Anda di halaman 1dari 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Rumah Jurnal IAIN Metro (Institut Agama Islam Negeri)

PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA ANAK

ANDREE TIONO KURNIAWAN


Dosen Prodi PGMI STAIN Jurai Siwo Metro
Email : andreekurniawan77@yahoo.co.id

Abstract
In general, a person’s religion is determined by education, experience and exercises its path in his
childhood. A man who in his time never get religious education, then in later adult life , he will not feel
the importance of religion in his life. As with the people who in his time had religious experiences, such
as mother and father who know religious, social environment and his colleagues also run a religious
life, coupled with religious education, deliberately at the home , school and community. Then people
will naturally have a tendency to live within the rules of religion, accustomed to worship, fear of
stepping over religious prohibitions and can feel how the joy of religious life.
Keywords: religion, education, experience, religious rules

A. PENDAHULUAN kan agama secara baik. Peran orang tua sangat


Perkembangan agama pada masa anak, menentukan keberagamaan anak. Hal ini di-
terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak ke- kuatkan karena sesungguhnya terdapat dalam
cil, dalam keluarga, di sekolah, dan dalam ma- kitab suci setiap agama, dimana banyak sekali
syarakat lingkungan. Semakin banyak pengala- terdapat ayat-ayat yang berkenaan dengan
man yang bersifat agama ( sesuai dengan ajaran proses jiwa atau keadaan jiwa seseorang karena
agama ), dan semakin banyak unsur agama, maka pengaruh agama. Dalam al quran misalnya ban-
sikap, tindakan, kelakuan dan caranya mengha- yak sekali ayat-ayat yang menunjukkan keadaan
dapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.1 jiwa orang yang beriman dan sebaliknya serta
Seluruh proses perkembangan itu diatur kelainan-kelainan sifat dan sikap yang terjadi
dan dikuasai oleh kekuasaan hukum asosiasi, karena kegoncangan kepercayaan dan ayat-ayat
dalam artian unsur-unsur yang berasosiasi se- yang berbicara tentang perawatan jiwa atau
hingga sesuatu yang semula bersifat simpel ( dengan kata lain memperoleh kedamaian dalam
unsur yang sedikit ) makin lama makin banyak jiwanya sehingga pendidikan yang berorientasi
dan kompleks2 pada keagamaan perlu dilakukan sedini mung-
Perkembangan agama pada anak sangat kin karena seorang anak tidak mungkin selalu
ditentukan oleh lingkungan, baik pengalaman bahagia dimana ada saat anak tersebut merasa
atau pendidikan di sekolah. Di rumah pengala- tidak bahagia di dalam kondisi tertentu.
man kegamaan pada anak mengikuti pola ke- Al – Quran banyak mencakup ayat-ayat
agamaan orang tua. Praktek keagamaan yang yang memaparkan pembentukan manusia dan
benar oleh orang tua akan menjadi keuntungan juga mendekripsikan keadaan jiwanya yang
sendiri bagi anak perihal agamanya ketika de- selalu berubah. Juga diterangkan penyebab pe-
wasa. Sebaliknya, keagamaan seorang anak tidak nyimpangannya diserta metode untuk melurus-
baik jika semasa kecilnya ia tidak di perkenal- kannya dan mengarahkannya kepada kenorma-
lannya. Semua ayat tersebut layaknya petunjuk
1
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan yang mengarahkan manusia untuk bisa mema-
Bintang, 2010 hal 66 hami dirinya sendiri dan keadaan jiwanya yang
beragam, juga untuk mengarahkannya kepada
2
Herbart dalam Abu Ahmadi, Munawar Sholeh,
Psikologi Perkembangan, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2005 jalan yang baik dan mengajarkan cara terbaik
hal 17

