Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Timbulnya Rasa Beragama Pada Anak dan Pentingnya


Pendidikan Agama Pada Anak
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Psikologi Agama yang diampu oleh
Drs. H. Maskub, M.Pd.I

Oleh :Kelompok 6
1. Manusatul Khaoro

( 15115562 )

2. Muslim Nurdin

( 15115566 )

3. Nur Khasanah

( 15115571 )

4. Tri Nur Khayati

( 15115500 )

PAI 2 A

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH

Institut Agama Islam Nahdatul Ulama


KEBUMEN
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberi rahmat dan
hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi Agama dengan tema
Timbulnya Rasa Beragama dan Pentingnya Pendidikan Agama Pada Anak.
Maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini dibuat dalam rangka untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi Agama. Seiring dengan usaha kerja keras
kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Maskub, M.Pd.I
selaku dosen pengampu, kepada teman-teman serta kepada

semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini.


Kami menyadari dengan sepenuhnya akan penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal tersebut mungkin dikarenakan kami masih
sangat terbatas dari segi kemampuan maupun ilmu pengetahuan.Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca semua.
Akhir kata, kami menyampaikan terima kasih.Semoga makalah ini dapat diterima
dengan baik dan mempunyai tanggapan yang positif.Harapan selanjutnya, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Kebumen, 09 Mei 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi,
kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia
lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama
karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya
yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga
keseimbagan manusia dilandasi kepercayan beragama. Sikap orang dewasa dalam
beragama sangat menonjol jika, kebutuhan akan beragama tertanam dalam dirinya.
Kesetabilan hidup seseorang dalam beragama dan tingkah laku keagamaan seseorang,
bukanlah kesetabilan yang statis. Adanya perubahan itu terjadi karena proses
pertimbangan pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada.
Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki persepektif yang luas didasarkan atas
nilai-nilai yang dipilihnya.
Ketika mengkaji psiklogi agama, seseorang dihadapkan pada dua hal yakni
psikologi dan agama. Kedua kata tersebut memiliki pengertian dan penggunaan
yang berbeda, meskipun keduanya mempunyai kajian aspek yang sama yaitu aspek batin
manusia. Memang, manusia mungkin saja memanipulasi apa yang dialaminya secara
kejiwaan, hingga terlihat berbeda dalam sikap dan tingkah lakunya, bahkan mungkin
bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk membahas lebih lanjut mengenai
psikologi agama, maka dalam makalah berikut akan diuraikan tentang Pengertian dan
Sejarah Perkembangan Psikologi Agama.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apakah pengertian dari pendidikan?
2. Apakah pengertian dari agama?
3.

Bagaimana timbulnya rasa beragama pada anak?

4. Apa pentingnya pendidikan agama pada anak?


C.

Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan
2. Untuk mengetahui pengertian dari agama
3.

Untuk mengetahui timbulnya rasa beragama pada anak

4. Untuk mengetahui pentingnya pendidikan agama pada anak

BAB II
PEMBAHASAN

1.

Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan bukan hanya untuk di ketahui belaka melainkan dengan
memahaminya lalu berusaha untuk menjalankan perosesnya berdasarkan apa yang
memang tertuang dalam pengertian pendidikan tersebut. Kita terlalu sering melihat
berbagai kejadian nyata yang mencoreng nama baik dari pendidikan tersebut mungkin
salah satu penyebabnya adalah dikarenakan mereka tidak menguasai nilai nilai apa yang
di artikan dalam kata pendidikan itu sendiri.
Kata Pendidikan Juga berasal dari Bahasa yunani kuno yaitu dari kata Pedagogi
kata dasarnya Paid yang berartikan Anak dan Juga kata Ogogos artinya
membimbing . dari beberapa kata tersebut maka kita simpulkan kata pedagos dalam
bahasa yunani adalah Ilmu yang mempelajari tentang seni mendidik Anak .
Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur pendidikan itu sendiri.
Kemudian kita berlanjut pada UU tentang adanya pendidikan tersebut, Menurut
UU No. 20 tahun 2003 pengertian Pendidikan adalah sebuah usaha yang di lakukan
secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Undang undang inilah yang menjadi dasar berdidirinya proses pendidikan yang ada di
Negara Indonesia.
Pendidikan adalah suatu keseluruhan perbuatan meliputi pemindahan ilmu,
kemampuan dan kebiasaan supaya mampu melakukan tindakan atau pengaplikasian teori
kepada perbuatan nyata untuk mewujudkan kepribadian yang utuh.

