Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN SEJARAH BAHASA INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu :
Sri Utamingsih S.Pd, M.Pd

Disusun oleh :
Ultira Dwi Rahayu

KELAS PGSD D
PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERANGIN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Sri Utamingsih S.Pd, M.Pd
sebagai dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bangko , September 2022

Ultira dwi rahayu


DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................
BAB I
1. Latar belakang .....................................................................................
2. Rumusan Masalah ...............................................................................
3. Tujuan Penulisan .................................................................................
BAB II
1. Pembahasan .........................................................................................
 Sejarah bahasa Indonesia .................................................................
 Perkembangan sejarah bahasa indonesia .........................................
BAB III
1. Kesimpulan .........................................................................................
2. Saran ....................................................................................................
3. Daftar Pustaka .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada
orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya.
Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari
adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari.
Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat,
yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di
benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya,
belum tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya
dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana Sejarah Bahasa Indonesia ?
 Bagaimana Perkembangan Sejarah Bahasa Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan


 Untuk Mengetahui Sejarah Bahasa Indonesia
 Bagaimana Pekembangan Sejarah Bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan Pemuda dan berikrar
(1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia,
(2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,
(3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal
dengan nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa
bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun
1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa
nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada
tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945
disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam
Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain,
menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa
Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu
sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya
di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti
yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit
berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang
Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari
berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada
zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti
berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M
yang jugamenggunakan bahasa Melayu Kuno.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan,
yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai
bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan,
baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang
digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di
Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang
bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen
(Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel,
1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta.
Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca)
diKepulauan Nusantara,yaitu bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari
peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada
batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil
susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-
Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau,
antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa
Melayu tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin
berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai
di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak
budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa,
terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa
Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai
variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan
bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia,
yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia
dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan
majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional
sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan
masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah

Lalu dari mana Bahasa Indonesia berasal? Berdasarkan keputusan Kongres


Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa
berdasarkan sejarah, bahasa Indonesia mempunyai akar dari bahasa Melayu.
Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sudah
dipergunakan sebagai bahasa penghubung bukan hanya di Kepulauan
Nusantara, melainkan hampir di seluruh Asia Tenggara.

Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7.
Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka
tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang),
Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka
tahun 688 M (Jambi).

Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa


Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya. Di Jawa Tengah
(Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor
ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa
Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa
kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha.

Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa penghubung antarsuku di


Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan baik pedagang antar suku di
Nusantara maupun para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi
dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya,
antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-
louen. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan di Kepulauan
Nusantara, yaitu bahasa Melayu.

Bahasa Melayu sedari dulu telah digunakan sebagai lingua franca atau bahasa


perhubungan selama berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan tanah air
(Nusantara). Hal tersebut tidak terjadi pada bahasa Jawa, Sunda, atau pun
bahasa daerah lainnya.

Bahasa Melayu memiliki wilayah persebaran yang paling luas dan melampaui
batas-batas wilayah bahasa lain, meskipun penutur aslinya tidak sebanyak
penutur bahasa Jawa, Sunda, Madura, atau pun bahasa daerah lainnya.

Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa lainnya di Nusantara,


sehingga sudah tidak asing bagi sebagian besar masyarakat di tanah air.

Bahasa Melayu bersifat sederhana dan tidak mengenal tingkat-tingkat bahasa,


sehingga mudah dipelajari. Hal tersebut berbeda dengan bahasa Jawa, Sunda,
dan Madura yang mengenal tingkat-tingkat bahasa yang menjadikannya lebih
kompleks untuk dipelajari.

Bahasa Melayu mampu mengatasi perbedaan dan persoalan bahasa


antarpenutur dari berbagai daerah di Nusantara yang jumlahnya sangat banyak.
Pemilihan bahasa Melayu juga tidak menimbulkan perasaan kalah terhadap
golongan yang lebih kuat atau yang paling banyak.
Sejarah Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Lalu apa sebetulnya kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia di negeri ini
setelah menilik sejarahnya? Pertama-tama, kita pastikan arti dan maksud dari
kedudukan dan fungsi terlebih dahulu dalam kaitannya dengan bahasa
Indonesia.
Kedudukan diartikan sebagai status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai
budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial bahasa yang bersangkutan.
Sedangkan fungsi adalah nilai pemakaian bahasa yang dirumuskan sebagai
tugas pemakaian bahasa itu dalam kedudukan yang diberikan kepadanya.
Pertama, Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional dan
sebagai bahasa negara. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dimiliki sejak diikrarkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Kedua, Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa negara dimiliki
sejak diresmikan oleh Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945). Dalam
UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 tercantum ”Bahasa negara ialah Bahasa
Indonesia”
2. Perkembangan Bahasa Indonesia

 tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-


buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman
Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai
Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti
Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam,
penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran
bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
 Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia
dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad,
seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
 Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan
agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.
 Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan
dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana.
 Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa
Indonesia.
 Tanggal 25–28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I
di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh
cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
 Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945,
yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara.
 Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai
pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
 Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad
bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia
yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa
negara.
 Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia,
meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan
pula dengan Keputusan Presiden №57 tahun 1972.
 Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di
seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
 Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka
memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun
1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
 Tanggal 21–26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka
memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya
disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus
lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara
Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
dapat tercapai semaksimal mungkin.
 Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh
ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari
negara sahabat seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia.
Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di
Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia.
 Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari
Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei
Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura,
Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi
Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-
Undang Bahasa Indonesia.
 Tanggal 26–30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia
VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya
Badan Pertimbangan Bahasa.

 Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari


peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan
pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun
hasil susastra pada abad ke-16 dan abad ke-17 seperti Syair Hamzah
Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan
Bustanussalatin.

 Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan


menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan
antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan
karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu
dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan
bertambah kukuh keberadaannya.
 Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam
pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu
menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta,
bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun
dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.

 Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan


mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan
secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia sesuai isi
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.

 Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah


mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Bahasa Indonesia pun dipakai oleh
berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun
daerah. Meskipun bahasa dari daerah masing-masing masih dipakai,
namun untuk mempersatukan bangsa, masyarakat Indonesia antar suku
menggunakan bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari.

BAB III
PENUTUP

 KESIMPULAN

 Dapat disimpullkan dari makalah ini, bahwa bahasa Indonesia berasal dari
bahasa melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu (bahasa
Indonesia) karena :
 Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdangangan.
 Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa
melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
 Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional
 Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

 SARAN
Sebagaimana yang kita ketahui bahasa Indonesia sumbernya adalah bahasa
melayu. Sebagai bangsa yang besar selayaknyalah kita menghargai nilai-
nilai sejarah tersebut dengan tetap menghormati bahasa melayu.
Disamping itu alangkah baiknya apabila kita menggunakan bahasa
indonesia secara baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

 http://ingridelvina.blog.uns.ac.id/2014/09/14/makalah-sejarah-
perkembangan-bahasa-indonesia/
 http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627/
Sekilas%20Tentang%20Sejarah%20Bahasa%20Indonesia
 https://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-
pengertian-bahasa-menurut-para-ahli/
 https://travel.detik.com/travel-news/d-5189304/sejarah-bahasa-indonesia-
singkat-yang-wajib-diketahui

Anda mungkin juga menyukai