OLEH :
KELOMPOK 1
AMALIA YANTI D0320314
NOVITASARI D0320001
M. ANSAR AS. D0320302
ALFAYED ILYAS D0322333
JAMAL -
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Etika Perencanaan yang berjudul “Modal
etika dalam perencanaan”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Etika Perencanaan.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Maka
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Perencanaan merupakan proses yang menerus dan dilakukan secara sadar dan
terorganisir yang menyangkut pengambilan keputusan di masa depan dari
serangkaian alternatir terbaik dan cara untuk mencapainya. Perencanaan
merupakan domain publik, sehingga perencanaan harus merupakan hasil
kesepakatan publik (tindakan kolektif). Kemajemukan tata nilai, pengetahuan dan
norma dalam ranah publik (public domaind) mengakibatkan model, pendekatan
dan cara pandang yang berbeda dalam penyusunan kesepakatan publik
memerlukan tata nilai yang logis, terukur dan dapat diterapkan dalam dimensi
waktu dan ruang tertentu diperlukan etika.
Etika ialah ilmu tentang baik dan buruknya perilaku, hak dan kewajiban moral,
sekumpulan asa atau nila-nilai yang berkaitan dengan akhlak; nilai mengenai
benar atau salahnya perbuatan atau perilaku yang dianut masyarakat (KBBI).
Dalam kehidupan masyarakat, setiap anggota masyarakat harus patuh dan taat
pada norma-norma dan aturan yang berlaku didalam masyarakat tersebut. Sebagai
masyarakat maka harus saling menghormati, dan saling menghargai hak-hak asasi
manusia, menghargai hak milik orang lain dan selalu menjaga hak dan kewajiban
kita sebagai masyarakat.
Etika diperlukan saat keraguan atau kerancuan di antara beberapa nilai yang ada
pada individu atau saat terjadi pertentangan antar nilai individu. Etika sangat
mempengaruhi proses dan hasil perencanaan. Ertika bukan merupakan jerat untuk
membangun sikap kritis, responsif, dan reflektif yang selalu muncul dalam
perencanaan, namun merupakan tanggung jawab professional.
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah apa saja model – model etika dalam
perencanaan ?
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui model – model dalam etika
perencanaan.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
Tahapan ini dibangun untuk memastikan tatanan sosial tetap terjaga. Pada
tahap perkembangan moral ini, orang mulai mempertimbangkan
masyarakat secara keseluruhan saat membuat penilaian. Fokusnya adalah
menjaga hukum dan mendukung dengan mengikuti aturan, melakukan
tugas, dan menghormati otoritas.
C. Moralitas Postkonvensional
Pada tingkat perkembangan moral ini, orang mengembangkan pemahaman
tentang prinsip-prinsip moralitas abstrak. Dua tahapan pada level ini adalah:
1. Kontrak Sosial dan Hak Individu
Gagasan tentang kontrak sosial dan hak individu menyebabkan orang pada
tahap berikutnya mulai mempertimbangkan perbedaan nilai, pendapat, dan
kepercayaan orang lain. Aturan hukum penting untuk menjaga masyarakat,
tetapi anggota masyarakat harus menyetujui standar ini.
2. Prinsip Universal
Tingkat akhir penalaran moral Kohlberg berpedoman pada prinsip etika
universal dan penalaran abstrak. Pada tahap ini, orang mengikuti prinsip-
prinsip keadilan yang terinternalisasi ini, meskipun bertentangan dengan
hukum dan aturan.
vi
terhadap satu hal, misalnya moralitas. Namun nampaknya Hart (1998) meragukan
paradigma yang digunakan oleh Walker dan Pitts, dimana konsep naturalistik
kematangan moral dari Walker dan Hart juga memiliki nilai yang terbatas untuk
memecahkan isu-isu konseptual dalam perkembangan moral.
3. Sebelum mengambil
suatu keputusan etis,
seseorang perlu
vii
melakukan proses
berikut:
4. Pertama: Problem.
Pertama yang perlu
diperhatikan adalah
melihat secara jernih
apa yang
5. menjadi
permasalahannya.
Berkaitan dengan itu
perlu diajukan
pertanyaan-pertanyaan
mendasar
6. seperti masalah apa
saja yang ada/ terjad
viii
7. Sebelum mengambil
suatu keputusan etis,
seseorang perlu
melakukan proses
berikut:
8. Pertama: Problem.
Pertama yang perlu
diperhatikan adalah
melihat secara jernih
apa yang
9. menjadi
permasalahannya.
Berkaitan dengan itu
perlu diajukan
pertanyaan-pertanyaan
mendasar
ix
10. seperti masalah apa
saja yang ada/ terjad
11. Sebelum mengambil
suatu keputusan etis,
seseorang perlu
melakukan proses
berikut:
12. Pertama: Problem.
Pertama yang perlu
diperhatikan adalah
melihat secara jernih
apa yang
13. menjadi
permasalahannya.
Berkaitan dengan itu
perlu diajukan
x
pertanyaan-pertanyaan
mendasar
14. seperti masalah apa
saja yang ada/ terjad
Sebelum mengambil suatu keputusan etis, seseorang perlu melakukan
proses berikut:
1. Problem
Yang perlu diperhatikan adalah melihat secara jernih apa yang menjadi
permasalahannya. Berkaitan dengan itu perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan
mendasarseperti masalah apa saja yang ada/ terjadi.
2. Emotion
Pengambil keputusan dengan emosi yang tenang. Emosi yang tenang akan
lebih memungkinkan kita untuk untuk membuat penilaian dan pilihan secara
lebih bebas dan objektif. Tidak hanya emosi-emosi negatif seperti
frustrasi, marah, kecewa,sedih, tertekan, tidak berdaya, dan sebagainya.
dapat menghalangi untuk melihat permasalahan secara jernih, emosi-emosi
positif juga seperti terlalu senang, terlalu tertarik, terlalu puas dan
sebagainya, dapat berpengaruh sama. Maka yang perlu dilakukan di sini
adalah peka pada emosi diri sendiri dan membuatnya lebih tenang sebelum
mengambil keputusan. Pesan praktisnya adalah hindari lahmembuat keputusan
dikala emosi sedang tidak stabil.
3. Analisis
Pada tahap ini permasalahan atau situasi perlu dianalisis secara cermat.
Permasalah-permasalahan yang telah dirinci sebelumnya perlu dipertanyakan
satu persatu apa apa saja penyebabnya? Apa penyebab utamanhya, kapan
masalah itu mulai muncul? Terhadapapa/ siapa? Dalam situasi apa saja?
Mengapa masalah itu muncul?
4. Contemplation
Tahap ini menunjuk pada usaha mental melakukan mengidentifikasi
masalah, menganalisisnya, mencari dan memilih kemungkinan cara
mengatasinya, melaksanakan keputusan yang telah dipilih dan
menerima hasilnya termasukdampaknya. Secara konkret pelaksanaannya
adalah sebagai berikut: duduk tenang, rileks ditempat yang tenang
dan secara lembut membayangkan dan mengamati diri kita
sendirimelalukan proses tersebut.
5. Equilibrium
Setelah melalui proses ini (sudah ada satu pilihan keputusan yangdipersiapkan)
ternyata kita mengalami keseimbangan batin, dalam arti menjadi tenang,
damai maka pilihan keputusan tersebut boleh ditindak-lanjuti. Sebaliknya apa
xi
bila sudah dipersiapkan suatu pilihan keputusan tetapi ternyata kita tidak
mengalami keseimbangan batin, dalam arti tetapi gelisah dan tidak tenang
maka pilihan keputusan yang telah dipersiapkan sebelumnya perlu ditinjau
ulang dari awal proses.
2.5 INTEGRATIF
xii
perencanaan lingkungan kita, dan jangan lupa perencanaan diri pribadi kita.
Semua dimulai dari diri sendiri, sehingga bila dalam merencanakan sesuatu untuk
diri pribadi kita memakai etika perencanaan otomatis prinsip-prinsip etika
perencanaan akan terbawa dalam keseharian kita dalam dimensi yang lain
(dimensi kerja, dimensi keluarga, dimensi lingkungan) sehingga apapun yang kita
rencanakan akan bermanfaat dan berbuah baik serta berkelanjutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
xiii
1. Setiap pembangunan atau perencanaan harus memperhatikan adat istiadat pada
daerah tersebut agar terdapat identitas wilayah. Namun, tetap harus
memperhatikan kondisi yang tidak sesuai.
2. Setiap masyarakat dan pemerintah harus mengikuti atau terikat dalam tatanan
etika dan moral. Pelanggaran terhadap etika dan moral seharusnya memiliki
sanksi yang kuat agar nilai-nilai luhur yang telah dibangun dapat tetap kokoh.
DAFTAR PUSTAKA
xiv