Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN 1.

1Latar Belakang Masalah Menurut Widjaja (1985:154)


menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan
(akhlak). Sementara itu Wila Huky, sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Daroesono
(1986:22) merumuskan pengertian moral secara kompeherensip sebagai perangkat ide-ide
tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok
manusia di dalam lingkungan tertentu, ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik
berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu, sebagai tingkah laku hidup manusia, yang
mendasarkan pada kesadaran bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik,
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya. Sedangkan moralitas
merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-
prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti: a. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain,
memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang
lain, dan b. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Menurut Soejono Soekanto norma-norma yang ada dalam masyarakat mempunyai kekuatan
mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat
ikatannya. Pada yang terakhir, umumnya anggota-anggota masyarakat pada tidak berani
melanggarnya. Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut, secara
sosiologis mengikat norma-norma tersebut, secara sosiologis dikenal adanya empat
pengetian,yaitu : cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat
(custom). Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang
benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-
nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas penting yang harus
dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat dan kemudian mau
membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi,
didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Perkembangan moral
(moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa
yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika
dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap
untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain
(dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku
mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh
dikerjakan. Namun, moral remaja pada era globalisasi ini telah menyimpang dari ajaran
tentang tingkah laku hidup atau ajaran agama tertentu yang berlaku di dalam lingkungan
masyarakat. Mereka cenderung mengagung-agungkan budaya Barat dibandingkan budaya
asli Indonesia yang sebenarnya sangat unik dan beragam. Bukan hanya mengagung-agungkan
budaya Barat saja tapi teknologi global pun juga ikut mempengaruhi krisis moral pada
remaja. Kebudayaan sama halnya dengan spesies-spesies, mengalami seleksi berdasarkan
adaptasinya terhadap lingkungan, yakni : sejauh mana kebudayaan itu membantu anggota-
anggotanya untuk survive dan memelihara kebudayaan itu sendiri. Nilai merupakan sesuatu
yang baik, diinginkan atau dicita-citakan dan dianggap penting oleh warga masyarakat,
misalnya kebiasaan dan sopan santun. Menurut Green, sikap merupakan kesediaan bereaksi
individu terhadap suatu hal, sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku
seseorang. Tingkah laku adalah implementasi dari sikap yang diwujudkan dalam perbuatan.
Dalam kaitan dengan pengamalan nilai-nilai hidup, maka moral merupakan kontrol dalam
bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Dalam hal ini
aliran Psikonalisis tidak membeda-bedakan antara moral, norma dan nilai. Semua konsep itu
menurut Freud menyatu dalam konsepnya super ego. Super ego sendiri dalam teori Freud
merupakan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego, sehingga
tidak bertentangan dengan masyarakat.Dari hasil penyelidikan kohlberg mengemukakan 6
tahap (stadium) perkembangan moral yang berlaku secara universal dan dalam urutan
tertentu. Ada 3 tingkat perkembangan moral menurut kohlberg, yaitu tingkat : I
Prakonvensional II Konvensional III Pasca-konvensional Masing-masing tingkat terdiri dari 2
tahap, sehingga keseluruhan ada 6 tahapan yang berkembang secara bertingkat dengan urutan
yang tetap. Tidak setiap orang dapat mencapai tahap terakhir perkembangan moral. Dalam
stadium nol, anak menganggap baik apa yang sesuai dengan permintaan dan keinginannya.
Hingga sesudah stadium ini datanglah: Tingkat I; prakonvensional, yang terdiri dari stadiun 1
dan 2. Pada stadium 1, anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman. Anak menganggap
baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya. Anak hanya mengetahui bahwa
aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Ia harus
menurut atau kalau tidak, akan memperoleh hukuman. Pada stadium 2, berlaku prinsip
Relaivistik-Hedonism. Pada tahap ini, anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan
yang ada di luar dirinya, atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap
kejadian mempunyai berbagai segi. Jadi, ada Relativisme. Relativisme ini artinya bergantung
pada kebutuhan dan kesanggupan sesorang. Misalnya mencuri kambing karena kelaparan.
Karena perbuatan “mencuri” untuk memenuhi kebutuhanya, maka mencuri dianggap sebagai
perbuatan yang bermoral, meskipun perbuatan mencuri itu diketahui sebagai perbuatan yang
salah karena ada akibatnya, yaitu hukuman. Tingkat II : konvensional. Stadium 3, menyngkut
orientasi mengenai anak yang baik. Pada stadium ini, anak mulai memasuki umur belasan
tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik
oleh orag lain, masyarakat adalah sumber yang menentukan, apakah perbuatan sesorang baik
atau tidak. Menjadi “anak yang manis” masih sangat penting daam stadium ini. Stadium 4,
yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dari otoritas. Pada stdium ini perbuatan
baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan
masyarakatnya, melainkan bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan-aturan atau
norma-norma soisal. Jadi perbuatan baik merupakan kewajiban untuk ikut melaksanakan
aturan-aturan yang ada, agar tidak timbul kekacauan. Tingkat III: Pasca-Konvensional.
Stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan
sosial, pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial,
dengan masyarakat. Seseorang harus memperlihatkan kewajibannya, harus sesuai dengan
tuntutan norma-norma sosial kerena sebaiknya, lingkungan sosial atau masyarakat akan
memberikan perlindungan kepadanya. Stadium 6, tahap ini disebut prinsisp universal. Pada
tahap ini ada norma etik disamping norma pribadi dan subjektif. Dalam hubungan dan
perjanjian antara seseorang ada unsur subjektif ynag menilai apakah suatu perbuatan itu baik
atau tidak. Dalam hal ini, unsur etika akan menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan
atau sebaliknya. Menurut Furter (1965), menjadi remaja berarti mengerti nila-nilai. Mengerti
nilai-nilai ini tidak berarti hanya memperoleh pengertian saja melainkan juga dapat
menjelaskanya/mengamalkannya. Hal ini selanjutnya berarti bahwa remaja sudah dapat
menginternalisasikan penilaian-penilaian moral, menjadikanya sebagai nilai-nilai pribadi.