69
70| Elementary Vol. I Edisi 1 Januari 2015

untuk mendidiknya. Bukan hal yang mustahil namun kita bisa mengamati bahwa sebagian
bila kita mencari petunjuk dalam ayat-ayat Al- dari pembahasan tersebut saling berkaitan. Dan
Quran sehingga kita bisa memahami hakikat juga didapati sisi empiris pada sebagian ayat
manusia, karakteristiknya, keadaan jiwanya se- Al-Quran, khususnya ketika dikomparasikan
hingga kita bisa membentuk satu gambaran utuh dengan pengertian dan teori psikologi modern.
akan kepribadian yang ada, memahami motivasi Di saat dipaparkan proses belajar dalam Al-
dasar yang mendorongnya dalam melakukan Quran, maka tampak tingkatan dan fase yang
satu perilaku tertentu, memahami faktor utama dilalui dalam mengubah suatu perilaku tertentu,
dalam dirinya, dan bertindak serta membuatnya contoh metode pengharaman Khamar dalam
mampu mengaplikasikan kesehatan mentalnya Al-Quran, juga pengharaman riba, yakni secara
sehingga ia mampu menapaki jalan mengaktu- bertahap.4
alisasikan dirinya secara optimal dan mengap- Pendidikan agama di Sekolah Dasar meru-
likasikan tujuan Allah dari penciptaan dirinya.3 pakan dasar bagi pembinaan sikap dan jiwa
Orientasi pendidikan tentang keislaman agama pada anak. Apabila guru agama di SD
pada era teknologi masa kini dan masa depan mampu membina sikap positif terhadap agama
perlu diarahkan kepada kehidupan yang seim- dan berhasil dalam membentuk pribadi dan
bang antara dunia dan ukhrawi, dan bukan se- akhlak anak, maka untuk mengembangkan si-
mata-mata diarahkan kepada mengejar kehidu- kap itu pada masa remaja mudah dan anak telah
pan akhirat, dengan cara hanya mengajarkan mempunyai pegangan atau bekal dalam meng-
pengetahuan agama dan meninggalkan penge- hadapi berbagai kegoncangan yang biasa terjadi
tahuan umum. Keseimbangan dalam mengejar pada masa remaja.5
kehidupan dunia dan akhirat itu terasa lebih di- Pendidikan di sekolah pada dasarnya
rasakan perlunya dalam menghadapi pergeseran adalah usaha sadar untuk menumbuh kem-
nilai cultural yang tradisional. Pada dunia yang bangkan potensi sumber daya manusia peserta
belum menemukan pemukiman yang mapan, didik dengan cara mendorong dan menfasilitasi
pendidikan Islam semakin dituntut agar mam- kegiatan belajar mereka, sehingga keagamaan
pu menerapkan pendekatan dan orientasi baru anak ditentukan oleh guru agama. Dasar agama
yang sejalan dengan tuntunan zaman. Hal ini di lingkungan keluarga akan dikembangkan
dikemukakan, karena pendidikan Islam diyakini di sekolah sesuai tingkat pengetahuannya. Se-
mampu membawakan prinsip dan nilai-nilai makin bertambah umur mereka, semakin ber-
absolutisme yang bersifat mengarahkan trend tambah pula konsep agama yang mereka miliki.
perubahan sosio-kultural. Untuk dapat meng- Semula mereka hanya mengenal tuhan melalui
hasilkan rumusan sistem dan pendekatan pen- fantasi dan emosinya, ketika di sekolah ia akan
didikan yang demikian itu, maka perlu upaya mengenal tuhan secara formal sebagaimana dia-
penggalian dan mengkajikan terhadap sumber jarkan oleh guru mereka dan dikuatkan dengan
ajaran Islam, yakni al-Quran dan al-Hadis se- pandangan agama khususnya Islam penekanan-
bagai landasan ideal, dan sejarah pemikiran Is- nya terhadap signifikansi fungsi kognitif (aspek
lam sebagai landasan operasional sebagaimana aqliah) dan fungsi sensori (indera-indera) seb-
hal ini dapat dijumpai dalam pemikiran para agai alat-alat penting untuk belajar agama.Pada
ulama, sarjana dan filosof islam. Walaupun tahapan ini, mereka sangat tertarik untuk mem-
paradigma yang digunakan umumnya adalah pelajari agama. Sebagaimana dikatakan Jalalu-
paradigma tematis tentang kajian Al-Quran,
4
Najati dalam Taufiq, Panduan Lengkap & Praktis
Psikologi Islam, Jakarta, Gema Insani, 2006, hal 614
3
Najati dalam Taufiq, Panduan Lengkap & Praktis 5
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan
Psikologi Islam, Jakarta, Gema Insani, 2006, hal 616 Bintang, 2010 hal 69
PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA ANAK | 71

ddin dalam buku psikologi agama, anak-anak bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimil-
tertarik dan senang pada lembaga keagamaan ikinya, yaitu :
yang mereka lihat dikelola oleh orang dewasa 1. Prinsip biologis
dalam lingkungan mereka. Segala bentuk tindak Secara fisik anak yang baru dilahirkan
(amal) keagamaan mereka ikuti dan mempelaja- dalam keadaan lemah. Dalam segala
rinya dengan penuh minat. gerak dan tindak tanduknya, ia selalu
Dengan demikian, penting kiranya pen- memerlukan bantuan dari orang-orang
didikan agama pada anak agar menjadi orang dewasa sekelilingnya.
yang taat terhadap ajaran agama setelah ia de- 2. Prinsip tanpa daya
wasa. Makalah ini akan membahas lebih jauh Sejalan dengan belum sempurnanya
pola keagamaan pada anak. pertumbuhan fisik dan psikisnya, maka
anak yang baru dilahirkan hingga
B. LANDASAN TEORI menginjak dewasa selalu mengharap-
kan bantuan dari orang tuanya. Ia sama
Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat,
sekali tidak berdaya untuk mengurus
bahwa sesungguhnya apa yang menjadi keingi-
dirinya sendiri.
nan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya
3. Prinsip eksplorasi
terbatas pada kebutuhan makan, minum, pak-
Kemantapan dan kesempurnaan
aian ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya.
perkembangan potensi manusia yang
Berdasarkan hasil riset dan observasi, mereka
dibawanya sejak lahir, baik jasmani
mengambil kesimpulan bahwa pada diri manu-
maupun rohani memerlukan pengem-
sia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan
bangan melalui pemeliharaan dan lati-
yang bersifat universal.6 Kebutuhan ini melebihi
han. Jasmaninya baru akan berfungsi
kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan menga-
secara sempurna jika dipelihara dan
tasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan
dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya
kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan ko-
baru akan menjadi baik dan berfungsi
drati, berupa keinginan untuk mencintai dan
jika kematangan dan pemeliharaan ser-
dicintai Tuhan.
ta bimbingan dapat diarahkan kepada
Pada dasarnya manusia ingin mengabdikan
pengeksplorasian perkembangannya.7
dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang diang-
gapnya sebagai zat yang mempunyai kekuasaan Pada umumnya agama seseorang ditentu-
tertinggi. Keinginan itu terdapat pada setiap ke- kan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-
lompok, golongan atau masyarakat manusia dari latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya du-
yang paling primitif hingga yang paling modern. lu.8 Seseorang yang pada waktu kecilnya tidak
Dalam keadaan awal manusia dilahirkan pernah mendapatkan pendidikan agama, maka
dalam keadaan lemah fisik dan psikis. Walau- pada masa dewasanya nanti, ia tidak akan mera-
pun dalam keadaan yang demikian, ia telah me- sakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain
miliki kemampuan bawaan yang bersifat “laten”. halnya dengan orang yang di waktu kecilnya
Potensi bawaan ini memerlukan pengemban- mempunyai pengalaman-pengalaman agama,
gan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang misalnya ibu-bapaknya orang yang tahu agama,
mantap, lebih-lebih pada usia dini. lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga
Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya, hidup menjalankan agama, ditambah pula den-
seorang anak menjadi dewasa memerlukan
7
ibid hal 64
6
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, PT RajaGar- 8
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan
findo Persada, 2004 hal 53 Bintang, 2010 hal 43
72| Elementary Vol. I Edisi 1 Januari 2015

