Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MOTIVASI DAN AKTIVITAS DALAM BELAJAR

Makalah Disampaikan untuk Memenuhi

Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar

Prodi/Semester: PAI/IV

Dosen Pembibing:

PRENGKI ADE CHANDRA, M.Pd.I

Di susun oleh kelompok II:

ANDI YAHYA
ABU MANSUR MUSTARIDI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

YAYASAN NURUL ISLAM (YASNI)

MUARA BUNGO

2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan
akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Selain itu, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamien.

Muara Bungo, Maret 2017

Pemakalah
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi Belajar.......................................................................... 3


B. Kebutuhan dan Teori tentang Belajar ........................................................... 3
C. Fungsi Motivasi dalam Belajar ..................................................................... 6
D. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah............................................................... 7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................... 11
B. Saran.............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Meskipun para ahli masih belum memiliki kesepakatan tentang asal
usul jiwa keagamaan pada manusia, namun pada umumnya mereka mengakui
peran pendidikan dalam menanamkan rasa dan sikap keberagaman pada
manusia. Dengan kata lain, pendidikan dinilai, memiliki peran penting dalam
upaya menanamkan rasa keagamaan pada seseorang anak. Kemudian melalui
pendidikan pulalah dilakukan pembentukan keagamaan tersebut.
Dalam pembahasan inilah akan dijelaskan macam-macam pendidikan
yang mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa keagamaan, yang
diantaranya ialah; pendidikan keluarga, pendidikan kelembagaan dan
pendidikan dimasyarakat. Karena mengingat pentingnya pendidiakkan dalam
membentuk jiwa keagamaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan agama dalam pendidikan Islam?
2. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap jiwa keagamaan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pendidikan agama dalam pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap jiwa keagamaan.

3. Pendidikan Agama Dalam Pendidikan Islam


Pengaruh Pendidikan terhadap Jiwa Keagamaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Agama dalam Pendidikan Islam


Perkembangan kejiwaan seseorang adalah sebuah bentuk kewajaran dan
pasti terjadi dalam diri seseorang. Oleh karena itu pendidikan merupakan
suatu keniscayaan dalam mengarahkan proses perkembangan kejiwaan.
Terlebih lagi dalam lembaga pendidikan islam, tentu akan mempengaruhi
bagi pembentukan jiwa keagamaan. Jiwa keagamaan ini perlu ditanamkan
pada anak sejak usia dini.
Menurut Quraish Shihab, tujuan pendidikan al Qur`an (Islam) adalah
membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya, guna membangun
dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Atau dengan kata yang
lebih singkat dan sering digunakan oleh al Qur`an, untuk bertaqwa kepada-
Nya. Dengan demikian pendidikan harus mampu membina, mengarahkan dan
melatih potensi jasmani, jiwa, akal dan fisik manusia seoptimal mungkin agar
dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.
Pendidikan agama memang mempunyai peranan yang sangat penting
bagi manusia, oleh karena itu pendidikan agama islam adalah sebuah upaya
nyata yang akan mengantarkan umat islam kepada perkembangan rasa agama.
Umat islam akan lebih memahami dan terinternalisasi esensi rasa agama itu
sendiri. Pertama yaitu rasa bertuhan; rasa bertuhan ini meliputi merasa ada
sesuatu yang maha besar yang berkuasa atas dirinya dan alam semesta, ada
rasa ikatan dengan sesuatu tersebut, rasa dekat, rasa rindu, rasa kagum dan
lain-lain. Kedua yaitu rasa taat; rasa taat ini meliputi ada rasa ingin
mengarahkan diri pada kehendak-Nya dan ada rasa ingin mengikuti aturan-
aturan-Nya.
Pendidikan agama adalah bentuk pendidikan nilai, karena itu maksimal
dan tidaknya pendidikan agama tergantung dari faktor yang dapat memotivasi
untuk memahami nilai agama. Semakin suasana pendidikan agama membuat
betah maka perkembangan jiwa keagamaan akan dapat tumbuh dengan
optimal. Jiwa keagamaan ini akan tumbuh bersama dengan suasana
lingkungan sekitarnya. Apabila jiwa keagamaan telah tumbuh maka akan
terbentuk sikap keagamaan yang termanifestasikan dalam kehidupan sehari-
harinya.1

B. Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan


Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,
pengalaman, dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu.
Seorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan
agama, maka pada masa dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan
pentingnya agama dalam hidupnya.
Perkembangan agama pada anak-anak, terjadi melalui pengalaman
hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, di sekolah dan dalam masyarakat
lingkungan. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama (sesuai dengan
ajaran agama), akan semakin banyak unsur agama, maka sikap, tindakan,
kelakuan, dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.2
Meskipun para ahli masih belum memiliki kesepakatan tentang asal
usul jiwa keagamaan pada manusia, namun pada umumnya mereka mengakui
peran pendidikan dalam menanamkan rasa dan sikap keberagaman pada
manusia. Dengan kata lain, pendidikan dinilai, memiliki peran penting dalam
upaya menanamkan rasa keagamaan pada seseorang anak. Kemudian melalui
pendidikan pulalah dilakukan pembentukan keagamaan tersebut.
1. Pendidikan Keluarga
Barangkali sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam
pendidikan. Anak-anak sejak masa bayi hingga usia sekolah memiliki
lingkungan tunggal, yaitu keluarga.makanya tak mengherankan jika
Gilbert Higest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak
sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak dari bangun tidur
1
http://ayanericha.blogspot.co.id/2014/02/pengaruh-pendidikan-terhadap-jiwa.html Di
akses pada Rabu 08 Maret 2017 pukul 21.40 wib.
2
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970).hlm.35
hingga ke saat akan tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh dan
pendidikan dari lingkungan keluarga.
Bayi yang baru lahir merupakan makhluk yang tidak berdaya, namun
ia dibekali oleh berbagai kemampuan yang bersifat bawaan. Disini terlihat
adanya dua aspek yang kontradiktif. Di satu pihak bayi berada dalam
kondisi tanpa daya, sedangkan di pihak lain bayi memiliki kemampuan
untuk berkembang (eksploratif). Tetapi menurut Walter Houdson Clark,
perkembangan bayi tak mungkin dapat berlangsung secara normal tanpa
tanpa adanya intervensi dari luar, walaupun secara alami ia memiliki
potensi bawaan. Seandainya bayi dalam pertumbuhan dan
perkembangannya hanya diharapkan menjadi manusia normal sekalipun,
maka ia masih memerlukan berbagai persyaratan tertentu serta
pemeliharaan yang berkesinambungan. Pendapat ini menunjukkan bahwa
tanpa bimbingan dan pengawasan yang teratur, bayi akan kehilangan
kemampuan untuk berkembang secara nomal, walaupun ia memiliki
potensi untuk tumbuh dan berkembang serta potensi-potensi lainnya.
Dua ahli psikologi anak Perancis bernama Irtard dan Sanguin pernah
meneliti anak-anak asuhan serigala. Mereka menemukan dua bayi yang
dipelihara oleh sekelompok serigala di sebuah gua. Ketika ditemukan,
kedua bayi menusia itu sudah berusia kanak-kanak. Namin kedua bayi
tersebut tidak menunjukkan kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh
manusia pada usia kanak-kanak. Tak seorangpun diantara keduanya yang
mampu mengucapkan kata-kata, kecuali suara auman layaknya seekor
serigala. Keduanya juga berjalan merangkak, dan makan dengan cara
menjilat. Terlihat pertumbuhan gigi serinya yang paling pinggir lebih
runcing menyerupai taring serigala. Setelah dikembalikan ke lingkungan
masyarakat manusia, ternyata kedua anak-anak hasil asuhan serigala
tersebut tak dapat menyesuaikan diri, akhirnya mati.
Kejadian yang hampir serupa juga pernah dijumpai di India. Anak
lelaki asuhan serigala tersebut dijumpai setelah berusia 14 tahun. Ternyata
kehidupan ala serigala telah mempengaruhi sikap, perilaku maupun
kemampuan inderanya. Gigi serinya juga agak tajam menyerupai anjing,
penciumannya lebih tajam, lidah selalu menjulur dan berjalan merangkak,
serta sanggup bertahan terhadap cuaca tanpa busana.
Anak lelaki ini kemudian diberi nama Manu. Ia dikembalikan ke
lingkungan manusia untuk dibimbing dan dididik agar dapat hidup seperti
manusia normal. Ternyata pengaruh lingkungan dan pemeliharaan serigala
yang sudah demikian lamanya itu telah melekat menjadi sifat dan
kebiasaan Manu. Sulit bagi dirinya untuk mengingat dan melafazkan kosa-
kata yang diajarkan kepadanya. Kalaupun dapat, waktu yang digunakan
cukup lama. Perkembangan kemampuan intelegensinya sangat rendah,
sehingga Manusia mengalami sejumlah hambatan untuk dapat hidup
kembali sebagai manusia normal. Akhirnya Manu pun mengalami nasib
yang sama seperti anak asuhan serigala lainnya. Setelah beberapa tahun
dalam pemeliharaan dan pengawasan manusia, Manu meniggal.
Contoh diatas menunjukkan bagaimana pengaruh pendidikan baik
dalam bentuk pemeliharaan ataupun pembentukan kebiasaan terhadap
masa depan perkembangan seorang anak. Meskipun Manu seorang bayi
manusia yang dibekali potensi kemanusiaan, namun di lingkungan
pemeliharaan serigala potensi tersebut tidak berkembang. Bahkan menurut
W.H. Clark, para psikolog umumnya berpendapat, bayi yang baru lahir
keadaannya lebih mendekati binatang ketimbang keadaan manusia.
Malahan anak kera yang tumbuh dengan baik dalam hal-hal tertentu lebih
banyak memperllihatkan sifat-sifat yang lebih menyerupai sifat manusia
dibanding dengan bayi manusia yang baru lahir, jika bayi manusia itu
semata-mata dilihat dari segi bentuk tubuhnya, dan bukan dilihat dari
esensinya.
Kondisi seperti itu tampaknya menyebabkan manusia memerlukan
pemeliharaan, pengawasan dan bimbingan yang serasi dan sesuai agar
pertumbuhan dan perkembangannya dapat berjalan secara baik dan benar.
Manusia memang bukan makhluk instinktif secara utuh, sehingga ia tidak
mungkin berkembang dan tumbuh secara instinktif sepenuhnya. Makanya,
menurut W.H. Clark, bayi memerlukan persyaaratan-persyaratan tertentu
dan pengawasan serta pemeliharaan yang terus-menerus sebagai latihan
dasar dalam pembentukan kebiasaan dan sikap-sikap tertentu agar ia
memiliki kemungkinan untuk berkembang secara wajar dalam kehidupan
di masa datang.
Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan
yang pertama, dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua (bapak
dan ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya
karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan
Pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini timbul rasa kasih
sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral
keduanya merasa terbeban tanggungjawab untuk memelihara, mengawasi
dan melindungi seerta membimbing keturunan mereka.
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan
jiwa keagamaan. Perkembangan agama menurut W.H. Clark berjalan
dengan unsur kejiwaan sehingga sulit untuk di identifikasi secara jelas,
karena masalah yang menyangkut kejiwaan manusia demikian rumit dan
kompleksnya. Namun demikian melalui fungsi-fungsi jiwa yang masih
sangat sederhana tersebut, agama terjalin dan terlibat didalamnya. Melalui
jalinan unsur-unsur dan tenaga kejiwaan ini pulalah agama itu
berkembang. Dalam kaitan itu pulalah terlihat peran pendidikan keluarga
dalam menanamkan jiwa keagamaan pada anak. Maka tak mengherankan
jika Rasul menekankan tanggung jawab itu pada kedua orang tua.
Menurut Rasulullah saw, fungsi dan peran orang tua bahkan mampu
untuk membentuk arah keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau,
setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama,
namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak sepenuhnya
tergantung dari bimbingan, pemeliharaan dan pengaruh kedua orang tua
mereka.3

