PENDAHULUAN
Permasalahan moral yang sering terjadi dikalangan peserta didik disebabkan kurangnya
pemahaman tentang makna moral itu sendiri sehingga menyebabkan terjadinya degradasi
moral dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Menganalisis dengan cara
memecahkan setiap masalah yang menyimpang dari moral yang baik, dan cara peserta didik
beperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang baik di dalam masyarakat.
Masih banyak peserta didik yang belum mengerti dan memahami konsep serta makna moral
yang sebenarnya dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang moral yang baik. Selain itu,
peserta didik belum bisa membedakan moral yang baik dan buruk dikarenakan perbedaan
gender dari peserta didik dikarenakan proses penalaran yang berbeda. Selanjutnya peserta
didik belum mampu mengambil langkah atau solusi dari setiap permasalahan moral yang
terjadi. Untuk itu, pentingnya memberikan wawasan kepada peserta didik tentang moral yang
baik dan sesuai dengan kaidah masyarakat. Dengan demikian, guna mengatasi persoalan
tersebut, maka pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat diupayakan untuk
menganalisis penalaran seseorang dalam berperilaku jika dilihat dari jenis kelamin.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Moral merupakan hal yang penting dalam membentuk warga negara yang baik sesuai yang
diamanatkan dalam undang-undang. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
pada inti juga menjadi acuan dan pedoman dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bermuatan nilai-nilai moral.
Moral Berkaitan dengan baik buruknya perilaku atau perbuatan seseorang. Seseorang yang
dikatakan bermoral jika mengikuti dan mematuhi peraturan dalam masyarakat, bangsa dan
negara.
Seorang laki-laki tentu saja berbeda dengan perempuan bila dilihat dari bentuk fisiknya namun
ketika dikaitkan perilaku moral, tentu akan sama. Artinya seseorang yang bergender laki-laki
yang melakukan kesalahan maka akan sama dengan seorang perempuan yang melakukan
kesalahan karena jenis kelamin bukan berarti berbeda perilakuan namun hukuman yang
diberikanakan sama dan lihat dari kesalahan yang dilakukan seseorang tersebut. Untuk itu,
diperlukan suatu upaya dari berbagai pihak, agar perbedaan jenis kelamin tidak dijadikan alasan
untuk membentuk moral seseorang karena yang menjadi permasalahan adalah ketika Sesorang
tidak memiliki sikap moral. Seseorang yang melakukan kesalahan maka akan
mempertimbangkan salah, namun disarankan diperlukan berbagai upaya dari berbagai pihak
untuk bekerja sama dalam menghadapi permasalahan moral yang ada.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalah moral yang ada sebagai
berikut;
Pendidikan moral juga bertujuan untuk mengajarkan anak memahami konsep moral itu
sendiri dari perspektif agama, tradisi dan sosial budaya, dimulai dari langkah awal
memperkenalkan konsep konkrit ke dalam konsep abstrak (seperti keadilan, kebaikan,
kesusilaan) dan konsep yang benar. Di sisi lain, penalaran moral merupakan metode yang dapat
digunakan untuk mengajarkan perilaku moral kepada anak. Metode ini berkaitan erat dengan
teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Earl dan Kohlberg. Demikian pula, cinta dan
altruisme adalah moral yang bersumber dari jiwa. Seperti halnya doktrin agama: "Cintailah
temanmu seperti halnya kamumencintai dirimu sendiri". Likona percaya bahwa kecenderungan
moral meliputi:
1. Kesadaran merupakan keterampilan dalam mengenali tata susila, standar moral dan
keterikatan untuk melaksanakan segala hal.
2. Pengendalian diri merupakan keterampilan dalam mengendalikan hati dan kepuasan
instan serta menggantinya melalui tindakan yang tepat.
3. Kerendahan nurani merupakan keterampilan dalam memahami batasan diri dan
rasionalisasi pribadi.
4. Kebiasaan moral merupakan keterampilan menumbuhkan kepribadian yang positif
untuk menjadikannya menjadi terbiasa.
5. Kemauan merupakan mau melaksanakan hal yang positif bahkan di kondisi yang berat.
Moral didefinisikan sebagai tingkah laku yang benar, tidak hanya dalam relasi-relasi social dekat
kita, tetapi juga hubungan-hubungan kita dengan anggota warga-warga negara kita dan dengan
seluruh ras manusia (Oladipo, 2009). Sementara moralitas menurut Haydon (1999) adalah
sistem dari batasan-batasan terhadap perilaku orang, yang memenuhi fungsi-fungsi sosial untuk
melindungi kepentingankepentingan dari orang-orang lain. Sekaitan dengan itu, Haydon (1999)
mengemukakan PKn sebaiknya menempatkan moralitas secara jelas sebagai suatu topik, dan
karena moralitas adalah pandangan-pandangan berkompetisi – bahwa moralitas adalah
persoalan dari pilihan pribadi, yang Tuhan berikan, moralitas juga adalah konvensi sosial, dan
karena itu, moralitas harus didiskusikan. Bok (2006) mencatat,meskipun saran-saran akan etika
terapan sudah biasa, etika terapan jarang diwajibkan. Sebagai hasil, mayoritas dari peserta didik
lulusan sekolah tanpa menerima pelajaran dalam penalaran moral atau dalam mata pelajaran
yang dibutuhkan untuk menyiapkan mereka sebagai warga negara yang banyak mengetahui
dalam demokrasi.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bermuatan nilai-nilai moral. Moral
Berkaitan dengan baik buruknya perilaku atau perbuatan seseorang. Seseorang yang dikatakan bermoral
jika mengikuti dan mematuhi peraturan dalam masyarakat, bangsa dan negara.
Seorang laki-laki tentu saja berbeda dengan perempuan bila dilihat dari bentuk fisiknya namun ketika
dikaitkan perilaku moral, tentu akan sama. Artinya seseorang yang bergender laki-laki yang melakukan
kesalahan maka akan sama dengan seorang perempuan yang melakukan kesalahan karena jenis kelamin
bukan berarti berbeda perilakuan namun hukuman yang diberikanakan sama dan lihat dari kesalahan
yang dilakukan seseorang tersebut.
3.2 Saran
Berdasarkan materi yang kami sampaikan, maka kami penulis meminta kritikan dan saran saudara
apabila terdapat kata-kata yang tidak sesuai, dan kami penulis meminta maaf apabila ada kesalahan
dalam pengetikan makalah ini, sebab manusia tak luput dari kesalahan.