gan pendidikan agama, secara sengaja di rumah, suatu entitas yang bermakna berdasarkan keter-
sekolah dan masyarakat. Maka orang-orang itu tarikan visual, seperti warna, gerakan, dan kon-
akan dengan sendirinya mempunyai kecend- tras sehingga pada bayi usia tujuh minggu, mata
erungan kepada hidup dalam aturan-aturan ibu memiliki nilai sosial khusus dan penting
agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut me- dalam interaksi sosial. Tahap berikutnya adalah
langkahi larangan-larangan agama dan dapat mengenal bahasa yang merupakan tahap awal
merasakan betapa nikmatnya hidup beragama. seorang anak mengenal tuhan. Semula nama tu-
Dalam hal ini, akan kita bicarakan bagaima- han dikenal secara acuh tak acuh. Selanjutnya
na timbulnya kepercayaan agama pada anak- ia akan merasakan kegelisahan setelah melihat
anak, apa faktor-faktor yang mempengaruhinya orang-orang dewasa menunjukkan rada kagum
dan perkembangannya, karena jika anak-anak dan takut kepada tuhan. Hal ini sesuai dengan
itu dibiarkan saja tanpa didikan agama, dan teori empirisme yang dikemukakan oleh Francis
hidup dalam lingkungan yang tidak beragama, Bacon dan John Locke yang berpandangan bah-
ia akan menjadi dewasa tanpa agama. wa pada dasarnya anak lahir ke dunia, perkem-
Pendidikan agama menyangkut manusia bangannya ditentukan oleh adanya pengaruh
seutuhnya, ia tidak hanya membekali anak den- dari luar, termasuk pendidikan dan pengajaran.
gan pengetahuan agama, atau mengembangkan Arsitoteles berpendapat bahwa pada waktu la-
intelek anak saja dan tidak pula mengisi dan hir jiwa manusiaDianggapnya anak lahir dalam
menyuburkan perasaan (sentimen) agama saja, kondisi kosong, putih bersih seperti meja lilin
akan tetapi ia menyangkut keseluruhan pribadi (tabularasa), maka pengalaman (empiris) anak-
anak, mulai dari latihan-latihan amaliah sehari- lah yang bakal menentukan corak dan bentuk
hari, yang sesuai dengan ajaran agama, baik perkembangan jiwa anak sehingga ia akan ge-
yang menyangkut hubungan manusia dengan lisah dan ragu tentang adanya yang gaib tidak
Tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia memiliki apa-apa, sebuah meja lilin (tabula rasa)
dan alam, serta manusia dengan dirinya sendiri. yang siap dilukis oleh pengalaman. Dari aristo-
Berikut ini adalah tahapan-tahapan pemerole- teles, Jhon Locke (1932-1704), tokoh empir-
han agama pada anak dan proses kejiwaan serta isme Inggris meminjam konsep ini. Menurut
perkembangan psikologis anak : mental “. Warna ini dikaum empiris pada waktu
lahir manusia tidak mempunyai “ warna men-
1. Timbulnya Keagamaan Pada Anak
tal “ warna ini didapat dari pengalaman. Pen-
Barangkali sulit untuk mengabaikan peran galaman adalah satu-satunya jalan kepemilikan
keluarga dalam pendidikan. Anak-anak sejak pengetahuan. Bukanlah ide yang menghasil-
masa bayi hingga usia sekolah memiliki ling- kan pengetahuan, tetapi kedua-duanya adalah
kungan tunggal, yaitu keluarga, makanya tak produk pengalaman. Secara psikologis, ini be-
mengherankan jika kebiasaan yang dimiliki rarti seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan
anak-anak sebagian besar terbentuk oleh pendi- temperamen ditentukan oleh pengalaman in-
dikan keluarga. Sejak dari bangun tidur hingga derawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan
ke saat akan tidur kembali, anak-anak meneri- bukan penyebab perilaku tetapi disebabkan oleh
ma pengaruh dan pendidikan dari lingkungan perilaku masa lalu.10 Ia akan mengikuti dengan
keluarga.9 mengulang-ulang apa yang dibaca oleh orang
Awal mula bagi bayi wajah yang dikenal dewasa. Lambat laun, tanpa sadar, pemikiran
pertama kali adalah ibu yang bukan semata-ma- tentang tuhan akan masuk dalam dirinya dan
ta kumpulan stimulus visual, tetapi merupakan

9
Highest, Gilbert, Seni Mendidik, terj. Swastojo. 10
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,
Jakarta, Bina Ilmu , 1961 hal 78 Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011 hal 21
PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA ANAK | 73

menjadi pembinaan kepribadiannya. seorang anak. Namun setelah ia menyaksikan


Perkembangan agama pada masa anak, orang dewasa yang disertai emosi atau perasaan
terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak ke- tertentu dalam memandang tuhan, perlahan-
cil, dalam keluarga, di sekolah dan dalam ma- lahan perhatiannya terhadap tuhan mulai tum-
syarakat lingkungan. Semakin banyak pengala- buh. Bahkan pada tahap awal, pengalaman ten-
man yang bersifat agama (sesuai dengan ajaran tang tuhan merupakan hal yang tidak disenangi
agama) dan semakin banyak unsur agama maka karena merupakan ancaman bagi integritas ke-
sikap, tindakan, kelakuan dan caranya mengha- pribadiannya. Itulah sebabnya, menurut Zakiah,
dapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.11 seorang anak sering menanyakan tentang dzat,
Dalam teori psikoanalisa tentang agama tempat dan perbuatan tuhan untuk mengurangi
ada beberapa unsur yang mempengaruhinya kegelisahannya.
yaitu : Jawaban yang diterima oleh anak atas
a. Sesungguhnya kepercayaan agama sep- pertanyaan yang ia ajukannya dengan puas
erti keyakinan akan keabadian, surga sepanjang jawaban itu serasi. Jawaban yang ti-
dan neraka, tak lain dari hasil pemiki- dak serasi akan membawa pada keragu-raguan
ran kekanak-kanakan yang berdasarkan dan pandangan skeptis pada masa remaja. Oleh
kelezatan, yang mempercayai adanya karena itu, apa yang dipercayai seorang anak ter-
kekuatan mutlak bagi pemikiran-pe- gantung pada apa yang diajarkan oleh orang tua
mikiran di rumah dan seorang guru di sekolah.
b. Sikap seseorang terhadap Allah adalah
2. Tuhan sebagai keharusan moral
pengalihan dari sikapnya terhadap
bapak, yaitu sikap Oedipus yang ber- Pertumbuhan kesadaran moral pada anak,
campur antara takut dan butuh akan ke- menyebabkan kesadaran moral pada anak, me-
sayangannya. nyebabkan agama pada anak-anak mendapatkan
c. Doa – doa dan lainnya (dari penenang lapangan baru (moral) maka bertambah pula
agama) adalah cara-cara yang tidak dis- perhatiannya terhadap nasihat-nasihat agama
adari (obsessions) untuk mengurangkan dan kitab suci baginya tidak lagi merupakan
rasa dosa, yaitu perasaan yang ditelan kumpulan Undang-Undang yang adil, yang
akibat pengalaman-pengalaman, yang dengan itu Allah menghukum dan mengatur
kembali pada masa pertumbuhannya.12 dunia guna menunjuki kita kepada kebaikan.13
Beberapa keistimewaan penelitian tentang
Perwujudan perilaku belajar atau mani-
higher order cognition telah jelas, sekalipun bayi
festasi diatas termasuk manifestasi kebiasaan di-
yang baru lahir mampu menyimpan informasi
mana setiap siswa yang telah mengalami proses
dalam memori meliputi sumber informasi, pen-
belajar, kebiasaan-kebiasaannya akan tampak
getahuan individu sebelumnya, dan jaringan
berubah. Kebiasaan itu timbul karena proses pe-
struktural yang telah terpola. Contohnya bay-
nyusutan kecenderungan respons dengan meng-
angkan diri anda meminta anak usia enam ta-
gunakan stimulasi yang berulang-ulang.
hun untuk menceritakan pengalamannya berja-
Semula, tuhan bagi anak merupakan hal
lan-jalan ke kebun binatang. Dia mungkin akan
yang asing yang diragukan kebaikan niatnya.
berkata seperti ini : “ Pertama kita masuk dalam
Hal ini disebabkan oleh pengalaman kes-
bus besar, aku melihat gajah, dan beruang ku-
enangan atau kesusahan belum dirasakan oleh
tub yang besar, dan monyet, dan kemudian saya
makan es krim, terus pulang ke rumah. “ Dari
11
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan
Bintang, 2010 hal 66 13
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan
12
ibid hal 35 Bintang, 2010 hal 59
74| Elementary Vol. I Edisi 1 Januari 2015

