Anda di halaman 1dari 17

Mata kuliah Dosen

Komunikasi antar pribadi Afrizawati.M.Psi

PERKEMBANGAN MORAL REMAJA

Oleh:

Hadijah Hulopi (12212200121)

FAKULTAS TARBIYAH & PENDIDIKAN


BIMBINGAN KONSELING ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM ABDULLAH SAID BATAM
TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang


telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kita masih diberi kesehatan
hingga saat ini, baik kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani. Sholawat
beserta salam tidak lupa pula kita kirimkan buat junjungan kita yakni Nabi besar
Muhammad SAW. Yang mana karena berkat kemulian akhlaq dan kejujuran serta
kecerdasan beliaulah hingga saat ini kita masih dapat merasakan manisnya
menuntut ilmu dan berilmu.

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Dosen, karena telah


meluangkan waktunya untuk dapat berkesempatan memberikan kami tambahan
pengetahuan mengenai layanan bimbingan kelompok ini. Dan kami memohon
maaf yang sebesar-besarnya atas penyusunan makalah yang kurang mengikuti
keriteria dan ketentuan yang telah ditentukan.

Kepada teman-teman seperjuangan. Kami juga mengucapkan terimakasih


yang sebesar-besarnya atas dorongan dan sokongan terhadap tugas ini, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya hambatan.

Batam, 20 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Pengertian Moral 2

B. Teori Perkembangan Moral 3

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja 6

D. Usaha-Usaha Yang Dapat Dilakukan Orang Tua Guru Untuk


Mengembangkan Moral Remaja 9

BAB III PENUTUP 13

A. Kesimpulan 13
B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
moral adalah nilai kebaikan manusia sebagai manusia. Moral memandang
bagaimana manusia harus hidup sebagai manusia yang baik. Perbedaan
kebaikan moral dengan kebaikan lainnya adalah kebaikan moral adalah
kebaikan manusia sebagai manusia. Kebaikan moral mengandung nilai-nilai
yang universal tentang kemanusiaan. Moralitas adalah segala yang berkaitan
dengan urusan sopan santun. Moralitas dipengaruhi cara berfikir seseorang
tentang moral. menyatakan perbuatan-perbuatan bermoral adalah perbuatan-
perbuatan terpuji. Dalam perkembagan moral orangtua yang paling
berpengaruh terhadap perkembangan moral anak. Sekolah dan guru dapat
membantu mengembangkan rasa cinta dalam diri anak. Guru dapat menjadi
model bagi orangtua yang paling baik bagi anak dan meningkatkan apa yang
telah ditanamkankan orangtua pada anak. moralitas akan mencegah individu
agar tidak melakukan halhal yang terlarang. Disiplin moral tidak diciptakan
untuk kepentinganNya tetapi untuk kepentingan manusia.
B. Rumusan masalah
1. Jelaskan pengertian moral!
2. jelaskan teori perkembangan moral!
3. Apa saja paktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja?
4. Apa saja usaha orang tua dan guru untuk mengembangkan moral remaja?
C. Tujuan masalah
1. Agar mahasiswa/i memahami pengertian moral.
2. Agar mahasiswa/i mengetahui teori perkembangan moral.
3. Agar mahasiswa/i mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan moral.
4. Agar mahasiswa/i mengetahui apa saja usaha-usaha orang tua dan guru
untuk mengembangkan moral remaja.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral
Adapun mengenai pengertian moral. Istilah moral berasal dari kata Latin
mores yang artinya tatacara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan.
Dan juga berarti kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral dapat diartikan ajaran
kesusilaan. Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan. Selanjutnya dapat
dijelaskan juga bahwa moral adalah ajaran tentang baik, buruk perbuatan dan
kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya, sedangkan etika adalah ilmu
pengetahuan asas-asas akhlak. Moral pada dasarnya merupakan rangkaian
nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi dan ia juga
merupakan kaedah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam
hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moralitas merupakan
aspek kepribadian yang harus dimiliki seseorang dalam kaitannya dengan
kehidupan sosial secara harmonis, adil dan seimbang. Perilaku yang bermoral
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari demi terwujudnya kehidupan yang
damai penuh keteraturan, ketertiban dan keharmonisan. Dengan demikian,
moral merupakan kendali dalam berperilaku.
Dalam kaitannya dengan pengamalan nilai-nilai hidup, maka moral
merupakan kontrol dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
hidup yang dimaksud. Dia dapat membedakan mana tindakan yang benar dan
mana tindakan yang salah. Nilai-nilai kehidupan sebagai norma dalam
masyarakat senantiasa menyangkut persoalan antara baik dan buruk, jadi
berkaitan dengan moral.1
Menurut Kohlberg dan Piaget mengemukakan bahwa moral dapat ditinjau
dari tiga pengertian yang berbeda satu sama lainnya, yaitu pandangan moral,
perasaan moral dan tingkah laku moral. Pandangan moral adalah pendapat
atau pertimbangan seseorang tentang pesoalan moral. Pandangan moral remaja
bagus apabila pertimbangannya dalam menelaah masalh atau persoalan moral
sesuai dengan aturan-aturan dan etika moral yang berlaku. Apa alasan remaja

