Anda di halaman 1dari 17

PERKEMBANGAN MORAL DAN SOSIAL

PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Perkembangan Belajar Peserta Didik

Dosen Pengampu :
Muhammad Ali Imron, M.Pd

Disusun oleh :
Ultira Dwi Rahayu (22042811124)
Listiani (22042811057)
Dhea Syafitri (22042811019)
Putri Ayu (2204811084)
Thomas (22042811120)
Gunawan (22042811039)

KELAS PGSD D
PROGRAM STUDI PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERANGIN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Muhammad Ali Imron, M.Pd

sebagai dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Bangko , September 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................
BAB I

1. Latar belakang .....................................................................................


2. Rumusan Masalah ...............................................................................
3. Tujuan Penulisan .................................................................................
BAB II

1. Pembahasan .........................................................................................

 Apa makna perkembangan moral dan sosial anak?

  Bagaimana bentuk–bentuk tingkahlaku sosial pada anak?

 Faktor  – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ?

  Bagaimana pengaruh perkembangan sosial anak terhadap tingkah laku anak ?

BAB III

1. Kesimpulan .........................................................................................
2. Saran ....................................................................................................
3. Daftar Pustaka .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang merekajalani
baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa :yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah
suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, namun
mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam
bentuknya yang hakiki
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh
dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang.
Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan
kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi
inifaktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersbut
merupakanproses sosialisai yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara
aktifmelakukan proses sosialisasi
B.     Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah di dalam
makalah ini adalah

1. Apa makna perkembangan moral dan sosial anak?

2.  Bagaimana bentuk–bentuk tingkahlaku sosial pada anak?

3. Faktor  – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ?

4.  Bagaimana pengaruh perkembangan sosial anak terhadap tingkah laku anak ?


C.    Tujuan Penulisan
1. mengetahui bentuk-bentuk perkembangan sosial anak,

2. mengetahui faktor-faktor yangmempengaruhi perkembangan sosial anak dan


pengaruh perkembangan sosial anak terhadaptingkah laku anak.

BAB II
PEMBAHASAN

 PERKEMBANGAN MORAL PADA ANAK USIA SD


        Moral berasal dari bahasa Latin "mos" (jamak: mores) yang berartikebiasaan, adat. Kata
"mos" (mores) dalam bahasa Latin sama artinya denganetos dalam bahasa Yunani. Di
dalam bahasa Indonesia, kata moralditerjemahkan dengan arti susila. Adapun
pengertian moral yang palingumum adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide
yang diterimaumum, yaitu berkaitan dengan makna yang baik dan wajar. Dengan kata
lain,pengertian moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran-ukuran
tindakan yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial ataulingkungan tertentu. Kata
moral selalu mengacu pada baik dan buruknyaperbuatan manusia sebagai manusia. Telah
banyak ahli yang mencobamemberikan pengertian moral. Seperti apa pengertian moral
menurut mereka?Berikut ini beberapa Pengertian Moral Menurut para Ahli:
Pengertian Moral Menurut Chaplin (2006): Moral mengacu padaakhlak yang sesuai
dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atauadat kebiasaan yang mengatur
tingkah laku.
Pengertian Moral Menurut Hurlock (1990): moral adalah tata cara,kebiasaan, dan adat
peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagianggota suatu budaya.
Pengertian Moral Menurut Wantah (2005): Moral adalah sesuatu yangberkaitan atau ada
hubungannya dengan kemampuan menentukan benarsalah dan baik buruknya tingkah
laku.Dari tiga pengertian moral di atas, dapat disimpulkan bahwa Moral adalahsuatu
keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengankesepakatan sosial,
yang mendasari tindakan atau pemikiran. Jadi, moralsangat berhubungan dengan benar
salah, baik buruk, keyakinan, diri sendiri,dan lingkungan sosial.
    Perilaku moral berarti perilaku yang menyesuaikan dengan kode moral dari kelompok
sosialnya. Moral berasal dari bahsa latin: mores berarti tatakrama atau kebiasaan. Perilaku
moral dikendalikan oleh konsep moral, yakni aturan-aturan dalam bertingkah laku, dimana
anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan pola perilaku yang diharapkan oleh
masyarakatnya, sedangkan perilaku immoral adalah perilaku yang gagal menyesuaikan pada
harapan sosial. Perilaku tersebut tidak dapat diterima oleh norma-norma sosial. Perilaku
unmoral adalah perilaku yang tidak menghiraukan harapan dari kelompok sosialnya. Perilaku
ini cenderung terlihat pada kanak-kanak. Ketika masih kanak-kanak, anak tidak diharapkan
untuk mengenal seluruh tata krama dari suatu kelompok.
Tahap-tahap perkembangan moral yang sangat dikenal diseluruh dunia adalah yang
dikemukakan oleh Lawrence E. Kohlbert (1995), yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat Prakonvensional
Tingkat prakonvensional adalah aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral masih
ditafsirkan oleh individu/anak berdasarkan akibat fisik yang akan diterimanya baik berupa
sesuatu yang menyakitkan atau kenikmatan.
Tingkat prakonvensional memiliki dua tahap, yaitu:
Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan

 Pada tahap ini, akibat-akibat fisik pada perubahan menentukan baik buruknya tanpa
menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata
menghidari hukuman dan tunduk pada kekuasaan tanpa mempersoalkannya.

 Pada tahap ini, perbuatan dianggap benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau
alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang
lain. Hubungan antarmanusia diipandang seperti huubungan di pasar yang berorientasi
pada untung-rugi.
b. Tingkat Konvensional
Tingkat konvensional atau konvensional awal adalah aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan
moral dipatuhi atas dasar menuruti harapan keluarga, kelompok, atau masyarakat.
Tingkat konvensional memiliki dua tahap, yaitu:

 Tahap Orientasi kesepakatan antara pribadi atau disebut orientasi “Anak Manis”Pada


tahap ini, perilaku yang dipandang baik adalah yang menyenangkan dan membantu
orang lain serta yang disetujui oleh mereka.
 Tahap Orientasi hukum dan ketertiban Pada tahap ini, terdapat orientasi terhadap
otoritas, aturan yang tetap, penjagaan tata tertib sosial. Perilaku yang baik adalah
semata-mata melakukan kewajiban sendiri, menhormati otoritas, aturan yang tetap,
dan penjagaan tata tertib sosial yang ada. Semua ini dipandang sebagai sesuatu yang
bernilai dalam dirinya.

c. Tingkat Pascakonvensional, Otonom, atau Berdasarkan Prinsip

Tingkat pascakonvensional memiliki dua tahap, yaitu:

 Tahap 1: Orientasi kontrak sosial legalitas


Pada tahap ini, individu pada umumnya sangat bernada utilitarian. Artinya perbuatan
yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual umum yang
telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh masyarakat. Pada tahap ini terdapat
kesadaran yang jelas mengenai relativisme nilai dan pendapat pribadi sesuai dengan
relativisme nilai tersebut. Terdapat penekanan atas aturan prosedural untuk mencapai
kesepakatan, terlepas dari apa yang telah disepakati secara konstitusional dan
demokratis, dan hak adalah masalah nilai dan pendapat pribadi. Hasilnya adalah
penekanan pada sudut pandang legal, tetapi dengan penekanan pada kemungkinan untuk
mengubah hukum berdasarkan pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial. Di luar
bidang hukum, persetujuan bebas, dan kontrak merupakan unsur pengikat kewajiban .

 Tahap 2: Orientasi prinsip dan etika universal


Pada tahap ini, hak ditentukan oleh suara batin sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang
dipilih sendiri dan yang mengacu kepada komprehensivitas logis, universalitas, dan
konsestensi logis. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etis, bukan merupakan
peraturan moral konkret. Pada dasarnya inilah prinsip-prinsip universal keadilan,
resiprositas, persamaan hak asasi manusia, serta rasa hormat kepada manusia sebagai
pribadi.

Begitu anak memasuki usia remajadan menjadi anggota suatu kelompok, anak
dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan kebiasaan kelompoknya. Tingkah laku yang
sesuai dengan aturan tidak hanya sesuai dengan dasar-dasar yang ditetapkan secara sosial
tetapi juga perlu diikuti secara suka rela. Hal ini terjadi pada otoritas eksternal maupun
internal. Dalam perkembangan moral kelak anak-anak harus belajar mana yang benar dan
mana yang salah. Kemudian, begitu anak bertambah besar, ia harus tahu alasan mengapa
sesuatu dianggap benar sementara yang lain tidak. Dengan demikian, anak perlu dilibatkan
dalam aktivitas kelompok, tetapi yang terpenting tetap perlu mengembangkan harapan
melakukan mana yang baik dan mana yang buruk.
            Menurut Piaget, antara usia lima dan dua belas tahun konsep anak mengenai keadilan
sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar dan salah, yang dipelajari dari
orang tua, menjadi berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di
sekitar pelanggaran moral. Jadi, menurut piaget relativitasme moral menggantikan moral
yang kaku. Misalnya bagi anak lima tahun, berbohong selalu buruk, sedangkan anak yang
lebih sadar bahwa dalam bebarapa situasi, berbohong dibenarkan, dan oleh karena itu,
berbohong tidak selalu buruk.
            Kohlberg memperluas teori Piaget dan menamakan tingkat kedua dari perkembangan
moral moral akhir masa kanak-kanak sebagai tingkat moralitas konvensional atau moralitas
dari aturan-aturan dan penyesuaian konvensional. Dalam tahap pertama dari tingkat ini oleh
Kohlberg disebutkan moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati
orang laindan untuk mempertahankan hubungan-hubunganyang baik. Dalam tahap kedua,
kohlberg mengatakan bahwa kalau kelompok sosial menerima peraturan-peraturan yang
sesuai bagi semua anggota kelompok, ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk
menghindari penolakan kelompok dan celaan.

 Cara Mempelajari Moral


Pada saat lahir, tidak ada anak yang memiliki hati nurani atau skala nilai. Akibatnya, tiap bayi
yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak seorang anakpun dapat diharapkan
mengembangkan kode moral sendiri. Maka, tiap anak harus diajarkan standart kelompok
tentang yang bernar dan yang salah.

 Hurlock (1978) mengemukakan dalam mempelajari sikap moral, terdapat empat pokok
utama:
1)       Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya
sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan.
Elemen pertama yang penting dalam belajar menjadi individu yang bermoral adalah
belajar apa yang diharpkan kelompok. Dalam setiap kelompok sosial beberapa perilaku
yang dianggap benar atau salah karena berkaitan dengan kesejahteraan anggota
kelompoknya.
     Ketika masa kanak-kanak, anak tidat terlalu dituntut untuk tunduk pada hukum dan
kebiasaan sebagaimana yang diharapkan pada anak yang lebih besar. Setelah memasuki
usia sekolah, anak mulai diajarkan sedikit demi sedikit hukum yang berlaku di
lingkungannya. Misalnya menunjukkan sopan santun pada orang yang lebih tua.disekolah
mereka belajar dan patuh pada aturan sekolah begitu pula bermain dengan teman sebaya.
     Secara perlahan, anak belajar aturan yang dibentuk oleh berbagai kelompok yang
berbeda, seperti dirumah, sekolah, dan lingkungan rumah/tetangga. Hal ini membentuk
dasar dari pengetahuan mengenai apa yang diharapkan oleh kelompok yang berbeda.
Mereka juga belajar bahwa mereka diharapkan untuk taat pada aturan dan jika melanggar
akan mendapat hukuman atau kurangnya penerimaan sosial. Dengan demikian aturan
merupakan pedoman bagi perilaku anak dan sebagai sumber dari motivasi untuk taat pada
harapan sosial sebagaimana hukum dan adat kebiasaan bagi para remaja dan orang
dewasa.
2)       Menegmbangkan Hati Nurani
Kata hati merupakan kontrol internal (dalam diri) terhadap tingkah laku seseorang. Tidak
ada anak yang lahir dengan kata hati tertentu dan setiap anak tidak hanya belajar mengenai
apa yang benar dan apa yang salah, tetapi anak harus menggunakan kata hatinya sebagai
kontrol terhadap tingkah lakunya. Hal ini merupakan salah satu tugas perkembangan yang
penting di masa anak usia sekolah. Kata hati merupakan sesuatu yang kompleks bagi
anak-anak. Oleh karena itu, pada awalnya tingkah laku mereka lebih banyak dikontrol
oleh lingkungan. Terjadi pergantian yang  perlahan-lahan dari lingkungan ke kontrol yang
sudah terinternalisasi, pada saat itulah transisi sudah lebih lengkap.
3)       Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilaku individu
tidak sesuai dengan harapan kelompok.
Setelah anak mengembangkan kata hati maka kata hati akan diperrgunakan sebagai
pedoman bagi tingkah laku mereka. Jika tingkah laku mereka tidak sesuai dengan apa
yang telah ditetapkan oleh kata hatinya maka mereka akan merasa bersalah, malu atau
keduanya.
Dalam perilaku bermoral, rasa bersalah perlu ada. Seseorang harus taat pada kebiasaan
atau tata krama dari kelompok melalui standar pengarahan dalam diri. Ausabel(dalam
Hurlock), 1978) mengemukakan bahwa rasa bersalah merupakan mekanisme psikologis
yang penting, dimana perilaku seseorang menjadi sesuai dengan kebudayaannya. Rasa
bersalah juga merupakan alat yang penting bagi kelangsungan hidup budaya karena
memungkinkan individu untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral masyarakat.
Jika anak tidak merasa bersalah, anak akan menjadi tidak termotivasi untuk belajar apa
yang diharapkan kelompok pada dirinya.
4)       Mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial untuk belajar apa saja yang
diharapkan anggota kelompok.
Interaksi sosial memegang peran penting dalam perkembangan moral anak karena dapat
memberikan dasar-dasar dari tingkah laku yang diterima masyarakat,memberikan motivasi
melalui apa yang diterima

 Pola Perkembangan Moral


Menurut Peaget, perkembangan moral terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama
disebut tahap realisme moral ( moralitas oleh pembatasan”. Tahap kedua disebut
moralitas otonomi ( moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik)
Dalam tahap yang pertama ini seorang anak menilai tindakan sebagai benar atau salah atas
dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motifasi dibelakangnya. Moral anak
otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cendrung menganggap orang
dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Yang paling penting menurut Piaget bahwa
anak menilai suatu perbuatan benar atu salah berdasarkan hukuman bukan pada nilai
moralnya.
Di tahap kedua perkembangan kognitif anak telah terbentuk sehingga dia dapat
mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk memecahkan masalah tertentu. Anak
mulai dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat mempertimbangkan
berbagai faktor untuk memecahkan masalah

 Peranan Disiplin dalam Perkembangan Moral


            Disiplin berperan penting dalam perkembangan kode moral. Meskipun anak
memerlukan diisiplin, disiplin merupakan masalah yang serius bagi anak yang lebih besar.
Penggunaan secara kontinu teknik-teknik disiplin yang ternyata efektif ketika anak masih
kecil, cenderung menyebabkan kebencian pada yang lebih besar. Kalau disiplin dibutuhkan
dalam perkembangan, haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Jika anak
tidak berinteraksi dengan lingkungannya, anak tidak akan tahu tingkah laku apa yang akan
diterima.
            Interaksi sosial yang pertama dialami anak adalah melalui kehidupan
dilingkungannya. Melalui interaksi sosial, anak tidak hanya belajar mengenai kode-kode
moral, tetapi mereka juga berkesempatan untuk belajar mengevaluasi tingkah laku mereka.

 PENGERTIAN DISIPLIN
            Kita semua mungkin anda pun sebagai guru menyadari pentingnya disiplin dalam
perkembangan dan penanaman moral anak.Konsep umum dari disipin disamakan dengan
hukuman.Konsep ini menyatakan bahwa disiplin digunakan jika anak melanggar aturan-
aturan yang ditetapkan oleh orang tua,guru,ataupun orang dewasa lainnya.Disiplin
merupakan cara masyarakat mengajarkan anak berperilaku moral yang diterima oleh
masyarakatnya.Tujuan dari disiplin adalah membentuk perilaku yang sesuai dengan
kelompok  sosialnya.Walaupun demikian,ada orang tua yang takut bahwa dengan
menerapkan disiplin akan menimbulkan masalah dalam hubungan dengan anak-anaknya.Oleh
karena itu .ada konsep yang bertentangan tentang disiplin itu sendiri.Konsep yang
memandang disiplin sebagai konsep negative,berarti sama dengan hukuman.Sedangkan
konsep positif sama dengan adanya pendidikan ,bimbingan dalam menerapkan disiplin diri
dan kontrol diri.

