Anda di halaman 1dari 17

TEORI PERKEMBANGAN MORAL DARI KOHLBERG

Makalah

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan


memenuhi syarat-syarat mata kuliah
Psikologi Pendidikan

Oleh:
Kelompok 2
Mutiara Bintang 2206103020031
Fira Thunnisa 2206103020032

Dosen Pengampu :
Dr. Bainuddin Yani S, M.S., M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia- Nya penulis penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan makalah
makalah yang berjudul berjudul “Teori Perkembangan Moral Kohlberg” .

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dosen


pengampu Bapak Dr. Bainuddin Yani S, M.S., M. Pd. Mata kuliah Psikologi
Pendidikan. Selain itu, diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi bagi
pembelajaran Perkembangan Peserta Didik Pendidikan Dasar.

Meskipun makalah ini telah penulis buat dengan segala kemampuan, namun
kritik dan saran demi perbaikan, penulis harapkan dan akan diterima dengan
senang hati. Akhirnya penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Hormat Kami
Penulis,

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3. Tujuan....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
2.1. Biografi Lawrance Kohlberg..................................................... 3
2.2. Pengertian Perkembangan Moral.............................................. 3
2.3. Tahapan Perkembangan Moral................................................. 4
2.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral.... 7
2.5. Usaha – Usaha Perkembangan Moral pada Anak..................... 8
2.6. Kritik Terhadap Teori Kohlberg............................................... 11

BAB III PENTUP.......................................................................................... 12


3.1. Kesimpulan............................................................................... 12
3.2. Saran.......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13
Lampiran Soal dan Jawaban......................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah moral merupakan masalah yang sekarang ini sangat banyak
meminta perhatian, terutama bagi para pendidik, ulama, pemuka masyarakat dan
para orang tua. Tidak henti-hentinya kita mendengar berita tentang tindakan
kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak, seperti yang terjadi di beberapa
daerah yang hampir setiap minggu diberitakan di berbagai media, baik media
cetak maupun elektronik. Bagi warga Ibukota bukan suatu hal yang aneh apabila
mendengar atau melihat anak-anak sekolah melakukan tawuran (perkelahian antar
pelajar) yang tidak sedikit menimbulkan sejumlah korban. Diperlukan waktu yang
panjang dan upaya pendidikan yang sungguh-sungguh untuk mengatasi kondisi
ini. Pendidikan dalam hal ini diartikan secara luas, yaitu sebagai upaya untuk
mentransformasikan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan tertentu dari
generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Adapun moral sama dengan
etika, atau kesusilaan yang diciptakan oleh akal, adat dan agama, yang
memberikan norma tentang bagaimana kita harus hidup.
Nilai moral pada dasarnya adalah mengupayakan anak mempunyai
kesadaran dan berprilaku taat moral yang secara otonom berasal dari dalam diri
sendiri. Dasar otonomi nilai moral adalah identifikasi dan orientasi diri.
Otomisasi nilai moral dalam diri anak berlangsung dalam dua tahap, yaitu
pembiasaan diri dan identifikasi diri. Merujuk pada sistem moral Spranger, nilai
moral yang diupayakan bagi kepemilikan dan pengembangan dasar – dasar
disiplin diri mencakup lima nilai, yaitu nilai-nilai ekonomis, social, politis, Ilmiah,
estetis dan agama dalam sistem nilai spranger, nilai etik tidak berdiri sendiri,
tetapi sebagai bagian integral dari nilai religi. Hubungan antara disiplin diri
dengan nilai ini merupakan konsep nilai moral yang memungkinkan orang tua
untuk membantu anak dalam memiliki dasar disiplin diri.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian perkembangan moral?
2. Bagaimana saja tahapan-tahapan perkembangan moral menurut Kohlberg?
3. Bagaimana saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral?
4. Bagaimana kritik terhadap teori Kohlberg?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat tujuan makalah ini
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan moral?
2. Untuk mengetahui saja tahapan-tahapan perkembangan moral menurut
Kohlberg?
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral?
4. Untuk mengetahui kritik terhadap teori Kohlberg?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Biografi Lawrence Kohlberg


Lawrence Kohlberg menjabat sebagai salah satu profesor di Universitas
Chicago serta Universitas Harvard. Lahir pada tanggal 25 oktober 1927 di
Bronxville, New York, Amerika serikat dan meninggal pada 19 Januari 1987 pada
usia 59 tahun. Ia terkenal karena karyanya dalam dunia pendidikan, penalaran dan
perkembangan moral. Merupakan pengikut Jean piaget, Karya Kohlberg
mencerminkan dan bahkan memperluas karya pendahulunya. Karyanya telah
dimodifikasi oleh sejumlah pakar seperti carol giligan. Kohlberg masuk ke
Universitas Chicago dengan nilai yang sangat tinggi sehingga hanya sedikit
mengambil mata kuliah untuk memperoleh gelar sarjana mudanya. Awalnya ia
ingin mengambil psikologi kimia namun saat ia melihat Piaget ia menjadi tertarik
untuk mewawancara anak-anak dan remaja tentang masalah moral. Semua hasil
penelitiannya itu ditulis dalam disertasi doktoralnya (1958). Lawrence Kohlberg
lebih menekankan pada perkembangan moral anak dan remaja.

2.2. Pengertian Perkembangan Moral


Hawadi (2001) mengemukakan pengertian perkembangan secara luas
menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu
dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Sedangkan
moral merupakan suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan
dibandingkan dengan tindakan-tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan
terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan.
Perkembangan Moral menurut Santrock (2007) adalah perkembangan
yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Perkembangan
moral adalah perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam kehidupan anak
berkenaan dengan tatacara, kebiasaan, adat, atau standar nilai yang berlaku dalam
kelompok sosial.

3
Menurut pendapat Christiana (2013) menyatakan bahwa perkembangan
moral adalah tahapan atau ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang. Moral di
sini tidak berkaitan dengan etika yang sering menjadi pemahaman umum
mengenai moral. Moral di sini bukan dalam penilaian baik atau buruk, bukan
penilaian benar atau salah.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
moral merupakan suatu tahapan perkembangan perilaku yang seharusnya
dilakukan dalam melakukan interaksinya dengan orang lain.
Menurut Bayond (1980) Kohlberg dalam pemikirannya sangat dipengaruhi
oleh pemikiran Piaget mengenai perkembangan kognitif. Ia menemukan bahwa
moral bukanlah soal perasaan, nilai, etika, melainkan mengandung suatu
organisasi pikiran tertentu seseorang sebagai respons terhadap dilema tertentu.
Penemuan ini menjadi dasar bagi Kohlberg menyusun teori tahapan-tahapan
perkembangan moral. Melalui disertasinya, Kohlberg memperluas dan
memperbaiki penelitian awal Piaget terhadap perkembangan moral anak.
Kohlberg memperluas penelitian Piaget ini hingga masa remaja dan memusatkan
perhatian pada nilai keadilan dalam menata teorinya mengenai tahapan
perkembangan moral.

2.3. Tahapan Perkembangan Moral


Teori Kohlberg tentang perkembangan moral merupakan perluas,
modifikasi,dan redefeni atas teori Piaget. Teori ini didasarkan atas analisisnya
terhadap hasil wawancara dengan anak laki-laki usia 10 hingga 16 tahun yang
dihadapkan pada suatu dilemma moral, di mata mereka harus memeilih antara
tindakan mentaati peraturan atau memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang
bertentangan dengan peraturan.
Kohlberg mengemukakan teori perkembangan moral berdasar teori Piaget,
yaitu dengan pendekatan organismik (melalui tahap-tahap perkembangan yang
memiliki urutan pasti dan berlaku secara universal). Selain itu Kohlberg juga
menyelidiki struktur proses berpikir yang mendasari perilaku moral (moral
behavior) .Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya
moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang

4
diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran
moral, merupakan dasar dari perilaku etis dan mempunyai enam tahapan
perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari
keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang
menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan
konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan
bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan
dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan,walaupun ada dialog yang
mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Kohlberg menggunakan
cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada
bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila
mereka berada dalam persoalan moral yang sama.
Berdasarkan pertimbangan yang diberikan atas pertanyaan kasus dilematis
yang dihadapi seseorang.Kohlberg mengklarifikasikan perkembangan moral atas
tiga tingkatan (level), yang kemudian dibagi lagi menjadi enam tahap (stage).
Kohlberg setuju dengan Piaget yang menjelaskan bahwa sikap moral bukan hasil
sosialisasi atau pembelajaran yang diperorel dari pengalaman.Tetapi, tahap-tahap
perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan dari anak- anak.Anak-anak
memang berkembang melelui interaksi sosial, namun interaksi ini memiliki corak
khusus, di mana faktor pribadi yaitu aktivitas-aktivitas anak ikut berperan.
Hal penting dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya
untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan
dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap
perkembangan moral seseorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih
mantap dan bertanggung jawab dan perbuatan-perbuatannya. Berikut merupakan
enam tahap perkembangan moral menurut Kohlberg yang dapat dilihat pada Tabel
2.1.

