Anda di halaman 1dari 12

Sejarah Lahirnya Bahasa Indonesia dan Perkembangan

Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:
1. Alfiah Sa’adah Istiqlaliyah (01020582226026)
2. Gibbran Alfatah (01020582226002)
3. Indah Puspita Sari (01020582226033)
4. Kayla Khairunnisa (01020582226035)

Universitas Sriwijaya
Fakultas Ekonomi
Program Studi Kesekretariatan 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan rahmat-Nya lah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “Sejarah Lahirnya Bahasa Indonesia dan
Perkembangan Bahasa Indonesia” ini dalam rangka pembelajaran mata kuliah
Bahasa Indonesia. Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari
kekurangan.

Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima
dengan senang hati demi perbaikan makalah ini. Tulisan ini dapat diselesaikan
berkat adanya kerja sama antar anggota dan sumber yang tersedia.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih atas sumber yang ada
selain itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen Bahasa Indonesia
yaitu, Bu Vitria Marsela yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengerjakan makalah ini. Semoga tulisan yang jauh dari sempuma ini ada
manfaatnya.
Palembang, 30 Januari 2023
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………………………………2
Daftar Isi………………………………………………………………………….3

Bab I Pendahuluan………………………………………………………………..4.
1.1Latar Belakang………………………………………………………………..4
1.2Rumusan Masalah…………………………………………………………….4
1.3Tujuan………………………………………………………………………...4

Bab II Pembahasan………………………………………………………………5
2.1 Bagaimana awal mula munculnya Bahasa indonesia?....................................5
2.2 Bagaimana proses disahkannya Bahasa Indonesia menjadi Bahasa nasional
bangsa Indonesia?..................................................................................................7
2.3 Bagaimana perkembangan ejaan Bahasa Indonesia?......................................7
2.4 Seperti apa peran, fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia dalam
pembangunan bangsa?..........................................................................................9

Bab III Kesimpulan…………………………………………………..11


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..11
3.2 Saran………………………………………………………………………….11

Daftar Pustaka……………………………………………………………………12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam setiap peradaban manusia, Bahasa selalu hadir ditengah-tengah kita. Bahasa dan
manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat dari
bagaimana Bahasa bertindak dan berperan sebagai media yang membantu kehidupan
sehari-hari. Sama halnya dengan Bahasa Indonesia, sejarah ejaan Bahasa Indonesia
diawali dengan ditetapkannya ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini menggunakan huruf latin
dan sistem ejaan Bahasa belanda yang dirancang oleh Charles A. Van Ophuijsen. Dalam
pelaksanaannya ia, mendapat bantuan dari Engku Nawawi dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim. Dengan adanya perubahan pada sistem ejaan, maka ejaan Bahasa melayu yang
pada awalnya menggunakan aksara Arab Melayu (abjad Jawi) berubah menjadi aksara
latin. Abjad Jawi adalah salah satu abjad pertama yang digunakan untuk menulis Bahasa
Melayu, dan digunakan sejak zaman kerajaan Samudera Pasai sampai Kesultanan
Malaka, Johor, Aceh serta Patani pada abad ke-17. Bukti dari penggunaan ini ditemukan
di Batu Bersurat Terengganu, Bertarikh 1303 Masehi (702 H). Penggunaan alfabet
Romawi pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-19. Abjad Jawi merupakan tulisan
resmi dari negeri-negeri Melayu tidak bersekutu pada zaman kolonialisme Britania.
Sebelum kemerdekaan, ejaan yang diberlakukan adalah Ejaan van Ophuijsen yang
diresmikan pada 190. Ejaan ini berlaku sampai dengan tahun 1947. Setelah kemerdekaan,
bahasa Indonesia mengalami enam kali perubahan ejaan, Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi (1947−1956), Ejaan Pembaharuan (1956−1961), Ejaan Melindo (1961−1967),
Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK) (1967−1972), Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) (1972−2015), dan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) (2015 sampai
sekarang)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana asal mula munculnya Bahasa Indonesia?
2. Bagaimana proses disahkannya Bahasa Indonesia menjadi Bahasa nasional
Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan ejaan Bahasa Indonesia?
4. Apa peran, fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa?

