A.Konsep manusia menurut mazhab psikoanalisis dan behavorisme
Kesimpulan Manusia dan mekanisme interaksi antar modus-modus jiwa dalam kerangka psikologi Psikoanalisa telah terbukti tidak memadai untuk memahami fenomena kejiwaan dan kepribadian manusia yang berdimensi vertikal. Asumsi yang dikedepankan disini adalah bahwa untuk memahami fenomena perilaku manusia beragama di belahan bumi lain harusdigunakan basis kultur dimana manusia itu hidup. Perilaku umat Islam sebagai contoh praksisnya, tidak sepatutnya dinilai dengan kacamata teori kepribadian Barat yang sekuler, karena keduanya memiliki frame yang berbeda dalam melihat realitas. Dalam kerangka pikir inilah, konsep atau teori kepribadian Islam harus segera tampil untuk menjadi acuan normatif bagi umat Islam. Melalui psikologi kepribadian Islam, orientasi kepribadian barat yang antroposentris dapat diberi tekanan yang khusus terhadap faktor Tuhan, psikologi islam sangat strategis dalam rangka menawarkan solusi alternatif bagi berbagai kompleksitas permasalahan dan dinamika kepribadian masnusia dengan pendekatan baru, yakni pendekatan psikologi kepribadian yang berbasiskan spiritualitas agama
B.Konsep manusia menurut al’quran
Kesimpulan
Konsepsi Al-Quran tentang manusia antara lain meliputi aspek
jasmaniah,Psikologik, dan rohaniah. Berbeda dengan konsepsi Barat (sains) yang hanya melihat segi Empiriknya saja dari manusia dan kurang memperhatikan hal-hal yang rohaniyah. Segi Jasmaniah manusia digambarkan pada penciptaan-Nya yang berasal dari turab, tanah, Lumpur hitam yang diberi bentuk dan akhirnya menjadi tanah kering seperti tembikar. Gambaran segi material manusia dalam Al-Quran itu tetap harus dijadikan bahan Pemikiran, perenungan dan penelitian bagi manusia yang berpikir sepanjang masa untuk Membuktikan kebesaran Tuhan. Segi psikologik manusia diuraikan dengan adanyaAf’idah dan nafs. Sedangkan segi rohaniah digambarkan dengan peniupan ruh- IlahiKepadanya. Konsep-Konsep Manusia Dalam Al-Qur’an 1. Konsep al-Basyar 2. Konsep Al-Insan 3. Konsep Al-Nas 4. Konsep Bani Adam 5. Konsep Al-Ins 6. Konsep Abd Allah 7. Konsep Khalifah Allah Selain untuk beribadah, tujuan hidup manusia ialah menjadi khalifah Allah untuk Membangun, memanfaatkan, mengolah, mengurus alam dan isinya serta melaksanakanTata tertib, hukum dan aturan-aturan Tuhan guna mewujudkan kemakmuran,Kesejahteraan, kebahagiaan, dan kemajuan peradaban.
C. Perkembangan keberagaman individu Usia 5-12 tahun
Kesimpulan Kondisi pertumbuhan dan perkembangan secara fisik terbagi dalam beberapa fase yaitu pada usia 0-3 tahun dimana pada masa ini akan secara fisik terlihat pendek dan gemuk, pada usia 3-7 tahun fisik anak terlihat lebih langsing dan mulai meninggi, namun pada usia 7-13 tahun anak akan mengalami gemuk kembali.Secara fungsi fisik anak pada usia 1-3 tahun memusatkan dorongan dan tahanan pada alat pembuahan kotoran, pada usia 3-5 tahun alat kelamin pada anak menjadi organ tubuh yang paling perasa, Sedangkan pada usia 5-12 tahun impuls-impuls yang dimiliki anak cenderung dalam kondisi tertekan.Pada tahap ini anak yang berumur 3 – 6 tahun, konsep mengenal Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng- dongeng yang kurang masuk akal.Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa anak pada usia 7 tahun dipandang sebagai permulaan pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi pelajaran dan dibiasakan melakukan shalat pada usia dini dan dipukul bila melanggarnya.
D. Perkembangan keberagaman individu usia 13-25 tahun
Kesimpulan Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif ( E.B. Harlock ). Dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif ( dapat diukur) yang menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Salzman mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence), terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat- minat seksual, perenungan diri, perhatian terhadap nilai-nilai estetika, dan isu-isu moral. Masa remaja meliputi perkembangan, pertumbuhan, dan permasalahan yang jelas berbeda dengan masa sebelumnya maupun masa sesudahnya. Apabila timbul permasalahan pribadi pada masa ini, maka sifat permasalahan memiliki ciri khas.Dalam perspektif psikolog perkembangan dia berada pada posisi remaja akhir. Pada tahap ini, logika remaja mulai berkembang dan digunakan. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Ia mulai suka membuat teori tentang segala sesuatu yang dihadapi, pikirannya sudah melampaui waktu dan tempat, tidak hanya terikat pada hal yang sudah dialami, tetapi juga dapat berpikir mengenai sesuatu yang akan datang karena dapat berpikir secara hipotetis. Perkembangan agama pada remaja ditandai dengan tingkah remaja yang berpendapat bahwa agama adalah omong kosong, mengingkari pentingnya agama dan menolak kepercayaan-kepercayaan terdahulu. Ada 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keberagamaan pada remaja yaitu; faktor internal dan faktor eksternalAda banyak metode- metode untuk menanamkan nilai-nilai agama pada remaja yang terdiri atas: metode penanaman nilai agama sejak dini, metode penanaman nilai agama lewat pembiasaan diri, dan metode penanaman nilai agama lewat pengalaman.
E. Manfaat agama dalam proses belajar mengajar
Kesimpulan Pada akhirnya implemestasi pendidikan dan pembelajaran agama harus berdampingan, seperti dijelaskan di awal, bahwa agama nantinya akan menjadi pondasi mendasar bagi peserta didik. Dan pondasi ini amat penting demi mewujudkan manusia yang benar benar “ homo religionis “ artinya manusia yang mampu memaksimalkan akalnya untuk menerima klaim kebenaran yang bersumber dari agama. Dalam belajar mengajar, Agama sangat penting ditanamkan pada anak anak sedari dini, karena agama sebagi pondasi mendasar, sehingga anak akan tumbuh dengan pondasi agama tersebut, dan ketika dewasa ia mampu mengamalkan pondasi tersebut dengan benar. Sehingga nanti nya terlahir manusia yang hadir dengan pemahaman agama yang baik.