Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Memahami Perkembangan Moral dan Agama Anak


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu: Sobirin, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

Fakhrul Razi Al-Bukhory (12522.00040)


Nurbaiti Djafar (12522.00046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SABILI BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas
petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah guna
memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dengan judul “Memahami
Perkembangan Moral dan Agama Anak” tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Fiqih di Sekolah dan Madrasah II yang telah memberikan
tugas terhadap kami.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun masih banyak kekurangan, baik pada
teknis maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penyusun. Kritik dan saran
dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penyusun berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi


pembaca dan perkembangan dunia pendidikan, khususnya bagi penyusun.

Bandung, 2 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................5
C. Tujuan Masalah............................................................................................................5
D. Manfaat..........................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Pengertian Perkembangan Nilai Moral dan Agama.........................................................................6
B. Tahapan Perkembangan Moral Anak Usia Dini...............................................................................9
C. Optimalisasi Perkembangan Moral dan Agama Pada Anak...........................................................12
BAB III......................................................................................................................................................15
KESIMPULAN.........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan moral dan agama anak merupakan aspek penting dalam
pemahaman kompleksitas pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Sejak usia dini,
anak-anak mulai mengembangkan pemahaman tentang apa yang benar dan salah, serta
bagaimana agama dan nilai-nilai moral memengaruhi pandangan dunia mereka.
Perkembangan ini memiliki dampak jangka panjang dalam membentuk karakter, nilai-
nilai, dan perilaku anak-anak, yang pada gilirannya akan membentuk generasi yang akan
datang.

Moralitas dan agama merupakan dua komponen yang saling terkait dalam
pemahaman nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang membimbing tindakan manusia.
Moralitas mencakup konsep-konsep seperti kebaikan, keadilan, empati, dan integritas,
sementara agama memberikan kerangka kerja untuk pemahaman tentang eksistensi,
tujuan hidup, dan kewajiban moral.

Dalam pendahuluan ini, kita akan menjelajahi kompleksitas perkembangan moral


dan agama anak serta mengapa pemahaman mendalam tentang hal ini menjadi sangat
penting. Kami akan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan
moral dan agama anak, seperti peran orang tua, pengaruh media, perubahan sosial, dan
lingkungan pendidikan. Selain itu, kami akan membahas implikasi yang timbul dari
pemahaman ini, termasuk bagaimana kita dapat membantu anak-anak dalam memahami
dan mengintegrasikan nilai-nilai moral dan agama dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan moral dan agama
anak, kita dapat membimbing mereka dengan lebih efektif dalam menghadapi dilema
moral, mengambil keputusan yang bijaksana, dan menjadi anggota masyarakat yang
bertanggung jawab dan peduli. Dengan demikian, perjalanan ini menuju pemahaman
lebih dalam tentang perkembangan moral dan agama anak memiliki dampak yang jauh
lebih luas daripada sekadar memahami proses individu; ini berkaitan dengan masa depan
sosial dan moralitas manusia secara keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Perkembangan Moral Dan Agama Pada Anak?
2. Bagaimana Tahapan Perkembangan Moral Dan Agama Pada Anak Dini?
3. Bagaimana Cara Mengoptimalkan Perkembangan Moral Dan Agama Pada Anak?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Perkembangan Moral Dan Agama Pada Anak.
2. Untuk Mengetahui Tahapan Perkembangan Moral Dan Agama Pada Anak.
3. Untuk Mengetahui Cara Mengoptimalkan Perkembangan Moral Dan Agama Pada Anak

