Anda di halaman 1dari 23

TUGAS : kELOMPOK

MATA KULIAH : ILMU JIWA AGAMA

" perkembangan jiwa agama pada masa dewasa”

Di Susun Oleh :

1. Nurmila Sjachruddin
19.801.011
2. Friwistining Putri
19.801.013

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat
kepada umat manusia.
Makalah ini di  susun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Jiwa Agama dan juga
untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang
semoga bermanfaat.

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan penulisan.............................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI.........................................................................................................4
A. Sikap Keberagaman pada Orang Dewasa.......................................................................4
B. Kerangka Konsep............................................................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................10
A. Metode Penelitian Kualitatif.........................................................................................10
B. Subjek Penelitian...........................................................................................................10
C. Teknik Pengambilan Data.............................................................................................10
D. Tema Yang Diungkap...................................................................................................10
E. Metode Pengumpulan Data...........................................................................................11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................................14
A. Hasil Penelitian.............................................................................................................14
B. Pembahasan...................................................................................................................16
BAB V PENUTUP..................................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna kejadiannya jika dibandingkan


dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Kesempurnaan kejadian tersebut dapat dilihat
dari berbagai sisi di antaranya manusia adalah makhluk yang eksploratif dan potensial.
Dikatakan makhluk eksploratif karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan
diri baik secara fisik maupun psikis.

Manusia disebut sebagai makhluk potensial, karena pada diri manusia tersimpan
sejumlah kemampuan bawaan seperti potensi akal (pikiran), potensi qolb (hati) dan potensi
nafsu yang menghiasi kehidupan. Semua potensi tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan
tingkat dan tahap-tahap perkembangan yang masing-masing individu berbeda. Di sampingitu,
manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk
tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar dirinya.
Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dalam dirinya
yang memerlukan bantuan orang lain agar dirinya mampu berkembang secara optimal
diantaranya melalui jasa konseling.

Orang dewasa mungkin yang sudah berumur 45 tahun belum tentu memiliki
kesadaran beragama yang mantab bahkan mungkin kepribadiannya masih belum dewasa atau
masih „immature‟. Umur kalender atau umur seseorang yang menggunakan ukuran waktu
almanac belum tentu sejalan dengan kedewasaan kepribadiannya, kematangan mental atau
kemantapan kesadaran beragama.Banyak orang yang telah melewati umur 25 tahun, yang
berarti telah dewasa menurut umur kalender, namun kehidupan agamanyamasih belum
matang.Ada pula remaja yang berumur dibawah 23 tahun telah memiliki kesadaran beragama
yang cukup dewasa.Tercapainya kematangan kesadaran beragama seseorang tergantung pada
kecerdasan, kematangan alam perasaan, kehidupan motivasi, pengalaman hidup, dan keadaan
lingkungan sosial budaya.

Sedangkan agama bentuk pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan


kekuatan gaib yang harus dipatuhi, kekuatan gaib itu menguasai manusia, dan mempengaruhi
perbuatan-perbuatan manusia. Agama dapat juga berarti ajaran-ajaran yang diwahyukan
tuhan melalui perantaraan nabi dan rasul. Jiwa keagamaan yang termasuk kedalam aspek

1
rohani akan sangat tergantung pada perkembangan aspek fisik demikian pula sebaliknya.
Oleh karena itu sering dikatakan bahwa kesehatan fisik akan mempengaruhi pada kesehatan
mental.

Pada ahli psikologi perkembangan membagi perkembangan manusia berdasarkan usia


yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa tahap atau periodesasi perkembangan. Secara
garis besarnya periodesasi perkembangan itu terbagi menjadi : 1). Masa Pranatal, 2). Masa
bayi, 3). Masa kanak-kanak, 4). Masa prapubertas, 5). Masa pubertas (remaja), 6). Masa
dewasa dan 7). Masa usia lanjut. Diantara periodesasi perkembangan sebagaimana yang
diuraikan di atas maka dalam tulisan ini penulis akan mencoba memperbincangkan
periodesasi dewasa dalam menghadapi perkembangan jiwa keagamaan.

Dari segi ilmu jiwa agama, dapat dikatakan bahwa perubahan keyakinan atau
perubahan jiwa keagamaan pada orang dewasa bukanlah suatu hal yang terjadi secara
kebetulan saja, dan tidak pula merupakan pertumbuhan yang wajar, akan tetapi adalah suatu
kejadian yang didahului oleh berbagai proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari
begitu juga dengan masa dewasa lanjut atau masa tua (Zakia, 2005:159).

Manusia disebut sebagai makhluk beragama (homo religious). Ahmad Yamani


mengemukakan, bahwa tatkala Allah membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya
penelitian, diberi pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali
alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut dan kegarangan dan kebengisan alam itu.
Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari kekuatan yang dapatmelindungi dan
membimbingnya disaat- saat yang gawat. Insan primitif telah menemukann apa yang
dicarinya pada gejala alam itu sendiri. Secara berangsur dan silih berganti gejalagejala alam
tadi diselaraskan dengan jalan kehidupanya dengan demikian timbullah penyembahan
terhadap api, matahari, bulan dan bendabenda lainnya dari gejalagejala alam tersebut.
Dorongan beragama merupakan salah- satu dorongan yang bekerja pada diri manusia
sebagaimana dorongan- dorongan lainnya, seperti: makan, minum, intelek, dan lain
sebagainya.

Sejalan dengan hal itu maka dorongan beragama pun menuntut untuk
dipenuhi,sehingga pribadi manusia itu mendapat kepuasan dan ketenangan. Selain itu
dorongan beragama merupakan kebutuhan insaniah yang tumbuhnya dari gabungan berbagai
faktor penyebab yang bersumber dari rasa keagamaan. Dalam ajaran Islam bahwa adanya
kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia sebagai makhluk tuhan dibekalin dengang

2
berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sajak lahir salah satu fitrah itu adalah kecendrungan
terhadap agama. Prof .Dr.Hasan Langgulung mengatakan bahwa salah satu fitrah adalah
bahwa manusia menerima Allah sebagai tuhan, dengan kata lain manusia itu adalah dari asal
mempunyai kecendrungan beragama, sebab agama itu sebagian dari fitrah Nya. Manusia
selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama. Manusia merasa bahwa dalam
jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Yang Maha kuasa tempatnya berlindung
dan memohon pertolongan. Mereka akan merasa tenang dan tentram di kala mereka
mendekatkan diri dan mengabdi kepada Yang Maha kuasa.

Psikologi Agama pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan untuk
membantu mahasiswa memahami perkembangan jiwa keagamaan manusia mulai dari masa
kanak-kanak sampai lanjut usia, dimana perkembangan jiwa keagamaan tersebut dipengaruhi
oleh dinamika kejiwaan. Hal ini penting untuk diketahui karena mahasiswa PAI disiapkan
untuk menjadi guru agama yang bukan hanya bertugas untuk memahamkan materi pelajaraan
keagamaan, namun tugas yang lebih berat adalah membentuk jiwa keagamaan anak didiknya
agar menjadi lebih baik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan jiwa agama pada masa dewasa ?

C. Tujuan penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan yang dapat diambil ialah :

1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan jiwa agama pada masa dewasa ?

3
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Sikap Keberagaman pada Orang Dewasa

Chariotte Buchler melukiskan masa perkembangan pada masa dewasa dengan ungkapan
bathin mereka dengan kata-kata: “Saya hidup namun saya tidak tahu untuk apa”. Kata-kata
yang digunakan Buchler tersebut menggambarkan bahwa di usia dewasa orang sudah
memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang
dewasa sudah memahami nilai-nilai yang sudah dipilihnya dan berusaha untuk
mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang
jelas dan kepribadian yang mantap yang terlihat dari caranya bertindak dan bertingkah laku
yang agak bersifat tetap (tidak berubah-ubah), serta pemikiran terhadap kehidupan mendapat
perhatian yang tegas. Pada masa ini orang dewasa sudah berfikir tentang tanggung jawab,
nilai-nilai sosial moral, ekonomis, dan keagamaan yang kuat (Buchori, 1982).

Masa dewasa merupakan kelanjutan dari masa remaja dan pada periode ini biasanya
manusia sudah mapan secara psikologis. Dari segi perkembangan jiwa keagamaan pada usia
ini belum banyak diungkapkan oleh para ahli, pada umumnya yang banyak dibahas secara
fisik dalam bentuk pertumbuhan sudah berakhir pada masa ini dan umumnya mereka sudah
meninggalkan bangku pendidikan menengah (Hayati, 2003: 66).

