya lebih jauh. Hasil
dari prose situ kemungkinan dapat memberi pengertian baru bagi mereka yang terlibat dan
biasanya mereka akan melangkah ketingkat penerimaan dan akan terjadi perubahan pada diri
mereka, dilihat dari sudut tradisi keagamaan yang berlaku, sikap mereka ini dapat
Teori ini melihat perubahan sikap sebagai pendekatan psikologi social. Menurut teori
ini perubahan sikap ditentukan oleh factor internal dan factor eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi perubahan sikap adalah presepsi social, posisi social, dan proses belajar
social. Sedangkan factor eksternal terdiri atas factor penguatan, komunikasi persuasive, dan
harapan yang diinginkan. Perubahan sikap menurut teori ini ditentukan oleh keputusan-
Perubahan sikap dalam kaitanya dengan sikap keagamaan yang menyimpang merujuk
pada teori pertimbangan social ini nampaknya menyangkut faktor status sosial seseorang
dalam masyarakat, hal ini cendrung dilator belakangi oleh harapan/keinginan untuk
kemudian ada saingan dari tokoh lain, untuk mengembalikan status yangpernah diperolehnya,
kemungkinan besar ia cendrung untuk melakukan sesuatu yang menyimpang guna menarik
Kaitanya dalam teori ini terdapat sikap keagamaan yang menyimpang ditampilkan
oleh seorang tokoh yang bersikap positif, dengan atas pertimbangan kepentingan masyarakat
banyak. Sikap kegamaan yang seperti ini terlihat dalam kasus pembaharuan pemikiran
keagamaan. Seperti halnya para tokoh reformer (mujaddid) yang umumnya menampilkan
sikap keagamaan yang beda dari tradisi keagaman yang berjalan. Dalam sejarah sikap
keagamaan seperti ini mampu mengubah tradisi keagamaan yang ada. Beberapa contoh kasus
antara lain oleh Shidharta Gautama. Martin Lhuther, Kaisar Konstantin, dan sejumlah tokoh
Fungsi Menurut teori ini perubahan sikap lebih ditentukan oleh factor intern, yaitu
tujuanya untuk menyeimbangkan antara sikap dan perbuatan. Karena itu oleh Fhritz Heider
disebut balance theory (Mar’at, 1982: 37). Osgood dantannenbaum menemukan congruity
(keharmonisan) dan masih ada pendapat- pendapat yang berbeda dari para tokoh lainya.
Walaupun berbeda dalam penamaan namun intisari teori dari konsistensi ini adalah bahea
perubahan sikap merupakan proses yang terjadi pada diri seseorang dalam upaya untuk
maka seseorang kemudian memilih sikap tertentu sebagai dasar untuk bereaksi atau
bertingkah laku.
Kaitanya dengan sikap kegamaan seseorang menurut teori konsistensi ini terdapat
dalam kasus-kasus konversi agama. Konversi pada dasarnya bersumber dari konflik yang
terjadi pada diri seseorang. Pada tingkatan tertentu, ini menimbulkan kegelisahan batin
jalan keluar yang cocok dan tepat biasanya adalah yang paling dapat memberikan ketenangan
kebutuhan seseorang. Sikap memiliki sifat fungsi untuk menghadapi dunia luar agar individu
Berdasarkan teori ini, bahwa terjadinya perubahan sikap tidak langsung serta merta,
KESIMPULAN
Sikap keagamaan dan pola tingkah laku manusia adalah bersikap predisposisi untuk
bertindak senag atau tidak senang terhadap suatu objek yang mencakup komponen kognisi,
kepercayaan dan keyakinan yang dianut mengalami perubahan. Dan faktor-faktor yang
Media.
Ismail (2009). Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Cetakan IV.
Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad (2014). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cetakan XI. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Zuhairini (2005). Filsafat Pendidikan Islam. Cetakan II. Jakarta: Bumi Aksara