Anda di halaman 1dari 16

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Makalah ini Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa


Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. La Ode Sahidin, S.Pd.,M.Hum
Disusun Oleh
Nama: Nurdin
Nim: C1E123098
Program Studi Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “BAHASA INDONESIA”. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah BAHASA INDONESIA di
program studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial pada Universitas Halu Oleo
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan
dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 01 Oktober 2023

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman Judul ...................................................................................................i

Kata Pengantar ..................................................................................................ii

Daftar Isi ............................................................................................................iii

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................1

Bab 2 Pembahasan.............................................................................................5

Bab 3 Penutup ...................................................................................................15

Daftar Pustaka ...................................................................................................16

iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah
mencapai perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah
pemakainya, maupun dari segi tata bahasa dan kosa kata serta maknanya.
Sekarang Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa modern yang digunakan
dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia tetapi juga di banyak
negara. Bahkan keberhasilan bangsa Indonesia dalam mengajarkan
Bahasa Indonesia kepada generasi muda dicatat sebagai prestasi dari segi
peningkatan komunikasi antara warga Negara Indonesia. Mahasiswa
peserta kuliah perlu disadarkan akan kenyataan ini dan ditimbulkan
kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita. Mahasiswa yang
berkepribadian baik adalah mahasiswa yang menghargai sejarah
perkembangan Bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah bahasa Indonesia ?
2. Bagaimana kedudukan bahasa Indonesia ?
3. Apa fungsi bahasa Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat menjelaskan tentang bagaimana sejarah lahirnya bahasa
Indonesia.
2. Dapat mengetahui kedudukan bahasa Indonesia.
3. Dapat menjelaskan tentang fungsi bahasa Indonesia.

BAB 2 PEMBAHASAN

4
A. Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu termasuk rumpun bahasa


Austronesia yang telah digunakan sebagai lingua franca di nusantara sejak
abadabad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya.
Bentuk bahasa sehari-hari ini sering di namai dengan istilah Melayu pasar. Jenis
ini sangat lentur sebab sangat mudah di mengerti dan ekspresif, dengan toleransi
kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai
bahasa yang di gunakan para penggunanya.
Selain Melayu pasar terdapat pula istilah Melayu tinggi. Pada masa lalu
bahasa Melayu tinggi digunakan kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatra,
Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat
halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif bahasa Melayu pasar. Pemerintah
kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu pasar mengancam
keberadaan bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan
mempromosikan bahasa Melayu tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya
sastra dalam bahasa Melayu tinggi oleh balai pustaka. Tetapi bahasa Melayu
pasar sudah terlanjur di ambil oleh banyak pedagang yang melewati Indonesia.
Penamaan istilah “bahasa Melayu” telah di lakukan pada masa sekitar 683-686
M. Yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu
kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasati ini di tulis dengan aksara
Pallawa atas perintah raja Kerajaan Sriwijaya, kerajaan Maritim yang berjaya
pada abad ke-7 dan ke-8. Wangsa Sailendra juga meninggalkan beberapa
prasasti Melayu kuno di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang di
temukan di dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan
Sriwijaya.
Awal penamaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928. Di sana, pada Kongres
Nasional Kedua di Jakarta, di canangkanlah penggunaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa untuk negera Indonesia pasca-kemerdekaan. Soekarno tidak
memilih bahasanya sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada
saat itu), namun beliau memilih bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari
bahasa Melayu yang di tuturkan di Riau.
Bahasa Melayu Riau di pilih sebagai bahasa persatuan negara Republik
Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Jika bahasa Jawa di gunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di Republik
Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan puak (golongan)

5
mayoritas di Republik Indonesia.
2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar di pelajari di bandingkan dengan bahasa
Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang digunakan
untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun pangkat. Bila
pengguna kurang memahami budaya Jawa, ia dapat menimbulkan kesan negatif
yang lebih besar.
3. Bahasa Melayu Riau yang di pilih, dan bukan bahasa Melayu Pontianak,
Banjarmasin, Samarinda, Maluku, Jakarta (Betawi), ataupun Kutai, dengan
pertimbangan: Pertama, suku Melayu berasal dari Riau, Sultan Malaka yang
terakhir pun lari ke Riau selepas malaka direbut oleh
Portugis. Kedua, sebagai lingua franca, bahasa Melayu Riau yang paling sedikit
terkena pengaruh misalnya dari bahasa Tionghoa Hokkien, Tio Ciu, Ke,
ataupun dari bahasa lainnya.
4. Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia.
Pada 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia yaitu Malaysia,
Brunei, dan Singapura. Pada saat itu, dengan menggunakan bahasa Melayu
sebagai bahasa persatuan, diharapkan di negara-negara kawasan seperti
Malaysia, Brunei, dan Singapura biasa di tumbuhkan semangat patriotic dan
nasionalisme negara-negara jiran di Asia Tenggara.
Dengan memilih bahas Melayu Riau, para pejuang kemerdekaan
bersatu seperti pada masa Islam berkembang di Indonesia, namun kali ini
dengan tujuan persatuan dan kebangsaan. Bahasa Indonesia yang telah dipilih
ini kemudian distandarnisasi (dibakukan) lagi dengan nahwu (tata bahasa), dan
kamus baku juga diciptakan. Hal ini telah dilakukan pada zaman penjajahan
Jepang.
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, antara lain
menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa
Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman
dahulu sudah digunakan sebagai bahasa perhubungan yang lingua franca bukan
hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia
Tenggara. Bahasa Melayu mulai diapakai di kawasan Asia Tenggara sejak Abad
ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di
Kedukan Bukit, berangka 683 M. (Palembang); Talang Tuwo, berangka 684 M.
(Palembang); Kota Kapur, berangka 686 M. (Bangka Barat); dan Karang Brahi,
berangka 688 M. (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa
Melayu kuno. Bahasa Melayu kuno itu tidak hanya dipakai pada zaman
Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka

6
tahun 832 M. dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M. yang
juga menggunakan bahasa Melayu Kuno.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa
kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Buddha. Bahasa Melayu juga
dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa
perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai
bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang di luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Buddha,
Sriwijaya antara lain, menyataka bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama
Koen-luen (I-Tsing, 63: 159), Kou-luen (I-Tsing, 183), Koen-luen
(Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971: 1089), Kun’lun (Parnikel,
1977:91), Kun ‘lun (Prentice, 1078:190, yang berdampingan denga sangsakerta
yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di
kepulauna Nusantara, yaitu bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas
dari peniggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu tertulis seperti tulisan
pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka 1380 M. Maupun hasil
susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-
raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu
menyebar kepelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di
wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara
sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa,
dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa
Melayu dipakai dimana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang
dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di
wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya
daerah. Bahasa melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari
bahasa Sangsakerta, Persia, Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu
pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai fariasi dan dialeg.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan Bangsa Indonesia.
Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan
bahasa Melayu. Pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadara mengangkat bahasa Melayu menjadi Bahasa
Indonesia, yang menjadi bahas persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.
(Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Peristiwa-peristiwa penting berkaitan dengan perkembangan bahasa

7
Indonesia diantranya:
1. Pada 1901, disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu ole Ch.A. Van
Ophuijsen dan dimuat dalam kitab logat Melayu.
2. Pada 1908, pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku
bacaan yang diberi nama Commissie Voor de Volkslectuur (Taman bacaan
rakyat) yang kemudian pada 1917 ia diubah menjadi balai pustaka. Balai itu
menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-
buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak
sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
3. Pada 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentuka dalam
perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda pilihan
memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan
bahasa Indonesia.
4. Pada 1933, Secara resmi berdirilah sebuah angkatan sastrawan muda yang
menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipinpim oleh Sultan Takdir
Alisyabanah dan kawan-kawan.
5. Pada tarikh 25-28 Juni 1938, dilangsungkanlah kongres bahasa Indonesia
di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan
secara sadar oleh Cendikiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
6. 1945 ditanda tanganilah Undang Undang Dasar RI 1945, yang salah
satu pasalnya (pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara.
7. Pada 19 Maret 1947, diresmikan penggunaan ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku
sebelumnya.
8. Kongres bahasa Indonesia II de Medan pada Tarikh 28 Oktober – 22
November 1954 juga salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia
untuk terus menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat
sebagai bahasa Kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa Negara.
9. Pada tanggal 16 Agustus 1972, H.M. Soeharto, Presiden Republik
Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesi Yang
Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang
DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972.
10. Pada 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan
menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi

8
berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
11. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada 28
Oktober-2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi
kehidupan bangsa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka
memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak
1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia.
12. Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tarikh
21 Oktober – 2 November 1983. Ia di selenggarakan dalam rangka
memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam rangka
putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di
dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada
semua warga Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
13. Kongres Bahasa Indonesia V diselenggarakan di Jakarta pada tarikh 28
Oktober – 3 November 1988. Ia dihadiri oleh kira-kira 700 pakar
bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara (sebutan bagi negara
Indonesia) dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia.
Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pecinta bahasa di
Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia.
14. Kongres Bahasa Indonesia VI diselenggarakan di Jakarta pada tarikh
28 Oktober – 2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar
bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari manca negara meliputi
Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia,
Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia,
serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
15. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia,
Jakarta pada 26 – 30 Oktober 1998. Kongres itu mengusulkan
dibentuknya badan pertimbangan bahasa dengan ketentuan sebagai
berikut ;

9
a. Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar
yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra.
b. Tugasnya memberikan nasihat kepada pusat pembinaan dan
perkembangan bahasa serta mengupayakan peningkatan
status kelembagaan pusat pembinaan dan pengembangan
bahasa.
16. Kongres Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di Jakarta pada 14-17
Oktober 2003.
17. Kongres IX Bahasa Indonesia. Kongres ini akan membahas tiga
persoalan utama :
a. Bahasa Indonesia
b. Bahasa daerah
c. Penggunaan bahasa Asing
Tempat Kongres di Jakarta, pada 28 Oktober-1 November 2008 di
Hotel Bumi Karsa, Kompleks Bidakara, Jalan M. T. Haryono, Jakarta
Selatan. Secara umum, Kongres IX bahasa Indonesia ini bertujuan
meningkatkan peran bahasa dan sastra Indonesia dalam mewujudkan
Indonesia cerdas, kompetitif menuju Indonesia yang bermartabat,
berkepribadian, dan berperadaban unggul.
B. Kedudukan Bahasa Indonesia
1. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional ditetapkan melalui
ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 yang berbunyi sebagai
berikut:
“Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah Air Indonesia.
Mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.”
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
a. Lambang kebanggaan nasional
b. Lambang identitas nasional
c. Alat pemersatu berbagai suku bangsa
d. Alat perhubungan antar daerah dan antar budaya

10
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia
mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan.
Bangsa indonesia harus merasa bangga karena adanya bahasa indonesia yang
dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda. Atas dasar kebanggaan
inilah, bahasa indonesia terpelihara dan berkembang serta rasa kebanggaan
memakainya senantiasa terbina. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa
indonesia kita junjung tinggi di samping bendera dan lambang negara itu. Untuk
membangun kepercayaan diri yang kuat, sebuah bangsa memerlukan identitas,
diantaranya dapat diwujudkan melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah
bahasa yang dapat mengatasi berbagai bahasa dan suku bangsa yang berbeda
dapat mengidentikkan diri sebagai suatu bangsa melalui bahasa tersebut.
Berkat adanya bahasa Nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang
lainnya sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan
latar belakang budaya dan bahasa dapat terhindarkan. Kalau tidak ada sebuah
bahasa, seperti bahasa Indonesia yang bisa menyatukan suku-suku bangsa yang
berbeda, akan banyak muncul masalah perpecahan bangsa, dan kita dapat
bepergian keseluruh pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia
sebagai satusatunya alat komunikasi.
Sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar budaya, bahasa
Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa yang berbeda itu mencapai
keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan
identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta bahasa
daerah yang bersangkutan. Dengan demikian, kita dapat meletakkan
kepentingan nasional diatas kepentingan daerah (kesukuan) atau golongan.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dengan masih
digunakannya bahasa Indonesia sampai sekarang. Contohnya saja India,
Malaysia,dan lain-lain yang harus bisa menggunakan bahasa Inggris juga dalam
berbagai media komunikasi misalnya saja buku, koran, acara pertelevisian,
website, dan lain-lain. Bahasa nasional juga sebagai alat pemersatu bangsa yang
berbeda suku, agama, ras, adat istiadat, dan budaya.
2. Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara
Bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa negara pada tanggal 18
Agustus 1945 dalam Undang-Undang Dasar 1945, BAB XV, pasal 36. Sebagai
bahasa negara bahasa Indonesia berfungsi:
a. Bahasa resmi kenegaraan, yang mana digunakannya bahasa Indonesia
dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah
bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan

11
kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
b. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, dengan pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan dari taman
kanak-kanak, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga
harus berbahasa Indonesia. Cara ini akan sangat membantu dalam
meningkatkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu
pengeyahuan dan teknologi (IPTEK).
c. Alat perhubungan di tingkat nasional, dibuktikan dengan digunakannya
bahasa Indonesia dalam hubungan antarbadan pemerintah dan
penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu
hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media
komunikasi massa. Tujuan agar isi atau pesan yang disampaikan dapat
dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.
d. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Dibuktikan dengan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, baik
melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah
ilmiyah, maupun media cetak lainnya.
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai untuk
urusanurusan kenegaraan. Dalam hal ini, pidato-pidato resmi, dokumen, dan
surat resmi harus ditulis dalam bahasa Indonesia. Upacara-upacara kenegaraan
juga dilangsungkan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa
Indonesia dalam acara-acra kenegeraan sesuai dengan UUD 1945 mutlak
dilakukan. Sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, bahasa Indonesia
merupakan satu-satunya bahasa yang dapat memenuhi kebutuhan akan bahasa
yang seragam dalam pendidikan di Indonesia. Bahasa Indonesi merupakan
bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi, kecuali di daerah-daerah yang menggunakan bahasa
daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan
dasar. Sebagai Alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan
pembangunan dan pemerintahan, bahasa indonesia dipakai bukan saja sebagai
alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan
saja sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku, melainkan juga
sebagai alat perhubungan dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial
budaya dan bahasanya. Kalau ada lebih dari satu bahasa yang digunakan
sebagai alat perhubungan, keefektifan pembangunan dan pemerintahan akan
terganggu karena akan diperlukan waktu yang lebih lama dalam berkomunikasi.
Bahasa indonesia dapat mengatasi hambatan ini. Sebagai alat pengembangan

12
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi bahasa Indonesia merupakan
satu-satunya bahasa di Indonesia yang memenuhi syarat untuk itu karena bahasa
Indonesia telah dikembangkan untuk keperluan tersebut dan bahasa ini
dimengerti oleh sebagian besar masyarakan Indonesia. Pada saat yang sama
pula bahasa Indonesia dipergunakan sebagai alat untuk menyataka nilai-nilai
sosial budaya nasional.
C. Fungsi Bahasa Indonesia
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai:
1. Lambang kebanggaan kebangsaan,
2. Lambang identitas nasional,
3. Alat perhubunganantarwarga, antardaerah, dan antarbudaya,
4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa
dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke
dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia
mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita.
Atas dasar kebangsaan ini, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan,
rasa kebanggaan memakainya senantiasa kita bina.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung di
samping bendera dan lambang negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini
bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia
serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat
memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya bersih dari
unsurunsur bahasa lain, terutama bahasa asing seperti bahasa Inggris, yang tidak
benarbenar diperlukan.
Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga sebagai bahasa nasional adalah
sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa.
Berkat adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain
sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar
belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Kita dapat
bepergian dari pelosok satu ke pelosok yang lain di tanah air kita dengan hanya
memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.
Fungsi Bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai
bahasa nasional adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya
penyatuan berbagai-bagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial
budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang

13
bulat. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-bagai
suku bangsa ini mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan
tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai
sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari
itu, dengan bahasa nasional itu kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh
diatas kepentingan daerah atau golongan.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai:
1. Bahasa resmi kenegaraan,
2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan,
3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,
4. Alat pengembangan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam
segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan. Termasuk dalam kegiatan-kegiatan itu adalah dokumen-
dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato
kenegaraan. Fungsinya yang kedua di dalam kedudukannya sebagai bahasa
Negara, bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di
seluruh Indonesia, kecuali di daerah-daerah, seperti Aceh, Batak, Sunda, Jawa,
Madura, Bali, dan Makassar yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai
bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
Fungsi yang ketiga didalam kedudukanya sebagai bahasa Negara,
bahasa Indonesia adalah sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk
kepentingan pelaksanaan pemerintah.di dalam hubungan dengan fungsi ini.
bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal balik antara
pemerintahan dan masyarakat luas,dan bukan saja sebagai alat perhubungan
antar daerah dan antar suku, melainkan sebagai alat perhubungan didalamnya
masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.

BAB 3 PENUTUP

14
A. Kesimpulan
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu termasuk rumpun bahasa
Austronesia yang telah di gunakan sebagai lingua franca di nusantara
sejak abadabad
awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya.
Kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional ditetapkan melalui
ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 . Dan kedudukan
bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1. Bahasa resmi kenegaraan,
2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan,
3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,
4. Alat pengembangan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Dan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1. Lambang kebanggaan nasional
2. Lambang identitas nasional
3. Alat pemersatu berbagai suku bangsa
4. Alat perhubungan antar daerah dan antar budaya
B. Saran
Dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di
lembaga
pendidikan dari taman kanak-kanak, maka materi pelajaran yang
berbentuk media
cetak juga harus berbahasa Indonesia.
Berkat adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang
lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan
latar
belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan.

DAFTAR PUSTAKA

15
DR. Alek & Prof. DR. H. Ahmad H.P. “Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi”. Jakarta: Kencana, 2011.
Http://Sejarah Bahasa Indonesia _ indoSastra.com.htm

https://nurulhidayatullahb.wordpress.com/2013/12/15/contoh-makalah-tentang-
sejarah-kedudukan-dan-fungsi-bahasa-indonesia/

16

Anda mungkin juga menyukai