D. Manfaat
1. Bagi Penulis,Sebagai Wujud Pelaksanaan Pemenuhan Tugas Dalam Mata Kuliah
Perkembangan Peserta Didik Serta Dapat Memberikan Informasi Kepada Pembaca
Mengenai Perkembangan Nilai Moral Dan Agama Pada Anak.
2. Bagi Pembaca, Dapat Menambah Wawasan Mengenai Perkembangan Nilai Moral Dan
Agama Pada Anak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Nilai Moral dan Agama


a) Perkembangan
Perkembangan dan dimaknai dengan sebuah proses perubahan yang progresif
dan kontinyu/berkesinambungan dari setiap diri individu dimulai sejak ia lahir hingga
meninggal (the progressive and continuous change in the organism from birth to
death). Sebuah perkembangan dapat juga dartikan sebagai perubahan yang dialami
oleh setiap indidvidu atau organisme menuju pada tingkat kedewasaan atau
kematangan yang terus berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan baik dari fisik/jasmaniah ataupu psikis/rohaniah (Yusuf, 2016).

b) Moral
Moral berasal dari bahasa latin, yaitu mos yang berarti adat istiadat,kebiasaan,
cara, tingkah laku, dan kelakuan. Selain itu, bisa pula diartikan dengan mores yang
berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak, dan cara hidup. Moral dapat
dimaknai sebagai nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Istilah moral dalam tulisan ini
diartikan sebagai peraturan, nilai-nilai dan prinsip moral kesadaran oran untuk
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai dan prinsip yang dianggap baku dan
dianggap benar. Nilai-nilai moral ini seperti seruan untuk berbuat baik kepada orang
tua, kepada orang lain, larangan mencuri, berbohong.

Seseorang yang dikatakan tidak bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut
sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi kelompok sosialnya (Susanto,
2012:65). Prilaku tak bermoral sendiri adalah prilaku yang tidak sesuai dengan
harapan sosial. Prilaku demikian tidak disebabkan ketidak acuhan akan harapan sosial
melainkan ketidaksetujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib
menyesuaikan diri.
Jadi, bisa diambil kesimpulan bahwasanya Moral adalah seperangkat norma
dan nilai-nilai yang mengatur perilaku manusia dalam masyarakat dan digunakan
untuk menilai apakah tingkah laku tersebut sesuai dengan standar yang dianggap
benar oleh kelompok sosialnya.

c) Agama
Agama berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari ‘a’ yang berarti tidak
dan ‘gam’ yang berarti pergi. Jadi secara bahasa, agama dapat diartikan dengan tidak
pergi, tetap ditempat, langgeng, abadi, yang diwariskan secara terus-menerus dari
suatu generasi ke generasi lainnya. Ada juga yang mengartikan dengan ‘agam’ yang
berarti kacau sehingga secara bahasa agama diartikan tidak kacau. Ini berarti orang
yang beragama hidupnya tidak akan mengalami kekacauan. (Wiyani Ardy,2013)

Agama secara umum diartikan: hubungan antara manusia dengan kekuasaan


dan kekuatan luar yang dianggap lebih dari manusia. Agama secara khusus diartikan
hubungan manusia dengan Allah, yaitu suatu perasaan dan keinginan untuk
berhubungan dengan Allah yang dinyatakan dengan mengucap syukur dan melakukan
kebaktian serta pelayanan (Anisa Litstiana, 2020). Sedangkan Menurut (Yusuf, 2005)
Agama merupakan sebuah tuntutan yang dapat mencegah dan membebaskan manusia
dari kerusakan dan kekacauan. Lain halnya dengan dunia barat agama sering disebut
dengan religion yang berarti suatu kegiatan atau perbuatan yang sangat mengekang
dan penuh dengan penderitaan atau mati-matian.

Adapun dalam pandangan Islam agama adalah berupa wahyu Allah yang
diturunkan melalui para Nabi yang berisi perintah dan larangan. Nilai-nilai dan
kaidah yang terkandung dalam agama selaras dengan fitrah manusia sebagai mahkluk
beragama. Seseorang yang telah menjadikan agama sebagai pedoman dalam
berperilaku dan dalam mengambil keputusan-keptusan pada kehidupannya maka ia
telah terbebas dari kebodohan dan memperoleh pencerahan hidup.