Elizabeth (1980:51) menjelaskan saat telah menginjak usia dewasa terlihat ada
kematangan jiwa mereka, “saya hidup dan saya tau untukapa,” menggambarkan bahwa di
usia dewasa orang sudah memiliki tanggungjawab serta sudah menyadari makna hidup.
Dengan kata lain, orang dewasa menilai yang dipilihnya berusaha untuk mempertahankan
nilai-nilai tersebut. Elizabeth B Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian

a) Masa Dewasa Awal

Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu
suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial,
periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan
penyusaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40
tahun (Heni, 2007: 133).

4
b) Masa Dewasa Madya

Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur 40 sampai 60 tahun. Ciri-ciri yang
menyangkut pribadi dan social anatara lain: masa dewasa madya merupakan masa transisi, di
mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya
memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmanai dan perilaku yang baru.
Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan pada masa sebelumnya, dan
kadangkadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan
sosial(Heni, 2007:133).

c) Masa Usia Lanjut Periode

Selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan-lahan
dan bertahap dikenal sebagai “senescence” yaitu masa proses menjadi tua. Usia lanjut adalah
periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatuperiode di mana seorang telah
beranjak jauh dari pada periode terdahulu. Masa ini dimulai dari umur 60 sampai mati, yang
ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun
(Heni, 2007:133).

Jadi dapat disimpulkan bahwa masa dewasa itu terbagi atas tiga bagian, yaitu masa
dewasa awal, madya dan masa usia lanjut yang masingmasaing terdapat kisaran umur yang
berbeda-beda. Kematangan jiwa orang dewasa setidaknya memberikan gambaran tentang
bagaimana sikap keberagamaan orang dewasa. Mereka telah meiliki tanggungjawab terhadap
system nilai yang dipilihnya, baik system nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun
bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan dan pemilihan nilai tersebut telah
didasarkan ke pada pertimbangan pemikiran yang matang (Sujanto, 1981:67)

Konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang
mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak
agama. Lebih jelas lagi, konversi agama menunjukan bahwa suatu perubahan emosi yang
tiba-tiba kearah mendapat hidayah Allah SWT secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin
saja sangat mendalam atau dangkal. Dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara
berangsur-angsur.

Dalam membicarakan proses terjadinya konversi agama, sebenarnya sukar untuk


menentukan satu garis, atau satu rentetan proses yang akhirnya membawa kepada keadaan
keyakinan yang berlawanan dengan keyakinannya yang lama. Proses ini berbeda antra satu

5
orang dengan yang lainnya, sesuai dengan pertumbuhan jiwa yang dilaluinya, serta
pengalaman dan pendidikan yang diterimanya sejak kecil, ditambah dengan suasana
lingkungan, dimana ia hidup dan pengalaman terakhir yamng menjadi puncak dari perubahan
keyakinan itu. Selanjutnya apa yang terjadi pada hidupnya sesudah itu.

Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran tentang


bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah memiliki tanggung jawab
terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik sistem nilai yang bersumber dari agama maupun
norma-norma lain dalam kehidupannya. Pemilihan nilai tersebut didasarkan atas
pertimbangan pemikiran yang matang.

Berdasarkan hal ini, maka sikap keberagamaan seseorang di usia dewasa sulit untuk
diubah. Jika terjadi perubahan mungkin prose situ terjadi setelah melewati proses pemikiran
yang panjang dan matang

Sikap keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas
nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh
pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya.
Bergama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa
antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan


sekedar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realistis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan
dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif pada ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari
dan memperdalam pemahaman agamanya.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri
sehingga sikap keberagamaan mereka merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama, sehingga kemantapan beragama
selain didasarkan atas pertimbangan pikiran juga didasarkan atas pertimbangan nurani.
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah pada tipe-tipe kepribadian masing-masing,
sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami, dan
melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.

6
8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial,
sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah
berkembang. Dengan demikian agama orang dewasa secara umum sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Faktor hereditas dan asal usul keluarganya sendiri
2) Kondisi keberagamaan keluarga suami/ istri serta kondisi keberagamaan keluarga
yang dibangunnya sekarang.
3) Pendidikan formal maupun nonformal yang pernah dialaminya.
4) Pengalaman hidup, baik masa lalu maupun sekarang.
5) Lingkungan hidup, baik masa lalu maupun sekarang.
6) Pekerjaan.
7) Pergaulan, baik dilingkungan masyarakat sekitar maupun di tempat kerja.
8) Hasil olah piker, motivasi, inovasi, serta olah perasaan (bathin) yang dialami dan
dilakukan selama ini.
9) Pengaruh media, baik cetak maupun elektronik yang mereka terima selama ini.
10) Faktor hidayah dari Allah SWT.

B. Kerangka Konsep

Desminta (2005:234) Pada umumnya para ahli psikologi menetapkan waktu dimulainya
status kedewasaan yaitu sekitar usia 20 tahun sebagai awal dewasa dan berlangsung sampai
sekitar usia 40- 45, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar usia 40 sampai 45
sampai sekitar usia 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau masa tua berlangsung dari sekitar
usia 65 tahun hingga meninggal dunia.

Dalam bukunya Pengantar Psikologi Kriminal Drs.Gerson W. Bawengan, S.H.


mengemukakan pembagian kebutuhan manusia berdasarkan pembagian yang dikemukakan
oleh J.P. Guilford sebagai berikut:

a) Kebutuhan Individual Terdiri Dari:


1) Homeostatis, yaitu kebutuhan yang dituntut tubuh dalam proses penyesuaian diri dan
lingkungan.dengan adanya pertimbangan ini maka tubuh akan tetap berada dalam keadaan
mantap, stabil,dan harmonis. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan tubuh akan zat, protein, air,
garam mineral, vitamin, oksigen, dan lainnya.

7
2) Regulasi temperatur adalah penyesuaian tubuh dalam usaha mengatasi kebutuhan
akan perubahan temperatur badan. Pusat pengaturannya berada dibagian otak yang disebut
hypothalmus. Gangguan regulasi temperatur akan menyebabkan tubuh mengalami gangguan.
3) Tidur merupakan kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi agar terhindar dari gejala
halusinasi.
4) Lapar adalah kebutuhan kebutuhan biologis yang harus dipenuhi untuk
membangkitkan energi tubuh sebagai organis. Lapar akan menyebabkan gangguan pada fisik
maupun mental.
5) Seks merupakan kebutuhan seks sebagai salah satu kebutuhann yang timbul dari
dorongan mempertahankan jenis. Sigmund Freud menganggap kebutuhan ini sebagai
kebutuhan vital manusia. Terutama pada masa remaja kebutuhan ini demikian menonjolnya
sehingga sering mendatangkan pengaruh- pengaruh negatif1 (Jalaluddin, 2012:86).
Kebutuhan sosial manusia tidak disebabkan pengaruh yang datang dari luar (stimulus),
seperti layaknya pada binatang. Kebutuhan pada manusia berbentuk nilai. Jadi, kebutuhan itu
bukan sematamata kebutuhan biologis melainkan juga kebutuhan rohaniah. Bentuk
kebutuhan ini menurut Guilford terdiri dari:
1) Pujaan dan binaan Setiap manusia normmal membutuhkan pujian dan hinaan. Kedua
unsur ini menurut Guilford merupakan faktor yang menentuka dalam pembentukan
sistem moral manusia. Pujian merangsang manusia untuk mengejar prestasi dan
kedudukann yang terpuji sedangkan hinaan menyadari manusia dari kekeliruan dan
pelanggaran terhadap etika sosial.
2) Kekuasaan dan mengalah Alferd Adler mengatakan, bahwa secara naluriah manusia itu
ingin berkuasa dan Nietrzche menyebutkan sebagai motif primer dalam kehidupan
manusia. Sedangkan Guilford berpendapat bahwa kebutuhan kekuasaann dan mengalah
ini tercermin dari adannya perjuangan manusia yang tak henti- hentinya dalam
kehidupan.
3) Pergaulan Kebutuhan yang mendodrong manusia untuk hidup dan bergaul sebagai homo-
socius (makhluk bermasyarakat) dan ZonPoliticon (makhluk yang berorganisasi).
4) Imitasi dan simpati Kebutuhan manusia dalam pergaulannya yang tercermin dalam
bentuk meniru dan mengadakan respon emosional. Tindakan tersebut menurutnya adalah
sebagai akibat adanya kebutuhan akan imitasi dan simpati.
5) Perhatian Kebutuhan akan perhatian merupakan salah satu kebutuhan sosial yang
terdapat pada setiap individu. Besar kecilnya perhatian masyarakat terhadap seseorang
akan mempengaruhi sikapnya. Hal ini akan tampak dalam kehidupan sehari- hari.