Untuk selanjutnya penginternalisasian nilai-nilai ini akan tercemin dalam sikap dan tingkah
lakunya. Sama halnya dengan sifat-sifat spesies dalam teori Darwin praktek-praktek budaya
bisa berubah atau bermutasi, tetapi praktek-praktek budaya tersebut tetap berlaku karena
kebudayaan memiliki nilai adaptasi. Kelangsungan budaya sama halnya dengan
kelangsungan spesies-spesies, ditentukan oleh atau tergantung kepada kelangsungan an
perkembangan praktek-praktek yang memungkinkan kebudayaan itu bisa digunakan untuk
menangani lingkunagn fisik, juga tergabtung kepada kemampuannya untuk bersaing dengan
kebudayaan-kebudayaan lain. Globalisasi sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat
Indonesia terlebih lagi remaja. Sebab remaja merupakan masa pertumbuhan menuju dewasa
yang umumnya mereka masih bersifat labil. Itu mereka lakukan agar tidak dianggap
ketinggalan jaman atau di ejek “kalau nggak gini iya nggak gaul!”. Hal itu semakin
memperparah krisis moral di kalangan remaja. Sebagai generasi muda seharusnya kita dapat
lebih menghargai budaya kita sendiri dan menjadi remaja yang bermoral yang mampu
melawan dampak negatif dari globalisasi dan menganbil dampak positifnya. Tentunya
denganmengkatkan keimanan dan ketekwaan kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi,
kelompok kami mengadakan penelitian ini untuk mengidentifikasi moral remaja pada era
globalisasi. 1.2Rumusan Masalah 1.Dalam karya tulis ini kami akan mengemukakan
beberapa hal diantaranya, 2.Apakah moral itu? 3.Apakah dampak globalisasi terhadap moral?
4.Bagaimana penerapan moral pada kehidupan remaja? 5.Perlukah moral diterapkan sejak
dini? 6.Bagaimanakah moral remaja Indonesia? 7.Ilmu apa yang baik dan apa yang buruk
tentang ajaran moral? 8.Bagaimana dampak dari kelemahan moral? 9.Bagaimana perbedaan
pandangan tentang sifat moral? 10.Apakah moral itu bersifat objektivistik atau relativistik?
1.3Alasan Pemlihan Judul Alasan kami mengambil judul ini karena pada era globalisasi
terjadi penurunan moral pada remaja Indonesia mau membaca sehingga mereka akan
sadarpentingnya moral bagi diri remaja, dan agar remaja mendapat pengetahuan yang lebih
luas perlu diberikan ulasan bahwa substansi materiil dari ketiga batasan tersebut tidak
berbeda, yaitu tentang tingkah laku itu sendiri. Moral itu sendiri belum berwujud tingkah laku
tapi masih acuan dari tingkah laku. 1.4Penegasan Judul Krisis:keadaan suram tentang
ekonomi danmoral yang terjadi intensif dan dasyat dalam waktu singkat. Moral: secara
etimologis kata moral berasal dari kata most dalam bahasa lain, bentuk jamaknya mores yang
artinya tata cara atau adat istiadat. Jadi moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima
secara umum meliputi akhlak, dan mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat,
dan disiplin sebagai perangi (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan
merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan tanpa
perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya. Remaja: pertumbuhan anak menuju dewasa
dan mulai terjadi pada masa puber atau pubertas dari usia 17 tahun sampai 18 tahun. Etika:
ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (hak).
Era: sejumlah tahun dalam jangka waktu antara beberapa peristiwa penting dalam sejarah
atau masa. Globalisasi: suatu proses atau tatanan yang menyebabkan seseorang, sekelompok
orang, atau suatu negara saling dihubungkan dengan masyarakat atau negara lain akibat
kemajuan teknologi komunikasi di seluruh penjuru dunia. Jadi, krisis moral remaja pada era
globalisasi adalah keadaan moral yang suram yang terjadi pada masa pertumbuhan anak
menuju dewasa dalam jangka waktu antara beberapa peristiwa. 1.5Tujuan Pembahasan
1.Untuk mengerti pengertian moral. 2.Untuk mengetahui dampak globalisasi terhadap moral
remaja. 3.Untuk memahami lebih dalam tentang moral remaja. 4.Untuk mengetahui
penerapan moral pada kehidupan remaja. 1.6Lingkup Pembahasan Pada pembahasan
makalah ini kami menekankan pada lingkup moral kehidupan remaja. Karena remaja pada
saat ini masih sangat labil. Sehingga dalam hal ini ada penjelasan mengenai sifat remaja yang
berhubungan dengan moralitas remaja dalam era globalisasi baik positif maupun negatif.
1.7Metode Pembahasan Macam-macam metode penelitian dapat dibedakan menjadi lima,
yaitu metode kuisioner, metode wawancara, metode observasi, metode eksprimen, dan
metode kepustakaan. Metode kuisioner adalah metode yang cara memperoleh informasinya
dengan memberikan daftar pertanyaan yang dikirim kepada responden baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui pos perantara. Kuisioner atau angket dapat berupa pertanyaan
atau pernyataan yang dapat dijawab sesuai bentuk angket. Metode wawancara adalah metode
yang cara memperolehnya dengan proses komunikasi secara langsung maupun tidak langsung
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Metode observasi adalah metode yang cara
memperoleh informasinyaberasal dari pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap
objek yang diteliti dan dalam keadaan yang sebenarnya tanpa melalui wawancara. Untuk
pelaksanaan metode ini orang yang melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap gejala
atau fenomena yang diteliti haruslah dilakukan secara sistematis. Sedangkan untuk teknik
pelaksanaannya bisa dengan secara asli maupun tidak asli. Metode eksperimen adalah metode
yang diperlukan untuk menguji kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari penelitian. Dari
hasil kesimpulan sementara ataupun usul pemecahan masalah ini kemudian dapat dilanjutkan
dengan mengadakan percobaan-percobaan sehingga akhirnya dapat diambil suatu kesimpulan
apakah peneltian sudah memberikan jawaban yang sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan sebelumnya. Metode kepustakaan adalah memanfaatkan fasilitas yang berada di
dalam perpustakaan sekoalah berupa buku-buku yang dapat memberi informasi dan kami
juga mengambil sebagian informasi dari internet. Dan dalam makalah ini kami mengambil
metode kepustakaan dalam pengerjaannya. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Arti Definisi Arti
definisi menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah kata, frasa, atau kalimat yang
mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses atau aktivitas.
Dengan demikian definisi bisa berupa gambaran singkat mengenai suatu hal yang
membedakannya dengan benda lain. Arti definisi juga bisa berupa rumusan tentang ruang
lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau study. Kata
“remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity
(Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja,
seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode. Papalia dan Olds
(2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara
implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds (2001),
masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa
yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan
tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa
remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa
remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16
atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena
pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati
masa dewasa. Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa
antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat
bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang
berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam
hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan
proses pembentukan orientasi masa depan. Transisi perkembangan pada masa remaja berarti
sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa
dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses
pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari
masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi
dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock,
1990; Papalia & Olds, 2001). Dikatakan juga bahwa masa remaja disebut sturm und drang.
Artinya suatu masa dimana terdapat ketegangan emosi yang dipertinggi yang disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam keadaan fisik dan bekerjanya kelenjar-kelenjar yang terjadi pada
waktu remaja. Sebenarnya hal-hal tersebut hanya merupakan sebagian dari sebab-sebab yang
menimbulkan ketegangan pada waktu remaja. Sebab yang utama adalah keadaan sosial.
Artimya hubungan remaja dengan orang lain atau masyarakat yang sekarang tentunya
mengharapkan reaksi yang lain dari anak remaja dari pada di waktu dia masih kanak-kanak.
Bertambahnya ketegangan-ketegangan emosional itu disebabkan karena anak-anak remaja
harus membuat penyesuaian-penyesuaian terhadap harapan-harapan masyarakat yang baru
dan berlainan dari dirinya. Ada banyak bentuk-bentuk emosi yang nampak pada remaja,
diantaranya adalah marah, takut, malu, iri hati, kasih saying, kegembiraan, kesedihan, dan
rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang menyebabkan remaja menyelidiki hal-hal yang
ingin diketahuinya, termasuk menyelidiki hal-hal yang negatif. Adapun karakteristik yang
menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat
perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yakni: a.
mulai mampu berfikir abstrak. b. mulai mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat
hipotetis, maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada
waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka.
c. Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan
kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai
suatu yang bernilai walau belum mampu mempertanggungjawabkannya secara pribadi. d.
Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. e.
Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan. f. Penilaian moral menjadi kurang
egosentris. g. Penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal. Dalam makalah ini arti
definisi dari “Krisis Moral Remaja pada Era Globalisasi” adalah semakin menurunnya
perilaku masyarakat yang semakin menyimpang dan remaja tidak henti-hentinya menjadi
target utama yang perlu dibenahi. Ini sangat memalukan bagi masyarakat Indonesia yang
kental dengan adat ketimurannya. Sangat ironis memang, karena ini semua menimpa generasi
penerus yang seharusnya mengharumkan nama bangsa dimata dunia. Penyebab terjadinya
krisis moral yang menimpa remaja diantaranya adalah kurangnya perhatian dari keluarga,
pergaulan yang tidak baik, dan lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Semua ini tidak
terlepas dari peran orang tua yang seharusnya dapat mengontrol tingkah perilaku mereka
dalam kehidupan sehari-hari dalam melakukan kegiatan sehari-hari. 2.2 Fungsi Moral Salah
satu tugas perkembangan yang penting dalam masa remaja adalah untuk mengerti apa yang
diharapkan oleh kelompok dari padanya dan untuk mau mengubah sikap-sikapnya sesuai
dengan harapan-harapan ini tanpa selalu dibimbing, diawasi, dan diancam oleh orang-orang
dewasa, seperti pada masa kanak-kanak. Jadi sekarang padanya harus ada pengawasan dari
dalam atau internal control. Bilamana dalam masa kanak-kanak telah tertanam konsep-
konsep kesusilaan, maka konsep-konsep yang telah meresap dalam diri anak inilah yang kini
menjadi pengawasan dari tingkah laku anak remaja. Bilaman konsep-konsep ini tidak ada
dalam diri anak, maka dia tidak akan dapat memenuhi apa yang dihapakan oleh
masyarakatdarinya dalam hal kesusilaan. Pada remaja terjadi perubahan dalam konsep-
konsep moral. Kini anak remaja tidak mau lagi menerima konsep-konsep dari hal-hal yang
mana yang benar dan yang tidak benar, yang telah ditetapkan oleh orang tuanya atau teman-
teman sebayanya dengan begitu saja seperti masa kanak-kanak. Dia sekarang menentukan
sendiri, berdasarkan atas konsep-konsep moral yang dikembangkan dalam masa kanak-
kanak. Akan tetapi telah dirubah sesuai dengan tingkat perkembangannya yang telah lebih
tinggi atau dengan perkataan lain sesuai dengan perkembangan yang telah matang. Pada
umumnya anak remaja patuh terhadap pendiriannya sendiri mengenai apakah sesuatu
tindakan itu benar atau salah. Dia benar-benar tidak akan menindakkan apa yang menurut
pendapatnya salah dan benar-benar akan menindakkan apa yang dianggapnya benar. Tapi
terkadang ada anak remaja yang menindakkan tindakan-tindakan yang tidak dapat
diterimanya dalam masyarakat yang sangat serius. Para ahli yang telah mengadakan
penyelidikan megenai kenakalan remaja menarik kesimpulan, bahwa hal ini tidak disebabkan
oleh karena salah satu sebab saja, akan tetapi oleh beberapa sebab. Setiap individu
mempunyai perbedaan dalam menyikapi nilai, moral, dan sikap, tergantung dimana individu
tersebut berada. Pada anak-anak terdapat anggapan bahwa aturan-aturan adalah pasti dan
mutlak oleh karena diberikan oleh orang dewasa atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi
(Kohlberg,1963). Sedangkan pada anak-anak yang berusia lebih tua, mereka bisa menawar
aturan-aturan tersebut kalau disetujui oleh semua orang. Pada sebagian remaja dan orang
dewasa yang penalarannya terhambat, pedoman mereka hanyalah menghindari hukuman.
Sedangkan untuk tingkat kedua sudah ada pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan
sendiri seseorang juga harus memikirkan kepentingan orang lain. Perbedaan perseorangan
juga dapat dilihat pada latar belakang kebudayaannya. Jadi, ada kemungkinan terdapat
individu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan nilai, moral dan sikap serta tingkah
laku yang diharapkan padanya. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
moral: a. Hubungan harmonis dalam keluarga, yang merupakan tempat penerapan pertama
sebagai individu. Begitupula dengan pendidikan agama yang diajarkan di lingkungan
keluarga sangat berperan dalam perkembangan moral remaja. b. Masyarakat, tingkah laku
manusia bisa terkendali oleh kontrol dari yang mempunyai sanksi-sanksi buat pelanggarnya.
c. Lingkungan sosial, lingkungan sosial terutama lingkungan sosial terdekat yang bisa
sebagai pendidik dan pembina untuk memberi pengaruh dan membentuk tingkah laku yang
sesuai. d. Perkembangan nalar, makin tinggi penalaran seseorang , maka makin tinggi pula
moral seseorang. e. peranan media massa dan perkembangan teknologi modern. Hal ini
berpengaruh pada moral remaja. Karena seorang remaja sangat cepat untuk terpengaruh
terhadap hal-hal yang baru yang belum diketahuinya. Fasilitas teknologi, informasi dan
komunikasi merupakan salah satu faktor yang merubah kemuliaan perilaku generasi muda
dewasa ini. Jaringan internet misalnya, merupakan sebuah terobosan baru yang bisa
menghubungkan antara mereka yang di timur dengan mereka yang ada di barat atau di
selatan. Sehingga penyebaran informasi merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri sehingga
seluruh informasi baik membangun maupun yang merubuhkan akhlak akan berkontaminasi
dengan kepribadian kita sebagai orang timur ditambah dengan kurangnya nilai iman untuk
menyaring arus perjalanan informasi tersebut. Sudah banyak sekali kasus yang bisa kita
saksikan melalui media massa bahwa generasi muda sebagai motor dan tulang punggung
negara ini sudah rusak moral (akhlak) dan perilakunya. Budaya Islam sebagai budaya yang
seharus dikembangkan dan dijadikan sebagai ukuran atau filter penyaring dilupakan bahkan
dilecehkan. Generasi muda sudah kehilangan takaran iman yang bisa menepis pengaruh
budaya luar yang merusak kepribadian kita sebagai bangsa. Generasi muda kita banyak
kehilangan arah dan tersesat dalam area yang sangat berbahaya dan cenderung hanya
menggunakan nafsu sebagai takarannya. Dengan rusaknya moral dan akhlak generasi muda,
maka secara perlahan akan merusak tatanan suatu bangsa dan tinggal menunggu
kehancurannya. Allah jelas telah mengingatkan kita bahwa hancurnya bangsa diakibatkan
rusaknya moral dan akhlak pemudanya dan Qur’an dan Hadits yang diabaikan akan
memberikan dampak ketersesatan dan kehancuran manusia yang ada dalam negara tersebut.
Fungsi dan peranan moral dalam pembelajaran menjadi sangat penting untuk diketahui.
Sebagaimana kita diketahui pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, proses pendidikan atau
pembelajaran dijalankan oleh dua unsur penting yaitu pembelajar dan pengajar yang akan
membawa pendidikan kearah positif sebagaimana yang diharapkan. Pendidikan merupakan
tempat latihan sebenarnya bagi fisik, mental, dan spiritual peserta didik agar menjadi manusia
yang berbudaya sesuai dengan yang diamanatkan kepada pemerintah dalam UUD 1945 pasal
31 ayat 3 untuk mrngusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari penjabaran
diatas terlihat jelas moral memiliki posisi yang sangat penting dalam pembelajaran ataupun
dalam pendidikan nasional khususnya di Indonesia. Moral memilik peranan sebagai
pembentuk pribadi manusia yang berakhlak mulia seutuhnya dalam menghadapi dimensi
kehidupan. Globalisasi yang melanda negeri menimbulkan banyak tuntutan peningkatan
pendidikan moral pada lembaga pendidikan, ini didasarkan pada fenomena sosial yang
berkembang. Kenakalan remaja dalam masyarakat dan berbagai unsur dekagensi moral
lainnya, terutamadi kota-kota besaryang sudah sampai pada tahap yang sangat meresahkan.
Oleh karena itu pendidikan moral di sekolah dianggap sebagai wadah formal yang diyakini
mampu berperan aktif dalam membentuk pribadi generasi muda melalui intensitas pendidikan
moral. 2.3 Perlunya Pendidikan Moral di Era Globalisasi Adanya gerakan reformasi di
Indonesia secara umum menuntut diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan
dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa
pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui
proses pembelajarandan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pada sisi lain
disebutkan peranan pendidikan atau edukasi dalam mengadakan perubahan atau transformasi
di masyarakat ada tiga macam yaitu, menjaga generasi sejak masa kecil dari berbagai tindak
penyelewengan. Mengembangkan pola hidup, perasaan, dan memikiran mereka yang sesuai
dengan fitrah, agar mereka menjadi fondasi yang kokoh dan sempurna di masyarakat. Karena
pendidikan berjalan seiring dengan perkembangan anak-anak, maka pendidikan akan sangat
mempengaruhi jiwa dan perkembangan anak serta akan menjadi bagian dari keprbadiannya
untuk kehidupannya kelak, kemudian hari. Pendidikan sebagai alat terpenting untuk menjaga
diri dan memelihara nilai-nilai yang positif. Perlu kita ketahui bersama bahwa pendidikan di
seluruh dunia kini sedang mengkaji kembali perlunya pendidikan moral atau pendidikan budi
pekerti atau pendidikan karakter dibangkitkan kembali. Melalui pendidikan orang mampu
menguasai teknologi, yang kemudian dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya sesuai dengan
kebutuhan manusia, namun sebaliknya dengan pendidikan pula terkadang manusia menjadi
takabur atau sombong. Terjadinya krisis moral tersebut ternyata tidak hanya di Negara kita,
namun di Negara-negara yang telah maju pun seperti Amerika Serikat terjangkit virus moral
atau demonstrasi. Bagaimanapun pendidikan memegang peranan penting dalam segala aspek
kehidupan manusia. Bila di setiap sekolah selalu diajarkan pendidikan moral siswa siswinya
InsyaAllh Indonesia di masa depan akan lebih sukses dan bertambah maju. Pendidikan moral
di era globalisasi disebabkan masa sekarang banyak sekali krisis moral sehingga kita harus
memupuknya.Karena sudah banyak sekali terjadi pelanggaran yang telah dilakukan terutama
di kalangan remaja.apalagi banyaknya budaya asing yang masuk mengakibatkan terlahirnya
budaya baru yang tidak sesuai dengan budaya asli Indonesia. Pengaruh pendidikan moral ini
dapat diperoleh dari lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat maupun lingkungan
keluarga. Di lingkungan sekolah merupakan kewajiban guru untuk memberikan pendidikan
moral pada siswanya. Begitu pila sebaliknya, lingkungan keluarga merupakan tugas orag tua,
dan lingkungan masyarakat tugas dari diri sendiri untuk membedakan antara yang baik dan
yang buruk. Di era globalisasi ini, yang paling banyak terjadi krisis moral, sebagai contohnya
adalah pergaulan antara anak laki-laki dan anak perempuan sudah terlewat bebas, sudah jad
dari kata normal. Itu disebabkan dari kurangnya pendidikan moral yang Ia dapat dan
kurangnya keimanan mereka. Sekarang kita harus menyadari bahwa pendidikan moral
sangatlah penting. Tidak hanya untuk anak remaja saja, tetapi namun juga berlaku untuk
semua usia. Pendidikan moral harus diajarkan sejak dini sehingga nantinya akan terbiasa
untuk melakukannya, hal ini juga untuk membentuk kepribadian seseorang. Bersosialisasi
dengan lingkungan bahkan warga asing pun menjadi lebih mudah bila kita memiliki moral
yang baik. Selain itu, dengan moral yang baik orang yang berinteraksi dengan kita menjadi
senang dan dengan sendirinya menghormati kita, pandangan orang lain atau negara lain akan
berubah apabilakita sebagai warga Indonesia atau remaja Indonesia memiliki moral yang
baik. Apalagi bila dapat menjadi panutan bagi Negara lain merupakan hal yang
membanggakan bagi semua warga Indonesia. 2.4 Dampak Krisis Moral Remaja Diketahui
dengan adanya kemajuan informasi di satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya
media yang membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka. Sedangkan di sisi lain media
merasa kaum remajalah yang tepat menjadi konsumen dari berbagai produk yang ditawarkan.
Seperti diketahui bersama bahwa mediaberperan besar dalam pembentukan budaya
masyarakat dan proses peniruan gaya hidup, tidak megherankan pada masa sekarang adanya
perubahan cepat dalam teknologi informasi menimbulkan pengaruh negatif meskipun
pengaruh positifnya masih terasa. Hal ini terlihat jika dapat diumpamakan remaja perkotaan
sudah tertular dengangaya hidup barat. Terlihat pada sikap remaja yang mengikuti
perkembangan mode dunia, mulai dari fashion, gaya rambut, casing hand phone, pakaian,
cara makan, cara bertutur kata yang lebih sering menggunakan “ loe gue” dari pada “aku atau
saya, kamu”. Bahkan itu pun mereka ucapkan pada saat berbicara kepada orang yang lebih
tua. Padahal menurut budaya timur, harusnya kita harus sopan jika berbicara dengan orang
yang lebih tua. Lebih jauh lagi, dampak bagi remaja dapat dilihat khususnya perempuan
cenderung tertanam dalam pandangan mereka. Jika perempuan menarik adalah perempuan
yang agresif dan seksi. Selain itu, dengan semakin mudahnya remaja mendapatkan VCD
porno dan internet yang menampilkan gambar-gambar porno membuat para remaj penasaran
untuk mencobanya melalui kehidupan seks bebas atau bahkan jika hasrat seksualnya tinggi
bisa nekat melakukan pemerkosaan. Disamping itu, terdapat pula banyak pemilik warung
kecil yang dengan bebas menjual kondom bahkan obat perangsang berupa permen karet yang
berdampak meningkatkan libido pada wanita. Ini sangat memprihatinkan jika dilihat dari latar
belakang Negara kita yang merupakan Negara Timur bukanlah Negara barat. Selain itu,
terdapat fenomena kehidupan remaja di perkotaan sering terlihat terdapat pasangan muda
mudi yang belum resmi, melakukan sikap yang menyimpang dari moral dan norma, ironisnya
lagi terkadang terjadi penggeledahan di hotel-hotel maupun tempat-tempat hiburan malam
yang dilakukan oleh pihak yang berwenang karena terdapat praktek mesum dan banyak
diantara mereka adalah remaja usia sekolah yang melakukan praktik mesum. Selain itu juga
remaja putri yang berjilbab pun patut dipertanyakan meskipun tidak semuanya. Sungguh
pemandangan yang kiranya menandakan bahwa moral remaja bangsa ini sudah benar-benar
merosot. Faktor keimanan dan niat untuk benr-benar menjauhi dikap buruk , peran keluarga
dan media masa sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral remaja. media masa harus
benar-benar memberikan informasi untuk meningkatkan rasa percaya diri, bebas dari
diskriminasi, terlindung dari pelecahan, kekerasan, dan eksploitasi seks. Dengan demikian
bila melihat persoalan tersebut sudah saatnya kita bersama harus membentengi diri dengan
keimanan dan harus selektif dalam bentuk apapun agar agar tidak tertindas dari
perkembangan kemajuan yang berpengaruh pada rusaknya moral bangsa ini. Marilah kita
ambil nilai-nilai positif dari perkembangan zaman dan tetap selektif terhadap dampak-
dampak negatif dari kemajuan zaman. . Sifat Moral : Perspektif Objektivistik vs Relativistik
Dalam kajian tentang moral terdapat perbedaan pandangan yang menyangkut pertanyaan,
apakah moral itu sifatnya objektivistik atau relativistik ? Pertanyaan yang hampir sama,
apakah moral itu bersifat absolut atau relatif, universal atau kontekstual, kultural, situasional,
dan bahkan individual ? Menurut perspektifObjektivistik, baik dan buruk itu bersifat pasti
atau tidak berubah. Suatu perilakuyang dianggap baik akan tetap baik, bukan kadang baik dan
kadang tidak baik. Senada dengan pandangan Objektivistik adalah pandangan absolut yang
menganggap bahwa baik dan buruk itu bersifat mutlak, sepenuhnya, dan tanpa syarat.
Menurut pandangan ini perbuatan mencuri itu sepenuhnya tidak baik, sehingga orang tidak
boleh mengatakan bahwa dalam keadaan terpaksa, mencuri itu bukan perbuatan yang jelek.
Demikian pula halnya dengan pandangan yang universal, prinsip-prinsip moral itu berlaku di
mana saja dan kapan saja. Prinsip-prinsip moral itu bebas dari batasan ruang dan waktu.
Sebaliknya pandangan yang menyatakan bahwa persoalan moralitas itu sifatnya relatif, baik
dan buruknya suatu perilaku itu sifatnya “tergantung”, dalam arti konteksnya, kulturalnya,
situasinya, atau bahkan tergantung pada masing-masing individu. Dari dimensi ruang, apa
yang dianggap baik bagilingkungan masyarakat tertentu, belum tentu dianggap baik oleh
masyarakat yanglain. Dari dimensi waktu, apa yang dianggap baik pada masa sekarang,
belum tentudianggap baik pada masa-masa yang lalu. Salah satu kelemahan literatur tentang
moral atau etika, terutama yang bersumber dari literatur Barat, adalah kurang adanya
klasifikasi moral, etika pada umumnya tidak membedakan secara jelas antara kesusilaan dan
kesopanan. Dua pandangan yang saling dipertentangkan itu sesungguhnya dapat diterima
semua, dalam arti ada prinsip-prinsip etik atau moral yang bersifat Objektivistik-universal
dan ada pula prinsip-prinsip etik atau moral yang bersifat relativistik-kontekstual. Prinsip-
prinsip moral yang bersifat Objektivistik-universal yang dimaksudkan adalah prinsip-prinsip
moral secara obyektif dapat diterima oleh siapapun, di manapun, dankapanpun juga. Sebagai
contoh adalah sifat atau sikap kejujuran, kemanusiaan,kemerdekaan, tanggung jawab,
keihlasan, ketulusan, persaudaraan, keadilan dan lainlain. Sedangkan prinsip-prinsip moral
yang bersifat relativistik-kontekstual sifatnya “tergantung”, “sesuai dengan konteks”,
misalnya tergantung pada konteks kebudayaan atau kultur, sehingga bersifat kultural.
Demikian seterusnya, sifat relativistik-kontekstual itu pengertiannya bisa berarti nasional,
komunal, tradisional, situasional, kondisional, atau bahkan individual. Sebagai contoh adalah
sikap kebangsaan, adab “ketimuran”, etika atau sopan santun orang Jawa atau Minangkabau,
serta berbagai etika terapan. Sebagaimana dikenal dalam kajian tentang macam-macam
norma, dikenal adanya empat macam norma, yaitu norma keagamaan, norma kesusilaan,
norma kesopanan, dan norma hukum. Norma kesusilaan itu lebih bersumber pada prinsip-
prinsip etis dan moral yang bersifat Objektivistik-universal. Sedangkan normakesopanan itu
bersumber pada prinsip-prinsip etis dan moral yang bersifatrelativistik-kontekstual. Sejalan
dengan hal ini, Widjaja (1985: 154) mengemukakanbahwa persoalan moral dihubungkan
dengan etik membicarakan tentang tata susiladan tata sopan santun. Tata susila mendorong
untuk berbuat baik, karena hatikecilnya mengatakan baik, yang dalam hal ini bersumber dari
hati nuraninya, lepasdari hubungan dan pengaruh orang lain. Tata sopan santun mendorong
untuk berbuatbaik, terutama bersifat lahiriah, tidak bersumber dari hati nurani, untuk
sekedarmenghargai orang lain dalam pergaulan. Dengan demikian tata sopan santun
lebihterkait dengan konteks lingkungan sosial, budaya, adat istiadat dan sebagainya Bab III
PENUTUP 3.1 Kesimpulan Masa remaja adalah masa yang sangat rawan dimana mereka
belajar mencari jati diri yang sebenarya. Di masa ini mereka memiliki rasa ini tahu yang
tinggi bahkan menyelidki atau mencoba hal-hal yang negative. Dalam hal ini pendidikan
moral sangat penting sebagai pembentuk pribadi yang berakhlak mulia dalam menghadapi
berbagai dimensi kehidupan. Sekarang kita harus menyadari bahwa pendidikan moral
sangatlah penting, tidak hanya untuk anak remaja saja namun berlaku untuk semua usia.
Mengingat banyaknya pengaruh budaya asing yang masuk di Negara kita ini, maka dari itu
perlunya kerja keras untuk menghadai masalah yang sampai saat ini juga masih perlu
penanganan khusus. Apalagi di era globalisasi perkembangan iptek banyak membawa
dampak negative bagi remaja. Terutama krisis moral seperti pergaulan bebas atau seks bebas.
Dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu: kurang pendidikan moral yang
mereka dapatkan dan Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok
teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada
masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan
sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001).
Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar. Pada diri
remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun
remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan
tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi
oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991). Kelompok teman sebaya diakui
dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya
(Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001).
Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya
merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan
dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai
bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya
(Conger, 1991). Untuk itu perlu adanya pengawasan bagi mereka. Dan selain itu faktor
keimanan dan niat untuk benar-benar menjauhi sikap buruk, peran warga dan media masa
sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral remaja. Dimulai dari keluarga, sekolah,
dan masyarakat agar mereka tidak terjerumus dalam hal yang negative. Pada remaja saat ini
terjadi perubahan dalam konsep-konsep moral ini. Pada saat ini anak remaja tidak mau lagi
menerima konsep-konsep dari hal-hal yang benar dan yang tidak benar, yang telah ditetapkan
oleh orang tuanya atau teman sebayanya. Bahkan mereka banyak yang membangkang
terhadap orang yang lebih tua, terhadap orang yang menasehati kita. Bagi remaja di era
globalisasi untuk membentengi diri perlu sikap yang tegas yaitu bijaksana artinya membuka
diri terhadap perkembangan globalisasi, waspada, selektif artinya mampu memilih yang
terbaik serta mempertahankan nilai-nilai pergaulan sesuai kepribadian bangsa dan
menjalankan nilai-nilai agama.Maka dari itu perlu adanya kesadaran dari setiap individu
tersebut, dan untuk bisa membentengi diri mereka masing-masing dari pengaruh negative dari
era globalisasi pada saat ini yang merusak moral remaja atau bangsa kita ini. Menjadi remaja
berarti mengerti nilai-nilai, yang berarti tidak hanya memperoleh pengertian saja tetapi juga
dapat menjalankannya atau mengamalkannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan moral yaitu hubungan harmonis dalam keluarga, masyarakat, lingkungan
sosial, perkembangan nalar, dan peranan media massa dan perkembangan teknologi modern.
Karakteristik perkembangan moral antara lain: mulai mampu berfikir abstrak, mulai mampu
memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis, mulai tumbuh kesadaran akan
kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada, keyakinan moral lebih berpusat
pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah, keadilan muncul sebagai kekuatan
moral yang dominan, penilaian moral menjadi kurang egosentris, dan penilaian secara
psikologis menjadi lebih mahal. Kita pernah punya konsep strategi Repelita Orde Baru –yang
menurut saya yang bodoh– yang bagus, kita melihat hasilnya selama 25 tahun terakhir
kemajuan terlihat nyata, namun sayang konsep yang bagus dikotori oleh moral korupsi yang
tinggi. Kini penguasa pencetus Repelita tersebut hancur, namun sayang sejuta sayang konsep
yang bagus tersebut tidak ditindaklanjuti, seolah-olah yang bagus menjadi jelek hanya karena
keluar dari pikiran pemimpin atau penguasa yang telah dicap jelek. Negeri ini diguncang dari
dalam oleh pemimpin-pemimpinnya, dirongrong oleh negeri tetangga karena dianggap tidak
becus memberdayakan wilayah potensial, tak lupa dipukul keras oleh alam akhir tahun lalu.
Perbedaan individu dalam perkembangan nilai, moral dan sikap,sesuai dengan umur, faktor
kebudayaan, dan tingkat pemahamannya. Indonesia banyak mengadopsi sistem pendidikan
sekuler, inilah yang membuat hancur pendidikkan di Indonesia terutama pendidikan akhlak
dan moral. Indonesia harus mengembangkan pola pendidikan Iran. Jika dikelola dan
dikembangkan dengan baik dan didukung oleh pemerintah, maka pola Iran ini sangat baik
dalam mendidik moral dan akhlak anak-anak ketika menimba ilmu. Disiplin yang keras dan
pengawasan anak-anak selama 24 jam melatih moral dan akhlak untuk selalu disiplin dan
terbiasa mematuhi aturan yang ada. 3.2 Saran Bagi para remaja, pandai-pandailah membawa
diri berfikir positif dan jauhkan diri dari hal negatif yang menjerumuskan dan dapat merusak
segala cita-cita dan impian. ØBagi keluarga atau orang tua dampingilah putra-putri Anda
pada saat mereka mulai beranjak dewasa atau remaja, terutama tanamkan pendidikan moral
dan nilai-nilai agama yang kuat bagi mereka. ØBagi sekolah pengajaran moral dan budi
pekerti sangat dibutuhkan bagi remaja. Pendampingan, ketelatenan dibutuhkan remaja pada
saat ini. ØJadi sekarang perlu adanya bahkan harus ada pengawasan dari dalam atau internal
control. ØMari kita ambil nilai-nilai positif dari perkembangan zaman dan tinggalkan dampak
atau nilai-nilai negatifnya. ØPerbanyaklah pengetahuan Anda tentang pengaruh atau dampak
globalisasi. Agar Anda tidak salah mengambil manfaat dari globalisasi. ØPendidikan
merupakan hak yang penting bagi masyarakat. Dengan pendidikan , seseorang dapat
membuka pikiran dan wawasan yang akan membantunya melakukan perubahan sosial ke
arah lebih baik. ØKita harus siap menerima pengalaman baru dan keterbukaan terhadap
inovasi serta perubahan. ØKita harus siap membentuk atau mempertahankan pendapat
mengenai berbagai masalah yang menyangkut kepentingan umum, mencari bukti mengenai
sebuah pendapat, mengakui pendapat tersebut, danmenilai pendapat tersebut sebagai suatu
yang positif. DAFTAR RUJUKAN Detik-Detik Sosiologi. 2012. PT. Intan Pariwara. Drs.
Sutomo, M.Pd. MGMP Sosiologi. 2012. Kabupaten Blitar. Koswara, E. 1991. Teori-Teori
Kepribadian. Bandug : PT. Eresco. M.A, Soeslowaindradini. Psikologi Perkembangan (Masa
Remaja). Surabaya : Usaha Nasional. Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. www.wikipedia.com Dita Rahayu /ditarahayu Saya
adalah mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Malang Selengkapnya... IKUTI Share 6 0
Memuat... KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT
OLEH DAN MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS. LABEL sosbud humaniora
TANGGAPI DENGAN ARTIKEL RESPONS : 0 NILAI : 0 Beri Nilai KOMENTAR : 3
Radix WP Ver 209 April 2014 09:43:41 Kenapa ya jauh lbh banyak org Iran yg ingin pindah
ke negara2 Barat utk menikmati kebebasan sekuler, ketimbang segelintir org Barat yg berniat
pindah ke Iran utk menjalani kehidupan agamis? Ini kan bukti nyata bhw sistem liberal
sekuler lbh membahagiakan ketimbang sistem theokrasi ala Iran.. Balas Dita Rahayu02 Mei
2014 02:46:21 dari jawaban Anda diatas, sebenanya Anda sudah mendapatkan jawaban atas
pertanyaan Anda sebelumnya. "Krn keimanan itu hanyalah persepsi subyektif individual, yg
mungkin penting bagi sebagian org, tapi tdk penting bagi sebagian yg lain." itu mengapa
"jauh lbh banyak org Iran yg ingin pindah ke negara2 Barat utk menikmati kebebasan sekuler,
ketimbang segelintir org Barat yg berniat pindah ke Iran utk menjalani kehidupan agamis?"
Balas Nadia Salavega06 Maret 2015 09:36:57 Gambar Lucu Komentar Fb Cara Menambah
Berat Badan Cara Memanjangkan Bulu Mata Cara Membasmi Kutu Rambut Cara
Mengecilkan Pori Pori Cara Menghaluskan Kulit Cara Memutihkan Kulit Ketiak Jenis Usaha
Sampingan Usaha Sampingan Untuk Mahasiswa Jenis Usaha Rumahan Usaha Sampingan
Modal Kecil Desain kebaya lengan Pendek Model baju gamis Model gaun ivan gunawan
Model baju kerja muslim Model baju atasan wanita Balas Featured Article Jakob Oetama:
Bekerja Itu All Out! Boris Toka Pelawi (Bang Bo) 02 Agustus Headline 1 Jangan Lewatkan
Kemeriahan Kompasianival 2016! Kompasiana 27 September 2016 2 Menikah Itu Indah, Ini
Alasannya Ns.Rahayu Setiawati Damanik, S.Kep, M.S.M 26 September 2016 3 Ini Juara
Lomba Nulis Restorasi Film Tiga Dara (Event PlanetKenthir) Planet Kenthir 26 September
2016 4 [Cerpen] Bunga-bunga Mahoni yang Bermekaran Fitri Manalu 27 September 2016 5
Napas Anak-anak Itu “Beraroma” Timbal Achmad Saifullah Syahid 27 September 2016 Nilai
Tertinggi Tak Usah Bawel Deddy Corbuzier, Bayari Test DNA Ario Dengan Kumara Teguh
Saja Absah 27 September Hanya Begini Pelayanan PT Pos Indonesia Bambang Setyawan 27
September Kesempatan Kerja di Hong Kong Biyanca Kenlim 27 September Agus Belajar
Melangkah, Anies Mau Melangkah, Ahok Sudah Jauh Melangkah wara katumba 27
September Bulan Madu Australia dan Timor Leste Segera Berakhir? Ronny Noor 27
September Terpopuler Pak Anies, Antara Kuda Troya, Ken Arok dan Semar Leonardi
Gunawan 27 September Anies Baswedan Menjadi Penantang Ahok yang Paling Kuat M. Jaya
Nasti 27 September Laga Amerika di Saga Pilkada DKI Ratu Adil 27 September Bulan Madu
Australia dan Timor Leste Segera Berakhir? Ronny Noor 27 September Agus Belajar
Melangkah, Anies Mau Melangkah, Ahok Sudah Jauh Melangkah wara katumba 27
September Tren di Google Belasan Ribu Santri Bersatu Padu Tertipu Dimas Kanjeng Taat
Pribadi Bambang Setyawan 26 September 2016 Bulan Madu Australia dan Timor Leste
Segera Berakhir? Ronny Noor 27 September 2016 Laga Amerika di Saga Pilkada DKI Ratu
Adil 27 September 2016 Pak Anies, Antara Kuda Troya, Ken Arok dan Semar Leonardi
Gunawan 27 September 2016 Agus Belajar Melangkah, Anies Mau Melangkah, Ahok Sudah
Jauh Melangkah wara katumba 27 September 2016 Gres Masa Depan Bangsa di Tangan
Kuota Internet Ulfi Nabila Febriani 27 September Pemeriksaan Narkoba untuk Peserta Didik
Baru dr Lestari Rahmah, MKT 27 September [Fiksi Horor dan Misteri]Misteri Lukisan Tua
Kiara Vie 27 September Superbugs NDM-1 Virus Kebal Antibiotik dr Lestari Rahmah, MKT
26 September Gelora Bandung Lautan Api, Stadion Bagus Fasilitas Tidak Diurus hasan basri
25 September

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ditarahayu/makalah-krisis-moral-remaja-pada-
era-globalisasi_54f7ae21a33311541d8b478c

Anda mungkin juga menyukai