(Muslih, 1987) menyebutkan Moral agama memiliki kekuatan yang sangat


besar terhadap pengaruh kehidupan setiap individu. Moral agama harus bersumber
dan berpanutan pada nash Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang terus disesuaikan dengan
perkembangan zaman dan ijtihad ulama yang Islami. Moral agama adalah suatu
disiplin. ilmu berupa ilmu pengetahuan yang mengkaji baik buruknya tingkah laku,
pola pikir, dan tutur kata manusia dengan standar Al-Qur’an dan Hadist.

Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah bahwa agama adalah suatu sistem
nilai dan tuntunan yang memiliki peran dalam mencegah kekacauan dan memberikan
pedoman dalam perilaku manusia. Agama berfungsi sebagai landasan moral dan etika
yang dapat memengaruhi kehidupan individu serta dianggap sebagai wahyu Allah
yang diturunkan melalui para Nabi. Prinsip-prinsip moral agama harus bersumber
pada nash Al-Qur'an dan Hadist Nabi, yang dapat disesuaikan dengan perkembangan
zaman melalui ijtihad ulama Islam.

d) Aspek Perkembangan Moral Dan Agama


Setidaknya ada 3 (Tiga) aspek yang harus dikembangkan dalamperkembangan
moral dan agama pada anak usia dini, antara lain:

1. Aspek Kognitif

Berhubungan dengan kemampuan anak usia dini dalammengetahui perilaku


yang baik serta perilaku yang buruk berdasarkanajaran agamanya. Kemampuan
tersebut dapat menjadikan anak memilikiberbagai pengetahuan tentang kebaikan
(knowing the good) sesuaidengan ajaran agamanya.

2. Aspek Afektif

Berhubungan dengan kemampuan anak usia dini dalam merasakandan


mencintai berbagai perilaku yang baik berdasarkan ajaran agamanya.Kemampuan
tersebut dapat menjadikan anak memiliki kecintaan terhadapkebaikan (loving the
good) sesuai dengan ajaran agamanya.

3. Aspek Perilaku

Berhubungan dengan kemampuan anak usia dini dalam memilihmelakukan


perbuatan yang baik serta memilih menghindari perbuatanyang buruk sesuai
dengan peraturan yang didasari ajaran agamanya.Kemampuan tersebut dapat
memotivasi anak untuk konsisten dalammelakukan kebaikan (acting the good)
sesuai dengan peraturan yangdiberlakukan untuknya.

B. Tahapan Perkembangan Moral Anak Usia Dini


Menurut Piaget, dalam Djahiri (1985:24) diperlukan tahapan dalam pengkajian
perkembangan moral sebagai berikut:

a) Tahap mengakomodasi, dimana anak memiliki kesempatan untuk mempelajari dan


menginternalisasikan nilai atau moral.
b) Tahap asimilasi atau mengintegrasikan nilai tersebut dengan sistem nilai lain yang
telah ada dalam dirinya.
c) Tahap equalibrasi atau membina keseimbangan atau membakukannya sebagai sistem
nilai baru yang baru.

Piaget, dalam Sumantri (2009:3.6) menyatakan konsepsi anak mengenai moralitas


berkembang pada dua tahap utama yang sejajar dengan tahap-tahap pra-operasional. Pada
umunya orang mengalami tahapan moral tersebut pada waktu yang berbeda namun
urutannya tetap sama. Dua tahapan menurutnya sebagai berikut :

1) Tahap pertama, hambatan moralitas juga disebut (heteronomous morality),


bercirikan kekakuan, penyesuaian yang sedehana. Para usia remaja melihat sesuatu
seperti hitam dan putih tidak kelabu, jadi cukup tegas karena mereka egosentris.
Mereka berpendapat bahwa peraturan tidak berubah, sehingga perilaku seseorang
dapat betul atau salah. Sekalipun demikian anak-anak juga sering kali tidak menurut
atau taat pada peraturan, mereka curiga satu sama lain.
2) Tahap kedua, moralitas kerja sama juga disebut (notonamouos morality) bercirikan
moral yang fleksibel (kenyal). Anak-anak yang telah matang banyak bergaul dengan
teman sehaya maupun dengan orang dewasa, mereka kurang bersifat egosentris.
Mereka berpendapat luas yang sering kali bertentangan dengan yang terdapat di
rumah. Mereka berpendapat bahwa tidak ada sesuatu yang tidak dapat diubah.
Karena peratuuran dibuat oleh orang maka peraturan itu juga dapat diubah oleh
orang lain sesuai kebutuhan. Mereka selalu mencari sesuatu. di belakang tindakan,
dan apabila terjadi pelanggaran hukuman harus diterapkan dengan tepat. Mereka
dapat merumuskan kode moralitasnya sendiri.
Menurut Kolhberg dalam Zurich (2008 : 35) perkembangan moral manusia
terjadi dalam tahapan yang bergerak mau dan tarafnya semakin meningkat atau
tinggi, Kohlberg membagi perkembangan seseorang dalam tiga tingkat yaitu tingkat
prakonvensional, konvensional, paseaconvensional Dan ketiga tingkat dibagi
menjadi 6 tahapan, sedangkan tahapan yang terjadi pada anak usia dini adalah pada
tingkat prakonvensional yang terbagi menjadi 3 tahapan sebagai benkut :
a. Orientasi pada hukuman dan ketaatan
Tahap ini penekanannya pada akibat fisik suatu perbuatan, menentukan baik dan
buruknya, tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut.
Anak menghindari hukuman, lebih dikarenakan rasa takut, bukan karena rasa
hormat.
b. Tahap orientasi hedonis (kepuasan individu)
Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang memuaskan kebutuhan individu
sendiri, tetapi juga kadang mulai memperhatikan kebutuhan. orang lain,
hubungan lebih menekankan unsur timbal balik dan kewajiban.
c. Orientasi anak manis.
Pada tahap ini anak memenuhi harapan keluarga dan lingkungan sosialnya vang
dianggap bernilai pada dirinya sendiri sudah ada loyalitas unsur pujian menjadi
penting dalam tahap ini karena yang ditangkap anak adalah orang dipuji karena
berlaku baik. Perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan atau yang
membantu orang lain, dan yang disetujui oleh mereka.

Menurut Zuriah (2008:36) tahapan perkembangan anak terbagi : menjadi 2


tahapan, sebagai berikut:

1. Tahap perkembangan saling berhubungan

Tahap yang lebih tinggi akan lebih bisa dicapai kalau tahap yang lebih
rendah telah tercapai. Oleh karena itu sangat penting memberi dasar yang kuat
pada awal tahap perkembangan Pendidikan nilai pada kepada anak dalam setiap
perilaku baik meski perilaku tersebut tahap ini akan lebih efektif dengan selalu
memberi pengukuhan kepada anak dalam setiap perilaku baik meski perilaku
tersebut sederhana.

2. Tahap perkembangan moral berjalan seiring dengan perkembangan kognitif


dalam diri seseorang

Penanaman nilai budi pekerti harus dimulai dengan latihan yang konkret
sederhana, mudah dilakukan, dan tidak menimbulkan perasaan takut, malu,
kawatir, dan perasaan bersalah Proses penanaman budi pekerti harus berjalan
terus menerus agar orang terbiasa dan sadar akan nilai yang diyakininya. Proses
dimulai dari Tingkungan keluarga, kemudian lingkugan sosial, dan melalui
pengolahan pengalaman hidup yang matang dan kritis seiring perkembangan
kognitif. Akhirnya orang akan menemukan nilai-nilai dan hasilnya akan tampak
dalam setiap pekerti yang merupakan manifestasi dari hasil pergulatan mengalah
pengalaman hidup bersama orang lain.

