Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN MANUSIA, ANAK DAN REMAJADEWASA


DAN LANSIA

Dosen Pengampu:
Husnawati,M.psi
Dibuat Oleh:
Nurjanah
M Qodril Layali

PRODI MANEJEMEN DAKWAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas kelimpahan
rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen yang
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah dengan judul’’Perkembangan jiwa
keagamaan manusia,anak damremaja dewasa dan lansia”
Tak ada gading yang tak retak karenanya saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan
nya.Saya dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima berbagai masukan maupun
saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi seluruh pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I:PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
BAB II:PEMBAHASAN
1. Jiwa Keagamaan Manusia
2. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Anak dan Remaja
3. Perkembangan jiwa keagamaan pada dewasa dan lansia
BAB III:PENUTUP
1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Manusia dilahirkan di dunia ini dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun dalam
keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi
bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap
lebihlebih pada usia dini. Perkembangan jiwa keagamaan pada anak hampir sepenuhnya
autoritas, maksudnya konsep keagamaan itu akan bekembang pada diri mereka dipengaruhi oleh
faktor dari luar diri mereka.
Fisik atau jasmani manusia baru akan berfungsi secara sempurna jika dipelihara dan dilatih. Akal
dan fungsi mental lainnya pun baru akan berfungsi jika kematangan dan pemeliharaan serta
bimbingan dapat diarahkan kepada pengeksplorasian perkembangannya. Kemampuan itu tidak
dapat dipenuhi secara sekaligus melainkan melalui pentahapan. Demikian juga perkembangan
agama pada diri anak.
Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju
dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak
sebelum mencapai masa dewasa. Anak-anak jelas kedudukannya, yaitu yang belum dapat hidup
sendiri, belum matang dari segala segi, tubuh masih kecil, organ-organ belum dapat menjalankan
fungsinya secara sempurna, kecerdasan, emosi dan hubungan sosial belum selesai
pertumbuhannya. Hidupnya masih bergantung pada orang dewasa, belum dapat diberi tanggung
jawab atas segala hal. Dan mereka menerima kedudukan seperti itu. Sedangkan masa remaja
adalah sebagai kelanjutan dari masa anak-anak, yang mana secara fisik mulai tumbuh dan
berfungsi, kecerdasan dan emosi mulai berkembang dan mulai memahami arti dan kebutuhan
hidup, keingintahuan terhadap sesuatu semakin kuat dan rasa agama mulai timbul.

1
2.Rumusan masalah
1) Apa itu jiwa keagamaan?
2) Apa saja perkembangan jiwa keagamaan pada anak dan remaja?
3) Apa itu perkembangan jiwa keagamaan pada dewasa dan lansia?
3.Tujuan
1) Mengetahui 3 rumusan maslah di atas

BAB II
1
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 70
Ratnawati : Memahami Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Anak &Remaja|2
PEMBAHASAN
A.Jiwa keagamaan manusia
1.Manusia dan Kebutuhannya
Jika kita perhatikan dengan seksama, sebenarnya manusia tidak berbedadengan hewan dalam
potensi kehidupan. Potensi kehidupan ini diartikansebagai ciri khas yang diberikan oleh Sang Al-
Kholiq, yang memungkinkan seluruh ciptaan-Nya untuk hidup dan bergantung kepada-Nya.
Antara manusia dan hewan ini sama-sama memiliki kebutuhan hidup, yakni kebutuhan
jasmaniah dan naluriah. Kebutuhan jasmaniah adalah kebutuhan mutlak yang mendasar untuk
dipenuhi tubuh agar bisa menjalankan metabolismenya dengan baik. Dalam pemenuhannya
dapat berupa materi/benda dan aktivitas tertentu. Semua kebutuhan ini muncul karena kerja

struktur organ tubuh(rangsangan internal tubuh). Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi pada

kadar tertentu akan menimbulkan gangguan atau kerusakan bahkan bisa menghantarkan
kematian.
Kebutuhan naluriah adalah kebutuhan yang sifatnya juga mutlak untuk dipenuhi, tetapi jika tidak
terpenuhi akan menimbulkan kegelisahan sematadalam hidup dan tidak sampai membawa
kematian. Kebutuhan ini lahir bukan dari mekanisme kerja organ tubuh, tetapi karena pengaruh
eksternal organ tubuh. Kebutuhan naluriah atau bisa disebut kebutuhan ruhaniyah dibagi
menjadi:
 Kebutuhan akan pertahanan diri (naluri baqa’)yaitu kebutuhan akan kelangsungan hidup
makhluk hidup sebagai individu.Penampakan naluri baqa’berwujud rasa takut,senang
memiliki,senang berkuasa dan sebagainya.
 Kebutuhan akan kelestarian (naluri nau),yaitu kebutuhan akan kelangsungan/kelestarian
jenis makhluk hidup tertentu.Penampakkannya berwujud pada kecendrungan seksual,rasa
keibuan/kebapakan,kasih saying,kecendrungan tolong-menolong dan sebagainya.
 Kebutuhan agama (naluri tadayun),yaitu kebutuhan yang berasal dari kesadaran akan
kelemahan dirinya,kemudian memunculkan dorongan untuk menyucikan kekuatan yang
lebih tinggi.Rasa kagum,menghormati orang lain,peribadatan terhadap sesuatu dan
sebagainya.
potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia sebagai hasil adanya potensi pengikat yang ad
a pada otak manusia. Dengan akal ini, manusia bisa membayangkan atau mengkhayalkan sesuatu
yang tidak wujud, dengan jalan menggabungkan, mengaitkan atau memadukan bagian-bagian
dari alam yang telah direkam oleh kekuatan indra (panca indara). Sehingga apa yang ditangkap

panca indara akan dihubungkan ke otak dan akal manusia, dan dengan itulah manusia bisa
merasakan sifat emosional seperti merasa cinta, benci, marah, sakit, berahi,dan
sebagainya.Kemudian mampu juga menganalisis sesuatu,merancang membuat

komposisi,menyatukan,membagi-bagi,mengambil intisari berupa kaidah-kaidah umum. ,

melakukanqiyas, berkereasi dan segudang kemampuan yang tidak mungkin dimiliki


olehmakhluk hidup lain (hewan) yang hanya mengandalkan indra.
B.Perkembangan jiwa keagamaan pada anak dan remaja
proses perkembangan jiwa keagamaan pada anak-anak dan remaja, berarti memahami sifat–sifat
agama pada anak dan remaja. Sesuai dengan ciri-ciri yang mereka miliki, maka sifat agama pada
anakanak berkembang mengikuti pola ideas concept on outhority. Ide keagamaan pada anak
hampir sepenuhnnya authoritarius, maksudnya konsep keagaamaan pada diri mereka dipengaruhi
oleh faktor dari luar diri mereka.
Berbeda dengan perkembangan jiwa keagamaan di usia anak, perkembangan jiwa keagamaan
para remaja, dipengaruhi oleh perkembangan aspek psikis dan fisiknya. Jadi, sikap keagamaan di
usia remaja belum stabil kadang-kadang taat dan kadang-kadang lalai.
Dari pemikiran-pemikiran di atas, maka dapat dijadikan sebagai bahan acuan para orang tua
maupun para pendidik dalam rangka membimbing serta mengarahkan jiwa keagamaan pada anak
dan remaja. Baik yang berhubungan dengan materi ajaran agama yang akan disampaikan
maupun metode apa yang tepat yang digunakan dalam menumbuh kembangkan jiwa agama
mereka.
Penanaman Nilai-Nilai Agama pada Anak dan Remaja
Pendidikan agama Islam memberikan dan mensucikan jiwa serta mendidik hati nurani dan
mental anak-anak dengan kelakuan yang baik-baik dan mendorong mereka untuk melakukan
pekerjaan yang mulia. Karena pendidikan agama islam memelihara anak-anak supaya melalui
jalan yang lurus dan tidak menuruti hawa nafsu yang menyebabkan nantinya jatuh ke lembah
kehinaan dan kerusakan serta merusak kesehatan mental anak. Adapun pendidikan agama Islam
yang perlu diterapkan kepada anak sejak usia dini antara lain:
2

