ANAK
Abdul Azis
Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nurud Dlalam Ganding Sumenep
azis_82aja@yahoo.co.id
Abstrak
Masalah moral dan perilaku menjadi problematika bagi
masa anak-anak, karena pada masa ini mereka mengalami
perubahan fase dan mulai ragu terhadap kaidah-kaidah dan
ketentuan agama. Keraguan dan kebimbangan itu mungkin
berakhir apabila mereka dapat tunduk atau menentang
ketentuan-ketentuan tersebut. Kebimbangan pikiran anak
itu, merefleksi terhadap tingkah laku, sehingga mereka
tampak berbeda. Ketegangan emosi, peristiwa yang
menyedihkan dan keadaan yang tak menyenangkan
berpengaruh besar pada sikap anak dalam masalah
keagamaan.Perilaku kagamaan anak dapat dibentuk melalui
pendidikan dan pengajaran. Masalah pendidikan adalah
masalah kehidupan manusia, proses pendidikan berada dan
berkembang bersama proses perkembangan hidup dan
kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakekatnya
adalah proses yang satu. Dalam Psikologi Agama perilaku
keagamaan seorang anak adalah mencakup: proses
beragama, perasaan dan kesadaran ketika beragama,
pengaruh dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil
dari keyakinan agama yang dianut.Perilaku adalah segala
tindakan atau reaksi yang terjadi akibat adanya rangsangan
baik yang berasal dari dirinya sendiri atau dari
lingkungannya. Sedangkan kata keagamaan berasal dari kata
dasar agama yang berarti sistem, prinsip kepercayaan
kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan itu. Kata keagamaan itu
sudah mendapat awalan “ke” dan akhiran “an” yang
mempunyai arti sesuatu (segala tindakan) yang
berhubungan dengan agama. Perkembangan perilaku
keagamaan pada anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya
sejak kecil, dalam keluarga, di sekolah dan dalam
masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang bersifat
agama (sesuai ajaran agama) akan semakin banyak unsur
agama, maka sikap, tindakan, kelakuan dan caranya
menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.
Pendahuluan
Kepribadian atau perilaku seseorang itu tumbuh dan
terbentuk dalam sebuah kelompok. Sejak kecil, si anak
memerlukan orang dewasa untuk memperhatikan, yakni kedua
orang tua dan anggota keluarga lain. Semakin besar si anak,
maka semakin besar pula kebutuhannya untuk bergabung
dengan kelompok lain yang berada di luar keluarganya, yaitu
kelompok lain yang bisa memenuhi kebutuhannya untuk
bermain, anak-anak cenderung lebih senang bermain dengan
teman sebayanya. Akan tetapi semakin luas kelompok dan
pergaulannya akan menimbulkan dampak persoalan-persoalan
akibat perbedaan pembinaan kepribadian dan tingkat budaya
kelompok, ekonomi, dan sosial masing-masing.1
Masalah moral dan perilaku menjadi problematika bagi
masa anak-anak, karena pada masa ini mereka mengalami
perubahan fase dan mulai ragu terhadap kaidah-kaidah dan
ketentuan agama. Keraguan dan kebimbangan itu mungkin
berakhir apabila mereka dapat tunduk atau menentang
ketentuan-ketentuan tersebut. Kebimbangan pikiran anak itu,
merefleksi terhadap tingkah laku, sehingga mereka tampak
berbeda. Ketegangan emosi, peristiwa yang menyedihkan dan
keadaan yang tak menyenangkan berpengaruh besar pada sikap
anak dalam masalah keagamaan. Oleh karena itu dapat
diartikan bahwa penentuan perilaku atau kepribadian anak tidak
cukup hanya dengan faktor ratio saja, akan tetapi dipengaruhi
pula oleh faktor-faktor lain, termasuk emosi dan perasaannya. 2
Pada dasarnya perilaku kagamaan anak dapat dibentuk
melalui pendidikan dan pengajaran. Masalah pendidikan adalah
masalah kehidupan manusia, proses pendidikan berada dan
1
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2008), 241
2
Ibid., 244
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 199
4
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, 14
5
Ibid., 15
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 201
10
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai pustaka,
1995),75.
11
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, 14.
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 203
12
Abu al-Husain Muslim bin al-Hujjaj bin Muslim, Al-Jaami’ al-Shahih
al-Musamma Shahih Muslim (Dar al-Jiyl Beirut: Dar al-Afaq al-Hadiydah
Beiruh), 1: 53, hadits nomor 205.
13
Djamaludin Ancok, Psikologi Islam (Yogyakarta: PustakaPelajar,
2011), 123.
204 | JPIK Vol.1 No. 1, Maret 2018: 197-234
14
Jamhari Ma'ruf, “Pendekatan Antropologi dalam Kajian Islam”
http://www.ditpertais.net/artikel/jamhari01.asp, akses 25 Juli 2015.
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 205
16
A. Qodri A. Azizy,Pendidikan (Agama)untuk Membangun Etika
Sosial, 41.
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 207
17
Al-Mulk (67): 2.
18
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama, 44.
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 209
19
Siti Fitriana, “Makalah Psikolog Islam Tentang Perilaku
Keberagamaan”, http://fitrianahadi.blogspot.co.id/2014/12/makalah-
psikolog-islam-tentang-perilaku.html, akses 29 Juli 2015.
20
Said Howa, Perilaku Islam (Bandung: Studio Press, 1994), 17.
21
Hendro Puspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 111.
22
Jamaluddin Kafi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Depag, 1993), 49.
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 213
23
Abdul Azis Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila (Bandung: Sinar Baru, 1991), 68.
24
Rasyid, “Psikolog Islam Tentang Perilaku”
http://fitrianahadi.blogspot.com/2014/12.html, akses 28 Juli 2015.
25
H. M. Arifin Ilham, “Dzikir Dan Pembentukan Perilaku Keagamaan”
http:// -psikologi-tentang-perilaku.html, akses 28 Juli 2015.
214 | JPIK Vol.1 No. 1, Maret 2018: 197-234
27
Tim Belajar Islam, “Apa itu Islam; 27 macam perilaku Islam”
http://dakwahislam.blogspot.com/2013/07/.html, akses 29 Juli 2015.
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 217
28
Thobib Al-Asyhar, “Psikologi Islam Pembentukan Karakter Manusia
Menurut Para Ahli”
http://psi-islami.blogspot.com/2010/08/pembentukan-karakter-manusia-
menurut_02.html
Akses, 30 Juli 2015.
218 | JPIK Vol.1 No. 1, Maret 2018: 197-234
29
S. Prodjaditoro, Pengantar Agama dalam Islam(Yogyakarta:
Sumbangsih Offset, 2002),17.
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 219
30
Tamminen, dkk. dalam Penelitian Ted Slater, “Peningkatan
Pemahaman Nilai-nilai Agama Islam”http://paxdhe-
mboxdhe.blogspot.com/2014/04/kegiatan-pengembangan-nilai-nilai-
agama.html, akses 29 Juli 2015.
31
S. Prodjaditoro, Pengantar Agama dalam Islam, 17.
220 | JPIK Vol.1 No. 1, Maret 2018: 197-234
32
Eka Kurniyanti, “Tips Ajarkan Kejujuran Pada Anak Sejak Usia
Dini”http://bidanku.com, akses 05 Oktober 2015.
33
Suharsono, Melejitkan IQ, IE dan IS (Jakarta: Inisiasi Press, 2002),
13.
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 221
34
Al-Baqarah (2): 30.
35
Nur Alimah, Metode Melatih Kecerdasan Emosional Pada Anak;
Studi Pada Ketrampilan Guru Melatih Kecerdasan Emosional Siswa SD
Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2004).
222 | JPIK Vol.1 No. 1, Maret 2018: 197-234
36
Jalaluddin, Psikologi Agama, 68.
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 223
37
Harold Ahmad, “Tingkah Laku Keagamaan Yang Menyimpang;
Psikologi Agama,” http://hasaniadib.blogspot.com/2015/02/.html, akses 28
Juli 2015.
224 | JPIK Vol.1 No. 1, Maret 2018: 197-234
38
Lia Nur Fajar, “Peran Guru Agama Islam dalam Meningkatakan
Motiasi Belajar PAI Pada Siswa SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat”, Lihat;
Syumila Nu /Data/Artikel/Peran Guru Agama Islam dalam Meningkatakan
Motiasi Belajar PAI Pada Siswa SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat.htm (222
hits).
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 225
belajar itu dibangun dari minat yang telah ada pada diri
anak.39
Prosedur pembentukan perilaku keagamaan juga bisa
bermula dari gejala-gejala beragama yang dialami oleh individu
dalam melintasi suatu proses keberagamaan. Ini senada dengan
apa yang telah dikatakan oleh Muslim A. Kadir bahwa
menjelaskan gejala berarti kemampuan untuk merumuskan
prosedur terbentuknya suatu satuan perilaku beragama.
Adapun gejala-gejala tersebut yaitu :
a. Terbentuknya Kesadaran Beriman
Muslim A. Kadir menggolongkan kesadaaran ini
menjadi prosedur pembentukan perilaku beragama.