1.3Tujuan
Tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui asal mula munculnya Bahasa Indonesia.
2. Agar pembaca mengetahui bagaimana proses disahkannya Bahasa Indonesia
menjadi Bahasa nasional..
3. Mengetahui perkembangan ejaan Bahasa Indonesia.
4. Mengetahui dan memahami peran, fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia dalam
pembangunan bangsa.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal Mula Munculnya Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah Bahasa nasional bangsa Indonesia. Dari sudut pandang linguistik,
Bahasa Indonesia adalah sebuah variasi dari Bahasa melayu. Informasi dari seorang ahli sejarah
Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di
Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183),
K'ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw'enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun'lun (Parnikel, 1977:91),
K'un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen
adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.

Pada zaman Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 Masehi), bahasa Melayu (bahasa Melayu Kuno)
dipakai sebagai bahasa kenegaraan. Hal itu dapat diketahui, dari empat prasasti berusia
berdekatan yang ditemukan di Sumatra bagian selatan peninggalan kerajaan tersebut. Prasasti
tersebut diantaranya adalah prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang),
Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka
Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari
berbahasa Melayu Kuno. Pada saat itu, bahasa Melayu yang digunakan bercampur kata-kata
bahasa Sanskerta. Sebagai penguasa perdagangan, di Kepulauan Nusantara, para pedagangnya
membuat orang-orang yang berniaga terpaksa menggunakan bahasa Melayu walaupun dengan
cara kurang sempurna. Hal itu melahirkan berbagai varian lokal dan temporal pada bahasa
Melayu yang secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti. Penemuan
prasasti berbahasa Melayu Kuno di Jawa Tengah (berangka tahun abad ke-9) dan prasasti di
dekat Bogor (Prasasti Bogor) dari abad ke-10 menunjukkan penyebaran penggunaan bahasa itu
di Pulau Jawa. Penemuan keping tembaga Laguna di dekat Manila, Pulau Luzon, berangka tahun
900 Masehi juga menunjukkan keterkaitan wilayah tersebut dengan Sriwijaya. Pada abad ke-15
berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh
Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaanya terbatas di
kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Kemudian,
Malaka merupakan tempat bertemunya para nelayan dari berbagai negara dan mereka membuat
sebuah kota serta mengembangkan bahasa mereka sendiri dengan mengambil kata-kata yang
terbaik dari bahasa di sekitar daerah tersebut. Kota Malaka yang posisinya sangat
menguntungkan (strategis) menjadi bandar utama di kawasan Asia Tenggara. Bahasa Melayu
menjadi bahasa yang paling sopan dan paling tepat di kawasan timur jauh. Ejaan resmi bahasa
Melayu pertama kali disusun oleh Ch. A. van Ophuijsen yang dibantu oleh Moehammad Taib
Soetan Ibrahim dan Nawawi Soetan Ma’moer yang dimuat dalam kitab Logat Melayu pada
tahun 1801.
Selanjutnya, untuk sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat disoroti melalui zaman
Sriwijaya yang menggunakan bahasa Melayu untuk menjadi bahasa pembelajaran kebudayaan
dan hingga pada saat penyebaran agama Kristen oleh para pendeta-pendeta dan orang Belanda
pada saat masih berada di Indonesia. Bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa
Indonesia telah berkembang dengan sangat pesat di Indonesia, bahkan sebelum bahasa Indonesia
pertama kali resmi diumumkan pada sumpah pemuda. Bahasa Indonesia sejak dahulu telah
membentuk bangsa dan mempersatukan keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki
tingkat kemajemukan yang sangat tinggi. 
Bahasa pada dasarnya adalah media untuk berkomunikasi ternyata memiliki eksistensi yang
lebih lagi. Bahasa mencakup hampir seluruh lapisan masyarakat, bahkan kebudayaan itu sendiri.
Perkembangan bahasa Indonesia telah melalui sejarah yang cukup panjang, dapat dengan jelas
diketahui bahwa bahasa Indonesia telah menjadi begitu kuat hingga saat ini karena telah melalui
proses yang unik. Berawal dari bahasa Melayu, kontak dengan budaya asing yang kemudian
menggunakan bahasa Melayu dan menjadi bahasa yang akhirnya diganti dengan istilah bahasa
Indonesia pada tahun 1926. Bahasa Indonesia kemudian masuk ke dalam tiga kategori
perkembangan, yaitu:
1. Bahasa pemersatu
Bahasa Indonesia pada awalnya diikrarkan oleh para pemuda kembali pada tahun 1928 pada
tanggal 28 Oktober dalam sumpah pemuda yang berbunyi: 
“Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia Kami poetra
dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia”. Dengan sangat jelas
bahasa Indonesia pertama kali digunakan ataupun diikrarkan sebagai bahasa pemersatu pada
butir ketiga. Bahasa Indonesia kemudian mulai diterima oleh masyarakat Indonesia. Dengan
diterimanya bahasa Indonesia, secara harfiah bahasa ini menjadi bahasa pemersatu Indonesia.
Diterimanya bahasa Indonesia juga dapat tercermin dari diadakannya Kongres Bahasa Indonesia
(KBI) pada tanggal 25 sampai 28 Juni 1938 di Solo. 

2. Bahasa resmi negara.


Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi yang digunakan sejak ditetapkan dalam pasal 36 UUD
1945 pada tanggal 18 Agustus. Hal ini ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang membuat fase awal bahasa Indonesia sebagai bahasa
pemersatu menjadi bahasa resmi negara. Adapun pergantian ejaan dari ejaan Van Ophuijsen
(dari masa jajahan Belanda) menjadi ejaan Suwandi karena dianggap lebih menunjukan rasa
nasionalisme yang tinggi. 

3. Bahasa internasional.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional merupakan fase lanjutan dari dua fase yang ada.
Hal ini telah dicanangkan dan dilakukan terbukti dengan adanya Kongres Internasional IX
Bahasa Indonesia yang mengambil tempat di Jakarta pada tanggal 28 Oktober hingga 1
November 2018. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan juga ikut mendukung bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional, khususnya pasal 44 ayat 1. Salah satu bukti dari tindak lanjut untuk fase ini adalah
adanya tenaga dan buku-buku Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing. 

2.2 Proses disahkannya Bahasa Indonesia menjadi Bahasa nasional bangsa


Indonesia
Pada zaman penjajahan Belanda pada awal abad-20, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda
melihat pegawai pribumi memiliki kemampuan memahami bahasa Belanda yang sangat rendah.
Hal itu yang menyebabkan pemerintah kolonial Belanda ingin menggunakan bahasa Melayu
untuk mempermudah komunikasi, yakni dengan patokan bahasa Melayu Tinggi yang sudah
mempunyai kitab-kitab rujukan. Sarjana Belanda mulai membuat standarisasi bahasa, mereka
mulai menyebarkan bahasa Melayu yang mengadopsi ejaan Van Ophusijen dari Kitab Logat
Melayu.
Penyebaran bahasa Melayu secara lebih luas lagi dengan dibentuknya Commissie voor de
Volkslectuur (Komisi Bacaan Rakyat) pada tahun 1908. Pada 1917 namanya diganti menjadi
Balai Poestaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah
Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas. Pada 16 Juni 1927, saat sidang
Volksraad (Rapat Dewan Rakyat), Jahja Datoek Kajo pertama kalinya menggunakan bahasa
Indonesia dalam pidatonya. Di sinilah bahasa Indonesia mulai berkembang.
Pada 28 Oktober 1928, Muhammad Yamin mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional
dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai
"bahasa persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda. 5 Muhammad Yamin berkata, "Jika
mengacu pada masa depan Bahasa bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada
dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan, yaitu bahasa Jawa dan Melayu.
Namun, dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan
atau bahasa persatuan." Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan
dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Tiga tahun
kemudian, Sutan Takdir Alisyahbana menyusun “Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia”. Pada
tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo.
Kongres tersebut menghasilkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Pada 18
Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan, ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945. Pada
Bab XV, Pasal 36, ditetapkan secara sah bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa negara.

2.3 Perkembangan ejaan Bahasa Indonesia


1. Ejaan van Opuijshen
Indonesia mengenal ejaan sejak awal abad ke-18. Ejaan pertama yang dikenal yaitu ejaan van
Opuijshen yang merupakan ejaan dari Belanda yang disesuaikan dengan bahasa Melayu. Ejaan
ini tepatnya diperkenalkan pada tahun 1901. Hal ini karena pada saat itu masyarakat Indonesia
sudah mengenal tulisan sebagai wadah mengekspresikan diri seperti membuat karya sastra atau
surat menyurat. Secara garis besar, ejaan van Opuijshen ini mirip dengan ejaan yang kita
gunakan saat ini. Hanya saja ada beberapa perbedaan seperti:
● Oe untuk mewakili bunyi U, contohnya Soekarno.
● Tj untuk mewakili bunyi C, contohnya tjap.
● Dj untuk mewakili bunyi J, contohnya Djadjang
● J untuk mewakili bunyi Y, contohnya sajang.
● Nj untuk mewakili bunyi Ny, contohnya njanji, njonja.
● ( `) untuk mewakili bunyi K, contohnya ma`mur.
2. Ejaan Pembaruan
Kongres bahasa Indonesia ke-2 pada 28 Oktober 1954 di Medan yang diprakarsai oleh Muh.
Yamin, menyarankan agar ejaan Republik disempurnakan. Akhirnya kongres tersebut
memutuskan untuk membentuk lembaga yang mengatur penyusunan peraturan ejaan bahasa
Indonesia yang praktis Lembaga yang dimaksud tersebut dibentuk oleh Menteri Pengajaran,
Pendidikan, dan Kebudayaan dengan Surat Keputusan No. 44879 tanggal 19 Juli 1956. Pada
1957, panitia ini berhasil membuat patokan-patokan baru dalam berbahasa yang dikenal dengan
Ejaan Pembaruan

3. Ejaan Melindo
Melindo merupakan sebuah akronim dari Melayu-Indonesia. Perjanjian persahabatan antara
Indonesia dan Malaysia pada tahun 1959, yang bentuknya berupa usaha untuk menyamakan
ejaan dari kedua negara ini. Saat proses pembentukan masih berlangsung, terjadi ketegangan
politik antara Indonesia dengan Malaysia. Akhirnya rencana pembentukan ejaan ini dibatalkan.

4. Ejaan Baru (Ejaan LBK)


Ejaan ini merupakan lanjutan dari ejaan Melindo yang tidak jadi dibentuk. Disebut ejaan LBK
karena disusun oleh lembaga Bahasa dan Kesusatraan. Panitia ejaan ini diketuai oleh Anton. M.
Moeliono yang disahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Sarino Mangun Pranoto,
sejak 1966 dan disahkan dalam Surat Keputusan No. 062/1967 tanggal 19 September 1967.
Konsep ejaan ini dikaji dan ditanggapi oleh kalangan luas selama beberapa tahun.

5. Ejaan yang Disempurnakan (EYD)


Pada tanggal 16 Agustus 1972, Soeharto meresmikan ejaan baru yang diberi nama ejaan yang
disempurnakan atau lebih dikenal sebagai EYD. Ejaan ini memiliki beberapa perbedaan dari
ejaan-ejaan yang sebelumnya, antara lain:
● Tidak lagi menggunakan lambang tj, dj, j, nj untuk mewakili c, j, y, dan ny.
● Meresmikan penggunaan x,y,z, dan q.
● Penulisan kata ulang pada ejaan Republik boleh menggunakan angka 2 maka EYD wajib
ditulis keseluruhan dan dihubungkan dengan kata hubung (-).

6. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)


PUEBI disahkan sebagai ejaan resmi bahasa Indonesia pada 26 November 2015 oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan melalui Permen No. 50 tahun 2015 tentang
PUEBI. Hal ini diputuskan dengan pertimbangan sebagai berikut.
● Bahwa sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, penggunaan
bahasa Indonesia dalam berbagai ranah pemakaian, baik secara lisan maupun tulisan
semakin luas;
● Bahwa untuk memantapkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara, perlu
menyempurnakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia;
● Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,
perlu menetapkan peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang PUEBI.

2.4 Kedudukan, Peran dan Fungsi Bahasa Indonesia


Setiap negara pasti memiliki bahasanya sendiri, sama seperti Indonesia. Indonesia memiliki
bahasanya sendiri, yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang
diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1928 dan tercatat dalam sumpah pemuda yang berbunyi:
“Kami putra dan putri Indonesia mempertahankan bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Kutipan
dari sumpah pemuda menunjukkan bahwa pentingnya bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-
hari adalah:
1. Sebagai bahasa nasional (satuan)
Itulah yang tertulis dalam sumpah pemuda (28 Oktober 1928). Artinya bahasa Indonesia adalah
bahasa nasional.

2. Lambang identitas
Fungsi bahasa sebagai lambang identitas bangsa adalah agar manusia Indonesia memiliki nilai-
nilai sosial, budaya bangsa yang luhur. Dengan nilai tersebut mencerminkan bangsa Indonesia
yang menggambarkan ciri dan karakter bangsa Indonesia. Karena itu kita harus memastikan
bahwa itu tidak mencerminkan ciri-ciri kepribadian kita dan bahwa perasaan kebangsaan harus
didorong. terhadap pemakaian bahasa indonesia dan mempertahankan bahasa indonesia sebagai
lambang kebangsaan nasional.

3. Alat komunikasi
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyaknya suku bangsa dengan bahasa yang
berbeda-beda, maka akan sulit berkomunikasi dan menyampaikan pendapat. maka dari itu
digunakanlah bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan perhubungan nasional. Dengan
adanya bahasa Indonesia seseorang dapat saling berkomunikasi untuk segala aspek kehidupan.
Bagi pemerintah, semua kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan mudah diinformasikan kepada warga.

4. Alat pemersatu bangsa


Fungsi bahasa indonesia sebagai alat pemersatu bangsa memiliki peran yang sangat penting
karena digunakan sebagai alat pemersatu nasionalis warga Indonesia untuk selalu setia kepada
Negara kesatuan republik indonesia. Dengan melihat luasnya Indonesia, maka tidak heran
indonesia memiliki keberagaman suku dan budaya, dan tentunya memiliki keberagaman bahasa.
Dengan keberagaman tersebut, maka diperlukan bahasa pemersatu bangsa yang bisa membuat
seluruh warga negara yang di wilayah Indonesia bisa mengerti dan memahami satu sama lain.
sekarang tugas kita adalah mengembalikan bahasa indonesia ke dalam fungsi yang
sesungguhnya, perlu direnungkan kembali betapa pentingnya peranan bahasa indonesia dalam
proses integrasi bangsa.

5. Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi


Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan penyebaran ilmu
pengetahuan dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku, populer, majalah-
majalah ilmiah maupun media cetak lainnya. Karena sangatlah tidak mungkin bila suatu buku
yang menjelaskan tentang suatu kebudayaan daerah, ditulis dengan menggunakan bahasa daerah
itu sendiri,dan menyebabkan orang lain belum tentu akan mengerti.

a. Peranan Bahasa Indonesia yaitu:


 Sebagai alat komunikasi
 Sebagai alat pemersatu
 Sebagai alat untuk mengekspresikan diri
 Sebagai alat integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi
tertentu
 Sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial

b. Fungsi Bahasa Indonesia


1. Fungsi Bahasa Indonesia Secara Umum
 Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri. Melalui bahasa
kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat didalam hati dan
pikiran kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang
melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Pada saat
menggunakan bahasa sebagai komunikasi, berarti memiliki tujuan agar para pembaca
atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Manusia memakai dua cara
berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan
menggunakan alat/media (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara non verbal
dilakukan menggunakan media berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti
tanda lalu lintas, sirene setelah itu diterjemahkan kedalam Bahasa manusia.
 Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Pada saat beradaptasi di lingkungan
sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi
yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non-formal pada saat
berbicara dengan teman dan menggunakan bahasa formal pada saat berbicara dengan
orang tua atau yang dihormati.
 Sebagai alat kontrol Sosial. Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata
seseorang. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat.

2. Fungsi Bahasa Secara Umum


 Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari. Manusia adalah makhluk sosial
yang tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan makhluk sosialnya. Komunikasi
yang berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan non formal.

 Mewujudkan Seni. Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui
media seni khususnya dalam hal sastra. Terkadang bahasa yang digunakan yang memiliki
makna denotasi atau makna yang tersirat. Dalam hal ini,diperlukan pemahaman yang
mendalam agar bisa mengetahui makna yang ingin disampaikan.

 Mempelajari bahasa kuno. Dengan mempelajari bahasa kuno,akan dapat mengetahui


peristiwa atau kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin
atau dapat terjadi kembali dimasa yang akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa
keingintahuan tentang latar belakang dari suatu hal.

 Mengeksploitasi IPTEK. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu


didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan
melestarikannya demi kebaikan manusia itu sendiri.
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
3.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, Bahasa Indonesia yang digunakan sekarang oleh masyarakat itu
memiliki sejarah yang panjang serta banyak terjadi perkembangan di dalamnya yang
memudahkan dalam berkomunikasi, dari bahasa daerah dikembangkan menjadi bahasa nasional
tidaklah mudah dalam prosesnya. Meskipun zaman sekarang marak bahasa gaul anak muda
jangan berlebihan karena dalam situasi apapun Bahasa Indonesia tetap akan selalu digunakan.

3.2 Saran
Perkembangan bahasa Indonesia lisan maupun tulisan berkembang mulai pada saat terbentuknya,
yaitu pada 28 Oktober 1928, bersamaan dengan momen Sumpah Pemuda. Setelah terbentuk,
bahasa Indonesia terus berkembang seiring berlakunya ejaan Van Ophuijsen, Soewandi, Melindo
bahkan hingga ke Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Dengan mempelajari sejarah dan
perkembangan Bahasa Indonesia, maka secara tidak langsung kita telah melestarikan Bahasa
Indonesia. Selain itu, kita juga dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar

DAFTAR PUSTAKA
·
Anonim
(https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/3c680101ff285bcffdcd4eb7e
8862e67.pdf diakses pada tanggal 20 Januari 2023)
(https://www.kompas.com/stori/read/2022/03/01/130000879/sejarah-bahasa-
indonesia-menjadi-bahasa-persatuan?page=all diakses pada tanggal 20 Januari 2023)
(https://repository.unja.ac.id/6452/1/Intan%20Anisa
%20Ramadani_A1D118035_R-001.pdf diakses pada tanggal 20 Januari 2023)

(https://www.academia.edu/11430929/PERKEMBANGAN_EJAAN_BAHASA_IND
ONESIA diakses pada tanggal 20 Januari 2023).

Anda mungkin juga menyukai