Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PERKEMBANGAN MORAL

PESERTA DIDIK

Dosen Pengampu: Prima Mitha Puspitasari Setyaningrum, M.Pd.

Disusun oleh:

1. Ernia Wahyuningsih (2120305063)


2. Anindia Elza Pramudiya (2120305040)
3. Akhadina Mifthakhurrohmah (2120305083)
4. Zidni Ilman Setia (2110305022)
5. Alvina Wardah Irtawa (2140305103)

S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................i

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................1

C. TUJUAN............................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................................3

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN MORAL...........................................................................3

B. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MORAL........................................................................4

C. FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN MORAL.....................................................................6

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................................7

A. KESIMPULAN....................................................................................................................7

B. SARAN..............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................9

i
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran pada dasarnya bertujuan untuk mendorong seseorang
menggapai perkembangan yang maksimal, tepat dengan kemampuan yang
dimilikinya, serta lewat pembelajaran bisa diwujudkan generasi muda yang
bermutu baik dalam bidang akademis, religious ataupun moral. Perihal ini erat
kaitannya dengan Undang- undang Sistem Pembelajaran Nasional Nomor 20
tahun 2003 pasal 1 ayat 1. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, upaya
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu lulusan siswanya adalah dengan
menanamkan aspek kepribadian kepada setiap siswa.
Perkembangan adalah suatu perubahan kecakapan, kematangan organ
fisik, pemikiran, dan emosional seseorang menuju ke dewasa. Pertumbuhab fisik
pada seseorang akan berhenti saat mencapai masa dewasa. Sedangkan
perkembangan emosional dan pemikiran akan terus berkembang selama
manusia hidup. Maka dari itu, perkembangan peserta didik harus diawasi dan
diarahkan agar tidak menyimpang pada perkembangan yang berdampak buruk.
Salah satunya yaitu perkembangan moral.
Moral adalah standar perilaku seseorang kepada orang lain yang
memungkinkannya untuk bersikap dan hidup dengan kooperatif terhadap suatu
kelompok, yang dikembangkan oleh konsep moral. Konsep moral yaitu suatu
peraturan tingkah laku yang menjadi suatu kebiasaan pada anggota duatu
budaya. Suatu perilaku yang menyimpang/melanggar dari strandar sosial yang
berlaku disebut amoral.
Ajaran moral dapat diibaratkan dengan buku petunjuk bagaimana kita
harus memperlakukan sepeda motor dengan baik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi moral dan perkembangan moral ?

1
2. Apa tahap-tahap perkembangan moral ?
3. Apa Faktor-faktor perkembangan moral ?

C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan sebagai berikut
1. Untuk mengetahui definisi moral dan perkembangan moral
2. Untuk mengetahui tahap-tahap pada perkembangan moral
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pada perkembangan moral

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN MORAL


Pengertian perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses
perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas
kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru (Reni Akbar Hawadi : 2001). Helden
(1977) dan Richards (1971) berpendapat moral adalah suatu kepekaan dalam
pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan-tindakan lain
yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan.
Jadi perkembangan moral menurut Santrock adalah perkembangan yang
berkaitan dengan aturan dan kontroversi yang telah ada sebagai acuan agar
manusia bisa berinteraksi dengan sesamanya.
Dijelaskan pula bawa dalam perkembangan moral terdapat
perkembangan proses dalam berfikir, merasa, dan berperilaku sesuai peraturan
(Santrock,2008). Moral individu berkaitan erat dengan perkembangan sosialnya,
juga pengaruh kuat dari perkembangan kognitif, afektif dan konatifnya
(Ahmadi, 2005)
Kohlberg mengemukakan teori tentang perkembangan moral
berdasarkan teori piaget, yaitu dengan perkembangan organismik. Dalam teori
kohlberg, perkembangan keputusan moral seiring bertambahnya usia, yang
semula diteliti piaget, mengatakan bahwa logika dan moralitas berkembang
melalui tahapan tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini,
dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya
berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama
kehidupan,walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari
penelitiannya. Kohlberg menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam
penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi
tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang
sama.

3
B. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MORAL
Dalam kategori perkembangan moral, kohlberg (gunarsa, 1985)
mengemukakan tiga tingkat dengan enam tahap perkembangan moral:
1. Tingkat 1: Prakonvensional Pada tingkat ini aturan berisi aturan moral yang
dibuat berdasarkan otoritas. Anak tidak melanggar aturan moral karena
takut ancaman atau hukuman dari otoritas. Tingkat ini dibagi menjadi dua
tahap: (1) tahap orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman pada tahap ini
anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ini ditentukan oleh adanya
kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Anak harus menurut, atau kalau
tidak, akan mendapat hukuman, (2) tahap relativistik hedonosme pada tahap
ini anak tidak lagi secara mutlak tergantung pada aturan yang berada di luar
dirinya yang ditentukan orang lain yang memiliki otoritas. Anak mulai
sadar bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi yang bergantung
pada kebutuhan (relativisme) dan kesenangan seseorang (hedonisme).
2. Tingkat 2: Konvensional Pada tingkatan ini anak mematuhi aturan yang
dibuat bersama agar diterima dalam kelompoknya. Tingkat ini juga terdiri
dari dua tahap: (1) tahap orientasi mengenai anak yang baik. Pada tahap ini
anak mulai memperlihatkan orientasi perbuatan yang dapat dinilai baik atau
tidak baik oleh orang lain atau masyarakat. Sesuatu dikatakan baik dan
benar apabila sikap dan perilakunya dapat diterima oleh orang lain atau
masyarakat. (2)tahap mempertahankan norma sosial dan otoritas. Pada
tahap ini anak menunjukkan perbuatan baik dan benar bukan hanya agar
dapat diterima oleh lingkungan masyarakat di sekitarnya, tetapi juga
bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan dan norma/ nilai sosial
yang ada sebagai kewajiban dan tanggung jawab moral untuk melaksanakan
aturan yang ada.
3. Tingkat 3: pasca konvensional pada tingkat ini anak mematuhi aturan untuk
menghindari hukuman kata hatinya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap:
(1) tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan
sosial. Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan

4
lingkungan sosial dan masyarakat. Seseorang menaati aturan sebagai
kewajiban dan tanggung jawab dirinya dalam menjaga keserasian hidup
masyarakat; (2) tahap universal. Pada tahap ini selain ada norma pribadi
yang bersifat subyektif ada juga norma etik (baik/ buruk, benar/ salah) yang
bersifat universal sebagai sumber menentukan sesuatu perbuatan yang
berhubungan dengan moralitas.

Menurut J. Bull perkembangan moral dibagi menjadi 3 yaitu:


(1) Tahap anomi, ketidakmampuan moral bayi. Moral bayi barulah suatu
potensi yang siap dikembangkan dalam lingkungan.
(2) Tahap heteronomi, dimana moral yang berpotensial dipacu berkembang
orang lain/otoritas melalui aturan dan kedisiplinan.
(3) Tahap sosionomi, dimana moral berkembang ditengah sebaya/dalam
masyarakat, mereka lebih menaati aturan kelompok dari pada aturan
otoritas.
(4) Tahap otonomi, moral yang mengisi dan mengendalikan kata hati serta
kemampuan bebasnya untuk berperilaku tanpa tekanan lingkungan.
Dari hasil penelitiannya, Piaget membagi tahap-tahap perkembangan moral
berdasarkan cara penalarannya, yaitu:
a. 4-7 tahun: tahap moralitas heteronom; pada tahap ini cara berpikir anak
tentang keadilan dan peraturan bersifat obyektif dan mutlak (dalam Monks,
Knoer, & Haditono, 2001), artinya tidak dapat diubah dan tidak dapat
ditiadakan oleh kekuasaan manusia.
b. 7-10 tahun: tahap transisi; anak menunjukkan sebagian sifat dari tahap
moralitas heteronom, dan sebagian sifat lain dari tahap moralitas autonom.
c. 10- dan seterusnya: tahap moralitas autonom; anak menunjukkan kesadaran
bahwa peraturan dan hukum diciptakan oleh manusia, oleh karenanya dalam
menilai suatu perbuatan, anak-anak selain mempertimbangkan akibat akibat
yang ditimbulkan oleh suatu perbuatan, juga sekaligus mempertimbangkan
maksud dan ikhtiar dari si pelaku.