5
Tabel 2.1 Enam tahap perkembangan moral menurut Kohlberg
Tingkat Tahap
1. Prakovensional moralitas ada 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
level ini anak mengenal pemahaman anak tentang baik dan
moralitas berdasarkan dampak buruk ditentukan oleh otoritas.
yang ditimbulkan oleh suatu Kepatuhan terhadap aturan adalah
perbuatan, yaitu untuk menghindari hukuman dan
menyenangkan (hadiah) atau otoritas
menyakitkan (hukuman). Anak 2. Orientasi hedonistic Instrumental suatu
tidak melanggar aturan karena perbuatan dinilai baik apabila berfungsi
takut akan ancaman hukuman sebagai instrumen tuntuk memahami
dan otoritas kebutuhan atau kepuasan diri.
2. Konvensional Suatu perbuatan 3. Orientasi anak yang baik tindakan
dinilai baik oleh anak apabila berorientasikan pada orang lain. Suatu
mematuhi harapan otoritas perbuatan dinilai baik apabila
atau kelompok sebaya menyenangkan bagi orang lain
3. Pasca konvensional Pada level 4. Orientasi keteraturan dan orientasi
ini aturan dan institusi dari perilaku yang dinilai baik adalah
masyarakat tidak dipandang menunaikan menunaikan kewajiban,
sebagai tujuan akhir. Tetapi menghormati otoritas dan memelihara
diperlukan sebagai subjek. ketertiban sosial
Anak mentaati aturan untuk 5. Orientasi control sosial legalistic dan
menghindari hukuman kata semacam perjanjian perjanjian antar
hati dirinya dirinya dan lingkungan sosial.
Perbuatan dinilai baik apabila sesuai
6. Orientasi kata hari kebenaran
ditentukan oleh kata hati, sesuai dengan
prisip prinsip etika universal yang
bersifat abstrak dan penghormatan
terhadap martabat manusia

6
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Para peneliti perkembangan telah mengidentifikasi sejumlah factor yang
berhubungan dengan perkembangan penalaran dan perilaku moral antara lain
yaitu perkembangan kognitif umum, perkembangan ratio dan rationale, isu dan
dilema moral, dan perasaan diri. Berikut merupakan penjelasan dari faktor yang
mempengaruhi perkembangan moral.
1. Perkembangan Kognitif Umum
Penalaran moral yang tinggi (advanced) penalaran yang dalam mengenai
hukum moral dan nilai-nilai luhur seperti kesetaraan, keadilan, hak-hak asasi
manusia memerlukan refleksi yang mendalam mengenai ide-ide abstrak.
Dengan demikian dalam batas-batas tertentu, perkembangan moral
bergantung pada perkembangan kognitif. Sebagai contoh, anak-anak yang
secara intelektual (gifted) berbakat umumnya lebih sering berpikir tentang isu
moral dan bekerja keras mengatasi ketidakadilan di masyarakat lokal ataupun
dunia secara umum ketimbang teman-teman sebayanya. Meski demikian,
perkembangan kognitif tidak menjamin perkembangan moral. Terkadang
siswa berpikir abstrak mengenai materi akademis dan pada saat yang sama
bernalar secara prakonvensional, yang berpusat pada diri sendiri.
2. Penggunaan Ratio dan Rationale
Anak-anak lebih cenderung memperoleh manfaat dalam perkembangan moral
ketika mereka memikirkan kerugian fisik dan emosional yang ditimbulkan
perilaku-perilaku tertentu terhadap orang lain. Menjelaskan kepada anak-anak
alasan perilaku-perilaku tertentu tidak dapat diterima, dengan focus pada
perspektif orang lain, dikenal sebagai induksi.
3. Isu dan Dilema Moral
Dalam teorinya mengenai perkembangan moral, Kohlberg menyatakan bahwa
anak-anak berkembang secara moral ketika mereka menghadapi suatu dilema
moral yang tidak dapat ditangani secara memadai dengan menggunakan
tingkat penalaran moralnya saat itu. Upaya untuk membantu anak-anak yang
menghadapi dilemma semacam itu, Kohlberg menyarankan agar guru
menawarkan penalaran moral satu tahap diatas tahap yang dimiliki anak saat
itu. Kohlberg percaya bahwa dilema moral dapat digunakan untuk

7
memajukan tingkat penalaran moral anak, tetapi hanya setahap demi setahap.
Dia berteori bahwa cara anak-anak melangkah dari satu tahap ke tahap
berikut ialah dengan berinteraksi dengan orang-orang lain yang penalarannya
berada satu atau paling tinggi dua tahap di atas tahap mereka.
4. Perasaan Diri
Anak-anak lebih cenderung terlibat dalam perilaku moral ketika mereka
berpikir bahwa sesungguhnya mampu menolong orang lain dengan kata lain
ketika mereka memiliki pemahaman diri yang tinggi mengenai kemampuan
mereka membuat suatu perbedaan. Lebih jauh, pada masa remaja, beberapa
anak muda mulai mengintegrasikan komitmen terhadap nilai-nilai moral
terhadap identitas mereka secara keseluruhan. Mereka menganggap diri
mereka sebagai pribadi bermoral dan penuh perhatian, yang peduli pada hak-
hak dan kebaikan orang lain. Tindakan altruistic dan bela rasa yang mereka
lakukan tidak terbatas hanya pada teman-teman dan orang-orang yang mereka
kenal saja, melainkan juga meluas ke masyarakat.

2.5. Usaha-Usaha Perkembangan Moral pada Anak


1. Menumbuhkan Kecerdasan Moral pada Anak
Kecerdasan moral dihidupkan oleh imajinasi moral, yaitu kemampuan
individu yang tumbuh perlahan-lahan untuk merenungkan mana yang benar
dan mana yang salah. Tingkah laku moral anak pada penghayatannya adalah
sewaktu perilaku moral tumbuh sebagai tanggapan terhadap caranya
diperlakukan di rumah dan di sekolah. Anak-anak yang memiliki kecerdasan
moral mempunyai perilaku yang baik, lembut hati dan mau memikirkan orang
lain (empati). Pada anak usia 6-7 tahun sudah memiliki hasrat yang jelas
untuk bersikap bijaksana, sopan, murah hati. Pada kenyataannya mereka
melihat dunia sebagai orang lain melihatnya untuk mengalami dunia melalui
mata orang lain. Kecerdasan moral tidaklah dicapai hanya dengan mengenal
kaidah dan aturan, hanya dengan diskusi abstrak di sekolah atau saat di dapur.
Individu tumbuh secara moral sebagai dari kegiatan meniru atau mempelajari
bagaimana bersikap terhadap orang lain. Anak-anak merupakan saksi apa
yang dilihat dan didengar, dia akan memperhatikan moralitas orang dewasa

8
melihat dan mencari isyarat bagaimana orang harus berperilaku, baik akan
banyak melihat para orang tua, guru dalam mengurangi kehidupan,
melakukan pilihan ataupun menyapa orang. Anak-anak akan menyerap dan
mencatat apa yang mereka amati dari orang dewasa, yang hidup dan
melakukan sesuatu dengan jiwa tertentu. Kemudian sejalan dengan perilaku
moralnya tumbuh, anak-anak akan dengan secara tegas memberitahukan
kepada apa yang telah dia saksikan. Makna yang mereka peroleh dan sikap
moral kita adalah anak tidak akan merasa kesulitan mengutarakan hal-hal
yang mereka lihat dan perilaku moral kita yang sedikit menyimpang.
2. Sifat Timbal Balik Pembinaan Akhlak
Itulah apa yang dapat diberikan kepada kita oleh anak-anak kita dan apa yang
dapat kita berikan kepada mereka. Kesempatan untuk belajar dan mereka
bahkan waktu kita mencoba mengajar mereka. Kita dapat membantu
membentuk kecerdasan moral seorang anak dengan membicarakan masalah-
masalah suara hati, keprihatinan etis, berulang kali walau tanpa persiapan
namun dengan kata- kata yang tegas dan pengalaman dan tanggapan kita
terhadap pengalaman- pengalaman yang telah terjadi. Satu terhadap yang lain
sewaktu kita merasakannya dia akan merasa kita anggap anak yang dapat
memahami perilaku moral. Adapun cara menumbuhkan perilaku moral pada
anak bisa kita lakukan dengan berbagai macam cara mengamati orang yang
baik. Seperti mengajak anak untuk mengamati seseorang yang mempunyai
kepribadian yang baik dan bagaimana proses menjadi orang yang baik dan
apa akibatnya bila tidak bersikap baik memberikan pandangan tindakan lebih
baik dari hanya sekedar kata-kata sehingga anak memikirkan apa yang
seharusnya dilakukan dalam kehidupan mereka.
3. Stimulasi Perkembangan Moral Pada Anak
a. Anak harus dirangsang oleh lingkungan usaha-usaha yang aktif. Contoh:
Misalnya jika seorang anak menemukan uang di bawah meja di dalam kelas,
maka kewajiban seorang guru membimbing anak untuk memberitahukan
kepada teman-teman dan menanyakannya siapa yang kehilangan uang serta
memberikannya kepada yang ternyata uangnya memang hilang.

9
b. Tahun-tahun pertama dari kehidupan anak, orangtua hendaknya menanamkan
dasar mempercayai orang lain. Contoh: anak harus dilindungi dan
mendapatkan rasa aman dari orang tuanya terutama saat mengalami rasa
sakit, cemas dan takut demikian pula apabila orang tua menjanjikan sesuatu
hendaknya berusaha untuk menepatinya, sehingga orang tua tidak dicap
scbagai “pembohong”.
c. Perangsangan yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan
anak. Anak akan berkembang secara wajar dengan berbagai tahapan proses,
yang pada setiap tahapan membutuhkan stimulas dan motivasi yang tepat
sehingga diharapkan terjadi perubahan pada semua aspek/dimensi secara
teratur dan progresif. Contoh: Pada anak usia I tahun, dimana anak tersebut
sedang mulai belajar berbicara, maka dapat diajarkan untuk mengucap salarn
bila bertemu dengan orang lain, mengucapkan kata maaf bila melakukan
kesalahan atau mengucap terima kasih bila diberi sesuatu dan lain sebagainya.
d. Rangsangan yang diberikan harus tepat waktu yaitu orang tua harus proaktif
atau menjalin hubungan yang erat dengan anak, berbicara dengan anak
tentang masalah yang dialaminya sehari-hari. Contoh: ketika Ari marah
karena buku cerita yang dijanjikan oleh ayahnya belum dibeli karena
sepulang kerja ayahnya terjebak kemacetan di jalan, peran orang tua dan
orang lain yang berada di rumah, harus dapat memberikan penderitaan dan
gambaran yang nyata, sehingga Ari tidak jadi marah bahkan bila cara
memberi pengertiannya dengan kata-kata yang bijaksana bukan tidak
mungkin Ari justru meminta maaf kepada ayahnya karena tadi sudah rnarah
kepadanya.
e. Rangsangan diberikan secara terpadu maksudnya: orang tua harus
menyeimbangkan seluas kemampuan atau aspek-aspek perkembangan anak.
Contoh: pada usia anak mencapai 6-8 tahun yang rata-rata pada usia tersebut
anak duduk di kelas 1- 3 Sekolah Dasar, maka “Pekerjaan Rumah” adalah
disarnping untuk menguji kemampuan anak mengenai suatu materi, anak pun
sekaligus berlatih untuk bertanggung jawab, melatihmemori, juga
kemandirian serta bagaimana anak belajar mengatur waktunya.

10
2.6. Kritik Terhadap Teori Kohlberg
Menurut Nurhayati (2006) Salah satu keterbatasan karya Kohlberg ialah
bahwa hal itu kebanyakan melibatkan anak laki-laki. Riset tentang penalaran
moral anak perempuan menemukan pola yang agak berbeda dari pola yang
disodorkan Kohlberg. Apabila penalaran moral anak laki-laki terutama berkisar di
seputar masalah keadilan, anak perempuan lebih tertarik dengan masalah-masalah
kepedulian dan tanggung jawab terhadap orang-orang lain.
Kritik lain terhadap karya Kohlberg ialah bahwa anak-anak yang masih
muda sering dapat bernalar tentang situasi moral dengan cara yang lebih canggih
daripada tahap yang diusulkan teori. Anak-anak yang masih muda menarik
perhatian antara aturan-aturan moral, seperti tidak boleh berdusta dan mencuri,
yang didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, dan aturan-aturan sosial-
konvensional, seperti tidak boleh mengenakan piyama ke sekolah, yang
didasarkan pada konsensus dan etiket sosial.
Keterbatasan terpenting teori Kohlberg ialah bahwa hal itu berkaitan
dengan penalaran moral alih-alih dengan perilaku aktual. Banyak orang pada
tahap yang berbeda berperilaku yang sama, dan orang-orang pada tahap yang
sama sering berperilaku dengan cara yang berbeda. Selain itu, konteks dilemma
moral berperan penting. Penjelasan tentang perilaku moral harus memerhatikan
penalaran moral tetapi juga kemampuan menafsirkan dengan tepat apa yang
terjadi dalam situasi sosial, motivasi mempunyai perilaku yang bermoral, dan
kemampuan sosial yang perlu untuk benar-benar melakukan suatu rencana
tindakan moral.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Moral adalah sikap perilaku seseorang yang didasari oleh norma – norma
hukum yang berada dilingkungan tempat dia hidup. Jadi seseorang dapat
dikatakan memiliki moral adalah ketika seseorang sudah hidup dengan mentaati
hukum - hukum yang berlaku di tempat dia hidup.
Sedangkan Menurut Lawrence Kohlberg. Tahapan perkembangan moral
adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan
penalaran moralnya.
Menurut Kohlberg ada 6 tahapan perkembangan moral yang dapat
teridentifikasi, hal ini didasarkan pada teorinya yang berpandangan bahwa
penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis. Ia mengikuti
perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula
diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang
melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan
dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada
prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut
selama kehidupan walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi
filosofis dari penelitiannya.

3.2. Saran
Sebagai seorang guru kita seharusnya memahami tahap-tahap
perkembangan moral pada anak sehingga kita dapat mengupayakan
pengembangan moral yang baik untuk menunjang proses pembelajaran. Contoh
dari upaya-upaya pengembangan moral adalah menciptakan komunikasi yang
baik sehingga anak-anak harus dirangsang menjadi lebih aktif, menciptakan iklim
lingkungan yang serasi dan mendorong perilaku dan pengembangan moral di
dalam kelas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R, & Hawadi. 2001. “Psikologi Perkembangan Perkembangan Anak –


Mengenal Sifat, Bakat Dan Kemampuan Anak”. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.
BOYD, D.R. 1980. ”The condition of sophomoritis and its educational cure”
Journal of Moral Education 10 (I) hal 24-39. Harvard University.
Christiana, Esther, dkk. 2013. “Pemetaan Perkembangan Pemetaan Perkembangan
Moral Mahasiswa Binus Ditinjau Perspektif Kohlberg. Humaniora” Vol. 4
No. 2 Oktober 2013.
Nurhayati, Siti Rohma, dkk. 2006. “Telaah Kritis Terhadap Teori Perkembangan
Moral Lawrence Kohlberg”. Universitas Negeri Yogyakarta.
Santrock, John.W. 2007 Perkembangan Anak . Jakarta. Penerbit Erlangga.
Sunarto. 2013. Perkembangan Peserta Didik . Jakarta. Rineka cipta.

13
Lampiran Soal dan Jawaban
1. Kayla menghormati keputusan Heri untuk mencuri meskipun itu dilarang.
Kasus ini menunjukkan tahap perkembangan moral Kohlberg….
a. Norma-norma intersonap
b. Moralitas sistem sosial
c. Hak-hak masyarakat
d. Prinsip-prinsip etis universal
2. Aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia
dalam interaksinya dengan orang lain adalah…
a. Perkembangan rohani
b. Perkembangan sosial
c. Perkembangan moral
d. Perkembangan emosi
3. Salah satu soal cerita yang digunakan Kohlberg untuk mengetahui
perkembangan moral adalah…
a. Foekje Dilemma
b. Heinz Dilemma
c. Chomsky Dilemmaken
d. Nelly Dilemms
4. Kevin akan dihukum jika melanggar aturan dari ayahnya. Kasus ini
menunjukkan tahap perkembangan moral kohlberg….
a. Orientasi hukuman dan ketaatan
b. Individualisme dan tujuan
c. Norma-norma interpesonal
d. Moralitas sistem sosial
5. Kenzo mematuhi permintaan ibunya untuk menghabiskan makan siangnya
karena ibunya akan memberikan jajanan. Kasus ini menunjukkan tahap
perkembangan moral Kohlberg….
a. Orientasi hukuman dan ketaatan
b. Individualisme dan tujuan
c. Norma-norma interpesonal
d. Moralitas sistem sosial

14

Anda mungkin juga menyukai