Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa‟atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Sikap
Keberagamaan Pada Masa Dewasa”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Baturaja 18 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
A. Perkembangan Studi Psikologi Agama Masa Dewasa Dalam Perspektif
Psikologi Agama Modern Dalam Islam .............................................................. 2
B. Perkembangan Psikologi Agama Pada masa dewasa ............................... 4
C. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Psikologi Agama pada Masa
dewasa ................................................................................................................. 8
BAB III ................................................................................................................. 10
PENUTUP ............................................................................................................. 10
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dengan berakhirnya masa remaja, maka berakhir pulalah kegoncangan
kegoncangan jiwa yang menyertai pertumbuhan remaja itu. Yang berarti bahwa
orang yang telah melewati usia remaja, mempunyai ketentraman jiwa, ketetapan
hati dan kepercayaan yang tegas, baik dalam bentuk positif, maupun negatif.
Kendatipun demikian, dalam kenyataan hidup sehari-hari, masih banyak orang
yang merasakan kegoncangan jiwa pada usia dewasa. Bahkan perubahan-
perubahan kepercayaan dan keyakinan kadang-kadang masih terjadi saja. Keadaan
dan kejadian-kejadian itu, sangat menarik perhatian ahli agama, sehingga mereka
berusaha terus-menerus mengajak orang untuk beriman kepada Allah dan
berusaha memberikan pengertian-pengertian tentang agama.
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka;
“Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia dewasa
orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup.
Dengan kata lain, orang dewasa berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang
dipilihnya.
Sikap keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas
didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu sikap keberagamaan ini
umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman
tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama bagi orang dewasa sudah
merupakan sikap hidup dan bukan sekadar ikut-ikutan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Agama Pada Masa Dewasa?
2. Bagaimana Perkembangan Psikologi Agama Pada Masa Dewasa?
3. Apa Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Psikologi Agama pada
Masa dewasa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana keberagamaan pada masa dewasa
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan psikologi agama pada masa
dewasa
3. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
psikologi agama pada masa dewasa

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Studi Psikologi Agama Masa Dewasa Dalam Perspektif


Psikologi Agama Modern Dalam Islam

1. Agama Pada Masa Dewasa


Kesadaran beragama pada usia dewasa merupakan dasar dan arah dari
kesiapan seseorang untuk mengadakan tanggapan, reaksi, pengolahan dan
penyesuaian diri terhadap rangsangan yang datang dari luar. Semua tingkah
laku dalam kehidupannya diwarnai oleh sistem kesadaran keagamaannya.
Dengan kata lain, kesadaran beragama tersebut tidak hanya melandasi tingkah
laku yang tampak, akan tetapi juga mewarnai sikap, pemikiran, iktikad, niat,
kemauan serta tanggungjawab serta tanggapan-tanggapan terhadap nilai-nilai
abstrak yang ideal, seperti: keadilan, pengorbanan, persatuan, kemerdekaan,
perdamaian dan kebahagiaan.1
Motivasi beragama pada orang dewasa didasarkan pada penalaran
yang logis, sehingga ia akan mempertimbangkan sepenuhnya menurut logika.
Ekspresi beragamapada masa dewasa sudah menjadi hal yang tetap,
istiqamah. Artinya, sudah tidak percaya ikut-ikutan lagi, tapi lebih berdasar
pada kepuasan atau nikmat yang diperoleh dari pelaksanaan ajaran agama
tersebut. Kondisi yang demikian akan memunculkan kematangan dalam
beragama. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak mempercayai agama, akan
tetap kukuh pada sikapnya.
Sikap keberagamaan pada orang dewasa memiliki perspektif yang luas
didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, sikap keberagamaan ini
umumnya juga dilandasi oleh pengalaman, pengartian dan perluasan
pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama, bagi orang
dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa adolesen, mereka harus
mengambil keputusan tentang agama dan keberagamaan yang dianut, apakah
1
Jaya Yahya. Wawasan Profesional Konseling Spiritual Keagamaan dan Ke-Tuhanan
Islam. (Padang: Hafya Press, 2015), h. 158

2
harus mengikuti agama orang tua, mencari suatu agama dan ideologi lain
yang berbeda, menjauhi agama atau tidak beragama sama sekali agar
terhindar dari konflik. Dalam perspektif psikologi agama bahwa suatu
keyakinan agama dan keberagamaan yang benar adalah didasarkan atas
ketiadaan konflik dan lebih daripada itu adalah pula memiliki pemahaman
yang dewasa dan mantap dalam beragama. Ketiadaan konflik dan
kemantanpan pemahaman agama itu tidak akan diperoleh orang kecuali
setelah berusia 30 tahun.2
Menurut H. Carl Witherington, diperiode adolesen ini pemilihan
terhadap kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Sekarang mereka mulai
berfikir tentang tanggung jawab social moral, ekonomis, dan keagamaan.
Pada masa adolesen anak-anak berusaha untuk mencapai suatu cita-cita yang
abstrak. Diusia dewasa biasanya seseorang sudah memliki sifat kepribadian
yang stabil.
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa
mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di
usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari
makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa berusaha untuk
mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya.
Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian,
yaitu:3
a. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, priode isolasi social, priode komitmen dan masa
ketergantungan perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada
pola hidup yang baru. Masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup
yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan
pilihan. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.

2
Ibid, h. 159
3
Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 hal. 105

3
b. Masa dewasa madya (middle adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh
sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan social
antara lain; masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan
wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan
memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan
prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan
dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya
terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
c. Masa usia lanjut (masa tua/older adult)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.
Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan
sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan yang menyangkut
kemampuan motorik, perubahan kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi
psikologis, perubahan dalam system syaraf dan perubahan penampilan.
Dan kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia ini.

B. Perkembangan Psikologi Agama Pada masa dewasa


Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh
karena adanya pertentangan antara kecenderungan untuk mengetatkan hubungan
dengan kecenderungan untuk mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan untuk
berbagi perasaan bertukar pikiran dan memecahkan berbagai problema kehidupan
dengan orang lain. Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 tahun) memiliki
kecenderungan besar untuk berumah tangga, kehidupan sosial yang lebih luas
serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan dengan latar belakang
kehidupannya.
Pada usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah
menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa sudah memahami nilai-
nilai yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang

4
dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian
yang mantap.
Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran
tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah
memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik yang
bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain
dalam kehidupan. Pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas
pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap
keberagamaan seorang di usia dewasa sulit untuk diubah. Jika pun terjadi
perubahan mungkin proses itu terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang
matang. Dan sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari
nilai-nilai non-agama, itu pun akan dipertahankannya sebagai pandangan
hidupnya.4
Dan jika nilai-nilai agama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup,
maka sikap keberagamaan akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka. Sikap
keberagamaan seorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap
ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan
akal sehat.
Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan
sekedar ikut-ikutan. Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap
keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki ciri sebagai berikut:5
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang
matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realis, sehinggga norma-norma agama lebih banyak
diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha
untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.

4
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 15
5
Abdul mujib, Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002), hal. 92

5
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung
jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap
hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan
beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan
atas pertimbangan hati nurani.
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian
masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam
menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8. Terlihat adanya hubungan antar sikap keberagamaan dengan kehidupan
sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial
keagamaan sudah berkembang.
Berbicara tentang kematangan beragama akan terkait erat dengan
kematangan usia manusia. Adapun mengenai perkembangan kepribadian
seseorang, apabila telah sampai pada suatu tingkat kedewasaan, maka akan
ditandai dengan kematangan jasmani dan rohani. Pada saat inilah seseorang sudah
memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap dan kuat terhadap pandangan hidup
atau agama yang harus dipeganginya.
Kematangan atau kedewasaan seseorang dalam beragama biasanya
ditunjukkan dengan kesadaran dan keyakinan yang teguh karena menganggap
benar akan agama yang dianutnya dan ia memerlukan agama dalam hidupnya.
Dalam rangka menuju kematangan beragama terdapat beberapa hambatan.
Karena tingkat kematangan beragama juga merupakan suatu perkembangan
individu, hal itu memerlukan waktu, sebab perkembangan kepada kematangan
beragama tidak terjadi secara tiba-tiba.
Pada dasarnya terdapat dua faktor yang menyebabkan adanya hambatan,
yaitu :
1. Faktor diri sendiri
Faktor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi 2 (dua) : kapasitas
diri dan pengalaman. Dalam aktivitas keagamaan mereka penuh keraguan

6
dan kebimbangan. Sehingga apabila terjadi perubahan-perubahan tidaklah
melalui proses berpikir sebelumnya, tetapi lebih bersifat emosional.
Sedangkan faktor pengalaman, semakin luas pengalaman seseorang
dalam bidang keagamaan, maka akan semakin mantap dan stabil dalam
mengerjakan aktivitas keagamaan.
2. Faktor luar
Yang dimaksud faktor luar, yaitu beberapa kondisi dan situasi
lingkungan yang tidak banyak memberi kesempatan untuk berkembang,
malah justru menganggap tidak perlu adanya perkembangan dari apa yang
telah ada. Faktor-faktor tersebut antara lain tradisi agama atau pendidikan
yang diterima.
Jika kita amati secara seksama, tampaknya kematangan atau
kedewasaan dalam beragama itu merupakan perkembangan lebih lanjut
dari adanya konversi agama, disamping juga mungkin mengikuti
perkembangan kepribadiannya yang semakin lama semakin menuju
kepada kedewasaan yang termasuk didalamnya kematangan dalam
beragama.
Adapun ciri-ciri orang yang sehat jiwanya dalam menjalankan
agama antara lain :
a. Optimisme dan gembira.
b. Ekstrovet dan tidak mendalam.
c. Menyenangi ajaran ketahuidan yang liberal.
Dalam kemantapan jiwa orang dewasa memberikan gambaran
tentang bagaimana sikap keberagaman pada orang dewasa. Mereka sudah
memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik
sistem nilai yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan.
Intinya, pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas pertimbangan
pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap keberagaman
seorang di usia dewasa sulit untuk diubah. Jikapun terjadi perubahan
mungkin proses itu terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang
matang.

7
Sebaliknya, jika nilai-nilai agama yang mereka pilih dijadikan
pandangan hidup, maka sikap keberagaman akan terlihat pula dalam pola
kehidupan mereka. Sikap keberagaman ini membawa mereka secara
mantap, menjalankan agama yang dianut. Sehingga, tak jarang sikap
keberagaman ini dapat menimbulkan ketaatan yang berlebihan dan
menjurus kepada sikap fanatisme. Karena itu, sikap keberagaman seorang
dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama yang
dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan akal sehat.
Sikap keberagaman orang dewasa memiliki perspektif yang luas
didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, sikap keberagaman
ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan
pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama, bagi orang
dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.

C. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Psikologi Agama pada


Masa dewasa
Dalam rangka menuju kematangan beragama terdapat beberapa hambatan.
Karena tingkat kematangan beragama juga merupakan suatu perkembangan
individu, hal itu memerlukan waktu, sebab perkembangan kepada kematangan
beragama tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada dua factor yang menyebabkan adanya
hambatan, yaitu:6
1. Faktor diri sendiri
Faktor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi dua, yaitu:
a. kapasitas diri
Kapasitas diri ini berupa kemampuan ilmiah (rasio) dalam
menerima ajaran-ajaran itu terlihat perbedaannya antara seseorang
yang berkemampuan dan kurang berkemampuan. Mereka yang mampu
menerima dengan rasio akan menghayati dan kemudian mengamalkan
ajaran-ajaran agama tersebut dengan baik, walaupun yang ia lakukan
itu berbada dengan tradisi yang mungkin sudah mendarah daging

6
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia,2008),hlm.117-
119.

8
dalam kehidupan masyarakat. Dan sebaliknya, orang yang kurang
mampu menerima dengan rasionya, ia akan lebih banyak tergantung
pada masyarakat yang ada.
b. Pengalaman
Sedangkan faktor pengalaman, semakin luas pengalaman
seseorang dalam bidang keagamaan, maka akan semakin mantap dan
stabil dalam mengerjakan aktifitas keagamaan. Namun, mereka yang
mempunyai pengalaman sedikit dan sempit, ia akan mengalami
berbagai macam kesulitan untuk dapat mengerjakan ajaran agama
secara mantap dan stabil.
2. Faktor luar
Yang dimaksud dengan faktor luar, yaitu beberapa kondisi dan situasi
lingkungan yang tidak banyak memberikan kesempatan untuk berkembang,
malah justru menganggap tidak perlu adanya perkembangan dari apa yang
telah ada. Factor-faktor tersebut antara lain tradisi agama atau pendidikan
yang diterima.
Seorang ahli psikologi Lewis Sherril, membagi masalah-masalah
keberagamaan pada masa dewasa sebagai berikut:7
1. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup
yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan
pilihan.
2. Masa dewasa tengah, masalah sentral pada masa ini adalah mencapai
pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam
membuat keputusan secara konsisten.
3. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah „pasrah‟. Pada masa ini, minat
dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih
berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih
sangat menonjol pada usia tua.

7
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2004), hal. 83

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan psikologi (jiwa) keagamaan berangsur-angsur mulai
semakin membutuhkan hal-hal yang akhirnya mempengaruhi dari sifat dan sikap
keagamaan pada usia dewasa dan usia lanjut. Hal-hal tersebut tidak lepas dari ciri-
ciri usia dewasa dan sikap keagamaan orang dewasa. Sehingga perkembangan
keagamaan tersebut juga berfariasi sesuai dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Kemudian dari perkembangan jiwa agama pada usia dewasa juga nantinya
akan mempengaruhi terhadap karakteristik keagamaan pada usia lanjut. Oleh
karena itu, sikap keagamaan pada usia dewasa juga tidak jauh beda dengan apa
yang dialami pada usia remaja. Dengan demikian, perkembangan psikologi agama
pada usia dewasa dan usia lanjut saling berhubungan dan saling terkait satu sama
lain.

B. Saran
Demikian makalah yang penulis susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul mujib, Jusuf Mudzakir, 2002. Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta:


Raja Grafindo Persada,

Arifin, Bambang Syamsul, 2008. Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia.

Jalaludin. 2007. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Sururin, 2004. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grapindo Persada,

Yahya, Jaya. 2015. Wawasan Profesional Konseling Spiritual Keagamaan dan


Ke-Tuhanan Islam. Padang: Hafya Press,

Yusuf, Syamsu, 2009. Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya,

11

Anda mungkin juga menyukai