8
Selanjutnya Dr. Zakiah Dradjat dalam bukunya Peranan Agama dalam Kesehatan Mental
membagi kebutuhan manusia atas dua kebutuhan pokok, yaitu:

1) Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmaniah: makan, minum, seks, dan sebagainya
(kebutuhan ini didapat manusia secara fitrah tanpa dipelajari).
2) Kebutuhan sekunder atau kebutuhan rohaniah: jiwa dan sosial. Kebutuhan ini hanya
terdapat pada manusia dan sudah dirasakan sejak manusia masih kecil(Jalaluddin,
2005:94). Kebutuhan manusia akan agama Manusia adalah makhluk yang religius yang
dianugrahi ajaran-ajaran yang dipercayainya. Ajaran tersebut akan ada apabila
didapatkan bimbingan nabi. Manusia akan mendapatkan pelajaran agama dari orang tua,
guru agama dan orang – orang yang mengerti agama. Karena itu wajib memiliki agama
untuk keselamatan hidup dan ketentraman hati. Beregama merupakan kebutuhan
manusia karena manusia adalah makluk lemah sehingga memerlukan tempat bertopang
dan tempat mengaduDjamaluddin dan Fuat, 1994:177).

9
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Kualitatif

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Sukmadinata


(2009), metode kualitatif adalah penelitian untuk mendiskripsikan dan menganalsis tentang
fenomena, peristiwa, kepercayaan, sikap, dan aktivitas sosial secara individual maupun
kelompok. Metode kualitatif merupakan kumpulan metode untuk menganalisis dan
memahami lebih dalam mengenai makna beberapa individu maupun kelompok dianggap
sebagai masalah kemanusiaan atau masalah sosial Creswell (2015).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan peneltian kualitatif untuk dapat


memahami fenomena dalam perkembangan kejiwaan seseorang pada masa dewasa . Dalam
penelitian kualitatif peneliti menganalisis dan setelah itu melaporkan fenomena dalam suatu
hasil analisa dalam penelitian.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dipilih secara purposive, kriteria yang dipakai dalam
menentukan subjek penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lokasi penelitian dilakukan dalam ruangan (wawancara di lingkungan informan),


wawancara informal , berkomunikasi tidak resmi
2. Subjek merupakan seorang ibu rumah tangga dan pegawai swasta
3. Subjek berusia 25 tahun & 30 tahun

C. Teknik Pengambilan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive
sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus
yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan
dalam penelitian.

D. Tema Yang Diungkap

Tema yang diungkap dalam penelitian ini adalah dampak psikologis apa saja yang
dialami subjek pada masa dewasa ini.

10
E. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara sebagai metode


pengumpulan data untuk penelitian. Wawancara adalah suatu pola khusus dari sebuah
interaksi yang dimulai secara lisan untuk suatu tujuan tertentu dan di fokuskan pada daerah
konten yang spesifik dengan suatu proses eliminasi dari bahan-bahan yang tidak ada
hubungannya secara berkelanjutan Robert Kahn dan Daniel Katz (2006). Menurut
Kontjaraningrat (2002) wawancara merupakan suatu cara yang digunakan untuk tugas
tertentu, mencoba untuk mendapatkan sebuah informasi dan secara lisan pembentukan
responden, untuk berkomunikasi secara tatap muka.

