Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“AGAMA PADA USIA REMAJA”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Psikologi Agama
Dosen Pengampu : Fathur Rohman, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun oleh :

Kelompok 5

Ahmad Zamzuri (191310004288)


Desi Amaliatuz Zahro (191310004294)
Roihanun Isna Octavia (191310004295)

Kelas : 6 PAI A3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN AKADEMIK 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji Syukur kami hanturkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta Salam semoga
tercurahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan Syafa’atnya
di Akhirat nanti.
Makalah ini merupakan makalah yang membahas materi tentang Agama Pada Usia
Remaja
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan
kritik, tanggapan, dan saran dari pembaca supaya makalah ini menjadi makalah yang lebih
baik lagi.
Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pengampu yang telah
membimbing dalam menyusun makalah ini.
Harapan kami selaku penyusun makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb.

Jepara, 8 April 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Dalam perkembangan keberagamaan manusia mulai dari anak-anak hingga lanjut usia
mengalami perkembangan agama yang selalu mengikuti seperti pada saat manusia itu
dilahirkan pasti akan mengikuti agama yang dianut oleh orang tuanya karena hanya orang
tuanya yang menjadikan anak itu islam, yahudi atau nasrani.masa remaja merupakan
periode peralihan, sebagai usia bermasalah, masa mencari identitas ketika manusia itu
sudah menginjak usia remaja maka dia akan mulai berpikir bagaimana cara
mengimplementasikan ajaran agama yang dianutnya dalam khidupan sehari-harinya.

Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai perkembangan keberagamaan
usia remaja beserta penjelasannya sehingga kita bisa mengambil sebuah pelajaran untuk
diaplikasikan dalam hidup.

b. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Remaja?
2. Bagaimana sikap remaja terhadap agama?
3. Bagaimana perkembangan jiwa keagamaan pada remaja?
4. Faktor apa yang mempengaruhi perkembangan keberagamaan remaja?
5. Bagaimana konflik dan keraguan beragama pada remaja?
c. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian Remaja.
2. Menjelaskan sikap remaja terhadap agama.
3. Manjelaskan perkembangan jiwa keagamaan pada remaja.
4. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi perkembangan keberagamaan remaja.
5. Menjelaskan konflik dan keraguan beragama pada remaja
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Remaja
Pengertian Remaja
Pada sejarahnya posisi remaja berada dalam tempat marginal, karena untuk
dikatakan dewasa membutuhkan banyak persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa
dikategorikan dewasa, sehingga remaja lebih mudah dikategorikan sebagai anak
daripada dewasa. Kemudian pada abad ke-18 barulah masa remaja dipandang sebagai
periode tertentu yang lepas dari periode kanak-kanak. Batasan usia remaja berkisar
antara usia 12-21 tahun, dengan perincian 12-15 tahun msa remaja awal, 15-18 tahun
remaja pertengahan, 18-21 tahunmasa remaja akhir.
Masa remaja adalah masa yang seolah-olah tidak memiliki tempat yang jelas,
ia tidak termasuk golongan anak juga tidak termasuk golongan dewasa. Karena
remaja belumlah mampu menguasai fungsi fisik maupun psikisnya, oleh karena itu
masa remaja biasa kita dengar sebagai masa transisi atau masa peralihan.
Masa remaja dikenal sebagai masa transisi atau masa peralihan, pada masa
remaja disebut juga masa yang sangat rentan, sensitif, dan masa yang sulit karena
remaja berjuang menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri remaja, dimana perubahan tersebut berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku.
Menurut Elizabeth B. Hurlock istilah adolescence atau remaja berasal dari
bahasa latin (adolescene), kata bendanya adolescentia yang berarti remaja yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa‟ bangsa orang-orang zaman purbakala
memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain
dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu
mengadakan reproduksi. Selanjutnya ada beberapa pengertian remaja menurut para
ahli.
Menurut Zakiah Darajat bahwa masa remaja adalah masa peralihan, yang
ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Sementara dari segi usia
menurut Haditoro remaja adalah yang berkisar antara usia 12-21 tahun, dengan
perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun remaja pertengahan, 18-21
tahun masa remaja akhir. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah
suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa.
Selanjutnya, Menurut Rice, masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu
tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki ke matangan. Pada
masa tersebut pentingnya remaja melakukan pengendalian diri karena adanya
perubahan dalam diri individu baik secara fisik maupun psikologis dan perubahan
lingkungan.
B. Sikap Remaja Terhadap Tuhan
1. Percaya Dengan Turut-Turutan.