2
Hadits Riwayat Abu Daud, Lihat Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid I, Terj. Ahmad Shiddiq Thabrani, Lc., dkk., (Jakarta:
Pena Pundi Aksara, 2009), hlm. 124
a) Membisikkan Kalimat Tauhid
Dalam hal ini sejak anak lahir ke dunia tidak lain yang dibisikkan atau diperdengarkan setelah
keluar dari rahim ibunya kecuali “Allah” dengan mensuarakan azan di telinga kanan untuk anak
laki-laki dan iqamat di telinga kiri untuk anak perempuan, karena pendidikan agama Islam
membersihkan hati dan mensucikan jiwa agar anak-anak nantinya tetap patuh perintah Allah.
b) Mengajari Akhlak yang Mulia
Dengan mengajari anak akhlak yang mulia atau yang terpuji bukan hanya semata untuk
mengetahuinya saja, melainkan untuk mempengaruhi jiwa sang anak agar supaya berakhlak
dengan akhlak yang terpuji. Karena pendidikan agama Islam dalam rumah tangga sangat
berpengaruh besar dalam rangka membentuk anak yang berbudi pekerti yang luhur dan memiliki
mental yang sehat.
c) Mengislamkannya atau Mengkhitankannya
Disebutkan dalam Assahhain, dari hadits Abi Hurairah ra, berkata : “Rasululullah Saw. Bersabda:
“Fitrah itu ada lima (Khitan, mencukur buku di bawah perut, mencukur kumis, memotong kuku
dan mencabut buku ketiak)”. Di sini khitan ditempatkan di tempat sebagai ciri fitrahnya
seseorang yang berdasarkan pada kelemah-lembutan agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim,
dimana ia diperintahkan untuk melakukannya pada waktu ia mencapai usia 80 tahun. Dengan
demikian sebagai orang tua yang mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anak-
anaknya, agar tidak menyia-nyiakan amanah tersebut, orang tualah sebagai pembina pertama
dalam hidup dan kehidupan si anak, olehnya itu anak perlu berbakti dan hormat serta berakhlak
mulia terhadap kedua orang tuanya.
d) Upaya Melestarikan Kesehatan Mental Anak Melalui Pendidikan Agama Islam

Ratnawati : Memahami Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Anak &Remaja|27


Dalam upaya melestarikan kesehatan mental setiap anak/orang harus mendapatkan pendidikan
dan bimbingan dan penyuluhan kejiwaan. Dengan demikian mereka membutuhkan sistem
persekolahan yang sesuai dengan kepribadian dan perkembangan anak. Perlunya diketahui
bahwa kesehatan mental dapat dicapai melalui kehidupan jadi rukun dan damai di antara
kelompok sosial dengan saling memberi dukungan fisik, material maupun moral untuk mencapai
ketenangan hidupmelalui agama, dapat meredam gejala jiwa, dan perlu dilakukan/dilaksanakan
secara konsisten dan produktif.
Adapun cara untuk menjaga kesehatan mental anak melalui pendidikan agama Islam antara lain:
a. Menanamkan Rasa Keagamaan terhadap Anak
b. . Membimbing dan Mengarahkan Perkembangan Jiwa Anak Melalui Pendidikan Agama
Islam
c. Menanamkan Etika yang Baik Terhadap Diri Anak Berdasarkan Norma-norma
keagamaan

Metode Pembinaaan Agama pada Anak dan Remaja


1. Pembinaan Jiwa Keagamaan pada Usia Anak
Dalam pembinaan agama pada diri pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan dan latihan-
latihan yang cocok dan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan
latihan-latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu
akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi
bagian dari pribadinya.
Untuk membina agar anak-anak mempunyai sifat terpuji tidaklah mungkin dengan penjelasan
saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik yang diharapkan nanti dia
akan mempunyai sifat-sifat itu, dan menjauhi sifat-sifat tercela. Kebiasaan dan latihan itulah
yang membuat anak cenderung melakukan perbuatan yang baik dan meninggalkan yang kurang
baik. Demikian pula dengan pendidikan agama, semakin kecil umur anak, hendaknya semakin
banyak latihan dan pembiasaan agama yang dilakukan pada anak, dan semakin bertambah umur
anak, hendaknya semakin bertambah pula penjelasan dan pengertian tentang agama itu sesuai
dengan perkembangan yang dijelaskannya.
Demikian pula dengan pendidikan agama, semakin kecil umur anak, hendaknya semakin banyak
latihan dan pembiasaan agama yang dilakukan pada anak, dan semakin bertambah umur anak,
hendaknya semakin bertambah pula penjelasan dan pengertian tentang agama itu sesuai dengan
perkembangan yang dijelaskannya. Pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribadi pada
umumnya, terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik atau pembina yang pertama adalah
orang tua, kemudian guru. Sikap anak terhadap agama dibentuk pertama kali di rumah melalui
pengalaman yang didapat dari orang tuanya, kemudian disempurnakan dan diperbaiki oleh guru
di sekolah maupun di tempat pengajian seperti masjid, mushola, TPQ, dan Madrasah Diniyyah.
Latihan- latihan yang menyangkut ibadah seperti sembahyang, do’a, membaca al-Qur’an, sopan
santun, dan lain sebagainya, semua itu harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama-kelamaan
akan tumbuh rasa senang dan terbiasa dengan aktifitas tersebut tanpa ada rasa terbebani
sedikitpun.
Pembinaan yang baik pada anak adalah membiasakan untuk melakukan kegiatan keagamaaan
atau dibiasakan dalam suasana keagamaan, yang sudah barang tentu kesemuanya diiringi dengan
contoh atau teladan yang baik. Kemudian pada tingkat berikutnya anak baru diberikan pengertian
tentang ajaran atau norma-norma keagamaan untuk dapat dipatuhi secara baik.
3