2.

Pengertian Agama
Agama adalah fitrah ketentuan mutlak bagi manusia, tanpa manusia agama
bukan berarti apa-apa, karena agama memang ditujukan bagi manusia.
Sementara itu, agama diartikan menurut bahasa sansekerta terdiri dari dua kata A
dan Gama, A yang berarti tidak dan Gama yang berarti kacau balau, jadi agama
mempunyai arti tidak kacau balau (teratur). Bila agama itu disalin ke dalam bahasa arab
yang berarti al-Din atau al-millah, ia dapat bermakna adat kebiasaan, tingkah laku, patuh,
hokum, aturan, dan pikiran. Orang barat menggunakan kata agama dengan sebutan

Religion yang biasanya digunakan untuk kepentingan tertentu dari umat manusia yang
merupakan unsur pokok bagi kehidupan manusia di seluruh dunia.
Agama mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar
mendapatkan kebahagiaan untuk dirinya maupun masyarakan sekitarnya, selain itu
sebagai pembuka jalan kepada sang Pencipta manusia. Tuhan yang Maha Esa ketika telah
mati. Ajaran agama yang universal mengandung kebenaran yang tidak dapat diubah
meskipun masyarakat telah menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya.
Fungsi agama :

3.

Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia

Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia

Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia

Memainkan fungsi peranan sosial

Timbulnya Rasa Beragama Pada Anak


Agama masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan pertumbuhan pribadinya,
yaitu sejak lahir, bahkan lebih dari itu, sejak dalam kandungan. Karena dalam
pengamatan ahli jiwa terhadap orang-orang yang mengalami kesukaran kejiwaan, tampak
bahwa keadaan dan sikap orang tua ketika si anak dalam kandungan telah memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan jiwa si anak dikemudian hari.
Setiap anak / manusia mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang berasal dari
dorongan-dorongan manusiawinya, antara lain :
a.

Dorongan fisik ( jasmaniyah )

b.

Dorongan emosional ( perasaan )

c.

Dorongan sosial ( bergaul, bermasyarakat )

d.

Dorongan mental ( berilmu, dan berpengalaman )

e.

Dorongan spiritual ( beragama, dan bermoral )

Menurut tinjauan, pendapat pertama bayi dianggap sebagai manusia dipandang


dari segi bentuk dan bukan kejiwaan.Apabila bakat elementer bayi lambat bertumbuh dan
matang, maka agak sukarlah untuk melihat adanya keagamaan pada dirinya. Meskipun
demikian, ada yang berpendapat bahwa tanda- tanda keagamaan pada dirinya tumbuh
terjalin secara integral dengan perkembangan fungsi-fungsi kejiwaan lainnya.
Teori mengenai pertumbuhan agama pada anak antara lain:
a.

Rasa ketergantungan
Teori ini dikemukakan oleh Thomas melalui teori Four Wishes. Menurutnya,
manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki empat keinginan yaitu: keinginan untuk
perlindungan (security), keinginan akan pengalaman baru (new experience),
keinginan untuk mendapat tanggapan (response), dan keinginan untuk dikenal

(regocnation). Bedasarkan kenyataan dan kerja sama dari keempat keinginan itu,
maka sejak bayi dilahirkan hidup dalam ketergantungan, melalui pengalamanpengalaman yang diterimanya dari lingkungann itu kemudian terbentuklah rasa
keagamaan pada diri anak.
b.