Sesungguhnya kebanyakan remaja percaya terhadap Tuhan dan menjalankan agama,


karena mereka terdidik dalam lingkungan yang beragama, karena bapak ibunya orang
beragama, teman dan masyarakat sekelilingnya rajin beribadah maka mereka ikut percaya
dan melaksanakan ibadah dan ajaran-ajaran agama sekedar mengikuti suasana lingkungan
dimana ia hidup. Kepercayaan ini terjadi apabila orang tuanya memberikan didikan agama
dengan cara yang menyenangkan, jauh dari pengalaman pahit di waktu kecil, dan setelah
remaja tidak mengalami pula hal-hal yang menggoncangkan jiwanya, sehingga cara kekanak-
kanakan itu terus berjalan, dan ditinjau kembali. Percaya turut-turutan ini biasanya tidak lama
dan banyak terjadi hanya pada masa-masa remaja pertama (umur 13-16 tahun) sesudah itu
berkembang kepada cara yang lebih kritis dan lebih sadar.

2. Percaya Dengan Kesadaran.

Masa remaja adalah masa dimana perubahan dan kegoncangan terjadi di segala bidang,
yang dimulai dengan perubahan jasmani yang sangat cepat, jauh dari keseimbangan dan
keserasian. Setelah remaja menemukan jati dirinya ia mungkin merasa asing dalam
masyarakat, sehingga sikapnya jadi berubah, ingin menjauh dari masyarakat atau tenggelam
dari aktifitas-aktifitas masyarakat. Setelah kegoncangan remaja pertama ini agak reda yaitu
kira-kira 16 tahun, dimana pertumbuhan jasmani hampir selesai, kecerdasan juga sudah dapat
berfikir lebih matang dan pengetahuan telah bertambah pula. Kesadaran agama atau semangat
agama masa remaja itu,mulai dengan kecenderungan remaja meneliti kembali caranya
beragama pada masa kecil dulu.biasanya semangat agama itu tidak terjadi sebelum umur 17
atau 18 tahun,semangat beragama tersebut mempunyai dua bentuk yaitu semangat positif dan
semangat Khurafi.

3. Kebimbangan Beragama
Kebimbangan remaja terhadap agama itu tidak sama,berbeda antara yang satu dengan
yang lain,sesuai dengan kepribadian masing-masing.,sesuai dengan pengalaman dan proses
pendidikan yang dilalui sejak kecil. Suatu hal yang tidak boleh kita lupakan adalah ,bahwa
kebimbangan itu bergantung pada dua faktor penting yaitu keadaan jiwa yang bersangkutan
dan keadaan sosial yang melingkungi remaja tersebut.

4. Tidak Percaya Terhadap Tuhan

Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada akhir masa remaja adalah
mengingkari ujud Tuhan sama sekali dan menggantinya dengan keyakinan lain. Atau
mungkin pula hanya tidak mempercayai adanya Tuhan saja secara mutlak. Dalam keadaan
pertama mungkin seseorang merasa gelisah, tetapi dalam keadaan kedua terselip di
belakangnya kegoncangan jiwa, dan hal ini terjadi dibawah umur 20 tahun. Perkembangan
remaja kearah tidak mempercayai adanya Tuhan itu, sebenarya mempunyai akar atau sumber
dari kecilnya. Tapi ketidak percayaan terhadap tuhan mungkin karena terlalu
kecewa ,menderita batin,sehingga putus asa dia terhadap keadilan tuhan,lambat laun
keputusan itu menjadi benci dan akhirnya tidak mau lagi mengakui adanya Tuhan.

C. Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Remaja

Perkembangan agama pada remaja ditandai oleh beberapa faktor antara lain:

1. Pertumbuhan dan Pikiran Mental

Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari kanak-kanaknya sudah
tidak begitu menarik bagi mereka,sifat krits terhadap agama mulai timbul.Pertumbuhan
pengertian tentang ide-ide agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan . Pertumbuhan
kognitif memberi kemungkinan terjadi perpindahan/transisi dari agama yang lahiriyah
menuju agma yang batiniah.

Agama berkaitan dengan hal-hal yang abstrak seperti tentang hari akhirat, syurga,
neraka, dll. Pengertian tentang hal-hal yang abstrak itu baru dapat diterima apabila
pertumbuhan kecerdasan individu telah memungkinkan untuk itu.

Pada masa remaja perkembangan mental dan pemikirannya berkembang kearah berpikir
logis.

2. Perkembangan perasaaan
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-
kadang bertentangan satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan emosi
yang begitu cepat dalam diri remaja. Ketidakstabilan perasaan remaja kepada Tuhan/Agama
Misalnya: Kebutuhan remaja akan Allah kadang-kadang tidak terasa ketika remaja dalam
keadaan tenang, aman, dan tentram. Sebaliknya Allah sangat dibutuhkan apabila remaja
dalam keadaan gelisah, ketika ada ancaman, takut akan kegelapan, ketika merasa berdosa.

Jadi: gelombang kuatnya rasa agama bagi remaja adalah merupakan usaha-usaha remaja
untuk menenangkan kegoncangan jiwa yang sewaktu-waktu muncul. Remaja akan
melakukan kegiatan beragama pada saat ingin mengurangkan kesedihan, ketakutan, dan rasa
penyesalan.

3. Pertimbangan Sosial

Dalam kehidupan keagamaan, remaja cenderung dihadapkan pada konflik antara


pertimbangan moral dan materil. Terhadap konflik ini remaja cenderung bingung untuk
menentukan pilihan. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi cenderung pada
pertimbangan lingkungan sosialnya.

a. Jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan
duniawi/materialitas, maka remaja akan menjadi cenderung jiwanya untuk menjadi
materialistis dan jauh dari agama.

b. Sebaliknya, jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan
kehidupan yang religious/moralis, maka remaja akan cenderung jiwanya untuk menjadi
religious/moralis

4. Perkembangan Moral

Pertumbuhan dan perkembangan moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan


pembiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua. Perkembangannya baru dapat
dikatakan mencapai kematangan pada usia remaja

Tipe moral remaja:

a.       Self-Directive: taat pada agama berdasarkan pertimbangn pribadi.


b.      Submissive: Remaja merasakan adanya keraguan terhadap ajaran agama/moral.
c.       Un adjusted: Remaja belum meyakini akan kebnaran ajaran agama/moral.
d.      Deviant: remaja menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanam moral masyarakat
(Jalaluddin, 2002:76).
5. Sikap dan Minat

Pada masa remaja sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan sangat kecil, namun
hal ini masih sangat tergantung pada kebiasaan masa kecil dan lingkungan agama yang
mempengaruhi mereka.

6. Ibadah

Perkembangan remaja dalam bidang agama juga dipengaruhi oleh pandangan mereka
terhadap ibadah

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keberagamaan pada remaja

1. Faktor intern

Secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa
keagamaan antara lain:

a. Faktor kognitif, mengacu pada remaja yang memiliki mental masih abstrak, mereka
hanya mengkaji isu-isu agama dengan berpatokan pada dasar-dasar agama tanpa
memperdalaminya lebih lanjut.

b. Faktor personal, mengacu pada konsep individual dan identitas, individual maksudnya
seseorang itu selalu menyendiri sedangkan identitas maksudnya proses menuju pada
kestabilan jiwa.

c. Faktor hereditas, perbuatan yang buruk dan tercela jika dilakukan akan menimbulkan
rasa bersalah dalam diri pelakunya. Bila pelanggaran yang dilakukan terhadap larangan
agama maka akan timbul rasa berdosa dan perasaan seperti ini yang ikut mempengaruhi
perkembangan jiwa keagamaan seseorang.

d. Tingkat usia, pada usia remaja saat mereka menginjak usia kematangan seksual
mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan mereka. Tingkat perkembangan usia dan
kondisi yang dialami para remaja ini menimbulkan konflik kejiwaan yang cenderung
mempengaruhi terjadinya konversi agama. Bahkan pada usia adolesensi sebagai rentang
umur tipikal terjadinya konversi agama meskipun konversi cenderung dinilai sebagai produk
sugesti dan bukan akibat dari perkembangan kehidupan spiritual seseorang.

e. Kepribadian, dalam kondisi normal secara individu manusia memiliki perbedaan dalam
kepribadian dan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek
kejiwaan termasuk jiwa keagamaan. Di luar itu dijumpai pula kondisi kepribadian yang
menyimpang seperti kepribadian ganda dan sebagainya kondisi seperti ini juga ikut
mempengaruhi perkembangan berbagai aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan.

2. Faktor ekstern

Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa keagamaan dapat dilihat
dari lingkungan di mana seseorang itu hidup. Umumnya lingkungan tersebut dibagi menjadi
tiga yaitu:

a. Lingkungan keluarga

Konsep father image (citra kebapaan) menyatakan bahwa perkembangan jiwa


keagamaan dipengaruhi oleh citra terhadap bapaknya. Kehidupan keluarga menjadi fase
sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan. Pengaruh kedua orang tua terhadap
perkembangan jiwa keagamaan dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh karena
itu sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut kedua orang tua
diberikan beban tanggung jawab. Keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan
dalam meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan.

b. Lingkungan institusional

Yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa kegamaan dapat berupa institusi formal
seperti sekolah ataupun yang nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi.
Kurikulum, hubungan guru dan murid serta hubungan antar teman dilihat dari kaitannya
dengan perkembangan jiwa keagamaan tampaknya ketiga kelompok tersebut ikut
berpengaruh sebab pada prinsipnya perkembangan jiwa keagaman tidak dapat dilepaskan
dari upaya untuk membentuk kepribadian yang luhur. Pembiasaan yang baik merupakan
bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan
seseorang.

c. Lingkungan masyarakat

Yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan
jiwa keberagamaan sebab kehidupan keagamaan terkondisi dalam tatanan nilai maupun
institusi keagamaan. Keadaan seperti ini akan berpengaruh dalam pembentukan jiwa
keagamaan warganya.

d. Konflik dan Keraguan beragama pada Remaja

1. Kepribadian
Tipe kepribadian dan jenis kelamin, bisa menyebabkan remaja melakukan salah tafsir
terhadap ajaran agama.

a. Bagi individu yang memiliki kepribadian yang introvert, ketika mereka mendapatkan
kegagalan dalam mendapatkan pertolongan Tuhan, maka akan menyebabkan mereka
salah tafsir terhadap sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya Tuhan. Misalnya:
Ketika berdoa’a tidak terkabul, maka mereka akan menjadi ragu akan kebenaran sifat
Tuhan yang Maha Pengasih dan Pnyayang Tuhan tersebut. Kondisi ini akan sangat
membekas pada remaja yang introvert walau sebelumnya dia taat beragama.
b. Perbedaan jenis kelamin,Wanita yang cepat matang akan lebih menunjukkan
keraguan pada ajaran agama dibandingkan pada laki-laki cepat matang.

2. Kesalahan Organisasi Keagamaan dan Pemuka Agama

Kesalahan ini dipicu oleh “dalam kenyataannya, terdapat banyak organisasi dan
aliran-aliran keagamaan”. Dalam pandangan remaja hal itu mengesankan adanya
pertentangan dalam ajaran agama. Selain itu remaja juga melihat kenyataan “Tidak tanduk
keagamaan para pemuka agama yang tidak sepenuhnya menuruti tuntutan agama”.

3. Pernyataan Kebutuhan Manusia

Pada dasarnya manusia memiliki sifat konservatif (senang dengan yang sudah ada),
namun disisi lain, manusia juga memiliki dorongan curiosity (dorongan ingin tahu).

Kedua sifat bawaan ini merupakan kenyataan dari kebutuhan manusia yag normal.
Dengan dorongan Curiosity, maka remaja akan terdorong untuk mempelajari/mengkaji ajaran
agamanya. Jika dalam pengkajian itu terdapat perbedaan-perbedaan atau terdapat
ketidaksejalanan dengan apa yang telah dimilikinya (konservatif) maka akan menimbulkan
keraguan.

4. Kebiasaan

Remaja yang sudah terbiasa dengan suatu tradisi keagamaan yang dianutnya akan
ragu untuk menerima kebenaran ajaran lain yang baru diterimanya/dilihatnya.

5. Pendidikan

Kondisi ini terjadi pada remaja yang terpelajar. Remaja yang terpelajar akan lebih
kritis terhadap ajaran agamanya. Terutama yang banyak mengandung ajaran yang bersifat
dogmatis. Apalagi jika mereka memiliki kemampuan untuk menafsirkan ajaran agama yang
dianutnya secara lebih rasional.
6. Percampuran Antara Agama dengan Mistik

Dalam kenyataan yang ada ditengah-tengah masyarakat, kadang-kadang tanpa


disadari ada tindak keagamaan yang mereka lakukan ditopangi oleh mistik dan praktek
kebatinan.Penyatuan unsur ini menyebabkan remaja menjadi ragu untuk menentukan antara
unsur agama dengan mistik.

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

b. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Daradjat Zakiah.Ilmu Jiwa Agama.2005.Jakarta :Bulan Bintang

Daradjat zakiah.Ilmu Jiwa Agama.2009.Jakarta : PT Bulan Bintang

Hurlock, E. B. 2003. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Jalaluddin. Psikologi Agama.2012. Jakarta : PT Raja Grafindo persada

http://kajad-alhikmahkajen.blogspot.com

Widyastuti, Rahmawati, dan Purnamaningrum.2009. Kesehatan Reproduksi. Jakarta:


Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai