Dosen Pengampu :
Muhammad Ali Imron, M.Pd
Disusun oleh :
Ultira Dwi Rahayu (22042811124)
Listiani (22042811057)
Dhea Syafitri (22042811019)
Putri Ayu (2204811084)
Thomas (22042811120)
Gunawan (22042811039)
KELAS PGSD D
PROGRAM STUDI PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERANGIN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Muhammad Ali Imron, M.Pd
sebagai dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................
BAB I
1. Pembahasan .........................................................................................
BAB III
1. Kesimpulan .........................................................................................
2. Saran ....................................................................................................
3. Daftar Pustaka .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang merekajalani
baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa :yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah
suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, namun
mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam
bentuknya yang hakiki
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh
dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang.
Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan
kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi
inifaktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersbut
merupakanproses sosialisai yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara
aktifmelakukan proses sosialisasi
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah di dalam
makalah ini adalah
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahap ini, akibat-akibat fisik pada perubahan menentukan baik buruknya tanpa
menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata
menghidari hukuman dan tunduk pada kekuasaan tanpa mempersoalkannya.
Pada tahap ini, perbuatan dianggap benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau
alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang
lain. Hubungan antarmanusia diipandang seperti huubungan di pasar yang berorientasi
pada untung-rugi.
b. Tingkat Konvensional
Tingkat konvensional atau konvensional awal adalah aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan
moral dipatuhi atas dasar menuruti harapan keluarga, kelompok, atau masyarakat.
Tingkat konvensional memiliki dua tahap, yaitu:
Begitu anak memasuki usia remajadan menjadi anggota suatu kelompok, anak
dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan kebiasaan kelompoknya. Tingkah laku yang
sesuai dengan aturan tidak hanya sesuai dengan dasar-dasar yang ditetapkan secara sosial
tetapi juga perlu diikuti secara suka rela. Hal ini terjadi pada otoritas eksternal maupun
internal. Dalam perkembangan moral kelak anak-anak harus belajar mana yang benar dan
mana yang salah. Kemudian, begitu anak bertambah besar, ia harus tahu alasan mengapa
sesuatu dianggap benar sementara yang lain tidak. Dengan demikian, anak perlu dilibatkan
dalam aktivitas kelompok, tetapi yang terpenting tetap perlu mengembangkan harapan
melakukan mana yang baik dan mana yang buruk.
Menurut Piaget, antara usia lima dan dua belas tahun konsep anak mengenai keadilan
sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar dan salah, yang dipelajari dari
orang tua, menjadi berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di
sekitar pelanggaran moral. Jadi, menurut piaget relativitasme moral menggantikan moral
yang kaku. Misalnya bagi anak lima tahun, berbohong selalu buruk, sedangkan anak yang
lebih sadar bahwa dalam bebarapa situasi, berbohong dibenarkan, dan oleh karena itu,
berbohong tidak selalu buruk.
Kohlberg memperluas teori Piaget dan menamakan tingkat kedua dari perkembangan
moral moral akhir masa kanak-kanak sebagai tingkat moralitas konvensional atau moralitas
dari aturan-aturan dan penyesuaian konvensional. Dalam tahap pertama dari tingkat ini oleh
Kohlberg disebutkan moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati
orang laindan untuk mempertahankan hubungan-hubunganyang baik. Dalam tahap kedua,
kohlberg mengatakan bahwa kalau kelompok sosial menerima peraturan-peraturan yang
sesuai bagi semua anggota kelompok, ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk
menghindari penolakan kelompok dan celaan.
Hurlock (1978) mengemukakan dalam mempelajari sikap moral, terdapat empat pokok
utama:
1) Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya
sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan.
Elemen pertama yang penting dalam belajar menjadi individu yang bermoral adalah
belajar apa yang diharpkan kelompok. Dalam setiap kelompok sosial beberapa perilaku
yang dianggap benar atau salah karena berkaitan dengan kesejahteraan anggota
kelompoknya.
Ketika masa kanak-kanak, anak tidat terlalu dituntut untuk tunduk pada hukum dan
kebiasaan sebagaimana yang diharapkan pada anak yang lebih besar. Setelah memasuki
usia sekolah, anak mulai diajarkan sedikit demi sedikit hukum yang berlaku di
lingkungannya. Misalnya menunjukkan sopan santun pada orang yang lebih tua.disekolah
mereka belajar dan patuh pada aturan sekolah begitu pula bermain dengan teman sebaya.
Secara perlahan, anak belajar aturan yang dibentuk oleh berbagai kelompok yang
berbeda, seperti dirumah, sekolah, dan lingkungan rumah/tetangga. Hal ini membentuk
dasar dari pengetahuan mengenai apa yang diharapkan oleh kelompok yang berbeda.
Mereka juga belajar bahwa mereka diharapkan untuk taat pada aturan dan jika melanggar
akan mendapat hukuman atau kurangnya penerimaan sosial. Dengan demikian aturan
merupakan pedoman bagi perilaku anak dan sebagai sumber dari motivasi untuk taat pada
harapan sosial sebagaimana hukum dan adat kebiasaan bagi para remaja dan orang
dewasa.
2) Menegmbangkan Hati Nurani
Kata hati merupakan kontrol internal (dalam diri) terhadap tingkah laku seseorang. Tidak
ada anak yang lahir dengan kata hati tertentu dan setiap anak tidak hanya belajar mengenai
apa yang benar dan apa yang salah, tetapi anak harus menggunakan kata hatinya sebagai
kontrol terhadap tingkah lakunya. Hal ini merupakan salah satu tugas perkembangan yang
penting di masa anak usia sekolah. Kata hati merupakan sesuatu yang kompleks bagi
anak-anak. Oleh karena itu, pada awalnya tingkah laku mereka lebih banyak dikontrol
oleh lingkungan. Terjadi pergantian yang perlahan-lahan dari lingkungan ke kontrol yang
sudah terinternalisasi, pada saat itulah transisi sudah lebih lengkap.
3) Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilaku individu
tidak sesuai dengan harapan kelompok.
Setelah anak mengembangkan kata hati maka kata hati akan diperrgunakan sebagai
pedoman bagi tingkah laku mereka. Jika tingkah laku mereka tidak sesuai dengan apa
yang telah ditetapkan oleh kata hatinya maka mereka akan merasa bersalah, malu atau
keduanya.
Dalam perilaku bermoral, rasa bersalah perlu ada. Seseorang harus taat pada kebiasaan
atau tata krama dari kelompok melalui standar pengarahan dalam diri. Ausabel(dalam
Hurlock), 1978) mengemukakan bahwa rasa bersalah merupakan mekanisme psikologis
yang penting, dimana perilaku seseorang menjadi sesuai dengan kebudayaannya. Rasa
bersalah juga merupakan alat yang penting bagi kelangsungan hidup budaya karena
memungkinkan individu untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral masyarakat.
Jika anak tidak merasa bersalah, anak akan menjadi tidak termotivasi untuk belajar apa
yang diharapkan kelompok pada dirinya.
4) Mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial untuk belajar apa saja yang
diharapkan anggota kelompok.
Interaksi sosial memegang peran penting dalam perkembangan moral anak karena dapat
memberikan dasar-dasar dari tingkah laku yang diterima masyarakat,memberikan motivasi
melalui apa yang diterima
PENGERTIAN DISIPLIN
Kita semua mungkin anda pun sebagai guru menyadari pentingnya disiplin dalam
perkembangan dan penanaman moral anak.Konsep umum dari disipin disamakan dengan
hukuman.Konsep ini menyatakan bahwa disiplin digunakan jika anak melanggar aturan-
aturan yang ditetapkan oleh orang tua,guru,ataupun orang dewasa lainnya.Disiplin
merupakan cara masyarakat mengajarkan anak berperilaku moral yang diterima oleh
masyarakatnya.Tujuan dari disiplin adalah membentuk perilaku yang sesuai dengan
kelompok sosialnya.Walaupun demikian,ada orang tua yang takut bahwa dengan
menerapkan disiplin akan menimbulkan masalah dalam hubungan dengan anak-anaknya.Oleh
karena itu .ada konsep yang bertentangan tentang disiplin itu sendiri.Konsep yang
memandang disiplin sebagai konsep negative,berarti sama dengan hukuman.Sedangkan
konsep positif sama dengan adanya pendidikan ,bimbingan dalam menerapkan disiplin diri
dan kontrol diri.
Disamping itu ,hal-hal yang penting dari disiplin untuk anak usia SD adalah (Hurlock,1980)
berikut ini :
1.Alat untuk Membentuk Moral
Pengajaran baik dan buruk perlu ditekankan pada alasan mengapa pola tingkah
laku diterima sementara yang lain tidak,dan penjelasan langsung perlu untuk membantu
anak memilkii konsep yang lebih luas.
2.Penghargaan
Penghargaan memiliki nilai pendidikan yang kuat bagi anak jika anak bertingkah
laku benar dan dapat memotivasi anak untuk mengulang kembali tingkah laku yang
diharapkan.Dengan demikian ,penghargaan merupakan hal yang efektif maka pemberian
penghargaan juga harus tepat disesuaikan dengan usia anak dan tingkat perkembangannya.
3.Hukuman
Sebagaimana penghargaan ,hukuman perlu dikembangkan secara tepat .Hukuman
dapat memotivasi anak agar taat pada harapan sosialdikemudian hari.
4.Konsistensi
Disiplin yang baik adalah disiplin yang diberikan secara konsisten .Apa yang benar
saat ini juga benar disaat yang lain.Tingkah laku yang salah jika diulang ,perlu mendapat
penghargaan yang sama pula.
Dengan demikian,dapt disimpulkan bahwa dalm menerapkan disiplin,hendaknya
disesuaikan dengan perkembangan anak.Seorang anak akan cocok pada suatu
disiplin,tetapi anak yang lain tidak sesuai.Pemberian disiplin tergantung pada dimana
biasanya muncul permasalahan.Oleh karena itu disiplin sebaiknya mulai diberikan dalam
hubungan dengan kegiatan rutin sehari-hari,seperti acara makan,tidur ataupun kebiasaan
belajar.
KESIMPULAN
Pada pembahsan ini telah dijelaskan tentang perkembangan moral dan sosial
pada anak usia Sekolah Dasar.Pertama sekali anak belajar mengikuti aturan-aturan
yang ada tanpa tahu alasan mengapa harus mengikuti aturan-0aturan tersebut.Dalam
mempelajari moral,ada 4 elemen penting,yaitu peran hukum ,tata karma dan
aturan ,peran kata hati,peran perasaan malu serta peran interaksi sosial.Keempat
elemen ini penting dalam perkembangan moral; seorang anak. Perkembangan moral
tidak bias dilepaskan dari lingkungan.Ketika kecil lingkungan keluargalah yang
berperan,namun begitu memasuki usia sekolah konsep moral mulai berkembang,anak
mengikuti aturan-aturan yang ada disertai adanya alasan-alasan tertentu.Misalnya,agar
disukai teman sebaya atau orang disekelililngnya anak mengikuti aturan-aturan yang
diharapkan lingkungannya.
Dalam perkembangan moral,disiplin mempunyai peran penting.Melalui
disiplin anak beljar berperilaku sesuai dengan kelompok sosialnya.anak pun belajar
perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dalm masyarakat.Dalm
menanamkan disiplin ,hukuman dan penghargaan mempunyai andil.Hukuman akan
diberikan jika terjadi pelanggaran disiplin,anak pun belajr memahami mengapa
perilakunya salah dan anak tidak akan mengulangi perilaku tersebut.Demikian pula
dengan penghargaan ,adanya penghargaan anak akan belajar mengulangi perilaku
yang diterima lingkungannya.pemberian hukuman dan penghargaan atau penanaman
disiplin haruslah secara konsisten.
Saran
Sejak dini, anak-anak harus diberikan pelatihan untuk mengembangkan moralnya agar
menjadi pribadi yang baik. Olehnya itu, diperlukan peran dari berbagai pihak untuk
membuat moral anak tersebut menjadi bagus.
Daftar Pustaka
Lestari Hera. Dkk. 2002. Pendidikan Anak SD. Penerbit Universitas Terbuka
Hurlock, Elizabeth B. 1993. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta: ErlanggaSyah, Muhibbin. 2010.Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset
wwwpengertian%20Moral%20Menurut%20para%20Ahli %20%20%20Pengertian
%20Ahli.htm
www.tahap%20perkembangan%20moral%20Kohlberg%20-%20Wikipedia
%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas