Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PERKEMBANGAN AGAMA

Dosen Pengampu :
Karlena Aprilianti,M.Pd.Mat

Disusun Oleh :
1. Rohmatul Isnaini (2223280012)
2. Zinea Lazurdi Azra (2223280020)

PROGAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SOKARNO
BENGKULU
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Perkembangan Agama” yang mana
makalah ini dibuat guna memenuhi tugas perkuliahan Perkembangan Peserta Didik. Dan
ucapan terimakasih penulis diberikan kepada Ibu Karlena Aprilianti,M.Pd.Mat. selaku dosen
pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta Didik, yang mana telah memberikan bimbingan
dan masukan yang sangat berarti terhadap penyelesaian penulisan makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupann sehati-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bemgkulu, November 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Agama .......................................................................... 3


B. Tahap – Tahap Perkembangan Agama .................................................................... 3
C. Sifat Beragama Pada Anak...................................................................................... 4
D. Perasaan Beragama Pada Anak ............................................................................... 5
E. Motivasi Beragama Pada Remaja ........................................................................... 6
F. Faktor – Faktor Keberagamaan ............................................................................... 7
G. Metode Pengembangan Agama Pada Anak ............................................................ 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan agama pada anak merupakan aspek penting dalam pemahaman
evolusi nilai, keyakinan, dan moralitas dalam tahap perkembangan individu. Anak-anak
cenderung mengasimilasi ajaran agama dari lingkungan mereka, termasuk keluarga,
sekolah, dan masyarakat sekitar. Pengaruh ini membentuk dasar pemahaman mereka
tentang spiritualitas, moralitas, dan norma-norma sosial.
Periode perkembangan anak-anak sering kali menjadi waktu kritis di mana
fondasi nilai-nilai agama ditanamkan. Bagaimana anak-anak menyikapi dan memahami
konsep-konsep agama dapat memberikan wawasan tentang bagaimana nilai-nilai
tersebut terakar dalam kepribadian mereka. Selain itu, pemahaman mengenai
bagaimana anak-anak mengembangkan identitas keagamaan mereka juga dapat
memberikan wawasan mengenai peran agama dalam membentuk kesejahteraan
psikologis mereka.
Analisis terhadap perkembangan agama pada anak memungkinkan kita untuk
memahami bagaimana proses sosialisasi agama memainkan peran penting dalam
membentuk karakter dan perilaku mereka. Dengan mengeksplorasi dinamika ini,
makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih baik tentang bagaimana
perkembangan agama pada anak-anak dapat membentuk landasan moral mereka dan
bagaimana hal ini dapat mempengaruhi interaksi mereka dalam masyarakat secara
lebih luas.
Perkembangan agama pada anak merupakan aspek yang sangat signifikan dalam
proses pembentukan identitas dan nilai-nilai moral sepanjang tahap perkembangan
anak. Sejak dini, anak-anak terpapar oleh pengalaman-pengalaman agama melalui
keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Periode ini memainkan peran kunci
dalam membentuk landasan spiritualitas dan moralitas anak.
Dalam beberapa tahun pertama kehidupan, anak-anak sering kali menerima
pengajaran agama dari orang tua, pendidik, dan lingkungan sekitar. Proses ini
membentuk dasar pemahaman mereka terhadap konsep-konsep agama, moralitas, serta
nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tempat mereka tumbuh. Pemahaman anak
terhadap agama juga dapat mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan sesama dan
dunia di sekitar mereka

1
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan perkembangan Agama?
b. Bagaimana Tahap-tahap perkembangan agama?
c. Apa sifat agama pada anak?
d. Bagaimana perasaan beragama pada anak?
e. Apa motivasi beragama pada remaja?
f. Apa faktor-faktor keberagaman ?
g. Apa metode pengembangan Agama?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian perkembangan agama.
b. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan agama.
c. Untuk mengetahui sifat agama pada anak.
d. Untuk mengetahui perasaan beragama pada anak.
e. Untuk mengetahui motivai beragama pada remaja.
f. Untuk mengetahui faktor-faktor keberagamaan.
g. Untuk mengetahui metode pengembangan agama.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Agama


Menurut Hartati (2004:13) perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan –
perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya
yang berlangsung secara sistematis (saling bergantung dan saling mempengaruhi antara
bagian – bagian organisme dan merupakan kesatuan yang utuh).
Jiwa keagamaan pada anak juga akan ikut berkembang, pada waktu dilahirkan
anak itu memang belum beragama, mereka baru memiliki potensi atau fitrah untuk
menjadi manusia yang beragama. Bayi belum mempunyai kesadaran beragama, tetapi
sudah memiliki potensi kejiwaan dan dasar ber- tuhan. Isi, warna, dan corak keagamaan
anak sangat dipengaruhi oleh keimanan, sikap dan juga tingkah laku keagamaan orang
tuanya ( Ahyadi, 2005:40 ).
Menurut Raharjo ( 2012: 27 – 28 ), Perkembangan Agama merupakan proses
yang dilewati oleh seseorang untuk mengenal tuhannya. Sejak manusia dilahirkan
dalam keadaan lemah fisik maupun psikis, walaupun dalam keadaan yang demikian ia
telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten yakni fitrah keberagamaan.
Potensi ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dari orang yang lebih
dewasa dan pemeliharaan yang mantap.
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan keagamaan adalah suatu sifat
ketuhanan yang dimiliki oleh anak sejak lahir dalam keadaan fitrah yang akan
berkembangan bersamaan dengan berkembangnya sistem organ tubuh yang lain.
Keadaan fitrah yang dibawa sejak lahir dibutuhkan bimbingan dari orang tua sehingga
akan tumbuh dan berkembang sesuai agama yang dianutnya.
B. Tahap-Tahap Perkembangan Agama
Pemahaman perkembangan agama dapat bervariasi tergantung pada perspektif dan
model yang digunakan oleh para ahli. Salah satu model yang umum digunakan adalah
model yang dikembangkan oleh James W. Fowler, seorang teolog dan psikolog. Fowler
mengidentifikasi tujuh tahap perkembangan agama. Berikut adalah gambaran umum
tentang tahap-tahap tersebut:
1. Tahap 0: Kepercayaan Awal (prabiblis): Pada tahap ini, biasanya terjadi pada masa
bayi atau anak kecil, individu belum memiliki pemahaman konsep keagamaan. Mereka

3
mungkin mengamati dan meniru tindakan keagamaan tetapi belum dapat memahami
makna atau tujuan dari aktivitas tersebut.
2. Tahap 1: Iman Intuitif atau Proyektif: Pada tahap ini, biasanya pada usia anak-anak
prasekolah, individu mulai mengembangkan iman yang sangat tergantung pada otoritas
eksternal seperti orang tua, guru, atau figur otoritas lainnya. Mereka menerima
keyakinan dan praktik agama tanpa banyak pertimbangan pribadi.
3. Tahap 2: Iman Literal atau Konkrit: Ini terjadi pada masa anak-anak sekolah dasar.
Pada tahap ini, individu mulai memahami konsep agama secara lebih konkret dan
literal. Mereka cenderung melihat norma agama sebagai aturan yang tetap dan memiliki
pemahaman yang lebih jelas tentang cerita-cerita keagamaan.
4. Tahap 3: Iman Konvenasional atau dalam Masyarakat: Pada tahap ini, biasanya
terjadi pada masa remaja awal. Individu mulai mengembangkan pemahaman moral dan
etika agama dan melihat agama dalam konteks sosial dan masyarakat. Mereka mungkin
mematuhi norma-norma agama karena pertimbangan sosial.
5. Tahap 4: Iman Individu atau Pribadi: Ini terjadi pada masa remaja atau dewasa awal.
Individu mulai mengembangkan keyakinan agama yang lebih pribadi dan individu.
Mereka melihat agama sebagai bagian dari identitas pribadi dan membuat pilihan
agama yang lebih disesuaikan dengan pengalaman pribadi.
6. Tahap 5: Iman Reflektif atau Relativistik: Ini biasanya terjadi pada masa dewasa
awal hingga pertengahan. Individu mulai merenungkan makna dan nilai agama dalam
konteks yang lebih luas. Mereka mungkin mempertanyakan dan menilai keyakinan
mereka sendiri serta mengembangkan toleransi terhadap keberagaman keyakinan
agama.
7. Tahap 6: Iman Mistik atau Universal: Ini adalah tahap tertinggi dalam model Fowler.
Pada tahap ini, individu memiliki pemahaman agama yang sangat mendalam dan
universal. Mereka mungkin memiliki pengalaman mistik atau transendental dan melihat
persatuan antara semua bentuk kepercayaan.
C. Sifat Beragama Pada Anak
Adapun sifat beragama pada anak yaitu:
1. Unreflective (Tidak mendalam), Sifat ini ditunjukkan anak dengan menerima
kebenaran ajaran agama tanpa kritik, tidak begitu mendalam dan sekedarnya saja.
Mereka sudah cukup puas dengan keterangan-keterangan walau tidak masuk akal.

4
Misal: ketika anak bertanya mengenai keberadaan Tuhan kepada orang dewasa, maka
orang dewasa menjawab bahwa Tuhan di atas.
2. Egosentris, Sifat ini ditunjukkan anak dengan perilaku melaksanakan ajaran agama
anak lebih menonjolkan kepentingan dirinya dan anak lebih menuntut konsep
keagamaan yang mereka pandang dari kesenangan pribadinya. Misalnya anak
melakukan puasa ramadhan tetapi puasa yang dilakukan untuk mendapatkan hadiah
yang telah diiming-imingkan oleh orang tuanya.
3. Anthromorphis, Sifat ini ditunjukkan anak dengan pemahaman anak dengan konsep
Tuhan tampak seperti menggambarkan aspek-aspek kemanusiaan. Anak memahami
keadaan Tuhan sama dengan manusia, misalnya pekerjaan Tuhan mencari dan
menghukum orang yang berbuat jahat disaat orang itu berada dalam tempat yang
gelap. Anak berpendappat Tuhan bertempat di syurga yang terletak di langit dan
tempat bagi orang yang baik. Bagi anak-anak Tuhan dapat melihat perbuatan manusia
langsung ke rumah-rumah mereka seperti layaknya orang mengintai.
4. Verbalis dan ritualis, Sifat ini ditunjukkan anak dengan kegemaran menghafal
secara verbal kalimat-kalimat keagamaan, mengerjakan amaliah yang mereka
laksanakan berdasarkan pengalaman menurut tututan yang diajarkan. Misalnya
gemar melafalkan atau mendengarkan bacaan surah atau iqro.
5. Imitatif, Sifat ini ditunjukkan anak dengan cara anak suka meniru tindakan
keagamaan yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungannya terutama orang
tuanya. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sarkawi (2006) bahwa pada usia 4-
6 anak mulai peka terhadap perilaku orang lain dan berupaya memperhatikan orang
lain untuk ditirunya. Misalnya anak melakukan sholat fardhu karena melihat orang
tuanya sedang mengerjakan sholat.
6. Rasa takjub/kagum, Sifat ini ditunjukkan anak dengan perilaku mengagumi
keindahan-keindahan lahiriah pada ciptaan Tuhan, namun rasa kagum ini belum kritis
dan kreatif. Misalnya ketika anak di ajak rekreasi ke gunung, lalu ia mengatakan
“wow indahnya”, maka hendaknya orang tua mengganti kalimat itu dengan kalimat
thoyybah seperti masya Allah / Subhanallah.
D. Perasaan Beragama Pada Anak
Perasaan beragama pada anak dapat bervariasi tergantung pada pengaruh
lingkungan, keluarga, dan pengalaman pribadi mereka. Anak-anak biasanya mengadopsi
keyakinan dari orang tua atau lingkungan sekitar mereka. Penting untuk memberikan
ruang kepada anak untuk mengeksplorasi dan memahami keyakinan mereka sendiri

5
seiring dengan pertumbuhan mereka. Mendukung dialog terbuka dan pemahaman akan
membantu mereka membangun fondasi spiritual yang sehat.
Berikut beberapa poin yang dapat memengaruhi perasaan beragama pada anak:
1. Pengaruh Keluarga: Anak-anak seringkali mengadopsi keyakinan dan praktik
agama dari orang tua dan keluarga mereka. Lingkungan keluarga yang mendorong
pembelajaran agama, seperti menghadiri ibadah, membaca kitab suci, dan
berbicara tentang nilai-nilai agama, dapat memengaruhi perasaan beragama anak.
2. Pengalaman Sosial: Interaksi dengan teman sebaya, sekolah, dan masyarakat
dapat memainkan peran penting dalam membentuk perasaan beragama anak.
Mereka dapat terpengaruh oleh nilai-nilai dan keyakinan yang mereka temui di
lingkungan sosial mereka.
3. Pendidikan Agama: Sekolah atau lembaga pendidikan agama dapat memberikan
pemahaman lebih dalam tentang agama tertentu. Pengajaran agama dapat
memperkuat atau meragukan keyakinan anak.
4. Pengalaman Pribadi: Pengalaman pribadi, seperti menghadapi tantangan, krisis,
atau kebahagiaan dalam hidup, dapat memengaruhi bagaimana anak mengartikan
dan mempraktikkan agama.
5. Waktu: Perasaan beragama anak bisa berkembang seiring bertambahnya usia dan
pengalaman hidup. Mereka mungkin mengalami perubahan dalam keyakinan dan
tingkat keterlibatan agama seiring berjalannya waktu.
Penting untuk memberikan dukungan, pengertian, dan kesempatan bagi anak untuk
menjelajahi dan mengembangkan perasaan beragama mereka sesuai dengan nilai dan
keyakinan keluarga, sambil juga memberikan ruang bagi mereka untuk mengembangkan
pemahaman pribadi mereka tentang agama.
E. Motivasi Beragama Pada Remaja
Motivasi beragama dapat memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan
remaja. Berikut adalah beberapa cara di mana motivasi beragama dapat memengaruhi
remaja:
1. Mengarah Tujuan Hidup: Motivasi beragama dapat membantu remaja menetapkan
tujuan hidup yang bermakna dan sesuai dengan nilai-nilai keagamaannya. Ini dapat
memberikan arah dan tujuan yang jelas dalam kehidupan mereka.
2. Membentuk Karakter: Agama sering kali memberikan kerangka kerja moral yang kuat.
Remaja yang diberdayakan oleh nilai-nilai agama dapat mengembangkan karakter yang
baik, seperti integritas, kejujuran, dan empati terhadap orang lain.

6
3. Menyediakan Dukungan Sosial: Komunitas keagamaan sering kali menjadi sumber
dukungan sosial yang penting bagi remaja. Mereka dapat merasa terhubung dengan
sesama pemeluk agama yang memiliki nilai-nilai serupa, memberikan dukungan
emosional dan spiritual.
4. Membantu Mengatasi Krisis dan Tantangan: Keyakinan agama dapat memberikan
remaja kekuatan untuk mengatasi krisis dan tantangan dalam hidup. Keyakinan bahwa
ada makna dan tujuan di balik setiap ujian atau kesulitan dapat menjadi sumber
ketenangan dan ketabahan.
5. Menyediakan Pedoman Etika: Agama seringkali menyediakan pedoman etika yang
jelas. Remaja yang memiliki dasar moral yang kuat dari agama mereka dapat lebih mudah
membuat keputusan yang tepat dalam situasi sulit.
6. Mendorong Kemandirian: Motivasi beragama tidak hanya tentang mengikuti aturan,
tetapi juga tentang mengembangkan hubungan pribadi dengan Tuhan. Ini dapat
mendorong remaja untuk mengembangkan kemandirian spiritual mereka, memahami
nilai-nilai yang diyakini dan mengambil tanggung jawab atas keyakinan mereka sendiri.
7. Memberikan Makna dan Keberartian Hidup: Keyakinan agama dapat memberikan
remaja makna dan keberartian dalam hidup. Ini dapat membantu mereka mengatasi
perasaan kekosongan atau kebingungan yang mungkin muncul selama masa remaja.
8. Mengembangkan Keterampilan Koping: Motivasi beragama dapat membantu remaja
mengembangkan keterampilan koping yang sehat, seperti berdoa, meditasi, atau refleksi
spiritual. Ini dapat membantu mereka mengatasi stres dan tekanan hidup.

Penting untuk diingat bahwa pengalaman agama dan spiritualitas dapat


bervariasi di antara individu. Beberapa remaja mungkin menemukan motivasi dan
dukungan dalam konteks keagamaan, sementara yang lain mungkin mencari makna dan
tujuan hidup melalui jalur lain. Penting juga untuk memberikan ruang bagi remaja untuk
mengeksplorasi dan mengembangkan identitas dan keyakinan mereka sendiri.
F. Faktor-faktor Keberagamaan
Keberagamaan adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat bervariasi antara individu dan budaya. Berikut adalah
beberapa faktor utama yang dapat memengaruhi keberagamaan seseorang:
1. Faktor Keluarga: Keluarga sering kali memiliki peran yang signifikan dalam
membentuk keberagamaan seseorang. Nilai-nilai dan praktik keagamaan yang

7
diajarkan oleh orang tua dan keluarga dapat memiliki dampak yang kuat pada
keyakinan dan praktik agama anak.
2. Faktor Budaya dan Tradisi: Budaya dan tradisi lokal dapat memainkan peran penting
dalam membentuk identitas keagamaan seseorang. Nilai-nilai yang diterima secara
budaya dan tradisional dapat membentuk cara individu memahami dan merayakan
keyakinan agama mereka.
3. Pengalaman Pribadi dan Krisis Hidup: Pengalaman pribadi, termasuk krisis hidup
atau peristiwa yang mengubah hidup, dapat memicu pencarian makna dan tujuan yang
sering kali terkait dengan keberagamaan. Orang sering mencari keberagamaan sebagai
sumber kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi kesulitan.
4. Interaksi Sosial: Hubungan dengan teman sebaya, kelompok agama, dan masyarakat
lebih luas dapat memengaruhi keberagamaan. Interaksi ini dapat memperkuat atau
merubah keyakinan agama seseorang melalui pertukaran ide dan nilai-nilai.
5. Pendidikan dan Pengajaran Agama: Pendidikan formal atau pengajaran agama di
lingkungan sekolah atau tempat ibadah dapat memberikan dasar pengetahuan agama
dan memengaruhi cara individu memahami keyakinan mereka.
6. Pengaruh Media dan Teknologi: Media dan teknologi dapat memainkan peran dalam
membentuk pandangan keagamaan, baik secara positif maupun negatif. Informasi dan
gambaran keagamaan yang diperoleh melalui media dapat membentuk persepsi dan
keyakinan seseorang.
7. Faktor Lingkungan: Lingkungan fisik dan geografis juga dapat mempengaruhi
keberagamaan. Misalnya, individu yang tinggal di daerah dengan keberagaman agama
yang tinggi mungkin memiliki pengalaman keberagamaan yang berbeda dibandingkan
dengan mereka yang tinggal di lingkungan yang homogen.
8. Pengalaman Keagamaan Langsung: Pengalaman keagamaan langsung, seperti doa
yang dijawab, pengalaman rohaniah, atau perasaan mendalam saat beribadah, dapat
memperkuat atau merubah keyakinan agama seseorang.
9. Pengaruh Pemimpin Keagamaan: Pemimpin keagamaan, seperti pendeta, ulama,
atau tokoh agama lainnya, dapat memiliki pengaruh besar dalam membentuk keyakinan
dan praktik keberagamaan umatnya.
10. Pengaruh perubahan Hidup: Transisi kehidupan, seperti masa remaja, pernikahan,
atau kematian, dapat memunculkan pertanyaan-pertanyaan keagamaan dan
mempengaruhi intensitas keyakinan seseorang

8
Penting untuk diingat bahwa faktor-faktor ini seringkali saling terkait dan dapat
berinteraksi secara kompleks untuk membentuk keberagamaan seseorang.

G. Metode Pengembangan Agama Pada Anak


Pengembangan keberagamaan pada anak melibatkan berbagai metode yang dapat
membantu mereka memahami nilai-nilai, keyakinan, dan praktik-praktik keagamaan.
Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengembangan agama pada
anak:
1. Pendidikan Agama:
a. Pendidikan Formal: Mendaftarkan anak dalam program pendidikan agama formal,
baik di sekolah atau di luar sekolah, dapat memberikan dasar pengetahuan
keagamaan.
b. Pendidikan Informal: Memberikan pengajaran agama melalui cerita, lagu, dan
aktivitas-aktivitas kreatif dapat membuat pembelajaran lebih menarik bagi anak-
anak.
2. Partisipasi dalam Ibadah dan Ritual:
a. Perayaan keagamaan: Mengikutsertakan anak dalam perayaan-perayaan
keagamaan dapat memberikan pengalaman positif dan menguatkan identitas
keagamaan mereka.
b. Ibadah Bersama: Melibatkan anak dalam kegiatan ibadah bersama dengan keluarga
atau komunitas dapat membangun rasa kebersamaan dan keberagaman.
3. Diskusi dan Pertanyaan:
a. Pertanyaan dan Jawaban: Mendorong anak untuk bertanya tentang keagamaan
dan memberikan jawaban yang sesuai dengan usia mereka dapat memfasilitasi
pemahaman mereka.
b. Dialog Terbuka: Membuka ruang untuk diskusi terbuka tentang keyakinan dan
nilai-nilai keagamaan dapat membantu anak memahami konsep-konsep tersebut
dengan lebih baik.
4. Cerita keagamaan dan Moral
a. Cerita-cerita Keagamaan Mengajarkan nilai-nilai keagamaan melalui cerita-cerita
keagamaan yang sesuai dengan usia anak dapat membantu mereka memahami
konsep-konsep keagamaan dengan lebih baik.

9
b. Pertimbangan Moral: Membahas cerita-cerita dan situasi yang menimbulkan
pertimbangan moral dapat membantu anak-anak mengembangkan rasa moralitas
mereka.
5. Modal perilaku positif:
Perilaku Orang Tua dan Figur Otoritas: Anak-anak cenderung meniru perilaku orang
dewasa. Oleh karena itu, perilaku positif dan konsisten dari orang tua, guru, atau figur
otoritas lainnya dapat memberikan contoh yang baik.
6. Pertumbuhan Keterlibatan dalam Komunitas Keagamaan:
a. Aktivitas bersama Komunitas: Mengajak anak untuk terlibat dalam aktivitas
keagamaan bersama dengan anggota komunitas dapat membantu mereka merasa
terhubung dan mendukung dalam pengembangan keagamaan.
b. Pelayanan dan Kegiatan Sosial: Melibatkan anak dalam kegiatan sosial dan
pelayanan yang berbasis keagamaan dapat membantu mereka memahami nilai-
nilai kasih sayang, empati, dan pelayanan.
7. Pengalaman Spiritual:
a. Kunjungan ketempat Ibadah: Mengajak anak untuk mengunjungi tempat-tempat
ibadah dapat memberikan pengalaman langsung dan memperdalam pemahaman
mereka tentang keagamaan.
b. Pertumbuhan dalam doa dan meditasi: Mengenalkan anak pada praktik-praktik
spiritual, seperti doa atau meditasi yang sesuai dengan usia mereka, dapat
membantu mereka terhubung dengan dimensi rohaniah.
8. Kegiatan Kreatif:
a. Seni dan Kerajinan: Mengintegrasikan keagamaan dalam kegiatan seni dan
kerajinan dapat membuat pembelajaran lebih kreatif dan menyenangkan bagi anak-
anak.
b. Lagu Keagamaan: Belajar lagu-lagu keagamaan dapat membantu anak-anak
mengingat nilai-nilai keagamaan dengan cara yang menyenangkan.

Setiap anak unik, jadi kombinasi metode di atas harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan minat anak. Pendekatan yang positif, inklusif, dan menghargai
pertanyaan dan eksplorasi anak dapat membantu mereka tumbuh dan berkembang
dalam kerangka keagamaan yang positif.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. perkembangan keagamaan adalah suatu sifat ketuhanan yang dimiliki oleh anak
sejak lahir dalam keadaan fitrah yang akan berkembangan bersamaan dengan
berkembangnya sistem organ tubuh yang lain. Keadaan fitrah yang dibawa sejak
lahir dibutuhkan bimbingan dari orang tua sehingga akan tumbuh dan berkembang
sesuai agama yang dianutnya.
2. Tahap – tahap perkembangan agama
a) Tahap 0 : kepercayaan awal ( prabiblis )
b) Tahap 1 : iman intuitif / proyektif
c) Tahap 2 : iman literal / konkrit
d) Tahap 3 : iman konfenasional / dalam masyrakat
e) Tahap 4 : iman individu / pribadi
f) Tahap 5 : iman reflektif / relativistik
g) Tahap 6 : iman mistik / universal
3. Sifat beragama pada anak
a) Unreflective ( tidak mendalam )
b) Egosentris
c) Anthromorphis
d) Ferbalis dan ritualis
e) Imitatif
f) Rasa takjub / kagum
4. Perasaan beragama pada anak
a) Pengaruh keluarga
b) Pengalaman sosial
c) Pendidikan agama
d) Pengalaman pribadi
e) Waktu
5. Motivasi beragama pada remaja
a) Mengarah tujuan hidup
b) Membentuk karakter
c) Menyediakan dukungan sosial

11
d) Membantu mengatasi krisis dan tantangan
e) Menyediakan pedoman etika
f) Mendorong kemandirian
g) Memberikan makna dan keberartian hidup
h) Mengembangkan keterampilan koping
6. Faktor – faktor keberagamaan
a) Faktor keluarga
b) Faktor budaya dan tradisi
c) Pengalaman pribadi dan krisis hidup
d) Interaksi sosial
e) Pendidikan dan pengajaran agama
f) Pengaruh media dan teknologi
g) Faktor lingkungan
h) Pengalaman keagamaan langsung
i) Pengaruh pemimpin keagamaan
j) Pengaruh perubahan hidup
7. Metode pengembangan agama pada anak
a) Pendidikan agama
b) Partisipasi dalam ibadah dan ritual
c) Diskusi dan pertanyaan
d) Cerita keagamaan dan moral
e) Modal perilaku positif
f) Pertumbuhan keterlibatan dalam komunitas keagamaan
g) Pengalaman spiritual
h) Kegiatan kreatif

12
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/7074/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.uny.ac.id/68019/3/Bab%20II.pdf
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/raudhah/article/download/50/37#:~:text=Ada
pun%20sifat%2Dsifat%20keagamaan%20yang,sangat%20penting%20bagi%20perkem
bangan%20berikutnya
https://id.scribd.com/document/489648864/METODE-PENGEMBANGAN-AGAMA-
PADA-ANAK-USIA-DINI

13

Anda mungkin juga menyukai