KEHIDUPAN MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Tuhan . Manusia memiliki keunikan yang
beragam dalam hal :ras,suku,maupun agama.Agama dalam kehidupan manusia sangat berperan penting
dalam menjalani kehidupannya.
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia,
antara lain adalah :
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak
mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah .
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia
menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka
yang mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam
godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya.
Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan
yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang
bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang
bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative
factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai
faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
3.Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab yang
sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah sangat
sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta
dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarnakan
ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta membandingkan agama satu
dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama.
Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tahuit).
Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan baik, sehingga
dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Tuhan.
Menyempurnakan akhlak manusia.
HIKMAH AGAMA DAN SIKAP HIDUP BERAGAMA KEPADA SESAMA
MANUSIA
Hidup beragama tampak pada sika dan cara perwujudan sikap hidup beragama
seorang yang menerima sesama yang beragama apapun sebagai sesama hamba Allah. Karena
keyakinan seorang bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengasihi setiap
manusia dan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi berdasarkan kemaha-adilan Tuhan,
maka dia pun wajib dan tak punya pilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa
diskriminasi berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi, atau kepentingan tertentu yang
berbeda.
Perbedaan ciptaan Allah ditengah alam semesta adalah suatu keniscayaan yang patut
diterima sebagai anugerah yang harus disyukuri. Hal demikian harus menjadi lebih nyata
pada hidup beragama di tengah pluralitas agama sebagai keniscayaan yang diterima dan
disyukuri sebagai anugerah Allah.
Seorang yang tulus dalam beragama akan menghormati, menghargai dan bahkan
mengasihi atau merahmati sesamanya karena sesamanya adalah manusia yang dikasihi Allah.
Seorang yang tulus beragama mengasihi sesamanya hanya dengan berpamrih pada Tuhan
sebagai sumber segala kasih dan rahmat. Kasih atau cinta kepada sesama manusia harus dapat
menembus atribut-atribut yang mengemasnya. Atribut-atribut perbedaan yang melekat pada
diri seorang tak harus menjadi perisai yang menangkis atau menangkal kasih atau rahmat
yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Secara hakiki, manusia adalah manusia ciptaan
Allah sehingga saling berbeda tidak mengharuskan seorang untuk berlaku tak adil dengan
membeda-bedakan seorang dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain atau dengan
memperlakukan sesama secara diskriminasi karena berbeda agama, suku, atau status dan lain
sebagainya.
Membedakan diri sendiri dengan orang lain adalah perbuatan akal sehat, tetapi
membeda-bedakan atau melakukan diskriminasi terhadap orang lain justru bertentangan
dengan akal sehat dan nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh umat beragama dari
setiap agama yang saling berbeda. Karena itu, membeda-bedakan manusia berdasarkan
perbedaan agama sesungguhnya bertentangan dengan ajaran agama. Sebagai bangsa yang
beragama, sepatutnya kita menjadi contoh terbaik bagi umat manusia sedunia dengan cara
hidup yang saling mengasihi dan saling merahmati dengan menerima perbedaan agama
sebagai rahmat Allah.
TOLERANSI BERAGAMA
Dalam beragama atau Pengakuan adanya kekuatan Yang Maha Tinggi, yaitu Tuhan,
Allah, God, Yahweh, Elohim, yang disertai ketundukan itu, merupakan fitrah (naluri) yang
dimiliki oleh setiap manusia. Kendati demikian, manusia tetap memerlukan adanya pemberi
peringatan agar tidak menyeleweng dari fitrahnya, mereka adalah para nabi dan rasul.
Perasaan tunduk kepada Yang Maha Tinggi, yang disebut iman, atau itikad, yang
kemudian berdampak pada adanya rasa suka (rughbah), takut (ruhbah), hormat (ta’dzim) dan
lain-lain, itulah unsur dasar al-din (agama). Al-din (agama) adalah aturan-aturan atau tata-
cara hidup manusia yang dipercayainya bersumber dari Yang Maha Kuasa untuk kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.
Berbagai agama telah lahir di dunia ini dan membentuk suatu syariat (aturan) yang mengatur
kehidupan manusia, yang termaktub di dalam kitab-kitab suci, baik agama samawi (yang
bersumber dari wahyu Ilahi) maupun yang terdapat dalam agama ardli (budaya) yang
bersumber dari pemikiran manusia. Semua agama-agama, baik samawi maupun ardli,
memiliki fungsi dalam kehidupan manusia. Berbagai fungsi tersebut adalah: (i) menunjukkan
manusia kepada kebenaran sejati; (ii) menunjukkan manusia kepada kebahagiaan hakiki; dan
(iii) mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan bersama.Dari hakikat dan fungsi agama
seperti yang disebutkan itu, maka pemeluk agama-agama yang ada di dunia ini, telah
memiliki strategi, metoda dan teknik pelaksanaannya masing-masing, yang sudah barang
tentu dan sangat boleh jadi terdapat berbagai perbedaan antara satu dengan lainnya.
Karenanya, umat manusia dalam menjalankan agamanya, sang Pencipta agama telah
berpesan dengan sangat, “Kiranya umat manusia tidak terjebak dalam perpecahan tatkala
menjalankan agama masing-masing, apalagi perpecahan itu justru bermotivasikan
keagamaan”.
DOSEN:
Pdt.ESTER SITORUS
DISUSUN OLEH :
1.BERNANDUS.SIALLAGAN NPM: 2203010026
2.VEDY HANS LAILA NPM: 2203010025
3.MAREN SIUS GIRSANG NPM: 2203010012
4.RICHAT LIVIO DAMANIK NPM: 2203010007
5.LUAT SURYA NAPITUPULU NPM: 2203010008
6.NADI YONATHAN SIMARMATA NPM: 2203010002
7.HARDO SIMANJUNTAK NPM: 2203010048