bidang agama para ahli psikologi agama menganggap “bahwa kemantapan beragama
biasanya tidak akan terjadi sebelum usia 24 tahun”. Jadi dilihat dari sudut pandang agama
maka usia remaja beralangsung antara usia 13 – 24 tahun (zakiyah Darajat, 2003:85/Sururin,
2004:64)
Darimana rasa agama pada remaja muncul? Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-
pokok ajaran agama pada dasarnya telah diterima oleh seorang anak pada masa anak-anak.
Apa yang telah diterima dan tumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan individu pada
masa remaja melalui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya (Zakiyyah Darajat, 2003:
85-85).
Apakah apa yang diterima anak tentang masalah agama sejak kecil akan tumbuh dan
berkembang subur?
Agama berkaitan dengan hal-hal yang abstrak seperti tentang hari akhirat, syurga, neraka, dll.
Pengertian tentang hal-hal yang abstrak itu baru dapat diterima apabila pertumbuhan
kecerdasan individu telah memungkinkan untuk itu.
Kapan itu terjadi? Menurut Alfred Binet “Kemampuan untuk mengerti masalah-masalah yang
abstrak tidak sempurna perkembangannya sebelum mencapai usia 12 tahun. Kemungkinan
untuk mengambil kesimpulan yang abstrak dari fakta-fakta yang ada baru tampak pada usia
14 tahun”.
Pada masa remaja perkembangan mental dan pemikirannya berkembang kearah berpikir
logis. Apa dampaknya terhadap pandangan dan kepercayaannya pada Tuhan? Dampaknya:
“Remaja tidak dapat melupakan Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi dialam ini, sehingga
segala apapun yang terjadi dialam, baik peristiwa alamiah maupun peristiwa sosial
dilimpahkan tanggungjawabnya kepada Tuhan”. Misalnya:
Apa dampak dari perkembangan mental/kecerdasarn pada masa remaja terhadap agama?
ü Ide dan dasar keyakinan yang diterima remaja dari masa kanak-kanak sudah tidak begitu
menarik lagi.
ü Remaja sudah mulai kritis terhadap ajaran agama, dengan cara dapat menolak saran-saran
yang tidak dapat dimengertinya atau mengkritik pendapat-pendapat yang berlawanan dengan
kesimpulan yang diambilnya.
ü Remaja menerima ide-ide atau pengertian-pengartian yang abstrak dari tanpa pengertian
menjadi menerima dengan penganalisaan.
1. Bimbang beragama: jika anak/remaja mendapat pendidikan agama dengan cara yang
memungkinkan mereka untuk berpikir bebas dan boleh mengkritik hal yang
berkaitan dengan agama.
2. Tidak bimbang beragama: jika anak/remaja mendapat pendidikan agama dengan cara
yang tidak memungkinkan mereka untuk berpikir bebas dan boleh mengkritik hal
yang berkaitan dengan agama
2. Perasaaan Beragama
Misalnya: Kebutuhan remaja akan Allah kadang-kadang tidak terasa ketika remaja dalam
keadaan tenang, aman, dan tentram. Sebaliknya Allah sangat dibutuhkan apabila remaja
dalam keadaan gelisah, ketika ada ancaman, takut akan kegelapan, ketika merasa berdosa.
Jadi: gelombang kuatnya rasa agama bagi remaja adalah merupakan usaha-usaha remaja
untuk menenangkan kegoncangan jiwa yang sewaktu-waktu muncul. Remaja akan
melakukan kegiatan beragama pada saat ingin mengurangkan kesedihan, ketakutan, dan rasa
penyesalan.
Kesimpulan: Perasaan remaja pada agama adalah ambivalensi. Kadang-kadang sangat cinta
dan percaya pada Tuhan, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh dan menentang
(Zakiyah Darajat, 2003:96-96 dan Sururin, 2002:70).
3. Pertimbangan Sosial
a. Jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan
duniawi/materialitas, maka remaja akan menjadi cenderung jiwanya untuk menjadi
materialistis dan jauh dari agama.
b. Sebaliknya, jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan
kehidupan yang religious/moralis, maka remaja akan cenderung jiwanya untuk menjadi
religious/moralis (Jalaluddin, 2002:75).