cerita singkat ini, banyak hal yang dapat dipela- akan menyebabkan sukarnya perkembangan
jari tentang dasar pengetahuan anak, cara peny- agama pada anak.
impanan informasi, dan gramatika cerita. Dari Tindakan dan perlakuan orang tua terha-
pengalaman melihat lingkungan maka anak dap dirinya dan saudara-saudaranya merupakan
mulai mengenal Tuhan melalui orang tua dan unsur-unsur yang akan menjadi bagian prib-
lingkungan keluarganya dan lingkungan secara adinya pula di kemudian hari. Tindakan dan
global. Kata-kata, sikap, tindakan dan perbuatan perlakuan orang tua yang sesuai dengan ajaran
orang tua, sangat mempengaruhi perkembangan agama, akan menimbulkan pada anak pengal-
agama pada anak. Sebelum anak dapat berbi- aman-pengalaman hidup yang sesuai dengan
cara, dia telah dapat melihat dan mendengar ka- agama, yang kemudian akan tumbuh menjadi
ta-kata, yang barangkali belum mempunyai arti unsur-unsur, yang merupakan bagian dalam
apa-apa baginya. Namun pertumbuhan agama pribadinya.
telah mulai ketika itu. Kata Allah akan mempu- Disamping menjadi sandaran emosi, tuhan
nyai arti sendiri bagi anak, sesuai dengan pen- menjadi penolong moral yang berarti penolong
gamatannya terhadap orangtuanya ketika men- anak-anak dalam menghadapi dorongan jahat
gucapkannya. Allah akan berarti Maha Kuasa, yang timbul di hatinya. Pada masa akhir anak-
Maha Penyayang atau lainnya, sesuai dengan anak terlihat perhatiannya yang sangat kepada
hubungan kata Allah itu dengan air muka dan tuhan karena ia penolong yang baik, menolong
sikap orang tua ketika menyebutnya. Kata Al- orang lemah, membalas orang yang aniaya.
lah yang tadinya tidak mempunyai arti apa-apa Gambaran tentang ini sangat menolong anak
bagi anak, mulai mempunyai makna sesuai den- untuk menerima kesusahan dan penderitaan
gan apa yang ditanggapinya dari orang tuanya. yang kadang-kadang meminta pengorbanan.
Demikianlah seterusnya terhadap semua sikap, Perwujudan perilaku belajar atau mani-
tindakan dan cara hidup orang tua yang dialami festasi diatas termasuk manifestasi tingkah laku
oleh anak dalam umur-umurnya yang pertama afektif adalah tingkah laku yang menyangkut
itu. keanekaragaman perasaan, seperti takut, marah,
Anak menerima saja apa yang dikatakan sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was,
oleh orang tua kepadanya. Dia belum mempu- dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak
nyai kemampuan untuk memikirkan kata itu. terlepas dari pengaruh pengalaman belajar.
Bagi anak orang tua adalah benar, berkuasa, Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai
pandai dan menentukan. Oleh karena itu maka perwujudan perilaku belajar.
pertumbuhan agama pada anak tidak sama an- Karena ini Zakiah Derajat mengatakan
tara satu dengan yang lain, karena tergantung bahwa anak yang lebih besar, sembahyang dan
kepada orang tuanya sendiri. doanya lebih sungguh-sungguh dari pada anak
Hubungan anak dengan orang tuanya, kecil. Ia mulai menyadari bahwa tuhan sebagai
mempunyai pengaruh dalam perkemban- tempat penolong dan agama sebagai kebaikan
gan agama anak. Anak yang merasakan ad- tertinggi. Kejahatan yang paling besar pada anak
anya hubungan hangat dengan orang tuanya, usia 9 tahun adalah mencela agama. Nilai agama
merasa bahwa ia disayangi dan dilindungi serta meningkat bersama nilai-nilai keluarga atau be-
mendapat perlakuan yang baik, biasanya akan rarti moral keluarga mengikuti moral agama.
mudah menerima dan mengikuti kebiasaan Allah semakin dekat kepada jika si anak
orang tuanya dan selanjutnya akan cenderung karena anak makin dekat pula padanya. Ia mulai
kepada agama. Akan tetapi, hubungan yang mendengar kata hatinya tentang akhlak dan Al-
kurang serasi, penuh ketakutan dan kecemasan, lah menjadi pantulan dari suara tersebut.
PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA ANAK | 75

3. Perkembangan Agama Pada Anak pula instink keagamaan


Adapun perkembangan agama pada
Sebelum membahas perkembangan agama
anak sebagaimana dikemukakan Ernes
pada anak akan dikemukakan terlebih dahulu
Harms dalam bukunya The Develop-
teori pertumbuhan agama pada anak itu sendiri.
ment of Religious Children, bahwa
Teori mengenai pertumbuhan agama pada anak
perkembangan anak melalui tiga
itu antara lain:
tingkatan:
a. Rasa ketergantungan (Sense of De-
1) The Fairy Tale Stage (Tingkat
pende)
Dongeng)
Teori ini dikemukakan oleh Thomas
Konsep mengenai tuhan pada
melalui teori Four Wishes.14 Menu-
tingkat ini lebih banyak dipen-
rutnya manusia dilahirkan ke dunia
garuhi oleh emosi dan fantasi.
ini memiliki empat keinginan yaitu :
Seorang anak menghayati konsep
keinginan untuk perlindungan (secu-
ketuhanan sesuai dengan tingkat
rity), keinginan akan pengalaman baru
perkembangan intelektualnya.
(new experience), keinginan untuk
Pada fase ini, seorang anak banyak
mendapat tanggapan (response) dan
dipengaruhi oleh konsep fantasi
keinginan untuk dikenal (recognition).
yang diliputi oleh dongeng-don-
Berdasarkan kenyataan dan kerjasama
geng yang kurang masuk akal. Fase
dari keempat keinginan itu, maka bayi
ini biasanya ketika seorang anak
sejak dilahirkan hidup dalam ketergan-
baru berumur 3-6 tahun.
tungan. Melalui pengalaman-pengala-
2) The Realistic Stage (Tingkatan
man yang diterimanya dari lingkungan
Kenyataan)
itu kemudian terbentuklah rasa ke-
Tingkat ini dimulai sejak anak ma-
agamaan pada diri anak.
suk Sekolah Dasar hingga sampai
b. Instink Keagamaan
ke usia (masa usia) adolesense. Pada
Menurut Woodworth, bayi yang dila-
masa ini die ke Tuhanan anak su-
hirkan sudah memiliki beberapa ins-
dah mencerminkan konsep-konsep
tink di antaranya instink keagamaan.
yang berdasarkan kepada kenyata-
Belum terlihat tindak keagamaan pada
an (realis). Konsep ini timbul me-
diri anak karena beberapa fungsi ke-
lalui lembaga-lembaga keagamaan
jiwaan yang menopang kematangan
dan pengajaran agama dari orang
berfungsinya instink itu belum sem-
dewasa lainnya. Pada masa ini ide
purna.15 Misalnya instink social pada
keagamaan pada anak di dasarkan
anak sebagai potensi bawaannya seb-
atas dorongan emosional, hingga
agai makhluk homo socius, baru ber-
mereka dapat melahirkan konsep
fungsi setelah mereka dapat bergaul
Tuhan yang formalis. Berdarkan
dan berkembang untuk berkomunikasi.
hak itu maka pada masa ini anak-
Jadi instink social itu tergantung dari
anak tertarik dan senang pada lem-
kematangan fungsi lainnya. Demikian
baga keagamaan yang mereka lihat
14
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, PT Raja- dikelola oleh orang dewasa dalam
Garfindo Persada, 2004 hal 65 lingkungan mereka. Segala bentuk
15
Woodworth dalam Jalaluddin, Psikologi tindak (amal) keagamaan mereka
Agama, Jakarta, PT RajaGarfindo Persada, 2004 hal ikuti dan mempelajarinya dengan
65
penuh minat.
76| Elementary Vol. I Edisi 1 Januari 2015

3) The Individual Stage (Tingkat In- bertumbuh baik itu, memperbaiki


dividu) yang kurang baik dan selanjutnya
Pada tingkat ini akan telah me- membawa mereka semua kepada
miliki kepekaan emosi yang pal- perkembangan yang diharapkan.16
ing tinggi sejalan dengan perkem- Selanjutnya guru disekolah
bangan usia mereka. Konsep ke- memiliki tugas untuk mengem-
agamaan yang individualistis ini bangkan jiwa keagamaan kepa-
terbagi atas tiga golongan: Pertama da anak secara sehat. Dia dapat
konsep ke Tuhanan yang konven- memupuk anak yang pertumbu-
sional dan konservatif dengan han agamanya baik menjadi lebih
dipengaruhi sebagian kecil fan- baik dan yang kurang baik menjadi
tasi. Hal tersebut disebabkan oleh lebih baik sesuai dengan yang di-
pengaruh luas. Kedua, Konsep ke harapkan.
Tuhanan yang lebih murni yang
4. Sifat Agama Pada Anak
dinyatakan dalam pandangan yang
bersifat personal (perorangan). Sesuai dengan ciri yang dimiliki, maka sifat
Ketiga, Konsep Ke Tuhanan yang agama pada anak-anak tumbuh mengikuti pola
bersifat humanistic. Agama telah ideas concept on outhority, ide keagamaan pada
menjadi etos humanis pada diri diri mereka dipengaruhi oleh factor dari luar
mereka dalam menghayati aja- diri mereka. Orang tua mempunyai pengaruh
ran agama. Perubahan ini setiap terhadap anak sesuai dengan prinsip eksplorasi
tingkatan dipengaruhi oleh factor yang mereka miliki. Bagi mereka sangat mudah
intern yaitu perkembangan usia untuk menerima ajaran dari orang dewasa wa-
dan factor ekstern berupa penga- laupun belum mereka sadari sepenuhnya man-
ruh luar yang dialaminya. faat ajaran tersebut.
Perkembangan agama Berdasarkan hal itu maka bentuk dan sifat
kepada anak yang paling domi- agama pada diri anak sebagaimana ditulis oleh
nan sejatinya karena pengaruh Jalaluddin dalam buku Psikologi Agama dapat
lingkungan. Keluarga merupakan dibagi sebagai berikut:
lingkungan pertama yang mem- a. Unreflective ( Tak mendalam)
pengaruhi perkembangan agama Ciri pengertian kurang mendalam
kepada anak. Guru agama di atau kurang kritis. Artinya bahwa pema-
sekolah dasar menghadapi tugas haman anak-anak terhadap ajaran agama
yang tidak ringan dalam pengem- dapat saja mereka terima tanpa kritik.
bangan agama pada anak. Sebab, Kebenaran yang mereka terima tidak be-
seorang anak dalam satu kelas gitu mendalam sehingga cukup sekedar-
membawa sikap sendiri-sendiri nya saja dan mereka sudah merasa puas
dalama agamanya, sesuai dengan dengan keterangan yang kadang-kadang
pengalaman agama yang diajarkan kurang masuk akal. Namun demikian
di rumah dan hanya guru agama hal ini tidak menafikkan beberapa orang
yang pandai dan bijaksanalah yang anak yang memiliki ketajaman pikiran
dapat memperbaiki dan mendekat- untuk menimbang pemikiran yang mer-
kan semua anak ke arah perkem- eka terima dari orang lain.
bangan agama yang sehat. Dia 16
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan
dapat memupuk anak yang telah Bintang, 2010 hal 71
PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA ANAK | 77

Dalam penelitian Machion ten- tahukan tentang doa yang dapat


tang jumlah konsep ke Tuhanan pada menggerakkan sebuah gunung.
diri anak 73 % mereka menganggap Tu- Berdasarkan pengetahuan terse-
han itu bersifat seperti manusia. Dalam but maka pada suatu kesempatan
suatu sekolah bahkan ada siswa yang anak itu berdoa selama beberapa
mengatakan bahwa Santa Klaus memo- jam agar Tuhan memindahkan
tong jenggotnya untuk membuat bantal. gunung-gunung yang ada didae-
Dengan demikian anggapan mereka ter- rah Washington ke laut. Karena
hadap ajaran agama dapat saja mereka keinginannya itu tidak terwujud
terima dengan tanpa kritik.17 Kebenaran maka semenjak itu ia tidak mau
yang mereka terima tidak begitu men- berdoa lagi.
dalam sehingga cukup sekedarnya saja b. Egosentris
dan mereka sudah merasa puas dengan Anak memiliki kesadaran akan diri
keterangan yang kadang-kadang kurang sendiri sejak tahun pertama usia perkem-
masuk akal. Meskipun demikian pada bangannya dan akan berkembang sejalan
beberapa orang anak terdapat mereka dengan pertambahan pengalamannya.
yang memiliki ketajaman pikiran un- Apabila kesadaran akan diri itu mulai
18
tuk menimbang pendapat yang mereka subur pada diri anak, maka tumbuh kera-
terima dari orang lain. guan pada rasa egonya. Semakin bertum-
Penelitian Praff mengemukakan buh semakin meningkat pula egoisnya.
dua contoh tentang hal itu : Sehubungan dengan hal itu maka dalam
1) Suatu peristiwa seorang anak masalah keagamaan anak telah menon-
mendapat keterangan dari jolkan kepentingan dirinya dan telah
ayahnya bahwa Tuhan selalu menuntut konsep keagamaan yang mer-
mengabulkan permintaan ham- eka pandang dari kesenangan pribadinya.
banya. Kebetulan seorang anak Seorang anak yang kurang mendapat ka-
berjalan di depan sebuah toko sih sayang dan selalu mengalami tekanan
mainan. Sang anak tertarik den- akan bersifat kekanak-kanakan (child-
gan sebuah topi berbentuk keru- ish) dan memiliki sifat ego yang rendah.
cut. Sekembalinya ia ke rumah Hal yang demikian menganggu pertum-
langsung berdoa kepada Tuhan buhan keagamaannya.
untuk apa yang diingininya itu.
c. Anthromorphis
Karena hal itu diketahui oleh
Pada umumnya konsep mengenai
ibunya, maka ia tergiur. Ibunya
ke Tuhanan pada anak berasal dari hasil
berkata bahwa dalam berdoa tak
pengalamannya ke kala ia berhubungan
boleh seseorang memaksakan
dengan orang lain. Tapi suatu kenyataan
Tuhan untuk mengabulkan ba-
bahwa konsep ke Tuhanan mereka tam-
rang yang diingininya itu. Men-
pak jelas menggambarkan aspek-aspek
dengar hal tersebut anak tadi
kemanusiaan. Melalui konsep yang ber-
langsung mengemukakan per-
bentuk dalam pikiran mereka mengang-
tanyaan: “mengapa”
gap bahwa perikeadaan Tuhan itu sama
2) Seorang anak perempuan diberi-
dengan manusia. 19
18
ibid hal 72
17
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, PT Raja-
Garfindo Persada, 2004 hal 71 19
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, PT Raja-
78| Elementary Vol. I Edisi 1 Januari 2015

Pekerjaan Tuhan mencari dan men- muncul. Umur 4, 5, dan 6 tahun meru-
ghukum orang yang berbuat jahat di pakan tahun kritis berani pergi keluar,
saat orang itu berada dalam tempat yang mengambil inisiatif menampilkan diri
gelap. Surga terletak di langit dan untuk di tempat umum dimana teman-teman
tempat orang yang baik. Anak mengang- sepermainan dan orang-orang dewasa
gap bahwa Tuhan dapat melihat segala di luar orang tua juga menyatakan atau
perbuatannya langsung ke rumah-rumah menganggap sebagai milik.
mereka sebagai layaknya orang mengin- Agama pada masa anak dengan
tai. Pada anak yang berusia 6 tahun demikian cenderung mengambil ciri eks-
menurut penelitian Praff, pandangan perimentasi dan spontanitas lahir dalam
anak tentang Tuhan adalah bahwa Tu- bentuk-bentuk teologis yang tak tera-
han mempunyai wajah seperti manusia, malkan dan individualistis. Ernest Hans,
telinganya lebar dan besar. Tuhan tidak seperti disitir oleh Robert W Crapps,
makan tetapi hanya minum embun. mengatakan bahwa masa anak-anak
Konsep ke Tuhanan yang demikian itu merupakan masukan pokok dalam kre-
mereka bentuk sendiri berdasarkan fan- atifitas. Pada masa itu apabila dikatakan
tasi masing-masing. kepada anak bahwa Tuhan ada di atas
sana, di surga, maka anak yang menden-
d. Eksperimentasi, Inisiatif, Spontanitas
gar itu suka memandang ke langit. Bila
Agama masa anak-anak itu tumbuh
ditanya mengapa ia melakukan itu maka
dan eksperimentasi dengan individu-
anak menjawab bahwa ia melihat Tuhan.
alitas, inisiatif, dan spontanitas. Anak
Dengan caranya sendiri anak mengung-
mulai mendengar nama Tuhan disebut
kapkan pandangan teologisnya. Ung-
Orang tua atau orang lain dalam kelu-
kapan anak tentang Tuhan itu bernada
arganya. Kata Tuhan yang pada mulanya
individualistis, emosional, dan spontan,
mungkin tidak menjadi perhatiannya,
tapi penuh arti teologis.
tetapi lama kelamaan akan menjadi
perhatiannya dan ia akan ikut mengu- f. Ucapan dan Praktik (Verbalis dan Ritu-
capkannya setelah ia mendengar kata alis)
Tuhan itu berulangkali dalam berbagai Konsep ajaran Islam menegaskan
keadaan, tempat dan situasi, apalagi ia bahwa pada hakikatnya penciptaan jin
melihat mimik muka yang membayang- dan manusia adalah untuk menjadi pen-
kan kesungguh-sungguhan, ketika kata gabdi yang setia kepada penciptanya
itu diucapkan, maka perhatiannya akan (QS 51:56). Agar tugas dan tanggung
bertambah, yang lama kelamaan menim- jawab dapat diwujudkan secara benar,
bulkan pertanyaan dalam hatinya, siapa maka Tuhan mengutus Rasul-Nya se-
Tuhan itu? Karena itu maka anak pada bagai pemberi pengajaran, contoh dan
umur 3 atau 4 tahun telah mulai menan- keteladanan. Dalam estafet berikutnya,
yakan kepada orang tuanya siapa Tuhan risalah kerasulan ini diwariskan kepada
itu?20 Bersamaan dengan dunia anak para ulama, tetapi tanggung jawab uta-
yang cepat meluas melampaui lingkaran manya dititik beratkan pada kedua orang
keluarga, unsur-unsur baru yang berke- tua. Dipesankan Rasul bahwa bayi dila-
nan dengan masalah perpisahan mulai hirkan dalam keadaan fitrah, yaitu do-
rongan untuk mengabdi kepada Pencip-
Garfindo Persada, 2004 hal 72
tanya. Namun, benar tidaknya cara dan
20
ibid hal 127
PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA ANAK | 79

bentuk pengabdian yang dilakukannya, pendidikan agama dalam keluarga tidak


sepenuhnya tergantung dari kedua orang akan dapat diharapkan menjadi pemilik
tua masing-masing.21 kematangan agama yang kekal.
Dari kenyataan yang kita alami
h. Rasa heran/kagum (Numinous)
ternyata kehidupan agama pada anak-
Rasa heran dan kagum merupakan
anak sebagian besar tumbuh mula-mula
tanda dan sifat keagamaan yang tera-
secara verbal (ucapan). Mereka meng-
khir pada anak. Berbeda dengan rasa
hapal secara verbal kalimat-kalimat ke-
kagum yang ada orang dewasa, maka
agamaan dan selain itu pula dari amaliah
rasa kagum pada anak ini belum bersifat
yang mereka laksanakan berdasarkan
kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum
pengalaman menurut tuntutan yang dia-
terhadap keindahan lahiriah saja. Hal ini
jarkan kepada mereka. Sepintas lalu hal
merupakan langkah pertama pernyataan
tersebut kurang ada hubungannya den-
kebutuhan anak akan dorongan untuk
gan perkembangan agama pada anak di
mengenal. Rasa kagum mereka dapat
masa selanjutnya tetapi menurut peny-
disalurkan melalui cerita-cerita yang me-
elidikan hal itu sangat besar pengaruh-
nimbulkan rasa takjub.
nya terhadap kehidupan agama anak itu
Dalam ajaran Islam rasa kagum
di usia dewasanya. Bukti menunjukkan
itu timbul karena manusia mengenal,
bahwa banyak orang dewasa yang taat
memahami, dan menghayati sifat-sifat
karena pengaruh ajaran dan praktek ke-
Tuhan Yang Maha Baik dan Maha Sem-
agamaan yang dilaksanakan pada masa
purna seperti yang terhimpun dalam al-
anak-anak mereka. Sebaliknya belajar
asma al-husna(nama-nama Tuhan yang
agama di usia dewasa banyak mengalami
baik) yang berjumlah 99 nama(sifat).
kesuburan.
Dari uraian di atas mengisyaratkan
g. Suka meniru (Imitatif ) betapa pentingnya memberi keleluasaan
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kepada anak untuk bebas dalam emosi
kita saksikan bahwa tindak keagamaan dan fantasinya tanpa ancaman dan tegu-
yang dilakukan oleh anak-anak pada ran. Dengan cara itu anak belajar bahwa
dasarnya diperoleh dari meniru. Berdoa tidak ada buruknya mengungkapkan
dan sholat misalnya mereka laksanakan inisiatif, orang tua, ulama, pastor mesti-
karena hasil melihat perbuatan di ling- nya menerima eksperimen anak dalam
kungan, baik berupa pembiasaan atau- mengungkapkan inisiatifnya itu, bahkan
pun pengajaran yang intensif. Pada ahli dalam ungkapan yang agak aneh seka-
jiwa menganggap, bahwa dalam segala lipun. Pada saat itu, rasa menjadi milik,
hal anak merupakan peniru yang ulung. diterima, diampuni, dan sebagainya lebih
Sifat peniru ini merupakan modal yang diperoleh lewat percobaan ungkapan
positif dalam pendidikan keagamaan dalam hubungan dengan orang-orang
pada anak. Menurut penelitian Gillesphy lain dan pada lewat ajaran formal se-
dan Young terhadap sejumlah mahasiswa hingga sistem nilai berhubungan dengan
di salah satu perguruan tinggi menun- kebenaran. Dalam pandangan Yakob
jukkan, bahwa anak yang tidak mendapat Sumardjo, Begitu manusia menemukan
kesadarannya, dia menuntut dirinya un-
tuk hidup dalam apa yang disebutnya ke-
21
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, PT Raja-
Garfindo Persada, 2004 hal 69 benaran. Apa yang benar bagi seseorang
80| Elementary Vol. I Edisi 1 Januari 2015

adalah apa yang sesuai dengan kesada- DAFTAR PUSTAKA


rannya, yang disetujuinya, yang diang- Abu Ahmadi, Munawar Sholeh, Psikologi
gap baik, yang dianggapnya punya nilai, Perkembangan, Jakarta, PT Rineka
yang dapat dijadikan pegangan dalam Cipta, 2005
bertindak. “ kebenaran menurut Yakob Highest, Gilbert, Seni Mendidik, terj. Swastojo.
Sumardjo adalah sesuatu yang kita men- Jakarta, Bina Ilmu , 1961
gatakan “ya” kepadanya.22 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,
Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011
C. KESIMPULAN Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, PT Raja-
Perkembangan menunjukkan suatu proses Garfindo Persada, 2004
tertentu yaitu suatu proses menuju ke depan dan Muhammad Izzudiin Taufiq, Panduan Leng-
tidak dapat diulang kembali. Dalam perkem- kap & Praktis Psikologi Islam, Jakarta,
bangan manusia terjadi perubahan-perubahan Gema Insani, 2006
sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat di- Muhibbin Syah, Psikologi Agama, Jakarta, PT
ulangi. Di sekolah, keagamaan anak ditentukan Raja Grafindo Persada, 2012
oleh guru agama. Dasar agama di lingkungan Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta, Kalam
keluarga akan dikembangkan di sekolah sesuai Mulia, 2002
tingkat pengetahuannya. Semakin bertambah Robert L. Solso, Otto H. Maclin, M. Kimberly
mengenal tuhan melalui fantasi dan emosinya, Maclin, Psikologi Perkembangan, Ja-
ketika di sekolah ia akan mengenal tuhan secara karta, Erlangga, 2008
formal sebagaimana diajarkan oleh guru mereka Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta,
Bulan Bintang, 2010

22
Sumardjo , Yakob, Filsafat Seni, Bandung, Pener-
bit ITB, 2000, hal 331

Anda mungkin juga menyukai