1
Prof. Hamdanah Dan Surawan. Remaja Dan Dinamika.Yogyakarta: K-Media. Cet,Ke-1.
2022. Hal. 34-35.

2
untuk mempertimbangkan bahwa tingkah laku mencuri benar atau salah. Bila
remaja memandang bahwa tingkah laku mencuri tidak sesuai dengan aturan
etika moral, karena merugikan orang lain, menyusahkan orang lain, ini berarti
remaja memiliki pandangan moral yang benar. Jika pertimbangan remaja
tentang mencuri sesuai dengan aturan-aturan etika moral, maka berarti remaja
memiliki pandangan moral yang salah.
Perasaan moral adalah perasaan yang terjadi dalam diri remaja setelah ia
mengambil keputusan untuk bertingkah laku bermoral atau tidak. Apkah
remaja merasa senang atau puas, jika ia melakukan tindakan bermoral dan
merasa bersalah setelah melakukan pelanggaran moral. Bila remaja merasa
bersalah, tidak puas dan merasa berdosa setelah melakukan pelanggaran moral
berarti remaja tersebut memiliki perasaan moral yang benar dan sebaliknya.
Tingkah laku moral adalah tindakan yang sesuai dengan aturan-aturan
etika moral. Pandangan atau pertimbangan, dan perasaan moral yang benar
akan mendorong remaja untuk bertingkah laku moral. Namun dapat terjadi
seorang remaja yang memiliki pertimbangan moral yang benar, bertingkah
laku melanggar moral. Oleh karena itu, dalam pengembangan moral remaja
perlu dilakukan secara serasi dan seimbang antara pengembangan pandangan
moral, perasaan atau kesan moral dan cara-cara bertingkah laku sesuai dengan
aturan atau moral yang berlaku.2
B. Teori Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral terbagi menjadi dua yaitu Perkembangan
Moral Anak Menurut Teori Psikoanalisa dan Perkembangan Moral Menurut
Teori Kognitif.
1. Perkembangan Moral Anak Menurut Teori Psikoanalisa
Frued mengembangkannya gagasan tentang teori psikoanalisa dari
pekerjaannya dengan para pasien mental. Sebagai dokter medis dengan
spesialiasi ilmu penyakit syaraf (neurology) ia menghabiskan sebagian
waktunya untuk perkembangan kepribadian manusia. Menurutnya
kepribadian manusia memiliki tiga struktur: id, ego, dan superego. Id