Menurut Sumanto (2009 2.45) proses pembentukan perilaku. moral dan


sikap pada anak adalah sebagai berikut:

a) Imitasi
Imitasi berarti peniruan sikap cara pandang serta tingkah laku orang lain
yang dilakukan dengan sengaja oleh anak Dengan demikian proses hindikan
yang dilakukan berbeda dengan identifikasi yang berlangsung tanpa disadari
oleh anak.
b) Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak)
karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam
kehidupan orang tersebut. Suatu nilai atau norma atau sikap semacam itu
selalu dianggap benar Begitu nilai norma atau sikap tersebut terinfernalisasi
pada diri anak akan sukar dirubah dan menetap pada waktu yang cukup lama.
c) Introvert dan Ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dan lingkungan
sosialnya minat sikap atau keputusan-keputusan yang diambil selalu
berdasarkan pada perasaan. pemikiran dan pengalamannya sendiri
Sebaliknya, ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan
perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap dan keputusan-
keputusan yang di ambil lebih banyak di tentukan oleh orang lain atau
berbagai peristiwa yang terjadi di luar dirinya.
d) Kemandirian
Pada anak pengertian kemandirian sering kali dikaitkan berdasarkan
kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
e) Ketergantungan
Semakin bertambahnya usia dan perkembangan jasmani dan rokhaninya
ketergantungan pada anak makin berkurang dan timbullah rasa ingin mandiri
Rasa mandiri tersebut terus berkembang secara wajar, kecuali bagi anak yang
mengalami hambatan fisik atau mental yang dapat menyebabkan anak
tersebut terbelakang.

C. Optimalisasi Perkembangan Moral dan Agama Pada Anak


Perkembangan moral dan agama pada anak usia dini dinilai sangat penting,
karena pada masa ini perkembangan yang dialami seorang anak sangat pesat dan pada
usia dini seorang anak mudah untuk menstimulasi perkembangannya. Seperti,
perkembangan karakter yang meliputi akhlak dan budipekerti yang membedakan
antara individu satu dengan individu lain. Karakter yang dimiliki oleh seorang anak, akan
dianggap sebagai sikap dan kebiasaan yang memungkinkan dan mempermudah tindakan
moral yang dilakukan individu dalam kehidupan sehari-hari. Maka, untuk dapat
membentuk karakter atau akhlak yan gmulia dan memiliki budi pekerti yang tinggi pada
anak usia dini diperlukan optimalisasi perkembangan moral dan agama pada anak
tersebut.

Upaya optimalisasi perkembangan moral dan agama pada anak usia dinidapat
dicakupkan dalam tiga aspek yang harus dikembangkan dalam perkembangan nilai
agama dan moral pada anak usia dini, sebagai berikut: Aspekkognitif, Aspek afektif, dan
Aspek perilaku. Jadi baik pendidik dan orang tua harus mengacu pada ketiga aspek
tersebut untuk dapat mengoptimalkan perkembanganmoral dan agama pada anak . Selain
itu, untuk dapat mengoptimalkan perkembangan moral dan agamaanak usia dini dalam
kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan 8 (delapan) metode (Novan, 2014), sebagai
berikut:

a. Metode Keteladanan
Perilaku yang ditampilkan oleh orang tua ataupun pendidik anak usia dini sangat
menentukan baik buruknya perilaku anak usia dini. Jika orang tua atau pendidik
bertutur kata dengan santun, berpenampilan sederhana, dan mampu menampilkan
perilaku moral sesuai dengan nilai agama, denganini anak akan menunjukkan
perilaku moral dan kehidupan keragamannya dengan meniru orang tua atau
pendidik. Jadi, dapat disimpulkan bahwadalam metode keteladanan, orang tua
ataupun pendidik menjadi contoh atau panutan bagi anak usia dini dalam perilaku
moral yang sesuai denganajaran agama.
b. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan merupakan suatu kegiatan untuk melakukan hal yangsama
berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu
asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilanagar menjadi terbiasa. Hal
tersebut dimaksudkan agar anak mampu untukmembiasakan diri pada perbuatan-
perbuatan yang baik oleh norma,agama maupun hukum yang berlaku (Saepudin,
2015). Metodepembiasaan ini dinilai sangat efektif jika diterapkan terhadap anak
usia dini,dan erat kaitannya dengan metode keteladanan
c. Metode Perhatian dan Pengawasan
Metode perhatian dan pengawasan merupakan kegiatan mendampingi anak di
berbagai kegiatan (termasuk kegiatan pembiasaan) dalam upaya mengoptimalkan
perkembangan moral dan agama. Selain itu pengawasan juga memiliki makna lain
apabila disertai dengan pemberian hadiah (reward) untuk anak yang berperilaku baik
dan sebaliknya hukuman (punishment )bagi anak yang berperilaku buruk.
d. Metode Hadiah dan Hukuman
Pemberian hadiah dan hukuman merupakan kelanjutan dari penerapanmetode
perhatian dan pengawasan. Baik orang tua ataupun pendidiksebaiknya tidak
memberikan hadiah berupa materi melainkan memberihadiah non-fisik seperti
halnya memberi pujian, senyuman, belaian,danpelukan kepada anak yang telah
melakukan perilaku baik. Sementarapemberian hukuman dilakukan terhadap anak
yang berperilaku burukdengan tujuan agar anak tersebut tidak melakukan perilaku
buruk lagi.
e. Metode Nasehat
Metode nasehat ini orang tua atau pendidik anak usia dini memberikanpesan-pesan
positif dengan berceramah kepada anak baik secara individu atau secara kelompok.
Pemberian nasihat secara individu dilakukansecara face to face antara orang tua atau
pendidik dengan anak, sedangkan pemberian nasehat secara klasik merupakan
pemberianpesan-pesan positif kepada sekelompok anak.
f. Metode Cerita
Metode cerita ini dilakukan dengan memberikan atau menyampaikan nilai-nilai
positif baik yang terjadi di masyarakat ataupun kisah-kisah tokoh padazaman dahulu.
g. Metode Permainan
Metode permainan dapat digunakan oleh orang tua dan pendidik
dalammengoptimalkan perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini.
Danterdapat tiga jenis permainan yang dapat digunakan dalam permainan ini, yaitu:
permainan tepukan, permainan nyanyian, dan permainan puzzle
h. Metode Karya Wisata
Metode ini, digunakan untuk mengoptimalkan perkembangan moral danagama pada
anak usia dini, orang tua ataupun pendidik dapat mengajakanak untuk melakukan
karya wisata baik pergi berziarah ataupunmengunjungi tempat-tempat bersejarah.
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Perkembangan adalah proses berkelanjutan dari lahir hingga kematian yang
mengalami perubahan secara progresif pada setiap individu, baik dalam aspek fisik
maupun psikis. Moral merupakan seperangkat norma dan nilai-nilai yang mengatur
perilaku manusia dalam masyarakat, digunakan untuk menilai kesesuaian tingkah laku
dengan standar yang dianggap benar oleh kelompok sosialnya. Agama, sebagai sistem
nilai dan pedoman, berperan dalam mencegah kekacauan dan memberikan arahan dalam
perilaku manusia, dianggap sebagai wahyu Allah yang diturunkan melalui para Nabi.
Anak usia dini mengalami perkembangan moral dan agama dalam aspek kognitif, afektif,
dan perilaku. Tahapan perkembangan moral pada anak usia dini mencakup tahap
hambatan moralitas dan tahap moralitas kerja sama. Orang tua dan pendidik dapat
mengoptimalkan perkembangan moral dan agama pada anak usia dini melalui metode
keteladanan, pembiasaan, perhatian dan pengawasan, hadiah dan hukuman, nasehat,
cerita, permainan, dan karya wisata. Dengan pemahaman ini, mereka dapat membantu
anak menginternalisasi nilai-nilai moral dan agama yang positif dalam kehidupan sehari-
hari.
DAFTAR PUSTAKA

Listiana, Anisa. 2020. Buku Mata Kuliah Ilmu Perbandingan Agama. Kudus: Institut
Agama Islam Negeri (IAIN);
Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Grup.
Yusuf S, Psikologi Belajar Agama; Prespektif Pendidikan Agama Islam, (Bandung;
Pustaka Bani Quraisy, 2005).
Yusuf S, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung; PT Rosda Karya, 2016).

Anda mungkin juga menyukai