Anda di halaman 1dari 3

Nama : Syaidina Ali Putra Akbar

Semester : 4A

Nim. : 21.22.72

Matkul. : Psikologi agama

Dosen. : Brililyantina inrati M.pd

A.Konsep manusia menurut mazhab psikoanalisis dan behavorisme


Kesimpulan
Manusia dan mekanisme interaksi antar modus-modus jiwa dalam kerangka psikologi
Psikoanalisa telah terbukti tidak memadai untuk memahami fenomena kejiwaan dan kepribadian
manusia yang berdimensi vertikal. Asumsi yang dikedepankan disini adalah bahwa untuk
memahami fenomena perilaku manusia beragama di belahan bumi lain harusdigunakan basis
kultur dimana manusia itu hidup. Perilaku umat Islam sebagai contoh praksisnya, tidak sepatutnya
dinilai dengan kacamata teori kepribadian Barat yang sekuler, karena keduanya memiliki frame
yang berbeda dalam melihat realitas. Dalam kerangka pikir inilah, konsep atau teori kepribadian
Islam harus segera tampil untuk menjadi acuan normatif bagi umat Islam. Melalui psikologi
kepribadian Islam, orientasi kepribadian barat yang antroposentris dapat diberi tekanan yang
khusus terhadap faktor Tuhan, psikologi islam sangat strategis dalam rangka menawarkan solusi
alternatif bagi berbagai kompleksitas permasalahan dan dinamika kepribadian masnusia dengan
pendekatan baru, yakni pendekatan psikologi kepribadian yang berbasiskan spiritualitas agama

B.Konsep manusia menurut al’quran


Kesimpulan

Konsepsi Al-Quran tentang manusia antara lain meliputi aspek


jasmaniah,Psikologik, dan rohaniah. Berbeda dengan konsepsi Barat (sains) yang hanya
melihat segi Empiriknya saja dari manusia dan kurang memperhatikan hal-hal yang
rohaniyah. Segi Jasmaniah manusia digambarkan pada penciptaan-Nya yang berasal dari
turab, tanah, Lumpur hitam yang diberi bentuk dan akhirnya menjadi tanah kering seperti
tembikar. Gambaran segi material manusia dalam Al-Quran itu tetap harus dijadikan
bahan Pemikiran, perenungan dan penelitian bagi manusia yang berpikir sepanjang masa
untuk Membuktikan kebesaran Tuhan. Segi psikologik manusia diuraikan dengan
adanyaAf’idah dan nafs. Sedangkan segi rohaniah digambarkan dengan peniupan ruh-
IlahiKepadanya.
Konsep-Konsep Manusia Dalam Al-Qur’an
1. Konsep al-Basyar
2. Konsep Al-Insan
3. Konsep Al-Nas
4. Konsep Bani Adam
5. Konsep Al-Ins
6. Konsep Abd Allah
7. Konsep Khalifah Allah
Selain untuk beribadah, tujuan hidup manusia ialah menjadi khalifah Allah untuk
Membangun, memanfaatkan, mengolah, mengurus alam dan isinya serta melaksanakanTata
tertib, hukum dan aturan-aturan Tuhan guna mewujudkan kemakmuran,Kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kemajuan peradaban.

C. Perkembangan keberagaman individu Usia 5-12 tahun


Kesimpulan
Kondisi pertumbuhan dan perkembangan secara fisik terbagi dalam beberapa fase
yaitu pada usia 0-3 tahun dimana pada masa ini akan secara fisik terlihat pendek dan
gemuk, pada usia 3-7 tahun fisik anak terlihat lebih langsing dan mulai meninggi, namun
pada usia 7-13 tahun anak akan mengalami gemuk kembali.Secara fungsi fisik anak pada
usia 1-3 tahun memusatkan dorongan dan tahanan pada alat pembuahan kotoran, pada
usia 3-5 tahun alat kelamin pada anak menjadi organ tubuh yang paling perasa,
Sedangkan pada usia 5-12 tahun impuls-impuls yang dimiliki anak cenderung dalam
kondisi tertekan.Pada tahap ini anak yang berumur 3 – 6 tahun, konsep mengenal Tuhan
banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama anak
masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng- dongeng yang kurang
masuk akal.Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa anak pada
usia 7 tahun dipandang sebagai permulaan pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila
anak harus diberi pelajaran dan dibiasakan melakukan shalat pada usia dini dan dipukul
bila melanggarnya.

D. Perkembangan keberagaman individu usia 13-25 tahun


Kesimpulan
Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat
dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif ( E.B. Harlock ). Dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan
proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia
normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar
yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif ( dapat diukur) yang menyebabkan
perubahan pada diri individu tersebut Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa.
Salzman mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap
tergantung (dependence), terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-
minat seksual, perenungan diri, perhatian terhadap nilai-nilai estetika, dan isu-isu moral.
Masa remaja meliputi perkembangan, pertumbuhan, dan permasalahan yang jelas berbeda
dengan masa sebelumnya maupun masa sesudahnya. Apabila timbul permasalahan pribadi
pada masa ini, maka sifat permasalahan memiliki ciri khas.Dalam perspektif psikolog
perkembangan dia berada pada posisi remaja akhir. Pada tahap ini, logika remaja mulai
berkembang dan digunakan. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Ia mulai suka
membuat teori tentang segala sesuatu yang dihadapi, pikirannya sudah melampaui waktu dan
tempat, tidak hanya terikat pada hal yang sudah dialami, tetapi juga dapat berpikir mengenai
sesuatu yang akan datang karena dapat berpikir secara hipotetis.
Perkembangan agama pada remaja ditandai dengan tingkah remaja yang berpendapat
bahwa agama adalah omong kosong, mengingkari pentingnya agama dan menolak
kepercayaan-kepercayaan terdahulu. Ada 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
keberagamaan pada remaja yaitu; faktor internal dan faktor eksternalAda banyak metode-
metode untuk menanamkan nilai-nilai agama pada remaja yang terdiri atas: metode
penanaman nilai agama sejak dini, metode penanaman nilai agama lewat pembiasaan diri,
dan metode penanaman nilai agama lewat pengalaman.

E. Manfaat agama dalam proses belajar mengajar


Kesimpulan
Pada akhirnya implemestasi pendidikan dan pembelajaran agama harus berdampingan,
seperti dijelaskan di awal, bahwa agama nantinya akan menjadi pondasi mendasar bagi
peserta didik. Dan pondasi ini amat penting demi mewujudkan manusia yang benar benar “
homo religionis “ artinya manusia yang mampu memaksimalkan akalnya untuk menerima
klaim kebenaran yang bersumber dari agama. Dalam belajar mengajar, Agama sangat penting
ditanamkan pada anak anak sedari dini, karena agama sebagi pondasi mendasar, sehingga
anak akan tumbuh dengan pondasi agama tersebut, dan ketika dewasa ia mampu
mengamalkan pondasi tersebut dengan benar. Sehingga nanti nya terlahir manusia yang hadir
dengan pemahaman agama yang baik.

Anda mungkin juga menyukai