2. Pembinaan Jiwa Keagamaan pada Remaja


a. Strategi Pembinaan Agama
Di dalam pelaksanaan pembinaan agama sangatlah perlu memperdengarkan nilai-nilai akhlakul
karimah sebagai perilaku qosar yang harus dimiliki seorang remaja. Hal ini tentunya
membutuhkan upaya-upaya strategis yang harus dilakukan agar pembinaan agama senantiasa
dapat selalu menjadi tongkat pecandu dalam kehidupan mereka
b. Metode yang digunakan dalam Pembinaan Agama untuk Remaja meliputi :
1) Metode Ceramah adalah suatu metode yang menggunakan sistematika penyampaian
suatu pengertian tentang materi-materi dengan jalan menerangkan/menuturkan secara
lisan. Penggunaan metode ini banyak dilakukan dalam penyampaian materi yang
menyangkut masalah aqidah, syari’ah maupun akhlak dan juga banyak dipakai oleh
Rasulullah Muhammad Saw dalam menyampaikan dakwahnya.
2) Metode Diskusi adalah suatu metode dalam mempelajari bahan atau menyampaikan
bahan dengan orang musyawarah. Metode ini dari segi efektif untuk merangsang
seseorang berpikir dan mengeluarkan saran atau pendapat sendiri syari’ah
menyumbangkan ide pokok dalam suatu masalah yang terkandung kemungkinan-
kemungkinan jawabannya. Dalam pembinaan agama, metode diskusi ini banyak
dipergunakan dalam bidang syari’ah dan akhlak. Sedangkan masalah keimanan (aqidah)
kurang sesuai apabila metode diskusi ini dipergunakan.
3) Metode Tanya Jawab adalah penyampaian materi dengan cara mengajukan pertanyaan
dan memberikan jawaban pada pertanyaan tersebut. Metode ini dimaksudkan guna
mengenalkan fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk menstimulasi perhatian

3
Fokus : Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol.1, No. 01, 2016
Ratnawati : Memahami Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Anak &Remaja|29
seseorang dengan berbagai cara (sebagai apersepsi selingan dan evaluasi). Metode tanya
jawab juga banyak dipergunakan dalam pembinaan agama meliputi aqidah syari’ah dan
akhlak. Bahkan ketiga-ketiga itu ajaran Islam tersebut disampaikan oleh Malaikat Jibril
kepada nabi Muhammad SAW melalui tanya jawab.
4

C.Perkembangan jiwa kagamaan pada dewasa dan lansia


1,Masa dewasa dan kematangan beragama
Masa Dewasa Menurut Psikologi Barat
Dalam buku psikologi perkembangan karya Elizabeth Hurlock yang banyak di rujuk para
psikolog di Indonesia disebutkan awal masa remaja adalah sekitar usia 13-16 tahun.Sedangkan
akhir masa remaja sekitar 16-18 tahun.Hurlock menyebut,masa remaja sebagai periode
peralihan,usia,bermasalah masa mencari identitas,usia yang menimbulkan ketakutan dan masa
yang tidak realistis.
Hurlock antara lain menulis: “Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah,para
remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan steroitip belasan tahun dan untuk memberikan

kesan bahwa mereka sudh hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa

ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-

4
Ratnawati : Memahami Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Anak &Remaja|31
Fokus : Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol.1, No. 01, 2016

(Lihat, Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan


(Terj.), Jakarta: Erlangga, edisi kelima, hlm. 206-209).
obatan (terlarang), dan terlibat dalam perbuatanseks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini

akan memberikan citra yang mereka inginkan”


Kemudian menurut Hurlock dan Psikologi Barat lain seperti Lewis Sheril dan Erikson termasuk
ikut membagi masa Dewasa itu dalam tiga tahapan masa, yakni pembagian masa dewasa awal,
dewasa tengah dan dewasa akhir.Penjelasan singkat dalam tahapan usia dewasa menurut
Erikson:
 Dewasa muda merupakan pengalaman menggali keintiman (intimacy),kemampuan untuk
membaurkan identitas anda dengan identitas oranglain tanpa takut bahwa anda akan
kehilangan sesustu dari diri anda.Lawan dari identitas adalah isolasi, yaitu
mempertahankan jarak antaradiri sendiri dengan orang lain. Keseimbangan antara
intimidasi denganisolasi adalah belajar melepas diri dari hubungan dengan orang laindan
tetap mempertahankan identitas diri.
 Masa dewasa tengah merupakan masa produktivitas maksimum (usiasekitar 40
65 tahun). Pada masa ini kekuatan watak yang muncul, perhatian (care) rasa prihatin,
dan tanggung jawab yang menghargaisiapa yang membutuhkan perlindungan dan
perhatian. Dalam istilahreligious, stagnasi dan kesia-siaan dihindari dengan
melestarikanfungsinya yang bertanggun jawab dalam mengabdikan hidup dankebudayaan
yang menjadi maksud Tuhan.
 Masa dewasa akhir atau usia lanjut (usia 65 keatas) merupakan masakematangan.
Masalah sentral dalam masa ini adalah menemukankepuasan bahwa hidup yang
dijalaninya merupakan penemuan dan penyelesaian pada masa tua, terjadi
integrasi emosional, sehingga olehErikson disebut sebagai pencapaian kebijaksanaan
(wisdom). Ada jugamenurut Charlotto Bucher, di usia orang dewasa telah
memilikitanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Dengan kata lain,orang
dewasa telah menyadari nilai-nilai yang dipilihnya dan berusahauntuk
mempertahankannya. Orang dewasa telah memiliki identitasyang jelas dan kepribadian
yang mantap.
Perkembangan jiwa keagamaan pada masa dewasa
Masa dewasa sebagai proses pembentukan kematangan dalam beragama ini bukan suatu perkara
yang instan. Pembentukan perkembangan jiwa keagamaan yang baik harus dibina, dididik sedini
mungkin; bahkan bisa diawali saat memilih pasangan hidup. Fakor pendidikan dan ilmu yang
dipelajarinya itu akan sangat menentukan cara pandangan hidupnya. Dan ketika ilmu yang telah
dipelajarainya telah tertanam di dalam jiwa, maka iaakan memiliki sikap sadar diri, sadar
beragama, sadar akan Tuhan dan sadarakan kehidupan ini yang harus dilewati dengan sebaik-
baiknya agar meraih kebaikan dan kebahagian di dunia maupun di akhirat.
Ini bukanlah berarti seseorang harus mempunyai pengetahauankeagamaan secara mendalam
sekali, melainkan ia hanya wajib mengetahui ilmu agama yang akan diamalkannya sehari-hari.
Setelah itu ia berpegang teguh serta mewujudkannya dalam kehidupannya dengan penuh
tanggung
jawab, apapun profesi pekerjaannya. Sesungguhnya tugas manusia adalah menghadirkan
kesuksesan pada setiap tahapan, karena memang hidup manusia penuh dengan
tahapan, sebagaimana Surat Al-Insyiqaq [84] ayat 19:
Artinya:sungguh akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)
Dalam proses perkembangan jiwa kebergamaan seseorang tidak lepas dari upaya untuk mencapai
target kesuksesan. Menurut Dr. Wido Supraha, bahwa tiada kesuksesan besar kecuali berawal
dari kesuksesan di setiap tahapannya.Tiada tahapan kecuali mengandung program. Tiada
program kecuali karenakuat perencanaan. Adanya perencanaan tidak menjadikan manusia seperti
air yang mengalir, namun sebaliknya justeru penuh semangat dalam
menjalani program kehidupan yang disusunnya sehingga kelelahan demi kelelahan pun
dilaluinya, karena ia sadar kematian adalah istirahat panjangnya menuju Yaumul Hisab. Di waktu
yang panjang itu kelak, ia ingin terus- menerus memperoleh rizqi dari Rabb-Nya.
Maka, manusia harus memiliki target kehidupan yang ingin dicapainya.Dan target terbesarnya
itu, apabila ia telah mencapai usia 60 tahun, batas akhir waktu hidup di dunia yang
menghantarkan target akhir hidup, yakni meraih husnul khatimah sehinggah sebelum manusia
mencapai target besar itu,ia diarahkan untuk sukses dimasa dewasanya dan usia 40 tahun bisa
menjadi target pencapaian kesuksesan dalam hidupnya.
Perkembangan jiwa keagamaan pada lansia
Ilmu Jiwa Agama berbeda dengan cabang-cabang Ilmu Jiwa lainnya, karena dikaitkan dengan
dua bidang pengetahuan yang berlainan sama sekali, sebagian harus tunduk kepada agama dan
sebagian lainnya tunduk kepada Ilmu Jiwa. Dengan kata lain Psikologi Agama atau Ilmu Jiwa
Agama, meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah orang atau mekanisma yang
bekerja dalam diri seseorang karena cara seseorang berfikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah
laku, tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi
kepribadiannya.
Sehubungan dengan kebutuhan manusia dari periode perkembangan tersebut, maka dalam
kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan akan dilihat bagaimana pengaruh timbal balik
antara keduanya. Dengan demikian, perkembangan jiwa keagamaan akan dilihat dari tingkat
usia.
Di dalam Islam perlakuan terhadap manusia usia lanjut dianjurkan seteliti dan seteladan
mungkin. Perlakuan terhadap orang tua yang berusia lanjut, dibebankan pada keluarga mereka,
bukan kepada badan atau panti asuhan, termasuk panti jompo. Sehingga merawat orang tua
dalam usia lanjut merupakan kewajiban bagi anak-anak maupun sanak keluarganya, yakni
dengan cara-cara yang diajarkan di dalam alQuran dan Sunnah Rasul.
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Setiap manusia memiliki kebutuhan mendasar, yaitu kebutuhan jasmanidan naluri. Kebutuhan
naluri atau rohani inilah yang terpenting, yaknikebutuhan akan Tuhan untuk disembah sepanjang
hayat. Dalam Islam jikaseseorang sudah akil baligh dan sudah berumur 15, maka ia berada pada
fasekekuatan dan itu disebut masa dewasa. Tidak dapat dipungkiri, jika saat iniada usia yang
sudah matang tetapi pemikirannya masih belum matang/dewasa. Hal itu disebabkan oleh
berbagai macam faktor yang dialaminya.
1) Agama pada masa anak-anak terbentuk melalui pengalamanpengalaman yang diterima
dari lingkungan lalu terbentuk sifat keagamaan pada anak. Tahap perkembangan
keagamaan pada anak melalui tiga tahapan yaitu The Fairly Tale Stage (Tingkat
Dongeng), The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan), dan The Individual Stage (Tingkat
Individu). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah pendidikan keluarga,
pendidikan lembaga, dan pendidikan masyarakat; 2) Perkembangan jiwa agama pada usia
remaja sangat dipengaruhi oleh perkembangan aspek psikologis mereka, yaitu
pertumbuhan mental dan pikiran, pertimbangan sosial, perkembangan perasaan,
perkembangan moral, sikap dan minat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya seperti;
faktor intern (hereditas, tingkat usia, gangguan kejiwaan dan kepribadian) dan ekstern
(keluarga, institusional, dan masyarakat). Sehingga membuatkan jiwa agama mereka
belum stabil seperti dapat dilihat pada sikap remaja dalam beragama yaitu: percaya ikut-
ikutan, percaya dengan kesadaran, percaya, tetapi agak ragu- ragu, dan tidak percaya atau
cenderung ateis
Dan kemudian perkembangan jiwa keagamaan pada masa dewasa ituseharusnya sudah
menunjukkan kematangan berpikir logis dan bersikapmandiri dalam tindakan. Dan puncak
kematangan beragama pada masadewasa ini ada pada usia 40 tahun.Masa dewasa ini termasuk
masa yang panjang dan tidak instan untukmembentuk kematangan jiwa beragama seseorang.
Kita perlu melewati berbagai tantangan kehidupan dengan keimanan, keilmuan,
kesungguhan,kesabaran dan ketaqwaan, agar setiap target, harapan dan cita yang dirancangitu
dapat tercapai dengan baik. Terutama pencapaian target akhir hidup ini,yakni meraih
husnul khatimah. Insya Allah.

DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaluddin. Psikologi Islami : Solusi Islam atas ProblemProblem Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.
Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1987.

Anda mungkin juga menyukai