3
Jalaluddin, Psikologi Agama ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hlm.279-
282
2. Pendidikan di Masyarakat
Masyarakat merapakan lapangan pendidikan yang ketiga. Para pen-
didik umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang ikut
mempengaruhi perkembangan anak didik adalah keluarga, kelembagaan
pendidikan, dan lingkungan masyarakat. Keserasian antara ketiga lapangan
pendidikan ini akan memberi dampak yang positif bagi perkembangan
anak, termasuk dalam pembentukan jiwa keagamaan mereka.
Seperti diketahui bahwa dalam keadaan yang ideal, pertumbuhan
seseorang menjadi sosok yang memiliki kepribadian terintegrasi dalam
berbagai aspek mencakup fisik, psikis, moral, dan spiritual. Makanya,
menurut Wetherington, untuk mencapai tujuan itu perlu pola asuh yang
serasi. Menurutnya ada lima aspek dalarn mengasuh pertumbuhan itu,
yaitu:
1) Fakta-fakta asuhan
2) Alat-alatnya
3) Regularitas
4) Perlindungan, dan
5) Unsur waktu.
Wetherington memberi contoh mengenai fakta asuhan yang dibe-
rikan kepada anak kembar yang diasuh di lingkungan yang berbeda.
Hasilnya ternyata menunjukkan bahwa ada perbedaan antara keduanya
sebagai hasil pengaruh lingkungan. Selanjutnya, ia mengutip hasil pene-
litian Newman tentang adanya perbedaan dalam lingkungan sosial dan
pendidikan menghasilkan perbedaan-perbedaan yang tak dapat disangkal.
Dengan demikian menurutnya, kehidupan rumah (keluarga) yang baik
dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang penting dalam per-
tumbuhan psikis (kejiwaan) dan dalam suasana yang lebih kaya pada suatu
sekolah perubahan-perubahan semacam itu akan lebih banyak lagi.
Selanjutnya, karena asuhan terhadap pertumbuhan anak harus ber-
langsung secara teratur dan terus-menerus. Oleh karena itu, lingkungan
masyarakat akan memberi dampak dalam pembentukan pertumbuhan itu.
Jika pertumbuhan fisik akan berhenti saat anak mencapai usia dewasa,
namun pertumbuhan psikis akan berlangsung seumur hidup. Hal ini
menunjukkan bahwa masa asuhan di kelembagaan pendidikan (sekolah)
hanya berlangsung selama waktu ternentu. Sebaliknya, asuhan oleh
masyarakat akan berjalan seumur hidup. Dalam kaitan ini pula terlihat
besarnya pengaruh masyarakat terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan
sebagai bagian dari aspek kepribadiaan terintegrasi dalam pertumbuhan
psikis. Jiwa keagamaan yang memuat norma-norma kesopanan tidak akan
dapat dikuasai hanya dengan mengenal saja. Menurut Emerson, norma-
norma kesopanan menghendaki adanya norma-norma kesopanan pula pada
oranng lain.
Dalam ruang lingkup yang lebih luas dapat diartikan bahwa
pembentukan nilai-nilai kesopanan atau nilai-nilai yang berkaitan dengan
aspek-aspek spiritual akan lebih efektif jika seseorang berada dalam
lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Dengan demikian,
fungsi dan peran masyarakat dalarn pembentukan jiwa keagamaan akan
sangat tergantung dari seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung
norma-norma keagamaan itu sendiri.4
3. Pendidikan Kelembagaan
Yang dimaksud dengan pendidikan sekolah di sini adalah pendidikan
yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat,
dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari Taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi).
Ada beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung di
sekolah ini, yaitu sebagai berikut :
1) Pendidikan diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang
yang memiliki hubungan hierarkis
2) Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relative homogen.

4
http://psikologiagama-pengaruhpendidikan.blogspot.co.id/2013/12/makalah-
pengaruh-pendidikan-terhadap.html Di akses pada Rabu 08 Maret 2017 pukul 21.45 wib.
3) Waktu pendidikan relative lama sesuai dengan program pendidikan
yang harus diselesaikan
4) Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum
5) Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban
terhadap kebutuhan dimasa yang akan dating.
Fungsi sekolah dalam kaitan dengan pembentukan jiwa keagamaan
pada anak, antara lain sebagai lanjutan pendidikan agama di lingkungan
keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak
menerima pendidikan agama dalam keluarga . dengan kata lain sekolah
berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak-anak di
sekolah dengan memberikan pendidikan dan pengajaran.
Dalam perspektif islam, fungsi sekolah sebagai media realisasi
pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, aqidah dan syariah dalam upaya
penghambaan diri terhadap Allah SWT. dan mentauhidkanNya sehingga
manusia terhindar dari penyimpangan fitrahnya. Artinya perilaku anak
diarahkan agar tetap mempertahankan naluri keagamaan tidak keluar dari
bingkai normativisme islam.5
Setiap guru agama pada sekolah dasar, hars menyadari betul bahwa
anak didik yang dihadapinya itu telah membawa bekal agama dalam
pribadinya masing-masing, sesuai dengan pengalaman hidup yang
dilaluinya dalam keluarga.
Pendidikan agama disekolah ditujukan pada pembentukan sikap,
pembinaan kepercayaan agama dan pembinaan akhlak, atau dengan
ringkas dikatakan pembinaan kepribadian di samping pembinaan
pengetahuan agama anak. Guru agama yang ideal, adalah yang dapat
menunaikan dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai guru dan sebagai dokter
jiwa yang dapat membekali anak dengan pengetahuan agama, serta dapat
membina kepribadian anak, menjadi seorang muslimyang dikehendaki
oleh ajaran agama.

5
https://irmaalhanaah.wordpress.com/2015/04/11/ilmu-jiwa-agama-pengaruh-
pendidikan-terhadap-jiwa-keagamaan/ Di akses pada Rabu 08 Maret 2017 pukul 21.55 wib.
Hubungan sosial anak semakin erat pada masa sekolah ini, maka
perhatiannya terhadap agama juga, banyak dipengaruhi oleh teman-
temnnya, kalau teman-temannya pergi mengaji, mereka akan ikut mengaji,
temannya ke masjid mereka akn senang pula ke masjid. Oleh karena itu
perbanyaklah kegiatan-kegiatan keagamaan yang dapat dilakukan bersama
oleh anak-anak, sehingga semua anak dapat ikut aktif.6

6
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), hlm.114
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan sangatlah  berpengaruh terhadap jiwa keagamaan seseorang,
khususnya dalam pembentukan pribadi atau pembentukan watak. Semakin
tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik tingkat kecerdasan
dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu pengaruh
pendidikan terhadap jiwa keagamaan sangatlah penting untuk diketahui guna
untuk menanamkan rasa keagamaan pada seorang anak didik. Diantara
pengaruhnya adalah Pendidikan Keluarga, Pendidikan Kelembagaan, dan
Pendidikan di masyarakat.
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan
jiwa keagamaan. Perkembangan agama menurut W.H.Clark, berjalin dengan
unsur-unsur kejiwaan sehingga sulit di identifikasi secara jelas, karena masalh
menyangkut kejiwaan, manusia begitu rumit dan kompleksnya. Di sini
terlihat hubungan antara llingkungan dan sikap masyarakat terhadap nilai-
nilai agama. Di lingkungan masyarakat sendiri barangkali akan lebih
memberi pengaruh bagi pendidikan jiwa keagamaan dibandingkan dengan
masyarakat lain yang memiliki ikatan yang longgar terhadap norma-norma
keagamaan.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Deradjat, Zakiah. 2003. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : PT. Bulan Bintang.

Jalaluddin. 2009. Psikologi Agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Assalaamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat beserta
hidayah-Nya kepada kita semua. Dan juga yang telah melimpahkan kekuatan pada
pemakalah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta
salam tak bosan-bosanya pemakalah kirimkan kepada Allah SWT untuk
disampaikan kepada Nabiyuna Muhammad SAW, yang mana beliau telah
membawa umat manusia dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh dengan
Ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Pada makalah ini kami akan membahas tentang “Pengaruh Pendidikan
Terhadap Jiwa Keagamaan” yang mencakup pada “Pendidikan Keluarga,
Pendidikan Kelembagaan dan Pendidikan Masyarakat”

Anda mungkin juga menyukai