Anda di halaman 1dari 30

TUGAS MANDIRI

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM

“KEHIDUPAN BERAGAMA DI LINGKUNGAN


KELUARGA”

DISUSUN
OLEH:

NAMA : Elfita Widia Sari


NPM : 210910193
PRODI : Manajemen

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PUTERA BATAM

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha
Kuasa, sehingga atas izin dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaik
an makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih pada seluruh pih
ak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini sebagai tugas mandiri mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Makalah yang berjudul “KEHIDUPAN BERAGAMA DI LINGKUNGAN
KELUARGA”disusun berdasarkan berbagai sumber dan pembelajaran
yang penulis dapatkan. semoga memberikan manfaat.
Tak ada jalan yang tak retak, maka begitu pula lah penulisan makalah ini
yang jauh dari kesempurnaan dan banyak kekeliruan disana
sini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pen
ulis. Untuk itu, penulis menerima saran, kritik,
dan pertanyaan demi perbaikan di masa yang akan datang.

Batam, 30 juli 2022

Elfita Widia Sari

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
2.1 Rumusan masalah.............................................................................2
3.1 Tujuan penulisan................................................................................2
4.1 Manfaat penulisan..............................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam....................................................................4
B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam......................................6
C. Metode Pendidikan Agama Islam.......................................................7
D. Materi Pokok Pendidikan Agama Islam..............................................9
BAB III PEMBAHASAN
1. Peran Keluarga Bagi Anak-Anak........................................................12
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian................................16
3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Anak Berkepribadian Buruk.........18
4. Peran Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga terhadap
Pembentukan Kepribadian Anak........................................................21
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN...............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama yang suci, agama yang sangat memperhatikan
agarpertumbuhan dan perkembangan anak berada di bawah naungan
keluargaharmonis. Di dalamnya semua orang dapat menunaikan
kesempatannya danmengetahui hak serta kewajibannya. Selain itu, mereka
bisa memasuki lingkunganmasyarakat di sela-sela suasana keluarga yang
telah membekali mereka dengandasar-dasar yang sangat penting berupa
pendidikan maupun akhlak yang benar.Keluarga merupakan masyarakat
kecil dan menjadi pilar bagi tegaknya masyarakatmakro yaitu umat. Sebuah
keluarga dapat terbentuk karena adanya ikatan laki-lakidan perempuan
melalui sebuah pernikahan yang sah baik menurut hukum negaramaupun
syariat Islam. Kemudian Allah SWT memberikan nikmat kepada merekayang
menjadi perhiasan dan perekat dalam berumah tangga yakni anak.
Rumahkeluarga muslim adalah benteng utama tempat anak dibesarkan
melalui pendidikanIslam. Yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah
keluarga yangmendasarkan aktifitasnya pada pembentukan keluarga yang
sesuai dengan syari'atIslam.Para ahli pendidikan pada umumnya
mengatakan pendidikan di dalam keluarga inimerupakan pendidikan pertama
dan utama. Dikatakan demikian karena di dalamkeluarga inilah anak
mendapatkan pendidikan pertama kalinya. Di samping itu,pendidikan di
dalam keluarga mempunyai pengaruh yang dalam bagi kehidupananak
terutama bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis serta nilai-nilai
sosialdan religius pada diri anak. Pendidikan yang diberikan di lingkungan
keluargaberbeda dengan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah, karena
pendidikandalam keluarga bersifat informal yang tidak terikat oleh waktu dan
program khusus.
Peran pendidikan sendiri adalah menjaga generasi sejak masa kecil dari
berbagaipenyelewengan ala jahiliyah, mengembangkan pola hidup, perasaan
dan pemikiranmereka sesuai dengan fitrah agar menjadi pondasi yang kuat,
pendidikan yangdiberikan akan mempengaruhi anak dan akan menjadi
bagian dari kepribadiannya.Untuk membangun pondasi yang kuat, dalam diri
anak dibutuhkan pendidikanagama semenjak usia dini. Seorang anak
memiliki dua potensi yaitu bisa menjadilebih baik dan bisa menjadi lebih
buruk. Baik buruknya anak sangat berkaitan eratdengan pembinaan dalam
pembinaan agama Islam dalam keluarga, masyarakat,dan lembaga
pendidikan.Sejalan dengan semakin pesatnya arus globalisasi yang dicirikan
dengan derasnyaarus informasi dan teknologi ternyata dari satu sisi

1
memunculkan persoalan-persoalan baru yang kerap kita temukan pada diri
individu dalam suatu masyarakat.Masalah kepribadian adalah suatu masalah
yang menjadi perhatian orang dimanasaja. Munculnya kenakalan remaja,
tawuran antar pelajar, narkoba, penyimpanganseksual, kekerasan serta
berbagai bentuk penyimpangan penyakit kejiwaan, sepertistress, depresi,
dan kecemasan adalah bukti yang tak ternafikan dari adanyadampak negatif
dari kemajuan peradaban kita. Hal ini kemudian secara tidaklangsung
berpengaruh tidak baik pula pada kemapanan dan tatanan masyarakatdamai
seperti kita semua harapkan. Buruknya kepribadian yang disebutkan di
atasadalah di antara macam-macam kelakuan anak-anak yang
menggelisahkan orangtuanya sendiri dan juga ada yang menggelisahkan
dirinya sendiri. Tidak sedikitorang tua yang mengeluh kebingungan
menghadapi anak-anak yang tidak bisa lagidikendalikan baik oleh orang tua
itu sendiri maupun guru-gurunya. Contoh-contohdalam hal ini sangat banyak,
dapat kita rasakan, saksikan, dan perhatikan sendiri.Berdasarkan uraian di
atas, perlu kiranya kita memikirkan tentang modelpendidikan agama bagi
anak-anak di lingkungan keluarga,
sehingga anak-anakremaja kita saat memiliki kepribadian yang baik akan
berdampak pula terhadapkehidupan bangsa ini.
2.1 Rumusan Masalah
a. Apa itu pendidikan agama islam dalam keluarga?
b. Apakah dasar, tujuan, dan metode pendidikan agama islam dalam
keluarga?
c. Apasajakah yang diajarkan dalam keluarga?
d. Bagaimana peran keluarga dalam mendidik anak?
3.1 Tujuan Penulisan
a. Menjelaskan bagaimana pendidikan agama islam dalam keluarga.
b. Menjabarkan dasar, tujuan, dan metode pendidikan Islam dalam keluarga.
c. Menjabarkan materi pendidikan agama islam yang harus diajarkan
dalamkeluarga.
d. Menjelaskan peran keluarga dalam mendidik anak.

2
4.1 Manfaat Penulisan
a. Bagi masyarakat, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
melakukanpendidikan agama dalam keluarga dalam hal pembentukan
kepribadian anak.
b. Bagi saya dan mahasiswa, dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuankhususnya dalam hal peranan pendidikan agama islam dalam
pembentukankepribadian diri kita sendiri

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam


Pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Orang tua mendidik
anaknya, anakmendidik orang tuanya, guru mendidik muridnya, murid
mendidik gurunya, bahkananjing mendidik tuannya. Semua yang kita sebut
atau kita lakukan dapat disebutmendidik kita. Begitu juga yang disebut dan
dilakukan orang lain terhadap kita,dapat disebut juga mendidik kita. Dalam
pengertian ini kehidupan adalahpendidikan, dan pendidikan adalah
kehidupan. (Lodge 1974: 23)
Menurut Marimba (1989: 19) bahwa yang dinamakan pendidikan ialah
bimbinganatau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani danrohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun
2003 tentangsistem pendidikan nasional pasal 1 pendidikan adalah aktivitas
dan usaha manusiauntuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan
membina potensi-potensipribadinya, yaitu rohani (piker, karsa, rasa, cipta dan
budi nurani) dan jasmani(panca indra serta keterampilan-
kerampilan).Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang
biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada
kanak-kanak atauorang yang sedang di didik. Dari beberapa pendapat yang
telah di uraikan di atas,maka dapat di simpulkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar melalui bimbingan,pengarahan dan latihan untuk membantu
mengarahkan anak didik agarberkepribadian tinggi menuju yang sempurna
serta mampu melaksanakankewajibannya terhadap agama dan
Negara.Istilah agama memiliki berbagai macam pengertian. Agama itu
bersumber dari dua
kata, yaitu “A” yang berarti tidak dan “Gama” yang berarti kacau balau, tidak
teratur.
Jadi, agama artinya tidak kacau atau tidak teratur. Ada pula yang
berpendapatbahwa agama berasal dari kata bahasa sangsekerta yang
artinya haluan, peraturan, jalan atau kebaikan kepada Tuhan. Agama adalah
peraturan-peraturan yang harus di taati yang mempersatukanseluruh umat
manusia itu sejahtera, damai dan mendapat kedudukan yang terpujiatau
sikap terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan
lingkunganlebih luas dari pada lingkungan dunia ffisik yang terikat ruang dan
waktu.Pendidikan agama ialah pendidikan yang menyangkut dengan

4
penanaman nilai-nilaikeagamaan dengan ajaran agama dan kepercayaan
masing-masing. Namun, dalamhal ini ialah pendidikan agama Islam.Menurut
Ahmad Tafsir , Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingandan
asuhan terhadap anak didik agar nantinya ia dapat memahami apa
yangterkandung di dalam Islam secara keseluruhan serta berkembang
secara maksimalsesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan agama islam
merupakan upaya sadar danterencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami,menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan
berakhlak mulia dalam mengamalkanajaran agama islam dari sumber
utamanya yaitu kitab suci Al-Qur’an dan Hadits
melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman,agar kelak dapat berguna menjadi pedoman hidupnya untuk
mencapai kebahagiaanhidup dunia dan akhirat.Di dalam dunia pendidikan
Islam, istilah pendidikan berkisar pada konsep-konsepyang dirumuskan
dalam istilah-istilah sebagai berikut:
a.Taklim; pendidikan yang menitikberatkan masalah pada
pengajaran,penyampaian informasi, dan pengembangan ilmu.
b.Tarbiyah;pendidikan yang menitikberatkan masalah pada
pendidikan,pembentukan, dan pengembangan pribadi dan kode etik (norma
normaetika/akhlak).
c.Ta'dib; pendidikan yang memandang bahwa proses pendidikan
merupakanusaha yang mencoba membentuk keteraturan susunan ilmu yang
berguna bagidirinya sebagai muslim yang harus melaksanakan kewajiban
serta fungsionalisasi atas niat atau sistem sikap yang direalisasikan
dalamkemampuan berbuat yang teratur, sistematik, terarah, dan efektif.
Hal itu senada dengan rumusan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional
Indonesiayang tertuang dalam Undang-undang no 20 Tahun 2003 tentang
SistemPendidikan Nasional Pasal 3 sebagai bertikut: Pendidikan nasional
berfungsimengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsayang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuanuntuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

5
B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dasar adalah landasan tempat terpijak atau tempat tegaknya sesuatu.
Dalamhubungannya dengan pendidikan agama islam, dasar-dasar itu
merupakanpegangan untuk memperkokoh nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya. Adapun yang menjadi dasarnya adalah:
a. Al-Qur’an;
sebagai kitab suci telah di pelihara dan di jaga kemurnianya oleh
AllahSWT dari segala sesuatu yang dapat merusak sepanjang masa dari
sejakditurunkannya sampai hari kiamat kelak.
b. Hadits; merupakan perkataan ataupun perbuatan Nabi Muhammad
SAW yangmemberikan gambaran tentang segala sesuatu hal, yang
juga di jadikan dasardan pedoman dalam Islam dan sebagai umat
Islam kita harus mentaati apayang telah di sunnahka an Rasulullah
dalam Haditsnya.

c. Undang-undang Dasar 1945, pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi:


i. Negara berdasarkan azas Ketuhanan Yang Maha Esaii.
ii. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamadan kepercayaannya masing-masing
Menurut Prof. Ahmad tafsir dalam bukunya ilmu pendidikan dalam persfektif
islam(2007: 157), ada dua arah mengenai kegunaan pendidikan agama
dalam keluarga.
Pertama, penanaman nilai dalam arti pandangan hidup yang kelak
mewarnaiperkwembangan jasmani akalnya. Kedua, penanaman sikap yang
kelak menjadibasis dalam menghargai guru dan pengetahuan di
sekolah.Setiap usaha yang dilakukan secara sadar oleh setiap manusia, pasti
tidak lepasdari tujuan. Tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah
mencari ridha AllahSWT. Dengan pendidikan, di harapkan akan lahir individu-
individu yang baik,bermoral, berkualitas sehingga bermanfaat kepada dirinya,
keluarga, masyarakat,negaranya dan umat manusia secara keseluruhan.
Jadi tujuan pendidikan adalahperkara yang amat penting, sebab tujuan itulah
yang menentukan sifat-sifat metode dan kandungan pendidikan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, tujuan pendidikan dalam keluarga adalah
terciptanya kesempurnaan dari masing-masinganggota keluarga. Selain itu
dapat saling berakhlak baik kepada Allah SWT dengancara menjalankan

6
perintah dan menjauhi larangannya, berbuat baik kepada sesama manusia,
diri sendiri, maupun makhluknya.
C. Metode Pendidikan Agama Islam
Pola atau dapat disebut juga sebagai metode merupakan suatu cara yang
dilakukan oleh pendidik dalam menyampaikan nilai-nilai atau materi
pendidikan pada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri
sebagai salah satu komponen penting dalam proses pendidikan, pola atau
metode dituntut untuk selalu dinamissesuai dengan dinamika dan
perkembangan peradaban manusia.Pola atau metode pendidikan agama
dalam Islam pada dasarnya mencontoh padaperilaku Nabi Muhammad Saw
dalam membina keluarga dan sahabatnya. Karenasegala apa yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad merupakan manifestasi darikandungan al-
Qur’an. Adapun dalam pelaksanaannya, Nabi memberikan kesempatan pada
para pengikutnya untuk mengembangkan cara sendiri selamacara tersebut
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikanyang
dilakukan oleh Nabi. Abdulrahman Al-Nahlawi dalam bukunya Ushulu al-
Tarbiyah al-Islamiyah wa Ashalibiha (1983) mencoba mengembangkan
metode pendidikan Qurani.(Syahidin 2005: 59) yang disebut metode
pendidikan Qurani ialah salah satu metodependidikan yang berdasarkan
kandungan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam hal ini,segala bentuk upaya
pendidikan didasarkan kepada nilai-nilai yang terdapat dalamal-Quran dan
as-Sunnah.
Metode pendidikan agama yang dapat di gunakan dalam keluarga :
a. Metode keteladanan Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan
memberi contoh, baikberupa tingkah laku, sifat, cara berpikir dan sebagainya.
Keteladananmerupakan metode yang paling baik dalam rangka proses
kehidupannya,mereka memerlukan keteladanan yang baik dan sholeh.
Teladan dari orang tuaakan jauh lebih membekas dari pada semua kata yang
mereka ajarkan. Dengandemikian keteladanan yang diberikan orang tua
pada anaknya akan sangatmenentukan keberhasilan orang tua dalam
membimbing anak-anaknya. Metodeini yang paling efektif untuk membimbing
anaknya. Orang tua tidak hanyamemberikan bimbingan secara lisan
melainkan juga langsung memberikancontoh kepada anak-anaknya.
b. Metode Kisah Dalam islam banyak kisah para Nabi yang dapat di petik
pelajaran moral yang dipaparkan melalui metode cerita. Sebagai contoh :
kisah Nabi Muhammad, NabiNuh, Nabi Ibrahim, Nabi Yunus, Nabi Musa dan
lain-lain. Dari kisah tersebut,orang tua menceritakan kepada anak-anaknya

7
dengan metode yang sangatberkesan dan dengan ungkapan dalam
kehidupannya.
c. Metode Nasehat Di antara metode pendidikan yang popular sejak dulu
adalah dengan cara nasehat, sebab manusia itu senang dan selalu
memperhatikan jika mendengar nasehat dari orang yang disintainya. Oleh
sebab itu, dalam kondisi yang demikian ini, nasehat sangat mampu
berpengaruh pada diri orang yang mendengarkan nasehat maka oleh sebab
itu sebagai orang tua hendaknyamemahami dalam memberikan nasehat
dalam mendidik anak-anaknyasehingga akhirnya dapat menjadi anak yang
baik berfikir jerrnih sertaberwawasan luas.
d. Metode Pengawasan Metode pengawasan ini adalah peran orang tua
disini adalah melakukanpengawasan, maksudnya yaitu mendampingi anak
dalam upaya pembentukankepribadian yang baik serta mengawasi dan
mempersiapkan keadaannya baikdalam jasmani maupun rohani.
Pengawasan merupakan metode yang tidak bisadi abaikan oleh orang tua,
karena anak tidak selamanya berada di tengah-tengah keluarganya dia akan
semakin besar dan makin luas dunianya. Olehsebab itu, orang tua harus
melakukan pengawasan yang baik terhadap anaknyamulai sejak dini.
e. Metode Hukuman Bila teladan dan nasehat tidak mampu, maka harus di
adakan tindak tegas yangdapat meletakkan persoalan di tempat yang benar,
tindakan tegas itu adalahhukuman. Hukuman merupakan metode terburuk,
tetapi dalam kondisi tertentuharus di gunakan karena hukuman adalah cara
yang paling terakhir. Oleh sebabitu, ada beberapa hal yang hendak di
perhatikan pendidik dalam menggunakanhukuman antara lain adalah :
 Menghukum bertujuan untuk memperbaiki kesalahan untuk tidak
melakukanlagi di manapun dan kapanpun.
 Metode hukuman digunakan apabila metode ini tidak berhasil
digunakan lagidalam memperbaiki peserta didik.
 Sebelum dijatuhkan hukuman, terlebih dahulu hendaknya
memberikesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri.
 Hukuman yang diberikan hendaknya dapat dimengerti
olehnya,sehingga diasadar dengan kesalahan dan tidak mengulaginya
lagi.
 Hukuman hendaknya melihat kondisi atau latar belakang peserta didik.
 Menjatuhkan hukuman hendaknya yang logis, yakitu
hukumandisesuaikandengan jenis kesalahan.
 Hukuman piskis lebih baik dari pada pisik.Dari uraian diatas
dapatdisimpulkan bahwa anak benar-benar membutuhkan perhatian
dari keluarga,khususnya orang tua. Oleh karena ituorang tua memang

8
harus menjaditeladan yang utama bagi anak-anaknya setadapat
memberikan nasehat-nasehat bila anaknya ada masalah yang
mungkin tidak dapat diselesaikandenagn sendiri oleh anak.

D. Materi Pokok Pendidikan Agama Islam


a) Pendidikan Akidah
Sesungguhnya tujuan utama kehidupan manusia sebagaimana
digambarkandalam al-Qur’an adalah mengesakan dan menyembah Allah
SWT, mengenal-Nya dengan sebenar-benarnya, dan
memakmurkan alam semesta ini sesuaidengan syariat yang ditetapkan. Allah
berfirman:

‫َو َم ا َخ َلْق ُت اْلِجَّن َو اِاْلْن َس ِااَّل ِلَي ْع ُبُدْو ِن‬


“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
merekamengabdi kepada-Ku”
(QS. Adz-Dzariyat: 56).
Para mufassir menyebutkan makna al-’ibadah dalam ayat ini dalam
beberapapendapat: pertama, tauhid; kedua, melaksanakan ibadah dan
menjagaketaatannya; ketiga, mengenal Allah (ma’rifatullah).
Sebagaimana tujuan utama pernikahan dalam Islam adalah membina
generasiimani yang mempunyai keimanan kuat dalam hatinya dan terlihat
pengaruhnyapada akhlak dan perbuatannya, Nabi Muhammmad saw juga
telah menegaskanbetapa besar pengaruh orang tua dalam memberikan
bimbingan akidah yangbenar bagi anak- anaknya. Nabi Muhammmad saw
bersabda:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, orang tuanyalah
yangmenjadikannya yahudi,nasrani, atau majusi.”
Dasar-dasar akidah paling penting yang wajib diajarkan kepada anak-anak
adalah: mengesakan Allah (tauhidullah), Allah menaklukkan semua makhluk
untuk berkhidmat kepada manusia, beriman kepada qadha dan qadar
sertabertawakal kepada Allah, menanamkan kecintaan kepada Nabi
Muhammad Saw.
b) Pendidikan Ibadah
Materi dalam pendidikan ibadah yang dimaksud di sini adalah meliputi:
Shalat,karena shalat adalah mediator antara hamba dan Tuhannya. Selain

9
itu, shalatmerupakan tiang agama Islam, siapa yang menegakkannya maka
berarti telahmenegakkan Islam dan barangsiapa yang merobohkannya maka
roboh pulaIslam. Bersama dengan lainnya; syahadatain, haji, puasa, dan
zakat, shalatmenjadi tiang (fondasi) bangunan Islam. Shalat adalah satu-
satunya ibadah yangpelaksanaannya harus diperintahkan kepada seorang
anak, bahkan dapat diberiganjaran dengan pukulan apabila si anak
menunjukkan keengganan untukmelaksanakannya. Aspek pendidikan ibadah
ini khususnya pendidikan shalat disebutkan dalam firman Allah:
‫ٰذ‬ ‫ٰل‬ ‫ْأ‬ ‫ٰل‬
‫ٰي ُبَن َّي َاِقِم الَّص وَة َو ُمْر ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو اْن َه َع ِن اْلُم ْن َك ِر َو اْص ِبْر َع ى َم ٓا َاَص اَب َۗك ِاَّن ِلَك ِمْن َع ْز ِم اُاْلُمْو ِر‬
“ Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baikdan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadapapa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman:17).
Ayat tersebut menjelaskan pendidikan shalat tidak terbatastentang kaifiya
dimana menjalankan shalat lebih bersifat fiqhiyah melainkan termasuk
menanamkan nilai-nilai di balik shalat. Dengan demikian mereka harus
mamputampil sebagai pelopor amar makruf nahi munkar serta jiwanya teruji
sebagai orang yang sabar
c) Pendidikan Pokok-Pokok Ajaran Islam
1. Mengenal Allah
Mengenal Allah adalah merupakan bagian esensial dari ajaran islam
yangpertama kali harus dilakukan sebelum seseorang mempelajari bagian
ajaranIslam lainnya. Manusia dapat mengenal Allah dengan menggunakan
potensiyang ada dalam dirinya, yaitu fitrah ke-Tuhanan atau unsur lahut yang
adadalam diri manusia. Melalui fitrah keberagamaan tersebut manusia
dapatmengenal Tuhannya.
2. Memahami Al-Qur’an dan Hadits
Al-Qur’an dan Hadits merupakan dasar utama ajaran Islam,karena dari kedua
dasar tersebut dapat dikembangkan berbagai disiplin studi Islam ,
sepertitafsir, hadits, fiqih, ilmu kalam, akhlak dan lain sebagainya. Selain itu
al-Qur’an dan Hadits merupakan pedoman hidup umat Islam yang dapat
menjaminkeselamatan baik di dunia maupun di akhirat
d) Pendidikan Akhlakul Karimah
Islam bukanlah himpunan keyakinan dan ibadah semata. Islam adalah
agama kehidupan dan sosial. Oleh karena itu, Islam menganjurkan untuk

10
melatih anak-anak sejak kecil dengan dasar-dasar pokok adab pergaulan dan
akhlak yang benar. Rasulullah menganjurkanuntuk memanfaatkan
kesempatan dan menegur anak-anak bila ada kesalahan dalam sikap yang
mereka lakukan. Tidakdiragukan lagi jika seorang tidak belajar adab
pergaulan yang benar sejak kecil,maka ia akan menuai banyak kecaman dari
orang-orang di sekitarnya danbahkan akan jatuh dalam posisi yang sulit dan
memalukan. Oleh karena itu,salah satu kewajiban orang tua adalah
memperhatikan hal santun umum ketikahadir di suatu majlis semisal adab
berbicara, mendengarkan, minta izin,memperkenalkan namanya, berbicara di
telepon, membalas salam, berjalan,makan minum, bercanda, dan
menghormati orang lain.

11
BAB III
PEMBAHASAN

1. Peran Keluarga Bagi Anak-Anak


Keluarga secara etimologis berasal dari rangkaian kata “kawula” dan “warga”.
Kawula artinya abdi yakni hamba sedangkan warga berarti anggota .
Sebagai abdidi dalam keluarga, seseorang wajib menyerahkan segala
kepentingan kepadakeluarganya dan sebagai warga atau anggota, ia berhak
untuk ikut mengurus segalakepentingan di dalam keluarganya.
Sedangkan menurut M.I Sulaiman (1994 : 12) ciri hakiki suatu keluarga ialah
bahwa keluarga itu merupakan : “Satu persekutuan hidup yang dijalin kasih
sayang antarapasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan
pernikahan, yang bermaksudun tuk saling menyempurnakan diri”.
Dalam Ensyclopedi Umum yang dimaksud dengan keluarga yaitu kelompok
orangyang ada hubungan darah atau perkawinan yang terdiri dari ibu, ayah,
anak-anaknya (yang belum memisahkan diri sebagai keluarga.Dalam bahasa
Inggris kata keluarga diartikan dengan Family.
Everet Wilson mengartikan family (keluarga ) adalah ” the face to face group
(kelompok tatap muka). Dia mengartikan lebih ke arah fungsi
keluarga.Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang
terdiri atas ayah,ibu, anak-anak dan kerabat lainnya. Lingkungan keluarga
merupakan tempat dimana anak-anak dibesarkan dan merupakan lingkungan
yang pertama kali dijalanaioleh seorang anak di dalam mengarungi hidupnya,
sehingga apa yang dilihat dandirasakan oleh anak-anak dalam keluarga akan
dapat mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan jiwa seorang anak.
Keluarga merupakan unit pertama dan institusi pertama dalam masyarakat di
manahubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya, sebahagian besarnya
bersifathubungan langsung dan di situlah berkembang individu dan di situ
pulalah terbentuknya tahap-tahap awal proses sosialisasi bagi anak-anak.
Dari interaksidalam keluarga inilah anak-anak memperoleh pengetahuan,
keterampilan, minat,nilai-nilai, emosi dan sikapnya dalam hidup dan dengan
itu pulalah merekamemperoleh ketenteraman dan ketenangan.
Pembentukan keluarga dalam Islam bermula dengan terciptanya hubungan
suciyang menjalin seorang laki-laki dan seorang perempuan melalui
perkawinan yanghalal, memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat sahnya
perkawinan tersebut. Olehkarena itu, kedua suami dan isteri itu merupakan

12
dua unsur utama dalam keluarga.Jadi, keluarga dalam pengertiannya yang
sempit merupakan suatu unit sosial yangterdiri dari seorang suami dan
seorang isteri, atau dengan kata lain, keluarga adalahperkumpulan yang halal
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yangbersifat terus menerus
di mana yang satu merasa tenteram dengan yang lain sesuaidengan yang
ditentukan oleh agama dan masyarakat. Dan ketika kedua suami isteriitu
dikaruniai seorang anak atau lebih, maka anak-anak itu menjadi unsur
utamaketiga pada keluarga tersebut di samping dua unsur sebelumnya.
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi setiap individu di mana
iaberinteraksi. Dari interaksi dengan lingkungan pertama inilah individu
memperolehunsur-unsur dan ciri-ciri dasar daripada kepribadiannya. Juga
dari situlah iamemperoleh akhlak, nilai-nilai, kebiasaan dan emosinya dan
dengan itu ia merobahbanyak kemungkinan-kemungkinan, kesanggupan-
kesanggupan dan kesedian-nyamenjadi kenyataan dalam hidup dan tingkah
laku yang tampak. Jadi keluarga itubagi seorang individu merupakan simbol
atas nilai-nilai yang mulia, sepertikeimanan yang teguh kepada Allah,
pengorbanan, kesediaan berkorban untukkepentingan kelompok, cinta
kepada kebaikan, kesetiaan dan lain-lain lagi nilaimulia yang dengannya
keluarga dapat menolong individu untuk menanamkannyapada
dirinya.Individu itu perlu pada keluarga bukan hanya pada tingkat awal
hidupnya dan padamasa kanak-kanak, tetapi ia memerlukannya sepanjang
hidupnya, sebab di dalamkeluargalah, baik anak-anak, remaja, orang
dewasa, orang tua maupun manulamendapatkan rasa kasih sayang, rasa
tenteram dan ketenangan.
Keberadaan keluarga bukan hanya penting bagi seorang individu, tetapi juga
bagimasyarakat, sehingga masyarakat menganggap keluarga sebagai
institusi sosialyang terpenting dan merupakan unit sosial yang utama melalui
individu-individuyang telah dipersiapkan di dalamnya, baik berupa nilai-nilai,
kebudayaan, kebiasaanmaupun tradisi yang ada di dalamnya. Dari segi
inilah, maka keluarga dapat menjadiukuran dalam sebuah masyarakat, dalam
arti apabila masing-masing keluarga ituberada dalam keluarga yang sehat,
maka akan sehatlah suatu masyarakat. Dansebaliknya, jika masing-masing
keluarga itu tidak sehat, dampaknya terhadapmasyarakat pun akan menjadi
tidak sehat.
Keluarga sebagai tempat di mana anak-anak dibesarkan memiliki peranan
yangsangat penting dalam pendidikan anak, karena pertama-pertama yang
akan dilihatdan dirasakan oleh anak sebelum orang lain adalah keluarga.
Peranan pendidikankeluarga tidak akan tergeser oleh banyaknya institusi-
institusi dan lembaga-lembagapendidikan yang ada, seperti Taman Kanak-
kanak, Sekolah-sekolah, Akademi-akademi dan lain-lainnya. Begitu juga

13
dengan bertambahnya lembaga-lembagakebudayaan, kesehatan, politik,
agama tidak akan menggeser fungsi pendidikan keluarga.Walaupun begitu
tingginya tingkat perkembangan dan perubahan yang berlakudisebahagian
besar masyarakat modern, termasuk masyarakat muslim sendiri,tetapi
keluarga tetap memelihara fungsi pendidikannya dan menganggap bahwa
halitu merupakan sebagian tugasnya, khususnya dalam rangka menyiapkan
sifat cintamencintai dan keserasian di antara anggota-anggotanya. Begitu
juga ia harusmemberi pemeliharaan kesehatan, psikologikal, spiritual, akhlak,
jasmani,intelektual, emosional, sosial di samping menolong mereka
menumbuhkanpengetahuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan yang diingini
yang berguna dalamsegala lapangan hidup mereka serta sanggup
mengambil manfaat dari pelajaranlembaga-lembaga lain.
Peranan pendidikan yang sepatutnya dipegang oleh keluarga bagi anggota-
anggotanya secara umum adalah peranan yang paling pokok dibanding
denganperanan-peranan lain. Lembaga-lembaga lain dalam masyarakat,
misalnya lembaga politik, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain tidak dapat
memegang perananitu.Walaupun lembaga-lembaga lain dapat menolong
keluarga dalam tindakanpendidikan, akan tetapi ia tidak sanggup
menggantikan, kecuali dalam keadaan-keadaan luar biasa, seperti ketika ibu
bapak meninggal atau karena ibu bapak rusakakhlak dan menyeleweng dari
kebenaran, atau mereka acuh tak acuh dan tidak tahucara-cara yang betul
dalam mendidik anak. Orang tua semacam ini tidak akansanggup mendidik
anak-anaknya menjadi orang yang baik dan terhormat,karenanya akan
menjadi mashlahat apabila anak-anak itu dididik di luar keluargamereka,
misalnya dalam institusi-institusi yang yang baik, teratur
danbertanggungjawab atas baik dan buruknya kepribadian.
Menurut Syamsu Yusuf (2007), keluarga dipandang sebagai penentu
utamapembentukan kepribadian anak. Alasannya adalah: (1) keluarga
merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak,
(2) anak banyakmenghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, dan (3)
para anggota keluarga
merupakan “significant people” bagi pembentukan kepribadian anak.
Di samping itu, keluarga juga dipandangn sebagai lembaga yang dapat
memenuhikebutuhan insani, terutama bagi pengemnbagan kepribadiannya
danpengembangan ras manusia. Melalui perlakuan dan perawatan yang baik
dari orangtua, anak dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik-
biologis, maupunkebutuhan sosio psikologisnya. Apabila anak dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, maka dia cenderung
berkembang menjadi seorang pribadi yang sehat.

14
Perlakuan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan nilai-nilai
kehidupan,baik nilai agama maupun nilai sosial budaya yang diberikan
kepada anakmerupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak
menjadi pribadi danwarga masyarakat yang sehat dan produktif.
Suasana keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.
Seoranganak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis
dan agamis, yaitusuasana yang memberikan curahan kasih sayang,
perhatian, dan bimbingan dalambidang agama, maka perkembangan
kepribadian anak tersebut cenderung positif sehat. Sedangkan anak yang
dikembangkan dalam lingkungan keluarga yangberantakan, tidak harmonis,
keras terhadap anak dan tidak memperhatikan nilai-nilaiagama, maka
perkembangan kepribadiannya cenderung mengalami distorsi
ataumengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya.
Apabila fungsi keluarga dalam kajian psikologikal modern
menekankanpendidikannya kepada pembinaan jiwa mereka dengan rasa
cinta, kasih sayang danketenteraman, justeru para ahli ilmu jiwa Muslim jauh
sebelum itu telah menekankanperkara ini dalam berbagai tulisannya. Ulama-
ulama Muslim dahulu kalamenekankan pentingnya peranan pendidikan
keluarga itu pada tahun-tahun pertamausia anak-anak yang berdasar kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Disamping itu, nash-nash al-Qur’an
dan as-Sunnah banyak yang menekankanpentingnya pendidikan dalam
keluarga, di antaranya: Allah berfirman:
“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (Q.S.(66):6). Juga
Rasulullah bersabda:
“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ibu bapaknyalah yang
menjadikan ia Yahudi, Nashrani atau Majusi (H.R.Tabrani dan Baihaqi).
Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah menjelaskan: “Awasilah anak-anakmu
dan perbaikilah adabnya” (H.R.Ibnu Majah).
Dari bukti-bukti yang dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa mendidik
anakdalam keluarga kewajiban paling utama. Kewajiban ini tidak dapat
ditinggalkankecuali karena udzur, dan juga tidak akan membebaskan ia dari
tanggung jawab inidengan adanya institusi-institusi pendidikan yang didirikan
khusus untuk anak-anak dan generasi muda. Sebab, institusi itu tidak akan
sanggup menggantikan keluargadalam menanamkan rasa cinta dan kasih
sayang kepada anak-anak.
Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama, pertama karena
keluargamerupakan lingkungan awal sebelum anak itu mengenal luar dan
utama karenakeluarga menjadi lingkungan sosial dan emosional dimana hal

15
itu sangatmemberikan kualitas pengalaman sehingga menjadi faktor
determinan untukpembentukan kepribadian seorang anak.
Menurut M.I. Sulaeman (1994: 84), fungsi keluarga itu ada delapan jenis,
yaitu: (1)fungsi edukasi, (2) fungsi sosialisasi, (3) fungsi proteksi, (4) fungsi
afeksi, (5) fungsi religius, (6) fungsi ekonomi, (7) fungsi rekreasi, (8) fungsi
biologis.Berdasarkan kepada beberapa fungsi keluarga di atas terlihat bahwa
salah satufungsi keluarga ialah fungsi pendidikan. Hal ini berarti bahwa
orangtua sebagaipendidik pertama dan utama mempunyai kewajiban dalam
memberikan pendidikankepada anak-anaknya termasuk pendidikan nilai
moral.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Kepribadian menurut Woodwor dalam Elizabeth B. Hurlock (1976) yaitu
kualitas keseluruhan perilaku individu. Sedangkan menurut Allport masih
dalam Elizabeth B.Hurlock (1976), kepribadian adalah organisasi atau tata
aturan dinamis dalam diriseseorang dengan sstem psiko-fisiknya yang
menentukan karakter tingkah laku danpemikirannya.
Kepribadian yang dimiliki seseorang tidak lepas dari pengaruh yang datang
dari luardirinya. Paling tidak, ada tiga faktor utama yang bekerja di dalam
menentukanperkembangan kepribadian seseorang. Pertama, pengaruh
keturunan individu;kedua, pengalaman awal dalam keluarga; dan ketiga,
peristiwa-peristiwa penting dikemudian hari di luar lingkungan rumah. Dengan
demikian, pola kepribadianbukanlah hasil belajar secara eksklusif atau
keturunan eksklusif. Sebaliknya, ituberasal dari interaksi dari keduanya.
Kepribadian yang dimiliki seseorang tidak bisa lepas dari faktor keturunan,
terutamayag berkaitan dengan pematangan karakteristik fisik dan mental.
Meskipun faktorlingkungan sosial dan lainnya besar pengaruhnya terhadap
kepribadian, namuntidak lepas dari potensi yang ada dalam individu. Bahan
baku utama kepribadian,seperti fisik, kecerdasan, dan temperamen adalah
hasil dari keturunan. Anakmemiliki warisan-warisan sifat bawaan yang
berasal dari kedua orang tuanya,merupakan potensi tertentu yang sudah
terbentuk dan sukar dirubah. Menurut H.C.Witherington dalam
Uyoh Sa’dullah(2007) heriditas adalah proses penurunansifat- sifat atau ciri-
ciri tertentu dari suatu generasi ke generasi lain denganperantaraan sel
benih. Pada dasarnya yang diturunkan itu adalah struktur tubuh.Jadi, apa
yang diturunkan orang tua kepada anak-anaknya berdasar kepada
perpaduan gen-gen, yang pada umumnya haya mencakup sifat atau ciri-ciri
strukturindividu. Yang diturunkan itu sangat kecil menyangkut ciri atau sifat
orang tua yangdiperoleh dari lingkungan atau hasil belajar dari

16
lingkungannya. Beberapa ciri atausifat orang tua yang kemungkinan dapat
diturunkan , misalnya: warna kulit,kecerdasan, bentuk fisik, seperti bentuk
mata, hidung dan lain sebagainya yangberkaitan dengan struktur fisik
individu.
Selain dipengaruhi oleh faktor keturunan, kepribadian juga terbentuk dari
interaksifigur yang signifikan dari semua anggota keluarga (pertama ibu,
kemudian ayah dansaudara, dan kemudian figur keluarga yang lainnya)
dengan anak. Anak itumembawa kepada interaksi ini, seperti konstitusi
biologis tertentu, kebutuhan tertentu, dan kapasitas intelektual tertentu yang
menentukan reaksinya dengan caradi mana ia menindaklanjuti figur yang
signifikan tersebut.
Dalam interaksi antara faktor dan lingkungan, individu memilih dari
lingkungannyaapa yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dan
menolak apa yang tidak.Oleh karena itu, pola kepribadian berkembang
dimulai dari interaksi denganlingkungannya sendiri.
Salah satu alasan untuk menekankan peran keturunan dalam
pengembangan polakepribadian adalah fakta bahwa pola kepribadian
merupakan sesuatu yang tundukpada keterbatasan. Seseorang yang
mewarisi kecerdasan tingkat rendah, misalnya,tidak bisa, bahkan di bawah
kondisi lingkungan paling menguntungkan,mengembangkan pola kepribadian
yang akan menyebabkan sama bagusnya penyesuaian pribadi dan sosial
sebagai orang yang mewarisi tingkat yang lebihtinggi dari kemampuan
intelektual.
Selanjutnya, pengakuan keterbatasan yang dikenakan oleh
keturunanmenggarisbawahi fakta bahwa orang tidak benar-benar bebas
untuk memilih danmengembangkan jenis pola kepribadian yang mereka
inginkan. Menggunakankecerdasan lagi sebagai ilustrasi: Seseorang dengan
kecerdasan tingkat rendahtidak dapat mengembangkan pola kepribadian
seorang pemimpin meskipun ia inginmelakukannya dan walaupun
keinginannya memberinya motivasi yang kuat untukmencoba
mengembangkan ciri kepribadian yang penting untuk kepemimpinan.
Pendidikan dalam berbagai bentuk, khususnya, atau belajar di bawah
bimbingan dan arahan yang lain, memainkan peran utama dalam
pengembangan pola kepribadian. Sikap terhadap diri, model karakteristik
menanggapi orang dan situasi,sikap terhadap asumsi peran sosial disetujui,
dan metode penyesuaian pribadi dansosial, termasuk penggunaan
mekanisme pertahanan, dipelajari melaluipengulangan dan diperkuat oleh
kepuasan yang mereka bawa. Secara bertahap,konsep-diri dibangun dan

17
tanggapan belajar menjadi kebiasaan, yang merupakanciri dalam pola
kepribadian individu.
Ada dua alasan, mengapa pendidikan memainkan peran dalam
pengembangan polakepribadian, yaitu: Pertama, ia memberitahu kita bahwa
pengendalian dapat dilaksanakan untuk memastikan bahwa individu akan
mengembangkan jenis polakepribadian yang akan dapat menyesuaikan
pribadi dan sosial yang baik. Kedua halitu mengatakan kepada kita bahwa
konsep diri yang tidak sehat dan pola sosial tidakdapat diterima
penyesuaiannya dapat diubah dan dimodifikasi. Seperti dalam mempelajari
semua, semakin cepat perubahan atau modifikasi dicoba, akan semakin
mudah.
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN ANAK-ANAK
BERPRIBADI BURUK
Apabila bila kita analisis faktor-faktor yang menyebabkan anak-anak memiliki
kepribadian buruk, sehingga mengakibatkan merosotnya moral pada
masyarakat sangat banyak sekali. Menurut Zakiyah Darajat (1988), antara
lain yang terpenting adalah:
1. Kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat.
Keyakinan beragama yang didasarkan atas pengertian yang sungguh-
sungguh dan sehat tentang ajaran agama yang dianutnya, kemudian diiringi
dengan pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut merupakan benteng moral yang
paling kokoh. Apabila keyakinan beragama itu betul-betul telah menjadi
bagian integral dari kepribadian seseorang, maka keyakinannya itulah yag
akan mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan perasaannya. Jika
terjadi tarikan orang kepada sesuatu yang tampaknya menyenangkan dan
menggembirakan, maka keimanannya cepat bertindak meneliti apakanhal
tersebut boleh atau terlarang oleh agamanya. Andaikan termasuk hal yang
terlarang, betapapun tarikan luar itu tidak akan diindahkannya, karena ia
takut melaksanakan yang terlarang dalam agama.
Jika setiap orang kuat keyakinannya kepada Tuhan, mau menjalankan
agama dengan sungguh-sungguh, maka tidak perlu polisi, tidak perlu
pengawasan yag ketat, karena setiap orang dapat menjaga dirinya sendiri,
tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan Tuhannya. Semakin
jauh masyarakat dari agama, semakin susah memelihara moral orang
dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin
banyaknya pelanggaran-pelanggaran atas hak dan hukum.

2. Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi, sosial, dan
politik.

18
Faktor kedua yang ikut mempengaruhi moral masyarakat ialah kurang
stabilnya keadaan, baik ekonomi, sosial, maupun politik. Kegoncangan atau
ketidakstabilan suasana yang melingkungi seseorang menyebabkan gelisah
dan cemas, akibat tidak dapatnya mencapai rasa aman dan ketenteraman
dalam hidup. Demikian juga dengan keadaan sosial dan politik, jika tidak
stabil, maka akan menyebabkan orang merasa takut, cemas dan gelisah,
dan keadaan seperti ini akan mendorong pula kepada kelakuan-kelakuan
yang mencari rasa aman yang kadang-kadang menimbulkan kecurigaan,
tuduhan-tuduhan yang tidak beralasan, kebencian kepada orang lain, adu
domba, fitnah dan lain sebagainya. Hal ini semua mudah terjadi pada orang
yang kurang keyakinannya kepada agama, dan mudah menjadi gelisah.

3. Pendidikan moral tidak terlaksana menurut mestinya, baik di rumah tangga,


sekolah maupun masyarakat.
Faktor ketiga yang juga penting adalah tidak terlaksananya pendidikan
moral dengan baik dalam rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Pembinaan moral seharusnya dilaksanakan sejak anak kecil sesuai dengan
kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir belum mengerti mana
yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan
ketentuan moral yang berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan
menanamkan sikap-sikap yang dianggap baik untuk pertumbuhan moral,
anak-anak aka dibesarkan tanpa mengenal moral itu.
Juga perlu diingat bahwa pemahaman tentang moral belum dapat menjamin
tindakan moral. Moral bukanlah suatu pelajaran atau ilmu pengetahuan
yang dapat dicapai dengan mempelajari, tanpa membiasakan hidup
bermoral dari kecil, karena moral itu tumbuh dari tindakan kepada
pengertian. Di sinilah peranan orangtua, guru dan lingkungan yang sangat
penting. Jika anak dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua yang tidak
bermoral atau tidak mengerti cara mendidik, ditambah pula dengan
lingkungan masyarakat yang goncang dan kurang mengindahkan moral,
maka sudah barang tentu hasil yang akan terjadi tidak menggembirakan
dari segi moral.

4. Suasana rumah tangga yang kurang baik.


Faktor yang terlihat pula dalam masyarakat sekarang ialah kerukunan hidup
dalam rumah tangga kurang terjamin. Tidak tampak adanya saling
pengertian, saling menerima, saling menghargai, saling mencintai di antara
suami isteri. Tidak rukunnya ibu-bapak menyebabkan gelisahnya aak-anak,
mereka menjadi takut, cemas dan tidak tahan berada ditengah-tengah
orangtua yang tidak rukun. Maka anak-anak yang gelisah dan cemas itu

19
mudah terdorong kepada perbuatan-perbuatan yang merupakan ungkapan
dari rasa hatinya, biasanya akan mengganggu ketenteraman orang lain.
Demikian juga halnya dengan anak-anak yang merasa kurang mendapat
perhatian, kasih saying dan pemeliharaan orang tua akan mencari
kepuasan di luar rumah.

5. Diperkenalkannya secara populer obat-obat dan alat-alat anti hamil.


Suatu hal yang sementara pejabat tidak disadari bahayanya terhadap moral
anak-anak muda adalah diperkenalkanya secara populer obat-obatan dan
alat-alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Seperti kita ketahui
bahwa usia muda adalah usia yang baru mengalami dorongan seksuil
akibat pertumbuhan biologis yang dilaluinya, mereka belum mempunyai
pengalama, dan jika mereka juga belum mendapat didikan agama yang
mendalam, merka akan dengan mudah dapat dibujuk oleh orang-orang yag
tidak baik, yang hanya melampiaska hawa nafsunya. Dengan demikian,
akan terjadilah obat atau alat- alat itu digunakan oleh anak-anak muda yang
tidak terkecuali anak-anak sekolah atau mahasiswa yang dapat dibujuk oleh
orang yang tidak baik itu oleh kemauan mereka sendiri yang mengikuti arus
darah mudanya, tanpa terkendali. Orang
tidak ada yang tahu, karena bekasnya tidak terlihat dari luar.

6. Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian-kesenian


yang tidak mengindahkan dasar-dasar dan tuntunan moral.
Suatu hal yang belakangan ini kurang mendapat perhatian kita ialah tulisan-
tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, kesenian-kesenian,
dan permainan-permainan yang seolah-olah mendorong aak muda untuk
mengikuti arus mudanya. Segi-segi moral dan mental kurang mendapat
perhatian, hasil-hasil seni itu sekedar ungkapan dari keinginan dan
kebutuhan yang sesungguhnya tidak dapat dipenuhi begitu saja. Lalu
digambarka dengan sangat
realistis, sehingga semua yang tersimpan di dalam hati anak-anak muda
diungkap dan realisasinya terlihat dalam cerita, lukisan atau permainan
tersebut. Ini pun mendorong aak-anak muda ke jurang kemerosotan moral.

7. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang (leisure time) dengan
cara yang baik, dan yang membawa kepada pembinaan moral.Suatu faktor
yang juga telah ikut memudahkan rusaknya moral anak-anak muda ialah
kurangnya bimbingan dalam mengisi waktu luang dengan yang baik dan
sehat. Umur muda adalah umur suka berkhayal, melamunkanhal yang jauh.
Kalau mereka dibiarkan tanpa bimbingan dalam mengisi waktunya, maka
akan banyak lamunan dan kelakuan yang kurang sehat timbul dari mereka.

20
8. Tidak ada atau kurangnya markas-markas bimbingan dan penyuluhan bagi
anak- anak dan pemuda-pemuda. Terakhir perlu dicatat, bahwa kurangnya
markas bimbingan dan penyuluhan yang akan menampung dan
menyalurkan aak-aak kea rah mental yang sehat. Dengan kurangnya atau
tidak adanya tempat kembali bagi anak-anak yang gelisah dan butuh
bimbingan itu, maka pergilah mereka berkelompok dan bergabung dengan
aak-anak yang juga gelisah. Dari sini akan keluarlah model kelakuan yang
kurang menyenangkan.

4. PERANAN PENDIDIKAN AGAMA TERHADAP PEMBENTUKAN


KEPRIBADIAN
Setelah kita mengetahui penyebab anak-anak memiliki kepribadian buruk
yang mengakibatkan merosotnya moral seperti yang diuraikan di atas,
menunjukkan betapa pentingnya pendidikan agama bagi anak-anak kita, dan
betapa pula besarnya bahaya yang terjadi akibat kurangnya pendidikan
agama itu. Untuk itu, perlu kiranya kita mencari jalan yang dapat
mengantarkan kita kepada terjaminnya kepribadian anak-anak yang kita
harapkan menjadi warga Negara yang cinta akan bangsa dan tanah airnya,
dapat menciptakan dan memelihara ketenteraman dan kebahagiaan
masyarakat dan bangsa di kemudian hari.
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan agama
bagi anak-anaknya, terutama dalam pembentukan kepribadian. Menurut M.I.
Soelaeman (1978: 66), salah satu fungsi keluarga ialah fungsi religius.
Artinya keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak dan
anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Untuk
melaksanakannya, orang tua sebagai tokoh- tokoh inti dalam keluarga itu
terlebih dulu harus menciptakan iklim religius dalam keluarga itu, yang dapat
dihayati seluruh anggotanya, terutama anak-anaknya.

Pendidikan agama harus dimulai sejak dini, terutama dalam keluarga, sebab
anak-anak pada usia tersebut siap untuk menerima ajaran agama yang
berkaitan dengan keimanan kepada Allah tanpa harus menuntut dalil yang
menguatkannya.
Dalam pendidikan usia dini, ia juga tidak berkeinginan untuk memastikan
atau membuktikan kebenaran ajaran agama yang diterimanya.

21
Dalam penanaman pendidikan agama di lingkungan keluarga yang harus
diberikan kepada anak-anak tidak terbatas kepada masalah ibadah seperti
sholat, zakat, puasa, mengaji, tetapi harus mencakup keseluruhan hidup,
sehingga menjadi pengendali dalam segala tindakan. Bagi orang yang
menyangkan bahwa agama itu sempit, maka pendidikan agama terhadap
anak-anak dianggap cukup dengan memanggil guru ngaji ke rumah atau
menyuruh anaknya belajar mengaji ke madrasah atau ke tempat lainnya.
Padahal yang terpenting dalam penanaman jiwa agama adalah di dalam
keluarga, dan harus terjadi melalui pengalaman hidup seorang anak dalam
keluarga. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh aak sejak ia kecil
akan mempengaruhi kepribadiannya.
Supaya pembinaan nilai-nilai agama itu betul-betul membuat kuatnya jiwa
anak-anak untuk menghadapi tantangan segala zaman dan suasana
dikemudian hari, hendaknya ia dapat terbina sejak lahir, bahkan sejak dalam
kandungan sampai ia mencapai usia dewasa dalam masyarakat.
Hasan Langgulung (1986) mengemukakan bahwa pendidikan agama dan
spiritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang harus mendapat perhatian
penuh oleh keluarga terhadap anak-aaknya. Pendidikan agama dan spiritual
ini berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat
naluri yang ada pada anak-anak melalui bimbingan agama yang sehat dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama dan upacara-upacaranya. Begitu juga
membekali anak-anak dengan pengetahuan-pengetahuan agama dan
kebudayaan Islam yang sesuai dengan umurnya dalam bidang aqidah,
ibadah, mu’amalah dan sejarah. Begitu juga dengan mengajarkan kepadanya
cara-cara yang betul untuk menunaokan syi’ar-syi’ar dan kewajiban-
kewajiban agama, dan menolongnya mengembangkan sikap agama yang
betul, dan yang pertama-tama harus ditanamkan ialah iman yang kuat
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari
akhirat, dan selalu mendapat pengawasan dari orang tua dalam segala
perbuatan dan perkataannya.
Di antara cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk
menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah sebagai
berikut:
a. Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman
kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam
bentuknya yang sempurna dalam waktu tertentu.
b. Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil
sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging,

22
mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tentram
sebab mereka melakukannya.
c. Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di
mana mereka berada.

d. Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang


berguna dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-
makhluknya untuk menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dan
atas wujud dan keagungannya.
e. Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama,
dan lain-lain lagi cara-cara lain.
Ketika keluarga menunaikan hal-hal tersebut di atas, sebelumnya menurut kepada
petunjuk dari Al Qur-an, Sunnah Nabi s.a.w. dan peninggalan Assalaf-Assaleh
yang semuanya mengajak untuk melaksanakan pendidikan, mengharuskan
orangtua mendidik anak-anak nya akan iman dan akidah yang betul dan
membiasakannya mengerjakan syari’at, terutama sembahyang. Seperti firman
Allah swt: “Perintahlah keluargamu bersembahyang dan tekunlah engkau
mengerjakannya. Kami tidak minta darimu rezeki. Kami memberimu rezeki. Akibat
yang baik bagi taqwa”. Sabda Rasulullah saw: “Perintahlah anak-anak mu
bersembahyang sedang mereka berumur tujuh tahun. Pukullah mereka kalau tidak
mau jika mereka berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah mereka dalam
pembaringan”. (H.R. Abu Daud, Al Turmuzi, Ahmad dan Al Hakim).
Juga agama memestikan mereka menanamkan nilai-nilai agama dan
kebiasaan-kebiasaan Islam pada jiwa anak-anak dan menyuruh mereka
menghafal sebagian Al Qur-an, Sunnah Nabis.a.w. dan sejarah sahabat-
sahabat dan Khulafa’a Al Rasyidin supaya mereka terbimbing kejalan yang
lurus.Rasulullah s.a.w. bersabda : “Hak anak kepada ibu-bapaknya adalah
bahwa ibu-bapak mengajarkannya Kitab Allah s.w.t., memanah, berenang
dan memberinya warisan yang baik”. Juga sabda Rasulullah s.a.w. mencintai
keluarga Nabi s.a.w., dan membaca Al Qur-an.
Selain pendidikan agama seperti yang dijelaskan di atas, pendidikan akhlak
dalam keluarga juga sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian anak.
Tidaklah berlebihan kalau kita katakan bahwa pendidikan akhlak dalam
pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan
agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang
buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai
akhlak-akhlak keutamaan-keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah
akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh abama.Sehingga seorang Muslim
tidak sempurna agamanya sehingga akhlaknya menjadi baik. Hampir-hampir

23
sepakat filosof-filosof pendidikan Islam, bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa
pendidikan Islam. Sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik
jiwa dan akhlak.
Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak untuk
anak-anak sebagai institusi yang mula-mula sekali berinteraksi dengannya
oleh sebab mereka mendapat pengaruh daripadanya atas segala tingkah
lakunya. Oleh sebab itu haruslah keluarga mengambil berat tentang
pendidikan ini, mengajar mereka akhlak yang muliayang diajarkan Islam
seperti kebenaran, kejujuran,keikhlasan, kesabaran, kasih sayang, cinta
kebaikan, pemurah, berani dan lain-lain sebagainya. Dia juga mengajarkan
nilai dan faedahnya berpegang teguh pada akhlak di dalam
hidup,membiasakan mereka berpegang kepada akhlak semenjak kecil.
Sebab manusia itu sesuai dengan sifat asasinya menerima nasihat jika
datangnya melalui rasa cinta dan kasih sayang, sedang ia menolaknya jika
disertai dengan kekerasan dan biadab. Tepat sekali firman Allah s.w.t. : “Jika
engkau (hai Muhammad) kasar dan bengis tentu mereka akan
meninggalkanmu” (Ali Imran: 159).
Di antara kewajiban keluarga dalam penanaman akhlak kepada anak-anak
agar memiliki kepribadian yang baik adalah sebagai berikut:
a. Memberi contoh yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang teguh
kepada akhlak mulia. Sebab orang tua yang tidak berhasil menguasai
dirinya tentulah tidak sanggup meyakinkan anak-anaknya untuk memegang
akhlak yang diajarkannya. Di antara kata-kata mutiara yang terkenal dari Ali
R.A. adalah : “Medan perang pertama adalah dirimu sendiri, jika kamu telah
mengalahkannya, tentu kamu akan mengalahkan yang lain. Jika kalah
disitu, niscaya ditempat lain kamu akan lebih kalah. Jadi berjuanglah disitu
lebih dahulu”. Tepat sekali firman Allah s.w.t. :“Adakah kamu memerintah
orang berbuat baik sedang kamu melupakan dirimu sendiri”. (Al Baqarah :
44).
b. Menyediakan bagi anak-anaknya peluang-peluang dan suasana praktis di
mana mereka dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari orang
tuanya.
c.Memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya supaya mereka
bebas memilih dalam tindak-tanduknya
d. Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan sadar dan
bijaksana.
e. Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng dan tempat-tempat
kerusakan, dan lain-lain lagi cara di mana keluarga dapat mendidik akhlak
anak- anaknya

24
Di antara dalil-dalil yang digunakan pendidik-pendidik Islam tentang
pentingnya pendidikan akhlak dan pentingnya peranan keluarga di situ,
adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam sejarahnya dari Nabi
s.a.w. bersabda : Tidak memberi seorang bapak lebih baik daripada akhlak
yang baik”.
Juga diriwayatkan oleh Al Turmudzi dan Al Tabarani dari Jabir bin Samrah
katanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Jika seseorang mengajar anaknya
lebih baik baginya daripada ia bersedekah setiap hari setengah gantang
kepada orang miskin”. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari Ibnu Abbas, mereka
berkata : wahai Rasulullah engkau telah mengajar kami tentang hak orang
tua terhadap anaknya. Maka apa pula hak anak terhadap orang tuanya,
Beliau bersabda : “Bahwa engkau memberi nama yang baik dan membaiki
adabnya”. Juga diriwayatkan bahwa beliau s.a.w. bersabda: “Muliakanlah
anak-anakmu dan baikanlah adab mereka” (H.R.Ibnu Majah).

25
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Agar anak-anak memiliki kepribadian yang baik dan terhindar dari
pelanggaran pelanggaran moral, maka perlu adanya pembinaan agama sejak
dini kepada anak-anak dalam keluarga dan adanya kerjasama antara
keluarga, sekolah dan masyarakat. Sebaik apa pun pendidikan moral dalam
keluarga tanpa adanya dukungan dari sekolah dan masyarakat, sulit bagi
anak-anak untuk memiliki kepribadian yang baik. Begitu juga pendidikan
kepribadian di sekolah, tanpa adanya dukungan dari keluarga dan
masyarakat sulit bagi anak untuk memiliki pribadi yang baik. Dengan
demikian, ketiga jenis lembaga ini tidak bisa dipisahkan dan harus saling
mendukung.
Proses pembinaan nilai-nilai agama dalam membentuk kepribadian aak-anak
dapat dimulai sejak anak lahir sampai ia dewasa. Ketika lahir diperkenalkan
dengan kaliamah thoyyobah, kemudian setelah mereka tumbuh dan
berkembang menjadi anak-anak, maka yang pertama harus ditanamkan ialah
nilai-nilai agama yang berkaitan dengan keimanan, sehingga anak meyakini
adanya Allah dan dapat mengenal Allah dengan seyakin-yakinnya
(ma'rifatullah).
Bersamaan dengan itu, anak-anak juga dibimbing mengenai nilai-nilai moral,
seperti cara bertutur kata yang baik, berpakaian yang baik, bergaul dengan
baik, dan lain lainnya. Kepada anak-anak juga ditanamkan sifat-sifat yang
baik, seperti nilai-nilai kejujuran, keadilan, hidup serderhana, sabar dan lain-
lainnya. Selain itu, agar anak anak memiliki nilai-nilai moral yang baik, juga di
dalam antara keduanya dan harus menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya.

26
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nasih Ulwan (2007), Pendidikan Anak dalam Islam, Jakarta:
Pustaka Imani. Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam, Rumah, dan
Masyarakat, terj.Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani, 1995.
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam diIndonesia, Jakarta: Kencana Media Group, 2003
A. Khudori Soleh (ed), Pemikiran Islam Kontemporer, Yogyakarta: Penerbit
Jendela,2003. Alex Shobur, Anak Masa Depan, Bandung: Angkasa, 1991
Chabib Thoha , Kapita Selekta pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
pelajar, 1996.
Djahiri,(1966).
Menelusur Dunia Afektif. Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung:
Lab.Pengajaran PMP IKIP.Ihat Hatimah, dkk. (2007),
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, Jakarta:Universitas
terbuka.Linda, N.Eyre, Richard. 1995.
Teaching Your Children Values. New York: Simon sandChuster.M.I.
Soelaeman (1978),
Pendidikan dalam Keluarga, Diktat Kuliah.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,
tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan pendekatanInterdisipliner, Jakarta:
Bumi Aksara, 2006.
Muhammad Sa’id Mursi, Seni Mendidik Anak Gazira. Abdi Ummah (penerj),
Euis Jatiningsih (ed). Cet- I (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003)
Muhammad Syarif ash-Shawwaf, ABG Islami: Kiat-kiat Efektif Mendidik Anak
danRemaja, penerj. Ujang Tatang Wahyuddin, Bandung: Pustaka Hidayah,
2003.
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997.

27

Anda mungkin juga menyukai