2
DR. Ida Umami., M.Pd. Kons. Psikologi Remaja.Yogyakarta: Idea Pres. Cet, Ke-1. 2019.
Hal, 72-72.

3
merupakan struktur kepribadian yang terdiri dari naluri (instinct), yang
merupakan gudang energi psikis individu. Id tidak sadar secara total; id
tidak memiliki kontak dengan realita. Ketika anak menghadapi tuntutan
dan hambatan realitas, suatu struktur kepribadian baru muncul yaitu ego.
Ego berurusan dengan tuntutan realitas. Ego disebut “badan pelaksana
(executive branch), karena ego membuat keputusan-keputusan rasional. Id
dan ego tidak memiliki moralitas. Id dan ego tidak memperhitungkan
suatu perbuatan benar atau salah. Ketentuan benar salah diputuskan
superego sebagai struktur kepribadian ketiga. Superego merupakan badan
moral dalam kepribadian dan benar-benar memperhitungkan apakah
sesuatu benar atau salah. Superego mirip dengan apa yang selalu kita sebut
dengan kata hati.
Menurut Sigmud Frued, moralitas muncul antara usia 3 dan 6
tahun. Periode ini dikenal dengan periode munculnya konflik Oedipus dan
Electra. Anak-anak usia dini berkeinginan memiliki orangtua yang berbeda
jenis, namun menekan keinginan tersebut karena takut hukuman dan
kehilangan cinta orangtua. Untuk memelihara cinta orangtuanya, anak-
anak membentuk superego, atau kata hati, dengan mengidentifikasi diri
dengan orangtua yang berjenis kelamin sama, pada saat itu mereka
mengambil standar-standar moral yang menjadi kepribadian mereka.
Frued menyakini moralitas muncul sebagai resolusi dari konflik
Oedipus dan Elektra selama tahun-tahun prasekolah. Ketakutan hukuman
dan kehilangan cinta orangtua mendorong anak-anak untuk membentuk
superego melalui identifikasi dengan orangtua yang berjenis kelamin sama
dan untuk mengalihkan dorongan permusuhan kepada rasa bersalah dalam
diri anak.
Ide-ide psikoanalisis yang baru adalah menempatkan penekanan
yang lebih besar terhadap pembentukan awal dari hubungan yang positif
antara anak dan orangtua sebagai hal yang penting untuk pembentukan
kata hati. Namun mereka tetap mempertahankan teori Frued yang
berkaitan dengan emosi sebagai dasar perkembangan moral.

4
2. Perkembangan Moral Menurut Teori Kognitif
Teori perkembangan kognitif, pada awalnya dikemukakan oleh
Dewey, dilanjutkan Piaget, dan disempurnakan Kohlberg.
Piaget berpendapat bahwa anak-anak membangun sendiri secara
aktif dunia kognitif mereka. Informasi tidak sekedar dituangkan ke dalam
pikiran anak lewat lingkungan. Anak-anak menyesuaikan pemikiran
mereka untuk meliputi gagasan-gagasan baru. Proses ini selalu dikenal
dengan istilah asimilasi dan akomodasi. Piaget menyakini bermain game
dan mengajukan pertanyaan tentang yang ada dalam permainan tersebut
menjadi sebuah (laboratorium kehidupan nyata) bagi anak untuk
memahami bagaimana prinsip-prinsip moral dikembangkan. Pada tahun
1932 melalui observasi dan wawancaranya terhadap anak-anak usia 4
sampai 12 tahun Piaget terangsang untuk memikirkan isu-isu moral. Ia
mengamati anak-anak tersebut bermain kelereng sambil berusaha
mempelajari bagaimana mereka menggunakan dan memikirkan aturan-
aturan permainan. Ia juga menanyakan kepada anak-anak pertanyaan
tentang aturan-aturan etis, misalnya mencuri, berbohong, hukuman, dan
keadilan. Piaget menyimpulkan bahwa anak-anak berpikir dengan dua cara
yang jelas-jelas berbeda tentang moralitas.
Dalam penelitiannya Piaget pura-pura tidak mengetahui aturan
permainan kemudian menanyakan kepada anak, dari jawaban anak-anak
tersebut tentang peraturan permainan Piaget dapat memahami bagaimana
anak memahami aturan-aturan dalam permainan tersebut. Penelitian yang
menggunakan pendekatan bermain banyak digunakan dalam penelitian
psikologi atau ekonomi pada saat ini. Teknik menggunakan cerita pendek
yang menggunakan contoh perilaku terpuji dan tercela juga digunakan
Piaget untuk meneliti perkembangan moral. Setelah anak membaca atau
memainkan peran perilaku terpuji dan tercela anak diminta memberi
komentar terhadap perbuatan tersebut. Dengan kedua cara ini Piaget
mengemukakan teorinya tentang perkembangan moral.3
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja
3
Dr. Masganti Sit, M.Ag. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing.
2012. Cet, Ke- 1. Hal.145-149.

5
Menurut “Hurlock” ada empat faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan moral yaitu:
1. Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya
sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan
2. Mengembangkan hati nurani
3. Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila prilaku individu
tidak sesuai dengan harapan kelompok
4. Mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial untuk belajar apa saja yang
diharapkan kelompok
Perkembangan nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang
dianggapnya sebagai model. Pada usia 12 sampai 16 tahun, gambaran ideal
yang di identifikasi adalah orang-orang dewasa yang berwibawa atau simpatik,
orang-orang terkenal, dan hal-hal ideal yang diciptakannya sendiri. Moral dan
nilai menyatu dalam konsep superego, yang dibentuk melalui jalan internalisasi
larangan-larangan atau perintah-perintah yang datang dari luar, khususnya dari
orangtua “Desmita” Sarwono dalam “Desmita” menyatakan bahwa hubungan
anak orangtua bukanlah satu-satunya sarana pembentukan moral, karena
masyarakat juga mempunyai peran penting dalam pembentukan kode moral.
Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat
itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri bagi yang melanggar. Jadi,
dalam usaha membentuk perilaku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup,
jelaslah bahwa faktor lingkungan memegang peranan penting. Di antara segala
unsur lingkungan sosial yang berpengaruh adalah manusia-manusia yang
langsung dikenal oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai tertentu. Dalam
hal ini lingkungan sosial terdekat adalah orang tua dan guru mereka.
Selanjutnya, Gunarsa dalam “Desmita” mengatakan bahwa teori perkembangan
moral yang dikemukakan oleh Kohlberg menunjukkan bahwa sikap moral
bukan hasil sosialisasi yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal yang
berhubungan dengan nilai kebudayaan melainkan terjadi dari aktivitas spontan
pada masa kanak-kanak. Anak memang berkembang melalui interaksi sosial,
tetapi interaksi ini mempunyai corak yang khusus dan faktor pribadi anak ikut
berperan.

6
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan moral ialah mempelajari apa yang
diharapkan kelompok, mengembangkan hati nurani, belajar mengalami
perasaan bersalah dan rasa malu, mempunyai kesempatan untuk interaksi
sosial, faktor lingkungan, faktor pribadi anak juga ikut berperan dalam
pembentukan kode moral.
Interaksi Sosial, Menurut Herimanto, Interaksi Sosial merupakan
hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik antar
individu, antar kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok
manusia. Interaksi sosial menurut Sitorus, merupakan suatu konsep abstrak
yang dapat diterapkan pada kejadian-kejadian yang tak terbilang banyaknya
dalam hidup sehari-hari. Dalam interaksi sosial, orang yang satu bertemu
dengan yang lain entah secara tatap muka atau secara tidak langsung, entah
untuk bekerja sama atau bersaing, dan seterusnya. Inti pokok dalam kehidupan
sosial adalah interaksi, yaitu aksi atau tindakan yang dibalas dengan reaksi.
Menurut Homans dalam Santosa, aspek-aspek interaksi sosial adalah sebagai
berikut: (a). adanya motif atau tujuan yang sama. (b). adanya suasana
emosional yang sama. (c). adanya hubungan. (d). adanya internal dan eksternal
system. (e). adanya pimpinan.
Sedangkan menurut “Huky” ada empat aspek penting dari interaksi social
yaitu: komunikasi, norma kelompok, sikap (attitude), tingkah laku kelompok.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek yang
mendasari terjadinya interaksi sosial adanya motif atau tujuan, suasana
emosional yang sama, adanya hubungan, adanya eksternal dan internal sistem,
adanya pimpinan, komunikasi, norma kelompok, sikap (attitude), dan tingkah
laku kelompok. Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu kerja sama
(cooperation), persaingan (competition), akomodasi (accommodation), dan
pertentangan atau pertikaian (conflict). Keempat bentuk pokok interaksi itu
dimulai dari kerja sama, kemudian menjadi persaingan, memuncak menjadi
pertikaian, dan akhirnya sampai pada akomodasi.
Hubungan Interaksi Sosial dengan Perkembangan Moral yaitu:
Perkembangan moral merupakan kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi

7
oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan moral
memiliki dimensi intrapersonal, yang mengatur aktivitas seseorang ketika dia
tidak terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal yang mengatur
interaksi sosial dan penyelesaian konflik “Santrock” Sigmund Freud dalam
“Santrock” mendasarkan bahwa karakter dan moralitas seseorang akan nampak
lebih jelas lagi pada sat ia mulai bergaul dan bergaul dengan orang lain. Seiring
dengan perkembangan sosial, anak juga mengalami perkembangan moral.
Adapun yang dimaksud dengan perkembangan moral adalah perkembangan
yang berkaitan dengan aturan mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia dalam interaksinya dengan oran lain “Santrock dan Desmita,”.
“Gunarsa” mengatakan bahwa seseorang dikatakan memperlihatkan
adanya perkembangan moral, jika perilakunya sesuai dengan aturan-aturan
yang ada dalam masyarakatnya, dengan kata lain perkembangan moral
bersangkut paut dengan bertambahnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap
aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang ada dalam lingkungan hidupnya atau
dalam masyarakatnya dan diperlihatkan dalam perilaku yang terus-menerus
atau bersifat tetap.
Interaksi sosial memegang peran penting dalam perkembangan moral
pertama, dengan memberi anak standar perilaku yang disetujui kelompok
sosialnya dan kedua dengan memberi mereka sumber motivasi untuk
mengikuti standar tersebut melalui persetujuan dan ketidaksetujuan. Tanpa
interaksi dengan orang lain anak tidak akan mengetahui perilaku yang disetujui
secara sosial, maupun memiliki sumber motivasi yang mendorongnya untuk
tidak berbuat sesuka hatinya. Interaksi sosial awal terjadi di dalam kelompok
keluarga “Hurlock”.
Anak belajar dari orangtua, saudara kandung, dan anggota keluarga lain
apa yang dianggap benar dan salah oleh kelompok sosial tersebut. Penolakan
sosial atau hukuman bagi perilaku yang salah, dan dari penerimaan sosial atau
penghargaan bagi perilaku yang benar, anak memperoleh motivasi yang
diperlukan untuk mengikuti standar perilaku yang ditetapkan anggota keluarga.
Banyak faktor yang membuat remaja sekarang menjadi seorang individu yang
kurang bermoral, seperti keluarga yang bersikap dingin dan tidak perduli satu

8
sama lainnya, pengaruh teman sebaya yang berkelakuan buruk, kecanggihan
teknologi yang disalah gunakan hingga faktor lingkungan yang negatif. Selain
keluarga, faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap moral remaja adalah
lingkungan sosial anak remaja tersebut, “Hurlock”.4
D. Usaha-Usaha Yang Dapat Dilakukan Orang Tua Guru Untuk
Mengembangkan Moral Remanaja
Ahli psikologi berpendapat bahwa perkembangan moral terjadi sepanjang
rentang kehidupan. Berbagai usaha pendidikan memberikan pengaruh yang
berarti terhadap bentuknya komitmen pribadi tentang nilai-nilai moral yang
akan diserap seseorang. Teknik- teknik dan prosedur yang digunakan dalam
pendidikan moral harus ditunjukkan pada dua aspek, yaitu ditunjukan untuk
stimulus kognitif dan mengembangkan empati. Menciptakan stimulus kognitif
berarti mengguncang equiliblirium seseorang dengan menciptakan situasi
konflik sehingga seseorang menjadi sadar bahwa apa yang dimiliki selama ini
belum cukup mampu untuk menyelesaikan konflik tentang nilai-nilai moral
yang dihadapi. Kohlberg mengemukakan bahwa konflik kognitif hanya akan
disarankan bila pemikiran-pemikiran yang dikoktrinasikan pada satu tahap
perkembangan moral anak, sehingga seseorang bisa melakukan penalaran
moral. Peran orang tua dalam membina moral anak berupa menumbuhkan
prilaku budaya terdiri dari peran orang tua menumbuhkan nilai kerukunan,
menumbuhkan nilai tatakrama atau sopan santun, menumbuhkan nilai
ketaatan, menumbuhkan nilai kemandirian, serta menumbuhkan nilai
tanggung jawab.
Menurut piaget dan kohlberg mengembangkan empati sebangai unsur
afeksi, sanggat penting bagi perkembangan moral anak. Anak prlu dilatih dan
diberi mengalaman untuk dapat merasakan sesuatu menurut pandangan orang
lain. Dengan demikian pada diri anak akan terbentuk tanggung jawab untuk
dapat merasakan sesuatu yang dialami oleh orang lain. “Roleng playing”
(bermain perang) merupakan salah satu teknik yang dapat dilakukan guru
untuk melatih empati anak karena anak diberi kesempatan untuk berperan
sebagai orang lain yang sedang dimainkan.
4
Anna Waty. Hubungan Interaksi Sosial Dengan Perkembangan Moral Pada Remaja Di
SMA UISU Medan. Jurnal: Psikologi Konseling. Vol. 10. No. 1. 2017.

9
Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan guru disekolah untuk
membantu pengembangan moral remaja yaitu:
1. Pendekatan klarifikasi nilai
Penggunaan pendekatan ini dapat memberikan pengalamanbeajar
kepada siswa melalui proses menganalisis secara dalam dan hati-hati.
Nilai-nilai yang dipilih dalam klarifikasi. Siswa akan tumbuh menjadi
pribadi yang lebih positif, memiliki tujuan, dan menerapkan nilai-nilai
dalam menjalani kehidupannya. Dalam pendekatan ini individu bebas
menemukan nilai-nilai dan berfikir analisis yang mengarah pada pemilihan
nilai-nilai yang sesui dengan kehidupan, dapat menginternalisasikan nilai
serta menunjukan komitmen menjalankan nilai yang dipilih dalam
kehidupan. Tingkah laku spesifik yang diharapkan dari pendekatan ini
adalah kesadaran akan konsekuensi pemilihan nilai, dapat menyebarkan
nilai-nilai, menghargai nilai-nilai, memberikan sesuatu sesuai dengan nilai,
dan dapat mewujudkan dalam kehidupan nyata.
2. Pendekatan dilema moral
Kohlberg dan pengikutnya menemukan bahwa dilema berguna
dalam pendidikan moral. Siswa tidak hanya belajar dilema untuk belajar,
tetapi juga belajar dilema nyata dalam kehidupan sehari-hari. Diskusi-
diskusi dilema moral dapat mendorong siswa pada perkembangan moral
yang lebih tinggi. Remaja cenderung memberikan respon satu tahap diatas
perkembangan moralnya yang nyata. Kontek dari dilema moral tidak
memiliki pengaruh yang signifikan dari perkembangan moral tetapi proses
mengemukakan berbagai argument untuk melakukan berbagai tindakan.
Mendorong terbentuknya selfreflekson, dan proses dialog diantara siswa
memberi dasar perkembangan. Dalam membahas dilema, dalam diskusi,
pertama-tama guru harus menghadapkan siswa pada dilema yang
konfrontatif, mengorganisir lingkungan dan problema. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan argument, opini, dan
tanggapanya siswa diarahkan untuk menilai alasan-alasan dan pendapat-
pendapat yang lebih baik untuk mengatasi dilema.

10
Dalam memberikan pendidikan moral, Duska & Whelen
mengemukakan pedoman praktis yang dapat digunakan oleh guru yaitu
sebagai berikut:
a. Menciptakan kelas sebagai lingkungan yang membuat siswa dapat
hidup dan belajar bersama dalam suasana hormat menghormati dan
suasana aman.
b. Memberikan kepada siswa kesempatan untuk mengemukakan
pendapat dalam menentukan aturan-aturan kelas.
c. Memilih hukuman yang ada hubungannya dengan pelanggaran, dan
bila mungkin, hukuman yang diberikan dapat memperhatikan akibat
dari perbuatan siswa terhadap kelompok.
d. Membedakan antara kritik terhadap pekerjaan yang berhubungan
dengan pelajaran dan kritik tindak tanduk, antara aturan tata tertib
sekolah dengan aturan-aturan tentang keadilan dan hubungan antar
manusia.
e. Memberikan kesempatan siswa belajar dalam kelompok.
f. Dalam berceritan dan berdiskusi tentang bagaimana sehari-hari
bantulah anak-anak memikirkan perasaan orang lain, baik yang benar-
benar terjadi ataupun yang fiktif.
g. Membuat permainan peran (role playing) dari kehidupan sehari-hari
atau kejadian yang membawa orang kekecewaan ketegangan,
pertengkaran, kegembiraan dengan maksud memberi kesempatan
kepada siswa untuk dapat melihat kejadian itu dari perspektif lain dari
perspektif mereka.
h. Memberikan kesempatan untuk menndengarkan jawaban tiap siswa
tentang pertimbangan moral, dan pancinglah diskusi-diskusi yang akan
menariknya penalaran moral yang lebih tinggi dengan menggunakan
bahan bacaa, film dan pengalaman sehari-hari.
i. Mengupayakan untuk tidak memberi penilaian terhadap perkembangan
moral atas dasar tingkah laku yang sama, tetapi pertimbangan
moralnya berbeda-beda.

11
Perkembangan moral merupakan salah satu tugas perkembangan
yang hrus dikuasai pada periode remaja. Dicapainya perkembangan moral
yang memuaskan pada periode remaja. Berarti remaja memiliki moral
otonom yang ditandai oleh penguasaan moral yang menjadi miliknya yang
mengatur kehidupan pribadinya.
Moral adalah seperangkat yang menyangkut baik dan buruk, pastas
dan tidak pantas, benar atau salah yang harus dipatuhi seseorang dalam
menjalani kehidupan sehari-hari ada tiga pengertian tentang moral yaitu
pandangan moral.
Pesasaan moral dan tingkah laku moral ada dua teori terkenal yang
membahas tentang perkembangan moral yaitu teori yang dikemukakan
oleh para ahli “social learning” berpendapat bahwa moral remaja dapat
berkembang melalui peniruan dan pembiasaan, mulai dari usia kanak-
kanak sampai remaja, seorang remaja menjadikan orang tua dan orang
dewasa yang dikaguminya menjadi moral dan dipatuhi untuk melakukan
tingkah laku moral. Para ahli kognitif berpendapat bahwa moral anak akan
berkembang jika anak di perkenalkan dengan konsep-konsep moral agar
terbentuk pandangan moral, dan mempertajam perasaan moral dengan
mempunyai pengalaman bahwa bertingkah laku moral merupakan suatu
yang membanggakan dan menjadikan anak mempunyai alasan -alasan
yang jelas dan pedoman yang setandar (filsafat hidup) untuk keharusan
bertingkah laku moral.5

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
5
DR. Ida Umami., M.Pd. Kons. Psikologi Remaja.Yogyakarta: Idea Pres. Cet, Ke-1. 2019.
Hal,84-87

12
Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dan melalui pembahasan
yang telah dibuat, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif
yang signifikan antara interaksi sosial dengan perkembangan moral.
Memperbaiki moral dengan cara meningkatkan interaksi dengan orang tua,
dan lebih bersifat terbuka terhadap orang tua dalam hal apapun dan berani
dalam mengungkapkan pendapat. Inti dari ciri kognisi moral berpusat pada
pertimbangan terhadap efek perilaku tertentu terhadap kesejahteraan orang
lain. Konvensi sosial tidak memiliki konsekuensi interpersonal Misalnya
ketika memberi panggilan “profesor” atau bapak atau ibu kepada dosen atau
menggunakan nama mereka.
B. Saran
Pembahasan tentang “perkembagan moral pada remaja di dalam makalah
ini tidaklah lengkap jika dijadikan sumber rujukan dalam pembelajaran. Maka
kami menyarankan agar pembaca membaca juga buku-buku yang berkaitan
dengan pembahasan sesui materinya.

DAFTAR PUSTAKA

DR. Ida Umami., M. K. (2019). Psikologi Remaja. Yogyakarta: idea pres.

13
Dr. Masganti Sit, M. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana
Publishing.

Surawan., P. H. (2022). Remaja Dan Dinamika. Yogyakarta : K-Media.

Waty, A. (2017). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Perkembangan Moral Pada


Remaja Di SMA UISU Medan. Jurnal: Psikologi Konseling., 15-18.

14

Anda mungkin juga menyukai