Insting keagamaan
Menurut Woodworth, bayi yang dilahirkan sudah mamiliki beberapa insting
diantaranya insting keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri
anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya
insting itu belum sempurna. Misalnya insting sosial pada anak sebagai potensi
bawaannya sebagai makhluk homo socius, baru akan berfungsi setelah anak dapat
bergaul dan berkemampuan untuk berkomunikasi. Jadi, insting sosial itu
tergantung dari kematangan fungsi lainnya.Demikian pula insting keagamaan.

Bagaimana proses timbulnya kepercayaan kepada Tuhan dalam diri anak?


Menurut Zakiyyah Darajat, anak mulai mengenal Tuhan melalui proses:
a.

Melalui bahasa, yaitu dari kata-kata orang yang ada dalam lingkungannya yang
pada mulanya diterimanya secara acuh tak acuh.

b.

Setelah itu karena melihat orang-orang dewasa menunjukkan rasa kagum dan
takut terhadap Tuhan, maka mulailah timbul dalam diri anak rasa sedikit gelisah
dan ragu tentang sesuatu yang ghaib yang tidak dapat dilihatnya itu (Tuhan).

c.

Rasa gelisah dan ragu itu mendorong anak untuk ikut membaca dan mengulang
kata Tuhan yang diucapkan oleh orang tuanya.

d.

Dari proses itu, tanpa disadari anak lambat laun pemikiran tentang Tuhan masuk
menjadi bagian dari kepribadian anak dan menjadi objek pengalaman agamis.

Jadi pada awalnya Tuhan bagi anak-anak merupakn nama dari sesuatu yang asing
yang tidak dikenalnya, bahkan diragunakan kebaikannya. Pada tahap awal ini anak tidak
mempunyai perhatian pada Tuhan, hal ini dikarenakan anak belum mempunyai
pengalaman yang mempunyai pengalaman yang membawanya kesana (baik pengalaman
yang menyenangkan atau pengalaman yang menyusahkan).
Perhatian anak pada Tuhan tumbuh dan dan berkembang setelah ia menyaksikan
reaksi orang-orang disekelilingnya tentang Tuhan yang disertai oleh emosi dan perasaan
tertentu.
Pengalaman awal anak-anak tentang Tuhan biasanya tidak menyenangkan, karena
Tuhan merupakan ancaman bagi integritas kepribadiannya. Oleh sebab itu maka perhatian
anak tentang Tuhan pada permulaannya merupakan sumber kegelisahan atau
ketidaksenangannya. Hal inilah yang menyebabkan anak sering bertanya tentang zat,

tempat dan perbuatan Tuhan. Pertanyaan itu betujuan untuk mengurangi kegelisahannyaa.
Lalu kemudian sesudah itu timbul keinginan untuk menentangnya atau mengingkarinya.
Jadi, pemikiran tentang Tuhan adalah suatu pemikiran tentang kenyataan luar,
sehingga hal itu disukai oleh anak. Namun untuk melanjutkan pertumbuhan dan
menyesuaikan diri dengan kenyataan itu, anak harus menderita dan mendapatkan sedikit
pengalaman pahit, sehingga akhirnya ia menerima pemikiran tentang Tuhan setelah
diingkarinya (Zakiyah Darajat, 2003: 43-45).
Menurut Teori Freud, Tuhan bagi anak-anak tidak lain adalah orang tua yang
diproyeksikan. Jadi Tuhan pertama anak adalah orang tuanya. Dari lingkungan yang
penuh kasih sayang yang diciptakan oleh orang tua, maka lahirlah pengalaman
keagamaan yang mendalam.
Kemudian, sekolompok ahli berpendapat bahwa timbulnya jiwa keagamaan itu
dari lingkungan, karena anak dilahirkan bukanlah sebagai makhluk yang religious.
Menurut pendapat ini, anak yang baru dilahirkan lebih mirip binatang dan bahkan anak
seekor kera lebih bersifat kemanusiaan daripada bayi manusia itu sendiri.
Pendapat tersebut lebih melihat manusia dipandang dari segi bentuknya, bukan
dari segi kejiwaannya. Ada pula sekolompok ahli yang berpendapat bahwa anak sejak
dilahirkan telah membawa fitrah keagamaan. Namun fitrah ini baru berfungsi dikemudian
hari setelah melalui proses bimbingan dan latihan. Anak menjadi dewasa, di dalam bidang
agama memerlukan bimbingan. Berikut merupakan beberapa prinsip yang diperlukan
untuk mengantarkan orang menjadi dewasa :
1.

Prinsip biologis
Anak dilahirkan dalam keadaan lemah, karena itu segala gerak dan tindak
tanduknya memerlukan bimbingan dari orang-orang dewasa dilingkungannya.

2.

Prinsip tanpa daya


Anak yang baru dilahirkan pertumbuhan fisik dan psikisnya belum sempurna,
karena itu anak selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya.

3.

Prinsip eksplorasi
Kemantapan dan kesempurnaan perkembangan potensi manusia yang dibawa
sejak lahir baik jasmani maupun rohani memerlukan pengembangan melalui
pemeliharaan dan latihan.
Misalnya:
a.

Jasmani baru akan berfungsi secara sempurna jika dipelihara dan dilatih.

b.

Akal dan fungsi-fungsi mental baru akan menjadi berfungsi dengan baik jika
diarahkan kepada pengeksplorasian perkembangannya (Jalaluddin, 2002:64)

4.

Pentingnya Pendidikan Agama Pada Anak


Pentingnya pendidikan agama untuk anak sangat perlu dilakukan sejak usia dini
agar anak-anak memahami dalam kehidupan yang dijalani ini ada pencipta yang
memberikan kehidupan pada seluruh makluk hidup di alam semesta ini. Selain itu kita
harus mengajarkan agama kepada anak-anak karena, dengan belajar tentang asal-usul
mitos dan sejarah dari berbagai lembaga keagamaan, mereka dapat melihat semua agama
sebagai bagian dari fenomena yang sama dan tidak melihat satu sebagai inheren lebih
unggul untuk semua orang lain.
Banyak orang tua berpendapat bahwa anak- anak yang belum bersekolah adalah
terlalu kecil untuk diberi pendidikan agama.Pikiran mereka belum waktunya memikirkan
tentang agama, tunggu sampai mereka sudah dewasa, demikian pendapat banyak orang
tua. Pendapat inipada umumnya tidak dibenarkan oleh para ahli pendidik zaman modern
ini. Dari hasil pendidikan dikemukakan bahwa pendidikan agama sudah harus diberikan
kepada anak-anak sebelum sekolah. Pendidikan agama itu akan banyak bergantung pula
atas sikap orang tua anak itu sendiri. Dengan kata lain sikap orang tua akan menentukan
jenis pendidikan agama yang diberikan kepada anaknya. Biasanya pendidikan agama
yang diberikan kepada anak pada masa kecil akan bersifat menentukan bagi kehidupan
agama mereka dikemudian hari. Namun ada pula kenyataan yang membuktikan bahwa
semakin tumbuh dewasa pikiran mereka dan sikap mereka pun akan lebih kritis lagi
terhadap agama. Hal ini mudah dipahami, karena semakin dewasa mereka akan
dihadapkan kepada banyak persoalan ilmu pengetahuan, atau pergaulan sesama teman
yang tidak percaya adanaya tuhan atau mereka yang tidak beragama. Apabila anak sudah
diberi pelajaran agama sejak kecil maka hal ini berarti ia telah dilengkapi dengan sesuatu
kekuatan rohani untuk menghadapi pengaruh- pengaruh anti agama yang akan
dijumpainya di kemudian hari. Betapa besar malapetaka yang akan menimpa kehidupan
seorang anak apabila samasekali tidak diberi pelajaran agama sejak kecil.
Fakta bahwa anak mewarisi keyakinan agama mereka dari orang tua atau mentor
anak lebih sering terjadi. Ada periode penting di mana seorang anak mulai bertanya
tentang kehidupan dan bertanya-tanya tentang asal-usul keberadaan dan, dalam sebuah
keluarga religius, pertanyaan-pertanyaan ini biasanya dijawab dalam konteks agama.
Proses ini dimulai dari anak tersebut lahir, partisipasi paksa dalam ritual keagamaan dari
usia muda, dan mengajar anak-anak yang terlalu muda untuk memahami bahwa agama
mereka adalah satu-satunya yang benar, dan kadang-kadang bahwa semua orang lain akan
terbakar di neraka.

Beberapa ulasan mengenai hakikat pendidikan dasar untuk anak, sesuai dengan
tiga hal penting yang sudah harus dibiasakan pada anak, yakni, iman, ibadah, dan akhlaq.
a. Pendidikan Keimanan untuk Anak
b. Pendidikan Ibadah untuk Anak
c. Pendidikan Akhlaq Anak

Dengan mendidik anak-anak tentang banyak agama di dunia, sejarah kuno dan
modern, maka sang anak akan mulai berpikir kritis mana makna agama yang sebenarnya,
sehingga resiko terjadinya penyimpangan intoleransi dalam kehidupan beragama akan
dihindari dan anak bisa menerima perbedaan dengan lapang dada. Pentingnya pendidikan
agama untuk anak wajib diimbangi dengan pemikiran positif agar anak sukses
dikehidupannya.

BAB III
PENUTUP
B.

Kesimpulan
Pendidikan adalah suatu keseluruhan perbuatan meliputi pemindahan ilmu,
kemampuan dan kebiasaan supaya mampu melakukan tindakan atau pengaplikasian teori
kepada perbuatan nyata untuk mewujudkan kepribadian yang utuh. Sedangkan agama
yaitu fitrah ketentuan mutlak, mengandung kebenaran yang tidak dapat diubah meskipun
masyarakat telah menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya.
Timbulnya perasaan beragama pada anak merupakan sesuatu yang dibawa sejak
anak lahir, setiap anak yang normal membutuhkan hal-hal yang sifatnya jasmaniah yang
berkaitan dengan kebutuhan biologisnya, kebutuhan akan orang lain dalam kehidupan
bermasyarakat, kebutuhan ilmu pengetahuan dan pengalaman termasuk kebutuhan agama
dan moral. Dengan demikian bahwa rasa keagamaan yang terdapat dalam diri anak adalah
bersifat instinkif (fitri), sebagaimana dalam aspek-aspek psikis

yang lainnya. Teori

mengenai pertumbuhan agama pada anak antara lain: rasa ketergantungan dan insting
keagamaan.
Pentingnya pendidikan agama untuk anak sangat perlu dilakukan sejak usia dini
agar anak-anak memahami dalam kehidupan yang dijalani ini ada pencipta yang
memberikan kehidupan pada seluruh makluk hidup di alam semesta ini. Orang tua akan
menentukan jenis pendidikan agama yang diberikan kepada anaknya. Biasanya
pendidikan agama yang diberikan kepada anak pada masa kecil akan bersifat menentukan
bagi kehidupan agama mereka dikemudian hari. Namun ada pula kenyataan yang
membuktikan bahwa semakin tumbuh dewasa pikiran mereka dan sikap mereka pun akan
lebih kritis lagi terhadap agama, sehingga resiko terjadinya penyimpangan intoleransi
dalam kehidupan beragama akan dihindari dan anak bisa menerima perbedaan dengan
lapang dada. Pentingnya pendidikan agama untuk anak wajib diimbangi dengan
pemikiran positif agar anak sukses dikehidupannya.
C.

Saran dan Harapan


Sebelum membaca makalah ini, penyusun makalah menyarankan supaya
pembaca memahami lebih dahulu apa itu pengertian Psikologi Agama dan
Perkembangan Psikologi Agama pada usia anak. Penyususn makalah berharap, setelah
membaca makalah ini, pembaca dapat memahami dan mengerti apa itu pengertian
Pendidikan, Agama, Timbulnya Rasa Beragama Pada Anak, dan Pentingnya
Pendidikan Agama Pada Anak.

D.

Kata Penutup
Demikian makalah yang kami susun semoga apa yang kita rumuskan,kita pelajari
mendapatkan anugrah dan inayah dari Allah serta bermanfaat bagi kita semua. Amin ya
robbal alamin.

DAFTAR PUSTAKA

http://anafuadah.blogspot.co.id/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai