Abstract
In general, a person’s religion is determined by education, experience and exercises its path in his
childhood. A man who in his time never get religious education, then in later adult life , he will not feel
the importance of religion in his life. As with the people who in his time had religious experiences, such
as mother and father who know religious, social environment and his colleagues also run a religious
life, coupled with religious education, deliberately at the home , school and community. Then people
will naturally have a tendency to live within the rules of religion, accustomed to worship, fear of
stepping over religious prohibitions and can feel how the joy of religious life.
Keywords: religion, education, experience, religious rules
69
70| Elementary Vol. I Edisi 1 Januari 2015
untuk mendidiknya. Bukan hal yang mustahil namun kita bisa mengamati bahwa sebagian
bila kita mencari petunjuk dalam ayat-ayat Al- dari pembahasan tersebut saling berkaitan. Dan
Quran sehingga kita bisa memahami hakikat juga didapati sisi empiris pada sebagian ayat
manusia, karakteristiknya, keadaan jiwanya se- Al-Quran, khususnya ketika dikomparasikan
hingga kita bisa membentuk satu gambaran utuh dengan pengertian dan teori psikologi modern.
akan kepribadian yang ada, memahami motivasi Di saat dipaparkan proses belajar dalam Al-
dasar yang mendorongnya dalam melakukan Quran, maka tampak tingkatan dan fase yang
satu perilaku tertentu, memahami faktor utama dilalui dalam mengubah suatu perilaku tertentu,
dalam dirinya, dan bertindak serta membuatnya contoh metode pengharaman Khamar dalam
mampu mengaplikasikan kesehatan mentalnya Al-Quran, juga pengharaman riba, yakni secara
sehingga ia mampu menapaki jalan mengaktu- bertahap.4
alisasikan dirinya secara optimal dan mengap- Pendidikan agama di Sekolah Dasar meru-
likasikan tujuan Allah dari penciptaan dirinya.3 pakan dasar bagi pembinaan sikap dan jiwa
Orientasi pendidikan tentang keislaman agama pada anak. Apabila guru agama di SD
pada era teknologi masa kini dan masa depan mampu membina sikap positif terhadap agama
perlu diarahkan kepada kehidupan yang seim- dan berhasil dalam membentuk pribadi dan
bang antara dunia dan ukhrawi, dan bukan se- akhlak anak, maka untuk mengembangkan si-
mata-mata diarahkan kepada mengejar kehidu- kap itu pada masa remaja mudah dan anak telah
pan akhirat, dengan cara hanya mengajarkan mempunyai pegangan atau bekal dalam meng-
pengetahuan agama dan meninggalkan penge- hadapi berbagai kegoncangan yang biasa terjadi
tahuan umum. Keseimbangan dalam mengejar pada masa remaja.5
kehidupan dunia dan akhirat itu terasa lebih di- Pendidikan di sekolah pada dasarnya
rasakan perlunya dalam menghadapi pergeseran adalah usaha sadar untuk menumbuh kem-
nilai cultural yang tradisional. Pada dunia yang bangkan potensi sumber daya manusia peserta
belum menemukan pemukiman yang mapan, didik dengan cara mendorong dan menfasilitasi
pendidikan Islam semakin dituntut agar mam- kegiatan belajar mereka, sehingga keagamaan
pu menerapkan pendekatan dan orientasi baru anak ditentukan oleh guru agama. Dasar agama
yang sejalan dengan tuntunan zaman. Hal ini di lingkungan keluarga akan dikembangkan
dikemukakan, karena pendidikan Islam diyakini di sekolah sesuai tingkat pengetahuannya. Se-
mampu membawakan prinsip dan nilai-nilai makin bertambah umur mereka, semakin ber-
absolutisme yang bersifat mengarahkan trend tambah pula konsep agama yang mereka miliki.
perubahan sosio-kultural. Untuk dapat meng- Semula mereka hanya mengenal tuhan melalui
hasilkan rumusan sistem dan pendekatan pen- fantasi dan emosinya, ketika di sekolah ia akan
didikan yang demikian itu, maka perlu upaya mengenal tuhan secara formal sebagaimana dia-
penggalian dan mengkajikan terhadap sumber jarkan oleh guru mereka dan dikuatkan dengan
ajaran Islam, yakni al-Quran dan al-Hadis se- pandangan agama khususnya Islam penekanan-
bagai landasan ideal, dan sejarah pemikiran Is- nya terhadap signifikansi fungsi kognitif (aspek
lam sebagai landasan operasional sebagaimana aqliah) dan fungsi sensori (indera-indera) seb-
hal ini dapat dijumpai dalam pemikiran para agai alat-alat penting untuk belajar agama.Pada
ulama, sarjana dan filosof islam. Walaupun tahapan ini, mereka sangat tertarik untuk mem-
paradigma yang digunakan umumnya adalah pelajari agama. Sebagaimana dikatakan Jalalu-
paradigma tematis tentang kajian Al-Quran,
4
Najati dalam Taufiq, Panduan Lengkap & Praktis
Psikologi Islam, Jakarta, Gema Insani, 2006, hal 614
3
Najati dalam Taufiq, Panduan Lengkap & Praktis 5
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan
Psikologi Islam, Jakarta, Gema Insani, 2006, hal 616 Bintang, 2010 hal 69
PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA ANAK | 71
ddin dalam buku psikologi agama, anak-anak bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimil-
tertarik dan senang pada lembaga keagamaan ikinya, yaitu :
yang mereka lihat dikelola oleh orang dewasa 1. Prinsip biologis
dalam lingkungan mereka. Segala bentuk tindak Secara fisik anak yang baru dilahirkan
(amal) keagamaan mereka ikuti dan mempelaja- dalam keadaan lemah. Dalam segala
rinya dengan penuh minat. gerak dan tindak tanduknya, ia selalu
Dengan demikian, penting kiranya pen- memerlukan bantuan dari orang-orang
didikan agama pada anak agar menjadi orang dewasa sekelilingnya.
yang taat terhadap ajaran agama setelah ia de- 2. Prinsip tanpa daya
wasa. Makalah ini akan membahas lebih jauh Sejalan dengan belum sempurnanya
pola keagamaan pada anak. pertumbuhan fisik dan psikisnya, maka
anak yang baru dilahirkan hingga
B. LANDASAN TEORI menginjak dewasa selalu mengharap-
kan bantuan dari orang tuanya. Ia sama
Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat,
sekali tidak berdaya untuk mengurus
bahwa sesungguhnya apa yang menjadi keingi-
dirinya sendiri.
nan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya
3. Prinsip eksplorasi
terbatas pada kebutuhan makan, minum, pak-
Kemantapan dan kesempurnaan
aian ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya.
perkembangan potensi manusia yang
Berdasarkan hasil riset dan observasi, mereka
dibawanya sejak lahir, baik jasmani
mengambil kesimpulan bahwa pada diri manu-
maupun rohani memerlukan pengem-
sia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan
bangan melalui pemeliharaan dan lati-
yang bersifat universal.6 Kebutuhan ini melebihi
han. Jasmaninya baru akan berfungsi
kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan menga-
secara sempurna jika dipelihara dan
tasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan
dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya
kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan ko-
baru akan menjadi baik dan berfungsi
drati, berupa keinginan untuk mencintai dan
jika kematangan dan pemeliharaan ser-
dicintai Tuhan.
ta bimbingan dapat diarahkan kepada
Pada dasarnya manusia ingin mengabdikan
pengeksplorasian perkembangannya.7
dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang diang-
gapnya sebagai zat yang mempunyai kekuasaan Pada umumnya agama seseorang ditentu-
tertinggi. Keinginan itu terdapat pada setiap ke- kan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-
lompok, golongan atau masyarakat manusia dari latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya du-
yang paling primitif hingga yang paling modern. lu.8 Seseorang yang pada waktu kecilnya tidak
Dalam keadaan awal manusia dilahirkan pernah mendapatkan pendidikan agama, maka
dalam keadaan lemah fisik dan psikis. Walau- pada masa dewasanya nanti, ia tidak akan mera-
pun dalam keadaan yang demikian, ia telah me- sakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain
miliki kemampuan bawaan yang bersifat “laten”. halnya dengan orang yang di waktu kecilnya
Potensi bawaan ini memerlukan pengemban- mempunyai pengalaman-pengalaman agama,
gan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang misalnya ibu-bapaknya orang yang tahu agama,
mantap, lebih-lebih pada usia dini. lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga
Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya, hidup menjalankan agama, ditambah pula den-
seorang anak menjadi dewasa memerlukan
7
ibid hal 64
6
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, PT RajaGar- 8
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan
findo Persada, 2004 hal 53 Bintang, 2010 hal 43
72| Elementary Vol. I Edisi 1 Januari 2015
gan pendidikan agama, secara sengaja di rumah, suatu entitas yang bermakna berdasarkan keter-
sekolah dan masyarakat. Maka orang-orang itu tarikan visual, seperti warna, gerakan, dan kon-
akan dengan sendirinya mempunyai kecend- tras sehingga pada bayi usia tujuh minggu, mata
erungan kepada hidup dalam aturan-aturan ibu memiliki nilai sosial khusus dan penting
agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut me- dalam interaksi sosial. Tahap berikutnya adalah
langkahi larangan-larangan agama dan dapat mengenal bahasa yang merupakan tahap awal
merasakan betapa nikmatnya hidup beragama. seorang anak mengenal tuhan. Semula nama tu-
Dalam hal ini, akan kita bicarakan bagaima- han dikenal secara acuh tak acuh. Selanjutnya
na timbulnya kepercayaan agama pada anak- ia akan merasakan kegelisahan setelah melihat
anak, apa faktor-faktor yang mempengaruhinya orang-orang dewasa menunjukkan rada kagum
dan perkembangannya, karena jika anak-anak dan takut kepada tuhan. Hal ini sesuai dengan
itu dibiarkan saja tanpa didikan agama, dan teori empirisme yang dikemukakan oleh Francis
hidup dalam lingkungan yang tidak beragama, Bacon dan John Locke yang berpandangan bah-
ia akan menjadi dewasa tanpa agama. wa pada dasarnya anak lahir ke dunia, perkem-
Pendidikan agama menyangkut manusia bangannya ditentukan oleh adanya pengaruh
seutuhnya, ia tidak hanya membekali anak den- dari luar, termasuk pendidikan dan pengajaran.
gan pengetahuan agama, atau mengembangkan Arsitoteles berpendapat bahwa pada waktu la-
intelek anak saja dan tidak pula mengisi dan hir jiwa manusiaDianggapnya anak lahir dalam
menyuburkan perasaan (sentimen) agama saja, kondisi kosong, putih bersih seperti meja lilin
akan tetapi ia menyangkut keseluruhan pribadi (tabularasa), maka pengalaman (empiris) anak-
anak, mulai dari latihan-latihan amaliah sehari- lah yang bakal menentukan corak dan bentuk
hari, yang sesuai dengan ajaran agama, baik perkembangan jiwa anak sehingga ia akan ge-
yang menyangkut hubungan manusia dengan lisah dan ragu tentang adanya yang gaib tidak
Tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia memiliki apa-apa, sebuah meja lilin (tabula rasa)
dan alam, serta manusia dengan dirinya sendiri. yang siap dilukis oleh pengalaman. Dari aristo-
Berikut ini adalah tahapan-tahapan pemerole- teles, Jhon Locke (1932-1704), tokoh empir-
han agama pada anak dan proses kejiwaan serta isme Inggris meminjam konsep ini. Menurut
perkembangan psikologis anak : mental “. Warna ini dikaum empiris pada waktu
lahir manusia tidak mempunyai “ warna men-
1. Timbulnya Keagamaan Pada Anak
tal “ warna ini didapat dari pengalaman. Pen-
Barangkali sulit untuk mengabaikan peran galaman adalah satu-satunya jalan kepemilikan
keluarga dalam pendidikan. Anak-anak sejak pengetahuan. Bukanlah ide yang menghasil-
masa bayi hingga usia sekolah memiliki ling- kan pengetahuan, tetapi kedua-duanya adalah
kungan tunggal, yaitu keluarga, makanya tak produk pengalaman. Secara psikologis, ini be-
mengherankan jika kebiasaan yang dimiliki rarti seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan
anak-anak sebagian besar terbentuk oleh pendi- temperamen ditentukan oleh pengalaman in-
dikan keluarga. Sejak dari bangun tidur hingga derawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan
ke saat akan tidur kembali, anak-anak meneri- bukan penyebab perilaku tetapi disebabkan oleh
ma pengaruh dan pendidikan dari lingkungan perilaku masa lalu.10 Ia akan mengikuti dengan
keluarga.9 mengulang-ulang apa yang dibaca oleh orang
Awal mula bagi bayi wajah yang dikenal dewasa. Lambat laun, tanpa sadar, pemikiran
pertama kali adalah ibu yang bukan semata-ma- tentang tuhan akan masuk dalam dirinya dan
ta kumpulan stimulus visual, tetapi merupakan
9
Highest, Gilbert, Seni Mendidik, terj. Swastojo. 10
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,
Jakarta, Bina Ilmu , 1961 hal 78 Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011 hal 21
PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA ANAK | 73
cerita singkat ini, banyak hal yang dapat dipela- akan menyebabkan sukarnya perkembangan
jari tentang dasar pengetahuan anak, cara peny- agama pada anak.
impanan informasi, dan gramatika cerita. Dari Tindakan dan perlakuan orang tua terha-
pengalaman melihat lingkungan maka anak dap dirinya dan saudara-saudaranya merupakan
mulai mengenal Tuhan melalui orang tua dan unsur-unsur yang akan menjadi bagian prib-
lingkungan keluarganya dan lingkungan secara adinya pula di kemudian hari. Tindakan dan
global. Kata-kata, sikap, tindakan dan perbuatan perlakuan orang tua yang sesuai dengan ajaran
orang tua, sangat mempengaruhi perkembangan agama, akan menimbulkan pada anak pengal-
agama pada anak. Sebelum anak dapat berbi- aman-pengalaman hidup yang sesuai dengan
cara, dia telah dapat melihat dan mendengar ka- agama, yang kemudian akan tumbuh menjadi
ta-kata, yang barangkali belum mempunyai arti unsur-unsur, yang merupakan bagian dalam
apa-apa baginya. Namun pertumbuhan agama pribadinya.
telah mulai ketika itu. Kata Allah akan mempu- Disamping menjadi sandaran emosi, tuhan
nyai arti sendiri bagi anak, sesuai dengan pen- menjadi penolong moral yang berarti penolong
gamatannya terhadap orangtuanya ketika men- anak-anak dalam menghadapi dorongan jahat
gucapkannya. Allah akan berarti Maha Kuasa, yang timbul di hatinya. Pada masa akhir anak-
Maha Penyayang atau lainnya, sesuai dengan anak terlihat perhatiannya yang sangat kepada
hubungan kata Allah itu dengan air muka dan tuhan karena ia penolong yang baik, menolong
sikap orang tua ketika menyebutnya. Kata Al- orang lemah, membalas orang yang aniaya.
lah yang tadinya tidak mempunyai arti apa-apa Gambaran tentang ini sangat menolong anak
bagi anak, mulai mempunyai makna sesuai den- untuk menerima kesusahan dan penderitaan
gan apa yang ditanggapinya dari orang tuanya. yang kadang-kadang meminta pengorbanan.
Demikianlah seterusnya terhadap semua sikap, Perwujudan perilaku belajar atau mani-
tindakan dan cara hidup orang tua yang dialami festasi diatas termasuk manifestasi tingkah laku
oleh anak dalam umur-umurnya yang pertama afektif adalah tingkah laku yang menyangkut
itu. keanekaragaman perasaan, seperti takut, marah,
Anak menerima saja apa yang dikatakan sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was,
oleh orang tua kepadanya. Dia belum mempu- dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak
nyai kemampuan untuk memikirkan kata itu. terlepas dari pengaruh pengalaman belajar.
Bagi anak orang tua adalah benar, berkuasa, Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai
pandai dan menentukan. Oleh karena itu maka perwujudan perilaku belajar.
pertumbuhan agama pada anak tidak sama an- Karena ini Zakiah Derajat mengatakan
tara satu dengan yang lain, karena tergantung bahwa anak yang lebih besar, sembahyang dan
kepada orang tuanya sendiri. doanya lebih sungguh-sungguh dari pada anak
Hubungan anak dengan orang tuanya, kecil. Ia mulai menyadari bahwa tuhan sebagai
mempunyai pengaruh dalam perkemban- tempat penolong dan agama sebagai kebaikan
gan agama anak. Anak yang merasakan ad- tertinggi. Kejahatan yang paling besar pada anak
anya hubungan hangat dengan orang tuanya, usia 9 tahun adalah mencela agama. Nilai agama
merasa bahwa ia disayangi dan dilindungi serta meningkat bersama nilai-nilai keluarga atau be-
mendapat perlakuan yang baik, biasanya akan rarti moral keluarga mengikuti moral agama.
mudah menerima dan mengikuti kebiasaan Allah semakin dekat kepada jika si anak
orang tuanya dan selanjutnya akan cenderung karena anak makin dekat pula padanya. Ia mulai
kepada agama. Akan tetapi, hubungan yang mendengar kata hatinya tentang akhlak dan Al-
kurang serasi, penuh ketakutan dan kecemasan, lah menjadi pantulan dari suara tersebut.
PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA ANAK | 75
Pekerjaan Tuhan mencari dan men- muncul. Umur 4, 5, dan 6 tahun meru-
ghukum orang yang berbuat jahat di pakan tahun kritis berani pergi keluar,
saat orang itu berada dalam tempat yang mengambil inisiatif menampilkan diri
gelap. Surga terletak di langit dan untuk di tempat umum dimana teman-teman
tempat orang yang baik. Anak mengang- sepermainan dan orang-orang dewasa
gap bahwa Tuhan dapat melihat segala di luar orang tua juga menyatakan atau
perbuatannya langsung ke rumah-rumah menganggap sebagai milik.
mereka sebagai layaknya orang mengin- Agama pada masa anak dengan
tai. Pada anak yang berusia 6 tahun demikian cenderung mengambil ciri eks-
menurut penelitian Praff, pandangan perimentasi dan spontanitas lahir dalam
anak tentang Tuhan adalah bahwa Tu- bentuk-bentuk teologis yang tak tera-
han mempunyai wajah seperti manusia, malkan dan individualistis. Ernest Hans,
telinganya lebar dan besar. Tuhan tidak seperti disitir oleh Robert W Crapps,
makan tetapi hanya minum embun. mengatakan bahwa masa anak-anak
Konsep ke Tuhanan yang demikian itu merupakan masukan pokok dalam kre-
mereka bentuk sendiri berdasarkan fan- atifitas. Pada masa itu apabila dikatakan
tasi masing-masing. kepada anak bahwa Tuhan ada di atas
sana, di surga, maka anak yang menden-
d. Eksperimentasi, Inisiatif, Spontanitas
gar itu suka memandang ke langit. Bila
Agama masa anak-anak itu tumbuh
ditanya mengapa ia melakukan itu maka
dan eksperimentasi dengan individu-
anak menjawab bahwa ia melihat Tuhan.
alitas, inisiatif, dan spontanitas. Anak
Dengan caranya sendiri anak mengung-
mulai mendengar nama Tuhan disebut
kapkan pandangan teologisnya. Ung-
Orang tua atau orang lain dalam kelu-
kapan anak tentang Tuhan itu bernada
arganya. Kata Tuhan yang pada mulanya
individualistis, emosional, dan spontan,
mungkin tidak menjadi perhatiannya,
tapi penuh arti teologis.
tetapi lama kelamaan akan menjadi
perhatiannya dan ia akan ikut mengu- f. Ucapan dan Praktik (Verbalis dan Ritu-
capkannya setelah ia mendengar kata alis)
Tuhan itu berulangkali dalam berbagai Konsep ajaran Islam menegaskan
keadaan, tempat dan situasi, apalagi ia bahwa pada hakikatnya penciptaan jin
melihat mimik muka yang membayang- dan manusia adalah untuk menjadi pen-
kan kesungguh-sungguhan, ketika kata gabdi yang setia kepada penciptanya
itu diucapkan, maka perhatiannya akan (QS 51:56). Agar tugas dan tanggung
bertambah, yang lama kelamaan menim- jawab dapat diwujudkan secara benar,
bulkan pertanyaan dalam hatinya, siapa maka Tuhan mengutus Rasul-Nya se-
Tuhan itu? Karena itu maka anak pada bagai pemberi pengajaran, contoh dan
umur 3 atau 4 tahun telah mulai menan- keteladanan. Dalam estafet berikutnya,
yakan kepada orang tuanya siapa Tuhan risalah kerasulan ini diwariskan kepada
itu?20 Bersamaan dengan dunia anak para ulama, tetapi tanggung jawab uta-
yang cepat meluas melampaui lingkaran manya dititik beratkan pada kedua orang
keluarga, unsur-unsur baru yang berke- tua. Dipesankan Rasul bahwa bayi dila-
nan dengan masalah perpisahan mulai hirkan dalam keadaan fitrah, yaitu do-
rongan untuk mengabdi kepada Pencip-
Garfindo Persada, 2004 hal 72
tanya. Namun, benar tidaknya cara dan
20
ibid hal 127
PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA ANAK | 79
22
Sumardjo , Yakob, Filsafat Seni, Bandung, Pener-
bit ITB, 2000, hal 331