5
C. FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN MORAL
Berikut ini faktor-faktor yang mempegaruhi perkembangan moral:
1. Perubahan dalam lingkungan, Perubahan dan kemajuan dalam berbagai
bidang membawa pergeseran nilai moral serta sikap warga masyarakat
ditengah perubahan dapat terjadi kemajuan/kemrosotan moral. Perbedaan
perilaku moral individu sebagian adalah dampak pengalaman dan pelajaran
dari lingkungan nilai masyarakatnya. Lingkungan memberi ganjaran dan
hukuman. Ini memacu proses belajar dan perkembangan moral secara
berkondisi.
2. Struktur kepribadian, Psiko analisa (Freud) menggambarkan perkembangan
kepribadian termasuk moral. Dimulai dengan sistem ID, selaku aspek
biologis yang irasional dan tak disadari. Diikuti aspek psikologis yaitu
subsistemego yang rasional dan sadar. Kemudian pembentukan superego
sebagai aspek sosial yang berisi sistem nilai dan moral masyarakat.
Ada sejumlah faktor penting yang mempengaruhi perkembangan moral
anak menurut (Hurlock, 1990):
(1) Peran hati nurani atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan
salah apabila anak dihadapkan pada situasi yang memerlukan pengambilan
keputusan atas tindakan yang harus dilakukan
(2) Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berperilaku tidak
seperti yang diharapkan dan melanggar aturan
(3) Peran interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk
mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat,
keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain

6
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Upaya pendidikan karakter tentu tidak dapat melepaskan diri dari aspek-
aspek psikis yang terdapat pada peserta didik yang dimungkinkan dapat
berpengaruh dalam proses pencapaian keberhasilan pembangunan karakter itu
sendiri. Salah satu aspek psikis individu yang paling berpengaruh signifikan bagi
perkembangan kepribadian individu adalah aspek moral. Kohlberg mengemukakan
dalam teori perkembangan moral seperti halnya Piaget bahwa sikap dan perilaku
moral bukanlah hasil sosialisasi atau pelajaran yang didapat dari kebiasaan yang
berhubungan semata-mata dengan nilai kebudayaan. Tetapi terjadi akibat dari
aktivitas spontan yang dipelajari dan berkembang melalui interaksi sosial peserta
didik dengan lingkungannya.
Melalui tahapan perkembangan moral yang disampaikan oleh Kohlberg,
peserta didik dengan pemahaman terhadap pentahapan yang terdapat dalam
perkembangan moral tersebut dapat membantu para pendidik dalam
mengaktualisasikan antara pendidikan karakter yang efektif dengan teori
pendukung perkembangan moral tersebut. Selain pemahaman mengenai tahapan
pengembangan moral pendidik diharapkan mampu memahami faktor-faktor pada
perkembangan moral karena tiap peserta didik tentu tidak sama. Dengan
menerapkan pendidikan karakter yang sesuai dengan kondisi tahap perkembangan
moral individu merupakan upaya bijak yang dapat dilakukan pendidik dalam
dinamika pendidikan karakter. Menerapkan aspek moral knowing, moral feeling
dan moral behaviour sebagai esensi dari pendidikan karakter akan lebih mudah bila
pendidik benar benar memahami di posisi dan tahap perkembangan moral mana
peserta didik tersebut sedang berlangsung.

7
B. SARAN
Dalam masa perkembangan anak, sebaiknya orang tua melakukan
tugasnya dan fungsinya sebaik mungkin untuk mendidik dan mengarahkan anak
agar tumbuh nilai-nilai moral yang menjadi panduan anak dalam melangkah dan
menentukan sikap dalam masyarakat umum.

8
DAFTAR PUSTAKA

Nida, F. L. K. (2013). Intervensi Teori Perkembangan moral Lawrence Kohlberg dalam


dinamika pendidikan karakter. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 8(2).

Maharani, L. (2014). Perkembangan moral pada anak. KONSELI: Jurnal Bimbingan


dan Konseling (E-Journal), 1(2), 93-98.

Anda mungkin juga menyukai