LANDASAN RELIGIUS
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling
yang dibina oleh Bapak Dodi Ahmad Haerudin, M.Pd.I
Disusun oleh :
Nama NIM
Vika Fitriyani 206223206
Hana Tsabitah Mildayani 206223180
Maulana Iqbal Lubanun N 206223184
Rina Kusmarini 206223179
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berujudul
“Landasan Religius” tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan
dan Konseling. Diharapkan dalam makalah ini, kami dapat mengerti serta
memahami hal-hal tentang Bimbingan dan Konseling terutama tentang Landasan
Religius.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Manusia Menurut Agama
2.2 Peranan Agama bagi Kehidupan
2.3 Persyaratan Konselor
2.3 Implikasi Landasan Religius dalam Bimbingan Konseling
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dengan mengamalkan ajaran agama, berarti manusia telah
mewujudkan jati dirinya, identitas dirinya yang hakiki, yaitu sebagai
Abdullah (hamba Allah) dan khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah
berarti manusia menurut fitrahnya adalah mahluk sosial yang bersifat
altruis (sikap sosial untuk membantu orang lain). Manusia yang
diciptakan Allah SWT.Sebagai khalifah memiliki kemerdekaan untuk
mengembangkan diri. Allah SWT melengkapi manusia dengan sifat
khouf (rasa cemas, takut, dan khawatir) dan rojaa (sikap penuh harapan
dan optimisme). Kondisi ini merupakan sifat eksistensial manusia yang
tak dapat dihindari, dan kedua-duanya merupakan kekuatan yang ada
pada diri manusia.Sebagai hamba Allah, manusia mempunyai tugas
suci yaitu ibadah atau mengabdi Kepadanya-Nya. Bentuk pengabdian
itu seperti sholat, shaum, dan berdo’a, maupun ibadah sosial seperti
menjalin hubungan persaudaraan antar manusia dan menciptakan
lingkungan yang bermanfaat bagi kesejahteraan atau kebahagiaan umat
manusia (rahmatan lil’alamin).
2.2 Peranan Agama bagi Kehidupan
Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan
petunjuk (hudan) tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk
pembinaan atau pengembangan mental (rohani) yang sehat. Petunjuk
hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama
berfungsi sebagai berikut:
a. Memelihara Fitrah
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Namun manusia
mempunyai hawa nafsu dan juga ada pihak luar yang senantiasa
berusaha menggoda atau menyelewengkan manusia dari kebenaran
yaitu setan.
b. Memelihara Jiwa
Agama sangat menghargai harkat dan martabat, atau kemuliaan
manusia. Dalam memelihara kemuliaan jiwa manusia, agama
mengharamkan atau melarang manusia melakukan penganiayaan,
penyiksaan atau pembunuhan, baik terhadap dirinya maupun orang
lain.
c. Memelihara Akal
Allah telah memberikan karunia kepada manusia yang tidak
diberikan kepada mahluk lainnya, yaitu akal. Dengan akal inilah
manusia memiliki kemampuan yaitu kemampuan untuk
membedakan yang baik dan yang buruk, atau memahami dan
menerima nilai-nilai agama dan mengembangkan ilmu teknologi
atau mengembangkan kebudayaan. Karena pentingnya akal ini,
3
agama memberi petunjuk kepada manusia untuk mengembangkan
dan memeliharanya yaitu dengan mensyukuri nikmat akal itu
dengan cara memanfaatkannya se-optimal mungkin untuk berfikir,
belajar atau mencari ilmu dan menjauhkan diri dari perbuatan yang
merusak akal, seperti minum-minuman keras, menggunakan obat-
obat terlarang, menggunakan narkoba dan hal-hal lain yang merusak
fungsinya akal.
d. Memelihara Keturunan
Agama mengajarkan kepada manusia tentang cara memelihara
keturunan atau sistem regenerasi yang suci. Aturan atau norma
agama untuk memelihara keturunan itu adalah pernikahan.
Pernikahan adalah upacara agama yang sakral yang wajib ditempuh
oleh sepasang pria dan wanita sebelum melakukan hubungan
biologis suami-istri. Pernikahan untuk mewujudkan keluarga yang
sakinah,mawaddah, dan rahmah.Salah satu peranan agama adalah
sebagai terapi (penyembuhan) bagi gangguan kejiwaan, semakin
orang dekat dengan Tuhannya, semakin banyak ibadahnya, maka
akan semakin tentram jiwanya, serta semakin mampu menghadapi
kekecewaan dan kesukaran-kesukaran dalam hidup. Dampak
ditinggalkannya agama dalam kehidupan akan semakin meluasnya
kepincangan sosial seperti merebaknya kemiskinan, dan
gelandangan di kota-kota besar, mewabahnya pornografi dan
prostitusi, serta penyalahgunaan obat, kejahatan terorganisasi, dan
pecahnya rumah tangga. Agama memegang peranan sebagai
penentu dalam proses penyesuian diri dan faktor penting dalam
memelihara dan memperbaiki kesehatan mental. Pemberi layanan
bimbingan dan konseling semakin diyakini kepentingannya bagi
anak atau siswa, mengingat dinamika kehidupan masyarakat dewasa
ini cenderung lebih kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta praktik-praktik kehidupan politik dan ekonomi yang
tidak berlandaskan moral agama telah menyebabkan
berkembangnya gaya hidup materialistik dan hedonistik di kalangan
warga masyarakat.
2.3 Persyaratan Konselor
Landasan religius dalam bimbingan dan konseling
mengimplikasikan bahwa konselor sebagai pemberi bantuan dituntut
untuk memiliki pemahaman akan nilai-nilai agama, dan komitmen yang
kuat dalam mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari, khususnya dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling
kepada klien atau siswa.
4
Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga
bidang dalam kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang
administrasi dan kepemimpinan, bidang instruktusional dan kurikuler,
serta pembinaan siswa.
Pentingnya bimbingan dalam pendidikan, menuntut seorang
konselor memiliki syarat-syarat yang selayaknya ia miliki sebagai orang
pembimbing untuk kelancarannya dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling.
1. Konselor adalah kepribadian yang memiliki kemampuan berfikir
verbal dan kuantitatif, bernalar dan mampu memecahkan masalah
secara logis.
2. Konselor menunjukan minat kerja sama dengan orang lain.
3. Konselor menampilkan kepribadian yang dapat menerima dirinya
dan tidak akan menggunakan kliennya untuk kepuasan kebutuhan
pribadinya melebihi batas yang ditentukan oleh kode etik
profesionalnya.
4. Konselor memiliki nilai-nilai yang diakui kebenaranya sebab nilai-
nilai ini akan mempengaruhi perilakunya dalam situasi konseling
dan tingkah lakunya secara umum.
5. Konselor menunjukan sifat yang penuh toleransi terhadap masalah
yang dihadapi klien.
2.4 Implikasi Landasan Religius dalam Bimbingan Konseling
Landasan religius dalam bimbingan dan konseling
mengimplikasikan bahwa konselor sebagai “helper”, pemberian
bantuan yang dituntut untuk memiliki pemahaman akan nilai-nilai
agama, dan komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada klien atau peserta didik.
Konselor semestinya menyadari bahwa memberikan layanan bimbingan
dan konseling kepada klien merupakan salah satu kegiatan yang
bernilai ibadah, karena didalam proses bantuanya terkandung
nilai “amar ma’ruh nahyi munkar” (mengembangkan kebaikan dan
mencegah keburukan). Agar bantuan layanan yang diberikan itu
bernilai ibadah, maka kegiatan tersebut harus didasarkan kepada
keikhlasan dan kesabaran.
Kaitannya dengan hal tersebut, Prayitno dan Erman Amti
mengemukakan persyaratan bagi konselor, yaitu sebagai berikut:
Konselor hendaklah orang yang beragama dan mengamalkan
dengan baik keimanan dan ketakwaannya sesuai dengan agama
yang dianutnya.
5
Konselor sedapat-dapatnya mampu mentransfer kaidah-kaidah
agama secara garis besar yang relevan dengan masalah klien.
Konselor harus benar-benar memperhatikan dan menghormati
agama klien.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut sifat hakiki manusia adalah mahluk beragama yaitu
mahluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-
nilai kebenaran yang bersumber dari agama dan menjadikan kebenaran
agama itu sebagai rujukan sikap dan perilakunya. Dapat dikatakan
manusia adalah mahluk yang mempunyai motif beragama, rasa
keagamaan, dan kemampuan untuk memahami serta mengamalkan nilai-
nilai agama. Kefitrahannya inilah yang membedakan manusia dari
hewan, dan juga yang mengangkat harkat dan martabatnya atau
kemuliaannya di sisi Tuhan.
Peran agama bagi kehidupan manusia: (1) memelihara fitrah; (2)
memelihara Jiwa; (3) memelihara Akal; dan (4) memelihara keturunan.
Pentingnya bimbingan dalam pendidikan, menuntut seorang konselor
memiliki syarat-syarat yang selayaknya ia miliki sebagai orang
pembimbing untuk kelancarannya dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling.
Landasan religius dalam bimbingan dan konseling
mengimplikasikan bahwa konselor sebagai “helper”, pemberian
bantuan yang dituntut untuk memiliki pemahaman akan nilai-nilai
agama, dan komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada klien atau peserta didik.
Konselor semestinya menyadari bahwa memberikan layanan bimbingan
dan konseling kepada klien merupakan salah satu kegiatan yang
bernilai ibadah, karena didalam proses bantuanya terkandung
nilai “amar ma’ruh nahyi munkar” (mengembangkan kebaikan dan
mencegah keburukan). Agar bantuan layanan yang diberikan itu
bernilai ibadah, maka kegiatan tersebut harus didasarkan kepada
keikhlasan dan kesabaran.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak
luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari
7
kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.materikonseling.com/2020/12/landasan-religius-bimbingan-dan.html
https://kalbar.kemenag.go.id/id/opini/landasan-religius-dalam-bimbingan-dan-
konseling