Anda di halaman 1dari 4

Resume Pertemuan ke-8

Mata Kuliah Psikologi Agama


Dosen Pengampu: Dr. Rifki Rosyad, M.A.

Nama : Aulia Zalsabila Kelas : TP-4/A NIM : 1201040032

PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA REMAJA

Perkembangan Jiwa Agama Pada Remaja


Perkembangan keagamaan remaja dipengaruhi oleh jasmani dan rohani. Maksudnya,
penghayatan remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan pada remaja banyak
berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut. Banyak hal yang terjadi pada masa
remaja, seperti emosi yang kurang stabil, sering tidak percaya diri, merasa selalu
benar, ingin mandiri karena sudah merasa dewasa, ingin selalu tampil menarik, ingin
dilirik, dan sebagainya. Remaja memerlukan agama dalam menghadapi itu.
Fase remaja dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Fase Awal (12-15 tahun)
Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, sehingga memungkinkan
terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran. Ini menjadikan jiwa
agama tidak menetap. Contohnya remaja memahami tentang sabar, pada saat
tertentu remaja bisa menggunakan sikap sabar dalam mengadapi masalah, tapi
disituasi yang lain bisa pudar dan dikuasi oleh emosi yang tidak stabil, namun ada juga
disaat tertentu remaja ragu dengan konsep sabar tersebut. Jadi konsep agama pada
masa remaja masih dalam keraguan dan tidak menetap.
2. Fase Remaja Madya (15-18 tahun)
Pada tahap ini remaja mengi-dolakan sesuatu. Mereka akan mencoba meniru dan
mengikuti kebiasaan yang diidolakannya. Remaja menyadari akan perlunya kehadiran
seseorang yang akan mendapinginya dalam menghadapi bermacam gejala jiwa yang
dialaminya. Namun mereka lebih mempercayai teman sebaya untuk teman bercerita
dibanding orangtua. Ada saat tertentu remaja membutuhkan Tuhan untuk berbagi
perasannya dan mengagumi Rasulullah dengan segala kelebihan yang patut ditauladani.
Namun tidak sedikit juga yang hanya mengaguminya saja dan tidak mentauladani,
karena masa ini adalah masa yang sulit dan mudah dipengaruhi perkembangan zaman.
3. Fase Remaja Akhir (18-21 tahun)
Pada fase ini segi perkembangan fisik dan psikis remaja telah mendekati
kesempurnaan atau dalam istilah agama dapat dikatakan telah mencapai tingkat
baligh-berakal. Maka perkembangan keagamaan pada remajapun sudah mendekati
lebih baik dari pada masa kanak-kanak.
Aspek Perkembangan Agama Pada Remaja
1. Pertumbuhan Pikiran dan Mental
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima pada masa kanak-kanak sudah
tidak begitu menarik lagi bagi remaja. Sehingga sifat kritis terhadap ajaran agama
mulai timbul. Selain masalah agama, remaja juga mulai tertarik dengan masalah
kebudayaan, sosial, ekonomi dan norma kehidupan lainnya.
2. Perkembangan Perasaan
Perasaan sosial, etis dan estetis mendorong remaja menghayati perikehidupan
yang terbiasa di lingkungannya. Kehidupan agamais akan cenderung mendorong
mereka untuk lebih dekat ke arah hidup agamais, begitu juga sebaliknya. Jadi, remaja
yang kurang pendidikan agama akan lebih mudah terjerumus pada hal-hal negatif.
3. Pertimbangan Sosial
Corak keagamaan remaja juga ditandai adanya pertimbangan sosial. Dalam
kehidupan keagamaan sering timbul konflik antara pertimbangan moral dan material.
Remaja akan bingung menentukan pilihan tersebut. Karena kehidupan duniawi lebih
dipengaruhi kepentingan materi, maka remaja lebih cenderung bersikap materialis,
seperti keuangan, kebahagiaan diri, dan kehormatan, dibanding kehidupan beragama.
4. Perkembangan Moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha
untuk mencari proteksi.
5. Sikap dan Minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan dikatakan sangat kecil dan
tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama mereka. Contohnya,
tidak semua remaja putri muslim memakai hijab atau menutup aurat.
6. Ibadah
Pada masa remaja pandangan terhadap ibadah seperti sholat, puasa, sodaqoh, dan
kebaikan lainnya tergolong sedikit. Namun pada saat tertentu remaja membutuhkan
itu, karena setiap manusia mempuanyai naluri beragama. Contohnya saat menghadapi
ujian naik kelas, kelulusan dan sebagainya, remaja berharap akan pertolongan Allah
supaya lulus ujian dan naik kelas.

Sikap Beragama Pada Remaja


1. Percaya ikut-ikutan
Sikap ini adalah hasil dari pendidikan lingkungan, baik keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Cara beragama ini merupakan lanjutan dari cara beragama di masa
kanak-kanak, dan seolah tidak terjadi perubahan pada pikiran mereka terhadap
agama. Biasanya terjadi pada rentang usia 13–16 tahun. Tetapi jika diteliti, dalam
hati remaja memiliki pertanyaan yang tersembunyi, hanya saja usaha untuk mencari
jawaban tidak menjadi perhatian mereka.
2. Percaya dengan kesadaran
Mereka mulai dengan meninjau dan meneliti kembali cara beragama pada waktu
masa kecil. Mereka ingin menjadikan agama sebagai suatu lapangan baru untuk
membuktikan pribadinya, dan tidak mau lagi beragama sekedar ikut-ikutan saja.
3. Kebimbangan beragama
Kebimbangan remaja terhadap agama akan berbeda antara satu dengan yang
lainnya, sesuai kepribadian masing-masing. Ada yang mengalami kebimbangan ringan
yang cepat bisa diatasi, dan ada yang sangat berat sampai berakhir berubah agama.

Faktor Perkembangan Jiwa Agama Masa Remaja


1. Pendidikan Informal
Pendidikan dalam keluarga sangatlah penting. Anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah, maka orang tualah yang bertanggung jawab terhadap agama yang dianut anak.
2. Pendidikan Formal
Jika sudah mendapat pendidikan agama di rumah, maka sekolah sebagai penguat
penanaman nilai agama pada remaja. Bimbingan agama di sekolah membantu perilaku
remaja terarah lebih baik.
3. Pendidikan Non Formal
Kondisi masyarakat sekitar tempat tinggal remaja juga mempengaruhi
perkembangan agamanya. Mereka banyak bersosialisasi, maka remaja lebih dekat dan
percaya pada teman dibanding orangtua.

Pendidikan Pengembangan Jiwa Agama Remaja


1. Orangtua memberikan bimbingan dan pengawasan kepada remaja untuk melaksanakan
perintah agama.
2. Masyarakat mengawasi segala tindakan remaja.
3. Pemberian hukuman/sanksi selain menanamkan nilai agama terhadap remaja.
4. Pemerintah turut serta menanggulangi seks bebas di kalangan remaja dalam dengan
memberikan peringatan bahkan sanksi.
5. Membangun diskusi-diskusi cerdas, kritis, dan logis, dengan wawasan yang luas
tentang keagamaan.
6. Mengadakan wadah atau kegiatan sosial keagamaan remaja yang terpimpin dan
terkendali seperti kegiatan di sekolah dalam program PIKR (Pusat Informasi dan
Komunikasi Remaja) di bawah pengawasan guru bimbingan dan konseling.
7. Mengadakan kegiatan dan diskusi keagamaan di masyarakat di bawah bimbingan
pengurus mesjid atau wadah islami seperti remaja mesjid dan lainnya.
8. Pelaksanaan kegiatan keagamaan dalam suasana menarik seperti: seni keislaman, tarik
suara, pentas seni keagamaan, bela diri, dan kegiatan rekreasi sesrta tafakur alam
yang dipadukan dengan nilai keagamaan yang benar.
Referensi

Khadijah. 2020. “Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Remaja”. Jurnal Al-Taujih: Bingkai
Bimbingan dan Konseling Islami, Volume 6 No. 1 Januari-Juni 2020 Hal. 1-9. Sekolah
Tinggi Agama Islam Al-Ikhlas Painan.

Anda mungkin juga menyukai