( Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Makalah Perkembanga Moral Anak Usia Dini )
Dosen Pengampu :
Dr. Nur Cholimah, S.Pd., M. Pd.
Disusun Oleh :
1. Regina Martasari (22111241006)
2. Lutfia Nurul Aini (22111241029)
3. Fadhillah Augustin Hunaerni (22111244005)
4. Winda Despitasari (22111244032)
5. Fenny Melia Nabilasari (22111244033)
2022
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kami
kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul Hakikat Moral. Makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Dr. Nur Cholimah, S.Pd., M.Pd.
pada mata kuliah Perkembangan Moral Anak Usia Dini.
Kami berterima kasih kepada Ibu Nur Cholimah dikarenakan tugas ini
memberikan pengetahuan dan wawasan baru untuk kami terkait bidang studi yang kami
tempuh saat ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
pembuatan makalah di masa yang akan datang.
Penulis
ii
Daftar Isi
COVER ............................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan moral pada anak usia dini merupakan hal yang penting
untuk diperhatikan karena di masa anak usia dini ini merupakan masa yang
sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan sekitar. Moral merupakan ukuran
baik buruk seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga
masyarakat, dan warga negara. Sedangkan pendidikan moral adalah
pendidikan yang menjadikan anak manusia bermoral baik dan manusiawi
(Febriyanti dan Dewi 2021).
Pentingnya aspek nilai agama dan moral pada anak usia dini adalah
sebagai pondasi utama dalam membentuk karakter seseorang. Jika manusia tidak
memiliki moral, maka kemungkinan sikapnya akan buruk. Oleh karena itu,
dalam pengembangan Pendidikan anak usia dini, pengembangan moral perlu
ditingkatkan.Oleh karena itu, dalam makalah ini akan mengeksplorasi lebih
lanjut bagaimana perkembangan moral pada anak usia dini memengaruhi
perkembangan mereka secara keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian moral dan Pendidikan moral?
2. Bagaimana pengaruh empati terhadap perkembangan moral anak usia dini?
3. Bagaimana tahapan perkembangan moral anak menurut Piaget dan Kohlbert?
4. Bagaimana fase-fase perkembangan moral anak usia dini?
5. Apa factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral anak usia dini?
6. Apa fungsi atau peran moral terhadap perkembangan anak usia dini?
7. Bagaimana strategi mengembangkan moral anak usia dini?
2
BAB II
ISI
Moral atau dalam bahasa latin disebut Moralitas adalah tindakan yang
mempunyai nilai positif. Disamping itu ada pengertian dari amoral atau tidak
bermoral yaitu seseorang yang tidak mempunyai nilai positif di mata manusia
lainnya (Febriyanti dan Dewi 2021). Moral merupakan ukuran baik buruk
seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga
negara. Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan yang menjadikan anak
manusia bermoral baik dan manusiawi (Febriyanti dan Dewi 2021). Moral
merupakan hal penting yang harus dimiliki dalam diri manusia. Moral juga
merupakan sifat dasar yang harus dipelajari ketika berada dibangku
sekolah, jika ingin dihormati oleh sesamanya manusia tentunya harus memiliki
moral.
Pengertian moral menurut K. Prent berasal dari bahasa latin mores, dari suku
kata mos yang artinya adat istiadat, kelakuan, watak, tabiat, akhlak (Muhajir 1989).
Dalam perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku
yang baik, yang susila. Dari pengertian tersebut dinyatakan bahwa moral adalah
berkenaan dengan kesusilaan. Seseorang individu dapat dikatan baik secara moral
apabila bertingkah laku
B. Penalaran Moral
Lickona (dalam Sarwono 2009) mengutip dari Kohlberg menyatakan bahwa
moral merupakah bagian dari penalaran, sehingga Kohlberg menyebutnya sebagai
3
penalaran moral (moral reasoning). Penalaran di dalam kamus Bahasa Indonesia
(1990:592,607) merupakan cara seorang berpikir dengan logis terkait suatu hal,
sedangkan moral itu sendiri dalam kamus Bahasa Indonesia merupakan ajaran
tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,
dan sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila. Penalaran moral merupakan proses
dimana anak-anak memahami perbedaan antara tindakan yang benar dan salah
berdasarkan nilai-nilai moral yang mereka terima baik dari lingkungan sosial,
keluarga, maupun budaya serta bagaimana anak-anak membuat keputusan moral.
4
keputusan yang lebih baik dalam situasi sosial yang mungkin akan ia alami
nantinya, ia akan lebih cenderung menghindari perilaku yang mungkin
melukai perasaan orang lain.
3. Mendorog anak untuk berperilaku Pro-Sosial. Anak-anak yang memiliki
tingkat empati yang tinggi lebih memungkinkan melakukan tindakan social
baik seperti berbagi, membantu karena mereka merasa peduli terhadap orang
lain.
5
(2) tahap mempertahankan norma sosial dan otoritas. Pada tahap ini anak
menunjukkan perbuatan baik dan benar bukan hanya agar dapat diterima oleh
lingkungan masyarakat di sekitarnya, tetapi juga bertujuan agar dapat ikut
mempertahankan aturan dan norma/ nilai sosial yang ada sebagai kewajiban
dan tanggung jawab moral untuk melaksanakan aturan yang ada.
3. Tingkat 3: pasca konvensional Pada tingkat ini anak mematuhi aturan untuk
menghindari hukuman kata hatinya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap:
(1) tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial.
Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan
sosial dan masyarakat. Seseorang menaati aturan sebagai kewajiban dan
tanggung jawab dirinya dalam menjaga keserasian hidup masyarakat,
(2) tahap universal. Pada tahap ini selain ada norma pribadi yang bersifat
subyektif ada juga norma etik (baik/ buruk, benar/ salah) yang bersifat universal
sebagai sumber menentukan sesuatu perbuatan yang berhubungan dengan
moralitas.
Anak Usia kurang dari 12 tahun Anak Usia lebih dari 12 tahun
Diberi label tahap moralitas kendala Diberi label tahap moralitas kerjasama
1
Piaget, Jean. t.t. The Moral Judgment... .h. 283.
2
Slavin, R.E. 2006. Educational Psychology Theory... .h. 52.
6
Hukuman dipandang sebagai konsekuensi Hukuman dipandang sebagai sesuatu hal
otomatis dari pelanggaran yang tidak serta merta namun dipengaruhi
oleh niat baik perilakunya.
1. Anak usia kurang dari 12 tahun berpikir dan percaya bahwa ketika
melakukan pelanggaran missal dalam bermain, ia akan otomatis terhubung
dengan hukuman sehingga seringkali anak diliputi perasaan khawatir ketika
melakukan kesalahan.
2. Anak usia lebih dari 12 mereka sudah sadar bahwa peraturan dan hukuman
dibuat oleh manusia dengan mempertimbangkan niat dan konsekuensinya.
Pada tahap ini, anak sudah paham bahwa hukuman hanya terjadi jika ada
saksi mata terhadap pelanggaran, itupun bukan berarti hukuman tersebut
bersifat paten atau tidak dapat diubah.
Dalam Gunandi (2013), Piaget mengemukakan bahwa terdapat tiga fase dalam
perkembangan moral, yaitu:
(1) Fase Absolut, fase ini merupakan fase dimana anak mampu memahami peratuan
sebagai sesuatu hal yang tidak dapat diubah dan mutlak serta harus dihormati
tanpa pengecualian. Anak percaya bahwa jika melanggar pasti ada hukuman
yang pasti.
(2) Fase Realitas, fase ini merupakan fase dimana anak memahami bahwa peraturan
tidak hanya ditetapkan secara sewenang-wenang oleh orang dewasa, namun juga
berasal dari kesepakatan atau perumusan Bersama. Anak juga mulai menyadari
bahwa peraturan akan dapat berubah jika ada kesepakatan bersama dalam
mengubahnya dan pada fase ini, anak tidak hanya memahami aturan karena
takut akan hukuman, namun karena merasa bertanggung jawab untuk mematuhi
aturan-aturan tersebut. Pada fase ini anak sudah mampu berpikir lebih
3
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak...h. 117-118
7
berkembangan dibandingkan dengan tahap sebelumnya yang menyatakan aturan
dilihat sebagai mutlak dan tidak dapat diubah. Sehingga dapat disimpulkan
dalam fase ini anak-anak mulai memahami aturan social, kesepakatan Bersama,
dan tanggung jawab moral dalam mengikuti aturan-aturan tersebut.
(3) Fase Subyetif, fase ini merupakan fase dimana anak sudah mulai
mempertimbangkan apa yang ada di dalam pikira orang lain ketika mereka
melakukan sesuatu. Anak menyadari bahwa tindakan yang sama memiliki
konsekuensi moral yang berbeda tergantung pada niat dari melakukan tindakan
tersebut. Contoh sederhana dari fase ini adalah jika seorang anak melihat
temannya mengambil mainan miliknya tanpa izin. Ia mungkin akan
mempertimbangkan apakah temannya mengambil mainan tersebut dengan
sengaja dan dengan niat jahat, atau mungkin hanya karena kesalahan tanpa
sengaja.
8
(1) Peran hati nurani atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan
salah apabila anak dihadapkan pada situasi yang memerlukan pengambilan
keputusan atas tindakan yang harus dilakukan,
(2) Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berperilaku tidak
seperti yang diharapkan dan melanggar aturan,
(3) Peran interaksi sosial dalam memberikan kesepakatan pada anak untuk
mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat,
keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.
Penanaman nilai-nilai moral pada anak usia dini penting agar karakter anak
dapat berkembang dengan potensi dan kemampuan anak secara optimal serta
tumbuhnya sikap dan perilaku positif bagi anak. Pendidikan moral sangat
penting dalam masa perkembangan anak-anak, karena dengan adanya moral
yang sesuai pada diri anak akan membuat anak bisa menyesuiakan diri dalam
lingkungan apapun (Mufarochah 2020).
Moral sangat diutamakan dalam kehidupan saat ini, karena modal yang
semakin lama semakin tidak sesuai dalam norma masyarakat kita. Oleh karena
itu, fungsi moral merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan dan
kehidupan manusia. Keberadaan moral akan membawa keharmonisan dalam
kehidupan apabila dilaksanakan sesuai dengan moral yang berlaku. Pendidikan
moral pada anak usia dini merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan untuk
memberikan kesadaran tentang moral pada anak sejak dini (Khaironi 2017).
Anak akan mampu melaksanakan moral yang ada jika diberikan pendidikan
moral yang dilaksanakan dengan optimal oleh orang tua dan lembaga
pendidikan di luar rumah (Mufarochah 2020). Pelaksanaan pendidikan moral
harus dilaksanakan secara terus-menerus, karena hasil dari pendidikan moral
tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat, namun membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk membentuk sikap dan kebiasaan bermoral anak. Hal itulah
yang menjadi alasan bahwa pendidikan moral harus dilaksanakan sejak usia dini.
9
Menurut Darmadi (2009), penanaman nilai-nilai moral pada anak usia dini dapat
dilakukan dengan beberapa metode berikut:
10
BAB III
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
Dacholfany, Muhammad Ihsan, and Uswatun Hasanah. 2018. Pendidikan Anak Usai
Dini Menurut Konsep Islam. Jakarta: Sinar Grafika .
Febriyanti, Natasya, dan Dinie Anggraeni Dewi. 2021. “Pengembangan Nilai Moral
Peserta Didik Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.” Jurnal
Kewarganegeraan 477.
https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/1772/pdf.
Kartikowati, Endang, and Zubaedi. 2020. Pembelajaran 9 Pilar Karakter pada Anak
Usia Dini dan Dimensi-Dimensinya. Jakarta: Prenamedia Group.
Khaironi, Mulianah. 2017. "Pendidikan Moral pada Anak Usia Dini." Jurnal Golden
Age.
Maharani, Laila. 2014. "Perkembangan Moral pada Anak." Jurnal Bimbingan dan
Konseling 95.
Mufarochah, Siti. 2020. "Pentingnya Pendidikan Moral pada Anak Usia Dini di Masa
Pandemi." Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 83.
Piaget, V.J. Terj. Majorie Gabain. tt. The Moral Judgment of The Child. The Free Press.
Glencoe Illionis
12
R. Andi Ahmad Gunadi. (2013). Membentuk Karakter Melalui Pendidikan Moral Pada
Anak Usia Dini Di Sekolah Raudhatul Athfal (R.A) Habibillah. Jurnal Ilmiah
Widya Volume 1 Nomor 2 Juli-Agustus 2013 p. 85 – 91.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas. Jilid 2. Jakarta. Penerbit
Erlangga
Slavin, R.E. 2006. Educational Psychology Theory and Practice. United States of
America: Johns Hopkins University.
13