Dari dua pengertian mengenai wawancara dapat disimpulkan bahwa metode


wawancara merupakan suatu percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
interviewer dan interviewee secara lisan untuk mendapatkan sebuah informasi. Pertanyaan
yang digunakan adalah pertanyaan untuk menggali lebih dalam mengenai topik
permasalahan. Pedoman wawancara yang akan digunakan peneliti, sebagai berikut :

A. Identitas
a) Identitas Informan
 Nama : Meilia

Usia : 25 tahun

Pendidikan : S1

Alamat : Tolitoli, Sulawesi Tengah

 Nama : Aniella Amanda


Usia : 22 Tahun
Pendidikan : SMA
Alamat : Hertasning Baru

b) Identitas Keluarga
 Informan 1
Ayah : Gatot
Ibu : Sutatik

11
 Informan 2
Ayah :
Ibu:
B. Dampak psikologis/perubahan kejiwaan selama memasuki usia dewasa
C. Macam-macam kebutuhan yang diperlukan pada usia dewasa
D. Pengaruh lingkungan yang memunculkan perilaku untuk meningkatkan jiwa
keagamaan
a. Pengaruh lingkungan baik dari luar (keluarga) maupun dari luar (pertemanan),
b. Adanya pemicu lain yang berasal dari lingkungan.

2. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat lebih dekat kegiatan yang
dilakukan Riduwan (2004). Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan
yang dilakukan informa. Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proes terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan .
Observasi dalam penelitian ini menggunakan observasi nonpartisipan. Observasi
nonpartisipan merupakan suatu proses pengamatan observer tanpa ikut dalam kehidupan
orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat Margono
( 2005).Observasi penelitian ini untuk mendapatkan data yang mendalam dan tidak sampai
pada tingkat makna (nilai-nilai dibalik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang
tertulis). Dalam observasi peneliti segera mencatat perilaku yang muncul untuk dapat
memberikan keabsahan pada fenomena yang sedang diteliti. Fenomena tersebut seperti :
Gerak tubuh, perilaku, mimik wajah, serta respon saat menjawab pertanyaan.

3. Uji keabsahan data


Keabsahan data dilakukan untuk terjaminnya keakuratan data. Data yang salah akan
menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula sebaliknya, data yang valid
akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar. Keabsahan data merupakan
konsep yang sangat penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan

12
keandalan (reliabilitas) menurut versi positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan, kriteria
dan paradigmanya sendiri.
4. Metode analisis data
Moleong (2008) mengatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
menfokuskan pada paparan kalimat, sehingga lebih mampu memahami kondisi psikologi
manusia yang komplek (dipengaruhi oleh banyak fakta) yang tidak cukup, apabila hanya
diukur dengan menggunakan skala saja. Hal ini terutama didasari oleh asumsi bahwa manusia
merupakan animal symbolicum (makhluk simbolis) yang mencari makna dalam hidupnya.
Sehingga penelitian ini memerlukan peran kualitatif guna melihat manusia secara total.
Tujuan analisis data kualitatif agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-
variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam
penelitian. Hubungan antar semantis sangat penting karena dalam analisis kualitatif, peneliti
tidak menggunakan angka-angka seperti pada analisis kuantitatif. Prinsip pokok teknik
analisis data kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi
data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.
Menurut Miles,Huberman &Saldana (2014), terdapat tiga teknik analisis data
kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung
terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.
Teknik analisis data kualitatif sebagai berikut :

1. Reduksi Data Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga
kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.
2. Penyajian Data Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi
kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif
berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.
3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis
data kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk
mengambil tindakan. Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa ada
yang mengutarakan memfokuskan pada kalimat dan ada juga yang menjelaskan
mengenai makna variabel dalam sesuatu.

13
14
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

 Ciri-ciri apa yang anda rasakan yang menandakan bahwa anda adalah orang dewasa ?

Informan 1 : Yang pastinya sih sekarang saya sudah mampu menyelesaikan masalah-
masalah yang terjadi dikehidupan ini, sudah matang dalam bersikap/bertanggung jawab,
sudah mampu untuk lebih mandiri lagi,membiayai kebutuhan hidup sendiri dengan
penghasilan sendiri, lebih mengenal diri saya sendiri juga yang pastinya, belajar menerima
keberadaan orang lain di hidup saya, mampu berpikir dan bertindak mandiri, serta mampu
membedakan mana yang baik dan yang buruk.

Informan 2 : Menurut Pendapat Saya Pribadi, Hal yang menandakan kita telah
dewasa itu saat kita telah mampu membedakan hal baik dan buruk, Tidak hanya mendengar
dan merespon, kita juga akan berusaha melihat berbagai hal dari sudut pandang lain sehingga
kita mampu memahami kondisi orang lain dengan lebih baik. kita juga menyadari bahwa
banyak hal yang dapat dipelajari dari orang lain.

 Kebutuhan apa saja yang anda butuhkan ketika memasuki usia dewasa ?

Informan 1 : Selain kebutuhan primer dan sekunder yang terpenting adalah kebutuhan
akan tuhan yaitu Allah SWT. Selalu ingin dekat dengan sang pencipta, sadar bahwa tidak
ada daya upaya melainkan pertolongan Allah SWT.

Informan 2 : Dikarenakan saya Konversi di umur yang terbilang cukup mudah,


Tidak hanya kebutuhan materi. Dukungan dan support dari lingkungan juga sangat saya
butuhkan agar saya tetap kuat dan yakin pada jalan yang telah saya ambil.

 Bagaimana perkembangan psikologis anda selama masa dewasa ini ?

Informan 1 : Sebagai seseorang yang sudah masuk dalam kategori orang dewasa, yah
saya rasa peran dan tanggung jawabnya juga semakin bertambah dan berat, tidak lagi

15
bergantung kepada orang tua, baik itu secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis. Kita
harus bisa membuktikan bahwa kita sudah betul betul menjadi pribadi yang dewasa dan
mandiri. Yah meskipun untuk membentuk pribadi yang seperti itu membutuhkan fisik yang
kuat, pribadi yang matang, tangguh serta harus penuh rasa tanggung jawab. Saya rasa setiap
orang dewasa pasti memiliki daya tahan yang kuat, taraf kesehatan yang prima, dibandingkan
dengan masa sebelum memasuki usia dewasa.

Informan 2 : Masa-masa sulit pasti ada, stress, banyak lika-likunya, tapi


Alhamdulillahnya berkat dukungan dan support dari diri sendiri dan lingkungan sekitar serta
keterlibatan Allah SWT. Saya mampu melewati itu semua.

 Bagaimana perkembangan jiwa agama anda selama menginjak usia dewasa ?

Informan 1 : Berbeda saat masih kanak-kanak/remaja, saat dewasa ini saya


merasakan banyak perubahan/perkembangan khususnya dalam hal keagamaan. Saat sewasa
ini saya semakin banyak membaca dan mencari ilmu/wawasan, dan semakin saya sadar pula
bahwa saya ini tidak ada apa-apanya di hadapan Allah SWT, Islam itu sangat indah ya.
Contoh lainnya juga ada banyak perubahan di diri saya seperti perubahan antara dari zohir
misalnya yang dulu suka berpenampilan modis, stylish, gaul-gaul, sekarang alhamdulillah
sudah dikurangi . Yang dulunya jarang mengaji, sholat hanya menggugurkan kewajiban ,
sekarang alhamdulillah wawasan semakin luas semakin di permantap lagi dalam beribadah.

Informan 2 : Tentunya setelah memutuskan menjadi Seorang Muslimah banyak


perkembangan dan peningkatan ilmu agama yang saya rasakan seperti, Lebih rajin beribadah,
lebih ingin memperdalam pengetahuan tentang ilmu agama, yang dulunya tidak memikirkan
kalau ilmu agama itu nomor satu, juga belum berfikir bagaimana keadaan diakhirat kelak.
Kalau sekarang jadi tau bahwa agama itu sangat berperan penting dalam kehidupan kita, dan
kalau beribadah sekarang juga rasanya lebih nyaman dibanding sebelum memeluk islam.
Karena sekarang semuanya tertutup sedangkan yang dulu lebih terbuka dan membuat saya
tidak nyaman, yang paling penting laki-laki dan perempuan dipisah saat beribadah ataupun
sedang melaksanakan kegiatan ibadah lainnya yang membuat saya begitu nyaman melakukan
ibadah.