4. Perkembangan Moral
Pada masa remaja perkembangan moral bertitik tolak dari rasa bersalah dan usaha untuk
mencari proteksi. Pada masa remaja Tuhan lebih menonjol sebagai penolong moral. Pada
masa remaja, dorongan seksual bangkit dalam bentuk yang lebih jelas. Kondisi ini merupakan
bahaya yang mengancam nila-nilai/norma yang dipatuhi remaja selama ini. Dari sini timbul
pada diri remaja perasaan tidak berdaya dalam menghadapi dorongan yang belum diketahui
dalam hidupnya dulu. Untuk mengatasi dorongan-dorongan naluri itu disatu sisi dan disisi
lain adanya keinginan untuk mengurangkan hubungannya dengan orangtuanya dalam
menghadapi kenyataan hidup menyebabkan remaja berusaha mencari pertolongan Allah
(Zakiyah Darajat, 2003:100).
Pada masa remaja sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan sangat kecil, namun
hal ini masih sangat tergantung pada kebiasaan masa kecil dan lingkungan agama yang
mempengaruhi mereka.
6. Ibadah
Perkembangan remaja dalam bidang agama juga dipengaruhi oleh pandangan mereka
terhadap ibadah.
Dari analisis diatas, silahkan berikan analisis anda pertanyaan dibawah ini:
2. Apakah remaja yang tinggal di pondok pesantren atau biara (Santri atau Frater) lebih
religious dibanding remaja yang tidak mengenyam pendidikan agama yang berkelanjutan?
Silahkan anda analisis pertanyaan diatas berdasarkan analisis yang sudah diberikan diatas.
Betul. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh W. Sturbuck yang meneliti
mahasiswa Middle Burg College. Dari 142 remaja yang berusia 11-26 tahun, terdapat 53%
yang mengalami keraguan tentang:
Sedangkan terhadap objek yang serupa ketika diteliti khusus pada mahasiswa. Maka
persentase yang mengalami keraguan itu mencapai 75% dari 95 orang mahasiswa.
Menurut analisis yang dilakukan W.Starbuck, keraguan itu disebabkan oleh factor:
1. Kepribadian
Tipe kepribadian dan jenis kelamin, bisa menyebabkan remaja melakukan salah tafsir
terhadap ajaran agama.
Wanita yang cepat matang akan lebih menunjukkan keraguan pada ajaran agama
dibandingkan pada laki-laki cepat matang.
Kedua kondisi ini menyebabkan remaja menjadi ragu pada ajaran agamanya.
Pada dasarnya manusia memiliki sifat konservatif (senang dengan yang sudah ada), namun
disisi lain, manusia juga memiliki dorongan curiosity (dorongan ingin tahu).
Kedua sifat bawaan ini merupakan kenyataan dari kebutuhan manusia yag normal. Apa yang
menyebabkan pernyataan kebutuhan manusia itu berkaitan dengan munculnya keraguan pada
ajaran agama?
Dengan dorongan Curiosity, maka remaja akan terdorong untuk mempelajari/mengkaji ajaran
agamanya. Jika dalam pengkajian itu terdapat perbedaan-perbedaan atau terdapat
ketidaksejalanan dengan apa yang telah dimilikinya (konservatif) maka akan menimbulkan
keraguan.
4. Kebiasaan
Remaja yang sudah terbiasa dengan suatu tradisi keagamaan yang dianutnya akan ragu untuk
menerima kebenaran ajaran lain yang baru diterimanya/dilihatnya.
5. Pendidikan
Kondisi ini terjadi pada remaja yang terpelajar. Remaja yang terpelajar akan lebih kritis
terhadap ajaran agamanya. Terutama yang banyak mengandung ajaran yang bersifat
dogmatis. Apalagi jika mereka memiliki kemampuan untuk menafsirkan ajaran agama yang
dianutnya secara lebih rasional.
Dalam kenyataan yang ada ditengah-tengah masyarakat, kadang-kadang tanpa disadari ada
tindak keagamaan yang mereka lakukan ditopangi oleh mistik dan praktek kebatinan.
Penyatuan unsur ini menyebabkan remaja menjadi ragu untuk menentukan antara unsur
agama dengan mistik. Penyebab keraguan remaja dalam bidang agama yang dikemukakan
oleh Starbuck diatas, adalah penyebab keraguan yang bersifat umum bukan yang bersifat
individual.
Keraguan remaja pada agama bisa juga terjadi secara individual. Keraguan yang bersifat
individual ini disebabkan oleh:
a. Kepercayaan
Yaitu: Keraguan yang menyangkut masalah ke-Tuhanan dan implikasinya. Keraguan seperti
berpeluang pada remaja agama Kristen, yaitu: tentang ke-Tuhanan yang Trinitas.
b. Tempat Suci
Yaitu: keraguan yang menyangkut masalah pemuliaan dan pengaguman tempat-tempat suci.
Keraguan yang dialami remaja dalam bidang agama dapat memicu konflik dalam diri remaja.
Bentuk dari konflik itu “Remaja akan dihadapkan kepada pemilihan antara mana yang baik
dan yang buruk serta antara yang benar dan salah”.
b) Konflik yang terjadi antara pemilihan satu diantara dua macam agama atau antara dua ide
keagamaan atau antara dua lembaga keagamaan.
c) Konflik yang terjadi oleh pemilihan antara ketaatan beragama atau sekuler.
d) Konflik yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalu dengan kehidupan keagamaan
yang didasarkan atas petunjuk Ilahi.
Catatan:
· Tingkat keyakinan dan ketaatan remaja pada agama sangat dipengaruhi oleh
kemampuan mereka dalam menyelesaikan keraguan dan konflik batin yang terjadi
dalam dirinya.
· Dalam upaya mengatasi konflik batin, para remaja cenderung untuk bergabung
dalam peer groups-nya dalam rangka berbagi rasa dan pengalaman. Kondisi inipun
akan mempengaruhi keyakinan dan ketaatan remaja pada agama (Jalaluddin, 2002:78-
81)
Menurut Yahya Jaya, motivasi beragama adalah: Usaha yang ada dalam diri manusia yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu tindak keagamaan dengan tujuan tertentu atau usaha
yang menyebabkan seseorang beragama.
Menurut Nico Syukur, Manusia termotivasi untuk beragama atau melakukan tindak
keagamaan dalam 4 hal:
2. Didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat
3. Didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu atau intelek ingin tahu
manusia.
4. Didorong oleh keinginan menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan.
Apakah ke-empat hal diatas dapat memotivasi remaja untuk beragama/melakukan tindak
keagamaan?
Iya dapat, namun karena remaja masih belum stabil emosinya, maka di luar empat hal diatas,
ada hal-hal lain yang memotivasi remaja untuk beragama/melakukan tindakan keagamaan:
1. Didorong oleh kebutuhan remaja akan Tuhan sebagai pengendali emosional dan nalurinya.
Pada masa remaja berabgai cara dilakukan mereka untuk mengekspresikan jiwa keagamaan
itu sangat dipengaruhi oleh pengalaman beragama yang dilaluinya. Ekspresi dan pengalaman
beragama remaja itu dapat dilihat oleh sikap keberagamaannya, yang meliputi:
1. Percaya Ikuta-Ikutan
Sifat beragama yang ikut-ikutan ini biasanya hanya terjadi pada usia diantara 13-16 tahun,
dan akan hilang jika pemikiran kritis remaja sudah berkembang. Seperti apa karakteristik
percaya ikut-ikutan ini?
Jadi secara umum dapat dikatakan remaja yang sikap keberagamaannya masih percaya ikut-
ikutan dalam kelaksanakan ibadah dan ajaran agama sekedar hanya mengikuti suasana
lingkungan dimana dia hidup.
Apa factor yang menyebabkan munculnya sikap remaja beragama, percaya ikut-ikutan?
· Jika semenjak kecil diberikan pendidikan agama dengan cara yang menyenangkan,
yang jauh dari pengalaman-pengalaman pahit.
· Pada saat remaja, mereka tidak mengalami peristiwa-peristiwa atau hal yang
menggoncangkan jiwanya.
Kedua factor ini menyebabkan remaja tidak perlu meninjau kembali ajaran/tindakan
keagamaan yang diterima dimasa kanak-kanak, sehingga cara beragama yang bersifat
kekanak-kanakan masih terus berjalan.
Sifat beragama remaja yang percaya dengan kesadaran ini biasanya dimulai sekitar usia 16
tahun. Apa yang menyebabkan munculnya sikap beragama remaja yang percaya dengan
kesadaran?
Semua kondisi itu mendorong remaja untuk lebih memikirkan dirinya sendiri, ingin
mengambil tempat dan menonjol dalam masyarakat, perhatiannya pada ilmu pengetahuan,
agama dan masalah sosial semakin bertambah.
· Dalam diri remaja muncul semangat keagamaan yang dimulai dari munculnya
kecenderungan remaja untuk meninjau kembali cara beragama yang diterima masa
kecil dulu.
· Remaja punya keinginan untuk menjadikan agama sebagai suatu lapangan baru
untuk membuktikan kepribadiannya.
Semangat remaja sebagai dampak adanya kepercayaan dengan kesadaran ini muncul dalam 2
bentuk:
Cirinya:
Seperti apa tindakan/sikap keagamaan remaja yang memiliki semangat keagamaan dalam
bentuk positif ini?
Tindakan dan sikap keagamaan remaja yang memiliki semangat yang positif ini akan terlihat
berbeda satu sama lainnya. Hal ini sesuai dengan kecenderungan kepribadian yang dimiliki
oleh remaja bersangkutan.
Cenderung bisa bergaul erat dengan orang yang berbeda agama atau aliran.
o Cenderung untuk mencari kepuasan dalam do’a, sholat dan ibadah lainnya.
Cirinya:
Tindakan dan sikap keagamaan remaja yang memiliki semangat yang negatif juga berbeda
antara remaja yang berkepribadian introvert dengan remaja yang berkepribadian ekstrovert.
ü Bagi remaja yang ekstrovert, aktivitas tersebut selain untuk dirinya sendiri, juga berusaha
mengajak orang lain untuk mengerjakannya.
Puncak kebimbangan remaja pada agama terjadi antara usia 17-20 tahun.
Disatu sisi remaja ingin tetap dalam kepercayaannya, tetapi disisi lain dalam dirinya timbul
pertanyaan-pertanyaan sekitar agama yang tidak terjawab olehnya.
Faktor apa yang menyebabkan remaja bimbang pada ajaran agamanya?
Kebimbangan remaja itu mungkin disebabkan oleh kebebasan berpikir sehingga agama
menjadi sasaran dari arus sekularisme.
Kebimbangan remaja pada agama itu mungkin disebabkan oleh keadaan masyarakat yang
dipenuhi oleh penderitaan, kemorosotan moral dan kekacauan.
c. Adanya kontradiksi antara kenyataan yang dilihat remaja dengan apa yang diyakinya
ü Kontradiksi antara nilai-nilai moral dengan tingkah laku manusia dalam kenyataan hidup.
ü Kontradiksi antara nilai-nilai agama dengan tindakan para tokoh agama, guru, pimpinan,
orang tua, dan lain-lain.
2. Bagi sekelompok remaja yang lain berusaha untuk mencari kepercayaan/agama lain yang
dapat memenuhi kebutuhannya dari pada kepercayaan yang dianut keluarganya.
3. Bagi remaja yang tidak menemukan jalan keluar untuk menghilangkan keraguannya sesuai
dengan ajaran agamanya, mereka akan cenderung menjadi ateistik/tidak percaya pada
Tuhan/Agama.
Apa yang harus dilakukan agar remaja terhindar dari dampak negatif akibat dari
kebimbangan tersebut?
· Menciptakan hubungan dengan penuh kasih sayang antara remaja dengan orang tua
atau dengan orang-orang yang dicintainya.
· Kelompok/Masyarakat harus mampu menciptakan kondisi yang mencerminkan
ketekunan dalam menjalankan syariat agama. Hal ini akan menjauhkan remaja dari
keingkaran karena merasa terikat oleh tata tertib/aturan masyarakat.
· Remaja bersangkutan harus berjuang untuk mengatasi perasaan kebimbangan yang
muncul terhadap Tuhan/Sifat-sifat Tuhan/Agama.
Catatan: Tidak semua remaja yang mengalami kebimbangan itu berakhir dengan keingkaran.
Apa yang menyebabkan sikap tidak percaya pada Tuhan dimasa remaja?
Yaitu: apabila seseorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua
kepadanya. Kondisi ini menyebabkan timbulnya sikap mendendam dan menentang terhadap
kekuasaan orang tua dan kekuasaan siapapun. Setelah usia remaja sikap menentang itu
dialihkan kepada Tuhan.
Seperti:
· Dalam masyarakat ada ide-ide dan keyakinan yang baru yang dapat menggantikan
ide dan keyakinan remaja.
· Temuan-temuan baru dalam bidang pengetahuan yang bertentangan dengan ide dan
keyakinan remaja.
· Temuan-temuan baru dalam bidang pengetahuan yang bertentangan dengan ide dan
keyakinan agama yang dianutnya.
Catatan: Semakin bertambah kemampuan orang untuk mengetahui sebab akibat sesuatu,
maka semakin berkurang orang akan kembali kepada Tuhan untuk menerangkan sesuatu
yang tidak diketahuinya.
Dorongan seksual yang tidak terpenuhi itu menyebabkan remaja menjadi kecewa. Apabila
kekecewaannya berulang-ulang dan bertumpuk, maka akan tumbuh dalam dirinya rasa
pesimis dan putus asa dalam hidup. Dalam kondisi seperti itu, lambat laun akan benci/marah
kepada agama, kebiasaan dan nilai-nilai akhlak, karena agama, kebiasaan-kebiasaan dan
nilai-nilai akhlak menghalanginya untuk mencapai kepuasan seksual (Zakiyah Darajat,
2003:106-122, Sururin,2004:72-78)
Iklan