 PENTINGNYA DISIPLIN BAGI ANAK


            Disiplin adalah penting bagi perkembangan anak karena berisi hal-hal yang
diperlukan anak.Disiplin akan menambah kebahagiaan ,penyesuaian sosial dan pribadi
mereka.Beberapa kebutuhan anak yang dapat dipenuhi melalui disiplin adalah sebagai berikut
:
1)      Disiplin membuat anak-anak mempunyai persaan aman tentang apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan.
2)      Anak belajar mengapa pola perilaku tertentu diterima dan mengapa pola perilaku
lain tidak diterima.
3)      Melalui disiplin anak-anak dibantu untuk hidup sesuai dengan norma-norma
sosial.Anak-anak belajar berperilaku dengan cara tertentu yang dapat memperoleh
pujian,dimana anak-anak mengartikan sebagai dicintai-diterima.Hal ini mendorong anak
untuk  mengulang perilaku yang baik.
4)      Anak-anak pun akan mengembangkan kata hati untuk membuat keputusan dan
pengendalian dari perilakunya.

Disamping itu ,hal-hal yang penting dari disiplin untuk anak usia SD adalah (Hurlock,1980)
berikut ini :
1.Alat untuk Membentuk Moral
            Pengajaran baik dan buruk  perlu ditekankan pada alasan mengapa pola tingkah
laku diterima sementara yang lain tidak,dan penjelasan langsung perlu untuk membantu
anak memilkii konsep yang lebih luas.
2.Penghargaan
            Penghargaan memiliki nilai pendidikan yang kuat bagi anak jika anak bertingkah
laku benar dan dapat memotivasi anak untuk mengulang kembali tingkah laku yang
diharapkan.Dengan demikian ,penghargaan merupakan hal yang efektif maka pemberian
penghargaan juga harus tepat disesuaikan dengan usia anak dan tingkat perkembangannya.
3.Hukuman
            Sebagaimana penghargaan ,hukuman perlu dikembangkan secara tepat .Hukuman
dapat memotivasi anak agar taat pada harapan sosialdikemudian hari.
4.Konsistensi
            Disiplin yang baik adalah disiplin yang diberikan secara konsisten .Apa yang benar
saat ini juga benar disaat yang lain.Tingkah laku yang salah jika diulang ,perlu mendapat
penghargaan yang sama pula.
            Dengan demikian,dapt disimpulkan bahwa dalm menerapkan disiplin,hendaknya
disesuaikan dengan perkembangan anak.Seorang anak akan cocok pada suatu
disiplin,tetapi anak yang lain tidak sesuai.Pemberian disiplin tergantung pada dimana
biasanya muncul permasalahan.Oleh karena itu disiplin sebaiknya mulai diberikan dalam
hubungan dengan kegiatan rutin sehari-hari,seperti acara makan,tidur ataupun kebiasaan
belajar.

 PEMBERIAN HUKUMAN DAN PENGHARGAAN       


            Menanamkan aturan-aturan dan disiplin melalui hukuman dan penghargaan
tampaknya tidak dapat di abaikan.Dengan hukuman ,anak belajar mengapa ia dihukum dan
anak akan lebih memahami mengapa perbuatan yang dilakukan itu salah.Adanya hukuman
membuat anak tidak akan mengulangi perilaku yang salah tersebut sehingga anak belajar
tentang baik buruk perilakunya.
            Pemberian hukuman pun hendaknya segera,konsisten dan konstruktif dengan alasan
yang jelas.Adapun pemberian hukuman dapat berfungsi untuk :
1)      Membatasi anak agar tingkah laku yang tidak di inginkan di ulangi
2)      Mendidik
3)   Motivasi,untuk menghindari terjadinya tingkah laku sosial yang tidak diinginkan.
            Bentuk hukuman dapat berbentuk hukuman fisik (misalnya pukulan),mengisolasi
anak selama beberapa waktu(misal tidak menonton acara TV yang disukai).Meskipun
demikian,pemberian hukuman fisik tampaknya sudah tidak terlalu efektif,itulah sebabnya
akan lebih baik dan efektif jika pemberian hukuman disertai pula penjelasan mengapa tingkah
laku dilarang(Strommen dkk,1983).Secara psikologis pemberian hukuman juga tidak akan
merusak anak,sejauh berkaitan/seimbang dengan tingkah laku yang diberi
hukuman.Pemberian hukuman yang terlalu sering juga tidak terlalu baik karena akan
berakibat negative pada diri anak.Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tua
yang sering menghukum anaknya mengakibatkan anak belajar pola-pola tingkah laku yang
tidak sehat,seperti suka menyerang yang tidak terkontrol,tidak bias berkomunikasi secara
efektif,takut pada otoritas,menghindar dari interaksi sosial,tidak mampu mengekspresikan
emosinya secara positif,merasa bersalah dan self ekteem(harga diri)rendah.Selain itu juga
perkembangan sosial dan intelektualnya juga terhambat.Jika anak menjadi orang tua ,kelak
akan menjadi orang tua yang sering menghukum anaknya. (Gordon & Gordon dalam
strommen,1983).
            Dengan demikian ,orang tua maupun guru harus menghukum anak-anak didiknya
maka mereka harus berhati-hati agar dampak negative tidak terjadi pada diri anak.Untuk anak
usia sekolah lebih baik dan lebih efektif jika disertai dengan pemberian alasan mengapa
orang tua/guru menghukum anak.Jika hukuman orang tua/guru ditinjau dari sudut pandang
anak tanpa alasan yang spesifik mak anak tidak akan memahami hubumgan antara apa yang
telah dilakukan dengan hukuman yang diperoleh atau anak juga tidak paham mengapa
tingkah lakunya tidak diterima.Misalnya ,mengatakan pada anak bahwa ia dihukum karena
kamu “jelek/buruk”,justru akan membuat anak memiliki konsep diri/gambaran diri yang
buruk.
            Secara singkat dapat dikatakan hukuman dapat merusak diri anak tergantung dari
pandangan orang tua /keluarga terhadap sudut  pandang anak mengenai hukuman yang
diterimanya.Jika orang tua digambarkan anak sebagai sosok yang penuh kasih sayang dan
perhatian pada anak maka pemberian hukuman dirasakan sebagai suatu kenyataan yang tidak
menyenangkan dalam kehidupan anak ,dan bukan sebagai sesuatu yang kejam dan penolakan.
            Pemberian penghargaan pun sama dengan hukumannya ,yaitu memotivasi anak untuk
mengulang perilaku yang baik yang dapat diterima oleh lingkungannya.Dengan
demikian ,anak akan lebih mudah menyesuaikan diri.Oleh karena itu fungsi penghargaan
adalah :
1)        Nilai mendidik karena pemberian penghargaan menunjukkan bahwa tingkah   laku
anak adalah yang sesauai dengan apa yang diharapkan lingkungannya.
2)        Motivasi,agar tingkah laku yang diterima di ulang kembali
3)        Penguat ,untuk tingkah laku yang diterima secara sosial
       Bentuk penghargaan berbentuk nonverbal’seperti senyuman,pelukan,sedangkan
berbentuk verbal,seperti melalui ungkapan rasa puas atau menghargai usaha anak.Selain
itu,tidak jarang pula yang memberikan penghargaan dalam bentuk pemberian
hadiah.Pemberian penghargaan hendaknya bervariasi sehingga anak tidak selalu
mengharapkan hadiah.

 ARTI AGAMA BAGI ANAK USIA SEKOLAH


            Salah satu hal umum yang diminati anak adalah agama Tak dapat disangkal bahwa
perasaan keagamaan termasuk perasaan yang luhur dalam jiwa seseorang. Perasaan
keagamaan menggerakkan hati seseorang agar ia lebih banyak melakukan perbuatan yang
baik. Oleh kaerna itu,perlu memperkenalkan agama sejak dini pada anak-anak.
            Anak mempunyai keyakinan beragama,yang diperoleh dari lingkungan rumah
ataupun sekolahnya misalnya anak-anak diajarkan memikirkan tuhan sebagai seseorang yang
akan marah jika anak-anak berbuat kesalahan dan akan menghukumnya untuk dosa yang
dilakukan.Dilain pihak ,berbagai perayaan keagamaan dilingkungan rumah atau sekolah juga
diperkenalkan pada anak,misalnya bersalam-salamn untuk saling memaafkan setiap hari
puasa,memperkenalkan pada anak mengenai hari besar ,seperti idul
fitri.natal.nyepi,waisak,juga memperkenalkan pada anak mengenai berbagai
tempat  ibadah.Melalui pelajaran agama dan PPKn anak SD dapat lebih memahami arti
agama.
            Dengan mengenal konsep keagamaan ,anak akan menghindari perbuatan buruk dan
meningkatkan perbuatan baik.anak akan mempunyai keyakinan bahwa dengan berbuat baik
ia akan masuk surga. demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini anak berpikir tentang konsep
tuhan ,surga,neraka,malaikat ataupun dosa.Pada anak SD umumnya akan
mempertanyakan  mengenai nilai dari ketaatan beragama seperti berdoa atau
sembahyang,yang kemudian akan meningkat pada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan keyakinan beragama ,seperti surge atau neraka.
            Dari kegiatan pembelajaran ini kita mendapatkan gambaran mengenai perkembangan
moral anak usia SD,mulai dari penanaman disiplin pada anak,bagaimana pemberian hukuman
dan penghargaan pada anak.Berkaitan dengan moral memang tidak bias dilepaskan dari
bagaimana arti agama bagi anak usia SD,Oleh karena pemahaman anak tentang agama tentu
berbeda dengan pemahaman orang dewasa tentang agama.
BAB III

 KESIMPULAN
            Pada pembahsan ini telah dijelaskan tentang perkembangan moral dan sosial
pada anak usia Sekolah Dasar.Pertama sekali anak belajar mengikuti aturan-aturan
yang ada tanpa tahu alasan mengapa harus mengikuti aturan-0aturan tersebut.Dalam
mempelajari moral,ada 4 elemen penting,yaitu peran hukum ,tata karma dan
aturan ,peran kata hati,peran perasaan malu serta peran interaksi sosial.Keempat
elemen ini penting dalam perkembangan moral; seorang anak. Perkembangan moral
tidak bias dilepaskan dari lingkungan.Ketika kecil lingkungan keluargalah yang
berperan,namun begitu memasuki usia sekolah konsep moral mulai berkembang,anak
mengikuti aturan-aturan yang ada disertai adanya alasan-alasan tertentu.Misalnya,agar
disukai teman sebaya atau orang disekelililngnya anak mengikuti aturan-aturan yang
diharapkan lingkungannya.
            Dalam perkembangan moral,disiplin mempunyai peran penting.Melalui
disiplin anak beljar berperilaku sesuai dengan kelompok sosialnya.anak pun belajar
perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dalm masyarakat.Dalm
menanamkan disiplin ,hukuman dan penghargaan mempunyai andil.Hukuman akan
diberikan jika terjadi pelanggaran disiplin,anak pun belajr memahami mengapa
perilakunya salah dan anak tidak akan mengulangi perilaku tersebut.Demikian pula
dengan penghargaan ,adanya penghargaan anak akan belajar mengulangi perilaku
yang diterima lingkungannya.pemberian hukuman dan penghargaan atau penanaman
disiplin haruslah secara konsisten.

 Saran
Sejak dini, anak-anak harus diberikan pelatihan untuk mengembangkan moralnya agar
menjadi pribadi yang baik. Olehnya itu, diperlukan peran dari berbagai pihak untuk
membuat moral anak tersebut menjadi bagus.

Daftar Pustaka
 Lestari Hera. Dkk. 2002. Pendidikan Anak SD. Penerbit Universitas Terbuka
 Hurlock, Elizabeth B. 1993. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta: ErlanggaSyah, Muhibbin. 2010.Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset
 wwwpengertian%20Moral%20Menurut%20para%20Ahli %20%20%20Pengertian
%20Ahli.htm
 www.tahap%20perkembangan%20moral%20Kohlberg%20-%20Wikipedia
%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas

Anda mungkin juga menyukai