Sebagaimana kutipannya yaitu kesadaran adalah gejala
kejiwaan yang ditandai oleh tumbuhnya pengertian sebagai
produk interelasi kemampuan internal. Kemampuan
internal ini berhubungan dengan qalbu atau hati dalam
menangkap nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran
agama.40
Istilah kesadaran beriman menurut al-Ghazali disebut
sebagai dengan al-khawatir, Sebagaimana yang dikutip
oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir bahwasanya Al-
khawatir adalah pikiran atau perintah yang datangnya
secara tiba-tiba pada diri manusia. Menurut al-Ghazali, al-
khatir (bentuk tunggal dari al-khawatir adalah sesuatu yang
menggerakkan hati manusia. Semua perilaku manusia
bermula dari al-khatir, dan al-khatir menggerakkan
kecintaan (al-raghbah), dan kecintaan menggerakkan
keinginan yang kuat (al-‘azm), dan keinginan yang kuat
39
A. Tabrani R., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar
(Bandung: Rosdakarya,1994), 121.
40
Muslim A. Kadir, Ilmu Islam Terapan (Kudus: STAIN Kudus, 2003),
261.
226 | JPIK Vol.1 No. 1, Maret 2018: 197-234
41
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, “Nuansa-Nuansa Psikologi Islam”
(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002, cetakan Ke 2), 276.
42
Moh. Dzofir, dkk, “Ilmu Tauhid Amali” (Kudus: STAIN Kudus,
2004), 72-73
http://pengetahuanhukumdanpendidikan.blogspot.com/2012/01/prosedur-
pembentukan-perilaku-beragama.html, akses 25 Juli 2015.
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 227
43
Mohamad Sobary, “Diskursus Islam Sosial” (Bandung: Zaman
Wacana Mulia, 1998), 91
http://pengetahuanhukumdanpendidikan.blogspot.com/2012/01/prosedur-
pembentukan-perilaku-beragama.html, akses 20 Juli 2015.
228 | JPIK Vol.1 No. 1, Maret 2018: 197-234
44
Bina Syifa, “Tidakan nan Merusak
Kejujuran”http://www.binasyifa.com/489/60/27/.htm, akses 01 Oktober
2015.
Abd. Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak| 229
Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan tentang pembentukan perlaku
keagamaan di atas dapat dismpulkan bahwaada bebeapa proses
yang dapat ditempuh dalam penanaman perilaku keagamaan,
antara lain: Pertama, Penerapan kebiasaan jujur,Prosedur
pembentukan perilaku keagamaan bermula dari gejala-gejala
beragama yang dialami oleh individu dalam melintasi suatu
proses keberagamaan. Kedua, Adanya motivasi dan
penghargaan. Motivasi berarti suatutenaga (dorongan,
kemauan) dari dalam yang menyebabkan seseorang berbuat
atau bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan
tertentu yang hendak dicapai.
Sedangkan menurut Muslim A. Kadir prosedur
terbentuknya perilaku beragama melalui:Pertama,
Terbentuknya Kesadaran Beriman, Kedua, Pengamalan nilai-
nilai yang terkandung dalam agama.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perilaku
keagamaan seseorang bisa rusak, yaitu: Mencuri, perilaku
berbohnong, ingkar janji, dan manipulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Warsito. Pendidikan Kewarganegaraan, Solo: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2007.
Ahmad, Harold. Tingkah Laku Keagamaan Yang Menyimpang;
Psikologi Agama,
230 | JPIK Vol.1 No. 1, Maret 2018: 197-234
QURAN_HADITS_DIGITAL/1100_hadits_terpilih/b73_cinta_
dan_benci.htm (1 hits).
R.,A. Tabrani.Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Rosdakarya,1994.
Rajab, Khairunnas. Psikologi Agama, Yogyakarta: Aswaja
Pressendo, 2012.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Agama, Bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2003.
Rasyid,PsikologIslamTentangPerilaku,
http://fitrianahadi.blogspot.com/2014/12.html, akses 28
Juli 2015.
Salim, Peter Salim & Yenny. Kamus Besar Bahasa
IndonesiaKontemporer, Jakarta: Modern English Press,
1991.
Sanafiah, Format-Format Penelitian Sosial: Dasar-Dasar dan
Aplikasinya Jakarta:Rajawali Press, 1989.
Sobary, Mohamad. Diskursus Islam Sosial, Bandung: Zaman
Wacana Mulia, 1998.
Sugiyono, MemahamiPenelitian Kualitatif, Bandung:
Alfabeta,2005.
-------,Metode Penelitian Pendidikan; pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta Rosdakarya, 2011.
Suharsono, Melejitkan IQ, IE dan IS, Jakarta: Inisiasi Press,
2002.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo,
2000.
-------, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
Bandung: PT Remajarosdakarya, 2013.
Syifa, Bina. Tidakan nan Merusak
Kejujuran,http://www.binasyifa.com/489/60/27/.htm, akses 01
Oktober 2015.
234 | JPIK Vol.1 No. 1, Maret 2018: 197-234