16
B. Pembahasan

Dewasa bukan hanya tentang umur, bukan hanya tentang berapa senti dan berapa
besar otot yang dimiliki, tetapi juga tentang seberapa mampu kamu dalam menyelesaikan
konflik-konflik yang terjadi di kehidupan, seberapa mampu kamu bertanggung jawab
terhadap perbuatan yang telah kamu lakukan, dan seberapa mampu kamu berguna bagi orang
di sekeliling.
Kebutuhan manusia terhadap agama disebabkan manusia sebagai mahkluk tuhan
dibekali dengan potensi (fitrah) yang di bawa sejak lahir. Salah satu fitrah tersebut adalah
kecenderungan terhadap agama oleh karenanya manusia disebut sebagai mahkluk yang
beragama (homo religius) dimana manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut
agama karena manusia merasa bahwa Yang Maha Kuasa adalah sejatinya tempat kita
berlindung dan memohon pertolongan.
Ketika mereka menginjak dewasa, pada umunya mereka mempunyai sikap
menemukan jati diri mereka, menemukan tujuan hidup mereka, menemukan cita-cita dunia
dan akhirat mereka, dan menggariskan jalan hidup mereka sendiri dengan penuh tanggung
jawab. Secara umum mereka yang tergolong dewasa berusia 20-40tahun. Bagi mereka , di
masa dewasa ini beragama sudah bukan sekedar ikut-ikutan. Oleh karena itu mengenali dan
memahami ilmu agama sudah mereka tanamkan dalam diri mereka, dalam kehidupan sehari-
hari mereka, bukan hanya sebatas kehidupan dunia akan tetapi untuk kehidupan abadi kelak
yaitu kehidupan ukhrawi. Itulah yang dinamakan kematangan beribadah.
Kemantapan jiwa orang dewasa ini menggambarkan sikap keberagaman pada orang
dewasa, memiliki tanggung jawab terhadap apa yang dipilihnya, baik itu bersumber dari
agama maupun sumber lain di kehidupannya, oleh karena itu sikap beragama pada usia
dewasa sulit untuk di ubah, jika terjadi perubahan mungkin proses itu terjadi setelah melewati
proses pemikiran yang panjang dan matang.

17
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara sederhana bahwa seseorang yang dapat dikatakan dewasa apabila telah
sempurna pertumbuhan fisiknya dan mencapai kematangan psikologis sehingga mampu
hidup dan berperan bersama-sama orang dewasa lainya. Masa dewasa awal merupakan
periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. orang
dewasa berusaha mencari nilai-nilai yang akan dipilihnya dan berusaha untuk
mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya.
Dalam ajaran agama Islam bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan oleh
karena manusia sebagai mahluk Tuhan dengan berbagai fitrah yang dibawa sejak lahir. Salah
satu fitrah tersebut adalah kecenderungan terhadap agama. Hasan Langgulung mengatakan:
“salah satu cirri fitrah manusia ialah: manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan kata
lain manusia itu dari asalnya mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu
sebagaian dari fitrahnya”.
Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran tentang
bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah memiliki tanggung jawab
terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik sistem nilai yang bersumber dari agama maupun
norma-norma lain dalam kehidupannya. Pemilihan nilai tersebut didasarkan atas
pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap keberagamaan
seseorang di usia dewasa sulituntuk diubah.
Jika terjadi perubahan mungkin prose situ terjadi setelah melewati proses pemikiran
yang panjang dan matang. Jika orang dewasa memilih nilai yang bersumber dari nilai-nilai
selain agama, hal itupun akan dipertahankan sebagai pandangan hidupnya. Kemungkinan ini
memberikan peluang bagi munculnya kecenderungan sikap yang anti agama, bila menurut
akal sehatnya terdapat kelemahan-kelemahan tertentu dalam ajaran agama yang dipahaminya.
Bahkan tidak jarang sikap anti ajaran agama itu diperlihatkan dalam bentuk sikap menolak
terhadap ajaran agama yang dianggapnya terlalu mengikat dan bersifat dogmatis.

B. Saran

Dalam penulisan tulisan ini, penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu berbagai saran dan kritik dari pembaca yang bersifat

18
membangun sangat diharapkan oleh penulis guna untuk kesempurnaan penulisan yang akan
datang. Atas kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca kami ucapkan terima kasih.
Akhirnya hanya Allah SWT lah yang maha memiliki kesempurnaan, kita berserah diri
kepada-Nya, semoga segala aktivitas yang kita lakukan bernilai ibadah di sisi-Nya Aamiin
Yarabbal Alamin.

19
lampiran

20

Anda mungkin juga menyukai