Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

“BEBERAPA BENTUK USAHA YANG DAPAT MENINGKATKAN


PENGETAHUAN DAN APLIKASI AGAMA DALAM KEHIDUPAN”
Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Tamrin Kamal, MS

Disusun oleh:
NAMA :IKHWAN SYAHROZI
NPM : 2210070170093
KELAS : 202
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya,ia akan
mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. Dengan kata
lain, pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan
potensi untuk menindaki, yang lantas melekat dibenak seseorang. Pada umumnya,
pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas
suatu pola. Manakala informasi dan data sekadar berkemampuan untuk menginformasikan
atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk
mengarahkan tindakan.Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki. Pengetahuan diartikan
sebagai "segala sesuatu yang diketahui/kepandaian, ataupun segala sesuatu yang diketahui
berkenaan dengan hal (mata pelajaran) di sekolah". Pengetahuan diperoleh dari hasrat ingin
tahu. Semakin kuat hasrat ingin tahu manusia semakin banyak pengetahuanya. Perkataan
agama berasal dari bahasa sansekerta yang erat hubunganya dengan agama Hindu dan Budha.
Agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja.Dengan kata lain
untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa latin Religio dan berakar
pada kata kerja re-ligare yang berati "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi,
seseorang mengikat dirinya kepada Allah SWT.Agama menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkunganya.
2.Rumusan Permasalahan
Dalam pembahasan materi ini,dan agar tersusun secara sistematis dan efisien maka
timbulah beberapa rumusan masalah yang diantaranya:
1. apa pengertian pengetahuan agama?
2. apa saja upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama dan pengaplikasiannya dalam
kehidupan?
3.Tujuan
1. untuk mengetahui tentang pengertian pengetahuan agama
2. untuk mengetahui upaya peningkatan pengetahuan agama dan aplikasi dalam
kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian Pengetahuan Agama


Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan adalah
hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagiannya). Waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intesitas persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan
indera penglihatan (mata) ( Notoatmodjo, 2010 ).
Menurut sejarahnya, masalah agama adalah masalah sosial, karena menyangkut kehidupan
masyarakat yang tidak bisa terlepas dari kajian ilmu-ilmu sosial. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu
agama hakikatnya merupakan rumpun bagian dari ilmu Sosiologi, Psikologi dan Antropologi.
Sosiologi menjadi akar dari semua ilmu yang berkaitan dengan masyarakat; maka lahirlah
semacam ilmu sosiologi agama, sejarah agama, filsafat agama, publikasi agama, dan lain-
lain. Francisco Jose Moreno menegaskan bahwa “sejarah agama berumur setua sejarah
manusia. Tingkatan dien (agama) itu ada tiga; Islam, yaitu berserah diri kepada Allah Ta’ala
dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan ketaatan serta berlepas didi dari
syirik, Iman, yaitu percaya kepada Allah, Malaikay-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya hari
akhir dan takdirnya, Ihsan, yaitu menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-
Nya.1 Tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu bentuk agama. Seluruh
agama merupakan perpaduan kepercayaan dan sejumlah upacara yang diselenggarakan oleh
masyarakat.” Hal itu karena masalah agama adalah juga masalah pribadi, yang menyangkut
hak azasi setiap manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, seperti ungkapan James Freud
dkk, yang menegaskan “agama sebagai manifestasi perasaan dan pengalaman manusia secara
individual ketika berhubungan dengan zat yang dianggap Tuhan”, maka kajian Psikologi
turut andil mendukung lahirnya ilmu-ilmu agama, seperti psikologi agama, pendidikan
agama, akhlaq, tasawuf, dan sebagainya. Begitu pula Antropologi sebagai ilmu yang
mempelajari manusia dan latar belakang budayanya, baik kepercayaan, pengetahuan, maupun
norma dan nilai-nilai yang dianut manusia, jelas menjadi sumber aspirasi bagi kelahiran ilmu-ilmu
agama.
Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh sekelompok
manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengan-Nya. Pokok persoalan yang dibahas
dalam agama adalah eksistensi Tuhan. Tuhan dan hubunga manusia dengan-Nya merupakan
aspek metafisika, sedangkan manusia sebagai makhluk dan bagian dari benda alam termasuk
dalam kategori fisika. Dengan demikian, filsafat membahas agama dari segi metafisika dan
fisika. Namun, titik tekan pembahasan filsafat agama lebih terfokus pada aspek metafisiknya
ketimbang aspek fisiknya. Aspek fisik akan lebih terang diuraikan dalam ilmu alam, seperti
biologi dan psikologi serta antropologi.3 Agama berasal dari bahasa Sankskrit. Ada yang
berpendapat bahwa kata itu terdiri atas dua kata, a berarti tidak dan gam berarti pergi, jadi
agama artinya tidak pergi; tetap di tempat; diwarisi turun temurun. Agama memang
mempunyai sifat yang demikian. Pendapat lain mengatakan bahwa agama berarti teks atau
kitab suci.
2. Upaya Peningkatan Pengetahuan Agama Dan Aplikasi Dalam Kehidupan
Berdasarkan pendapat David M. Wulff diketahui bahwa kematangan beragama seseorang
berkaitan dengan perkembangan usia ditambah dengan berbagai pengalaman hidup
seseorang. Pengalaman hidup yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan akan
memberikan sumbangan bagi berkembangnya kematangan beragama orang tersebut.
Sekalipun demikian, perlu disadari bahwa sekalipun usia menjadi faktor yang dapat
mempermatang keberagamaan seseorang, tidak dengan sendirinya bertambah usia akan
bertambah kematangan beragamanya. Ketika seseorang bertambah usia namun tidak
melakukan usaha peningkatan pengetahuan dan penghayatan agama atau tidak membuka diri
untuk meningkat pengetahuan dan penghayatan keagamaan, maka yang terjadi adalah
kemandekan. Bahkan, sekalipun usia bertambah namun individu memilih cara berpikir
sempit, maka yang terjadi adalah setback (kemunduran).
Karenanya, upaya peningkatan kematangan beragama perlu dilakukan secara sengaja. Ada
upaya kesengajaan yang intensif-kuat dan ada yang berlangsung secara gradual. Pengalaman
yang tidak sengaja dan bersifat gradual adalah hal-hal yang dialami seseorang dalam
kehidupan sehari-hari yang bersifat rutin. Pengalaman yang tidak sengaja dan bersifat kuat
pengaruhnya di antaranya adalah keajadian-kejadian mengesankan yang didapatkan
seseorang dalam kehidupan nyata. Pengalaman yang sengaja dan gradual antara lain dapat
dilihat dari pendidikan yang ditempuh seseorang. Terakhir, pengalaman yang disengaja dan
bersifat intensif adalah rangsangan-rangsangan kuat yang antara lain berupa keterlibatan
dalam berbagai aktivitas keagamaan. Terus menerus berupaya meningkatkan pengetahuan
agama dengan berguru kepada ulama tertentu secara langsung atau berupaya mengikuti
berbagai pengajian melalui youtube dan media lainnya adalah cara untuk terus menerus
memperbaharui pemahaman keagamaan.
Memiliki teman-teman yang saleh juga penting untuk mempermatang keberagamaan.
Teman-teman yang saleh adalah orang lain yang memilih semangat yang sama untuk dapat
beragama secara baik dan benar. Bila ada penyimpangan dalam memahami, mempraktikkan
dan menghayati agama, orang-orang yang saleh akan meluruskannya. Bila ada kekendoran
dalam beragama, orang-orang saleh akan membantu menyemangati lagi keberagamaan kita.
Selain itu, salah satu cara untuk meningkatkan kematangan beragama, terutama dinamis
dalam beragama dan konsistensi moral, adalah dengan melakukan perenungan secara intensif.
Perenungan secara intensif dilakukan dengan cara sejenak menjauhkan diri dari aktivitas rutin
dan bersama banyak orang. Nabi Muhammad saw dulu melakukan khalwat (menyendiri dan
menjauh dari pandangan orang-orang) ke gua Tsur untuk melakukan perenungan mendalam
tentang akhlak penduduk Makkah. Raja Sulaiman dari Turki Utsmani juga suka melakukan
khalwat untuk merenungkan problem sosial di istana dan masyarakatnya. Cara ini
memungkinkan seseorang mengambil jarak dengan problem masyarakatnya sehingga dapat
memahami masalah secara lebih komprehensif.
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Sebagai manusia yang beragama.kita harus memiliki rasa rendah diri dan tidak merasa
paling tahu akan segala sesuatu pengtahuan keagaman,oleh karena itu,kita menjadi orang
yang dengan rasa ingin tahu tinggi.sehingga kita dapat selalu melakukan upaya untuk
meningkatkan pengetahuan agama dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari .

Anda mungkin juga menyukai