Dosen Pengampu:
Husnawati,M.psi
Dibuat Oleh:
Nurjanah
M Qodril Layali
1
2.Rumusan masalah
1) Apa itu jiwa keagamaan?
2) Apa saja perkembangan jiwa keagamaan pada anak dan remaja?
3) Apa itu perkembangan jiwa keagamaan pada dewasa dan lansia?
3.Tujuan
1) Mengetahui 3 rumusan maslah di atas
BAB II
1
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 70
Ratnawati : Memahami Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Anak &Remaja|2
PEMBAHASAN
A.Jiwa keagamaan manusia
1.Manusia dan Kebutuhannya
Jika kita perhatikan dengan seksama, sebenarnya manusia tidak berbedadengan hewan dalam
potensi kehidupan. Potensi kehidupan ini diartikansebagai ciri khas yang diberikan oleh Sang Al-
Kholiq, yang memungkinkan seluruh ciptaan-Nya untuk hidup dan bergantung kepada-Nya.
Antara manusia dan hewan ini sama-sama memiliki kebutuhan hidup, yakni kebutuhan
jasmaniah dan naluriah. Kebutuhan jasmaniah adalah kebutuhan mutlak yang mendasar untuk
dipenuhi tubuh agar bisa menjalankan metabolismenya dengan baik. Dalam pemenuhannya
dapat berupa materi/benda dan aktivitas tertentu. Semua kebutuhan ini muncul karena kerja
struktur organ tubuh(rangsangan internal tubuh). Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi pada
kadar tertentu akan menimbulkan gangguan atau kerusakan bahkan bisa menghantarkan
kematian.
Kebutuhan naluriah adalah kebutuhan yang sifatnya juga mutlak untuk dipenuhi, tetapi jika tidak
terpenuhi akan menimbulkan kegelisahan sematadalam hidup dan tidak sampai membawa
kematian. Kebutuhan ini lahir bukan dari mekanisme kerja organ tubuh, tetapi karena pengaruh
eksternal organ tubuh. Kebutuhan naluriah atau bisa disebut kebutuhan ruhaniyah dibagi
menjadi:
Kebutuhan akan pertahanan diri (naluri baqa’)yaitu kebutuhan akan kelangsungan hidup
makhluk hidup sebagai individu.Penampakan naluri baqa’berwujud rasa takut,senang
memiliki,senang berkuasa dan sebagainya.
Kebutuhan akan kelestarian (naluri nau),yaitu kebutuhan akan kelangsungan/kelestarian
jenis makhluk hidup tertentu.Penampakkannya berwujud pada kecendrungan seksual,rasa
keibuan/kebapakan,kasih saying,kecendrungan tolong-menolong dan sebagainya.
Kebutuhan agama (naluri tadayun),yaitu kebutuhan yang berasal dari kesadaran akan
kelemahan dirinya,kemudian memunculkan dorongan untuk menyucikan kekuatan yang
lebih tinggi.Rasa kagum,menghormati orang lain,peribadatan terhadap sesuatu dan
sebagainya.
potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia sebagai hasil adanya potensi pengikat yang ad
a pada otak manusia. Dengan akal ini, manusia bisa membayangkan atau mengkhayalkan sesuatu
yang tidak wujud, dengan jalan menggabungkan, mengaitkan atau memadukan bagian-bagian
dari alam yang telah direkam oleh kekuatan indra (panca indara). Sehingga apa yang ditangkap
panca indara akan dihubungkan ke otak dan akal manusia, dan dengan itulah manusia bisa
merasakan sifat emosional seperti merasa cinta, benci, marah, sakit, berahi,dan
sebagainya.Kemudian mampu juga menganalisis sesuatu,merancang membuat
2
Hadits Riwayat Abu Daud, Lihat Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid I, Terj. Ahmad Shiddiq Thabrani, Lc., dkk., (Jakarta:
Pena Pundi Aksara, 2009), hlm. 124
a) Membisikkan Kalimat Tauhid
Dalam hal ini sejak anak lahir ke dunia tidak lain yang dibisikkan atau diperdengarkan setelah
keluar dari rahim ibunya kecuali “Allah” dengan mensuarakan azan di telinga kanan untuk anak
laki-laki dan iqamat di telinga kiri untuk anak perempuan, karena pendidikan agama Islam
membersihkan hati dan mensucikan jiwa agar anak-anak nantinya tetap patuh perintah Allah.
b) Mengajari Akhlak yang Mulia
Dengan mengajari anak akhlak yang mulia atau yang terpuji bukan hanya semata untuk
mengetahuinya saja, melainkan untuk mempengaruhi jiwa sang anak agar supaya berakhlak
dengan akhlak yang terpuji. Karena pendidikan agama Islam dalam rumah tangga sangat
berpengaruh besar dalam rangka membentuk anak yang berbudi pekerti yang luhur dan memiliki
mental yang sehat.
c) Mengislamkannya atau Mengkhitankannya
Disebutkan dalam Assahhain, dari hadits Abi Hurairah ra, berkata : “Rasululullah Saw. Bersabda:
“Fitrah itu ada lima (Khitan, mencukur buku di bawah perut, mencukur kumis, memotong kuku
dan mencabut buku ketiak)”. Di sini khitan ditempatkan di tempat sebagai ciri fitrahnya
seseorang yang berdasarkan pada kelemah-lembutan agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim,
dimana ia diperintahkan untuk melakukannya pada waktu ia mencapai usia 80 tahun. Dengan
demikian sebagai orang tua yang mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anak-
anaknya, agar tidak menyia-nyiakan amanah tersebut, orang tualah sebagai pembina pertama
dalam hidup dan kehidupan si anak, olehnya itu anak perlu berbakti dan hormat serta berakhlak
mulia terhadap kedua orang tuanya.
d) Upaya Melestarikan Kesehatan Mental Anak Melalui Pendidikan Agama Islam
3
Fokus : Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol.1, No. 01, 2016
Ratnawati : Memahami Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Anak &Remaja|29
seseorang dengan berbagai cara (sebagai apersepsi selingan dan evaluasi). Metode tanya
jawab juga banyak dipergunakan dalam pembinaan agama meliputi aqidah syari’ah dan
akhlak. Bahkan ketiga-ketiga itu ajaran Islam tersebut disampaikan oleh Malaikat Jibril
kepada nabi Muhammad SAW melalui tanya jawab.
4
kesan bahwa mereka sudh hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa
ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-
4
Ratnawati : Memahami Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Anak &Remaja|31
Fokus : Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol.1, No. 01, 2016
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaluddin. Psikologi Islami : Solusi Islam atas ProblemProblem Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.
Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1987.