Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JURNAL REVIEW

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

OLEH :

QORRY DHELLAILA
6213111038
PJKR-1D

DOSEN PENGAMPU :
DORIS APRIANI RITONGA,S.Psi,MA
MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

JURUSAN PEND.JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
T.A 2021/2022
JURNAL PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Judul Kenakalan Remaja Dan Penangananya


Jurnal Penelitian dan PPM
Sumber http://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/download/14393/6947
Jurnal
Volume Vol 4,No: 2 Hal: 129 – 389 juli 2017
Dan Tahun
ISSN 2442-448X

Penulis Dadan Sumara,Sahadi Humaedi, Budiarti Santoso

Tanggal Juli 2017


A. Jurnal 1 ( Utama )
B. Jurnal 2 ( Pembanding )
Judul Menguatkan Kembali Pendidikan Keagamaan dan Moral Anak
didik
Jurnal
Sumber http://uinsgd.ac.id/index.php/istek/article/viewFile/228/243
Jurnal
Volume Vol 8,No:2 Hal: 199-216 Agustus 2014
Dan Tahun
ISSN 1979-8911
Penulis Yuningsih
Tanggal Agustua 2014

A. RINGKASAN JURNAL

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meninjau perkembangan moral pada anak. Pada sikap
dan perilaku moral tersirat nilai-nilai yang dianut berkaitan dengan nilai mengenai sesuatu
yang dikatakan baik dan benar, patut, dan seharusnya terjadi. Yang menjadi persoalannya
mengapa sikap perkembangan moral pada anak saat ini semakin memprihatinkan. Sebagian
besar diteruskan dari generasi ke generasi melalui proses pendidikan seumur hidup. Ada
nilai-nilai yang perlu dipertahankan, ada yang diasimilasikan ke arah kemajuan atau
perubahan progresif, tetapi ada juga yang berubah atau bergeser karena berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Model ini diharapkan menjadi satu mekanisme kita sebagai orang tua,
guru, maupun masyarakat perlu memahami perkembangan sikap moral agar dapat membantu
peserta didik mengembangkan sikap moral yang dikendaki, mendidik peserta didik menjadi
anak yang baik, dan bersikap moral secara baik dan benar.

Kata Kunci: Potensi, Kecerdasan spiritual, Kebermaknaan dan Kebahagiaan hakiki, SDM
berkualitas, Bimbingan, Anak usia dini.

PENDAHULUAN

Pengertian Moral, Sikap dan Nilai Moral berasal dari kata latin “mores” yang berarti
tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode
moral kelompok sosial, yang dikembangakan oleh konsep moral. Yang dimaksud dengan
konsep moral ialah peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu
budaya. Konsep moral inilah yang menentukan pola perilaku yang diharapakan dari seluruh
anggota kelompok.

Menurut piaget (Sinolungan, 1997), hakikat moralitas adalah kecenderungan


menerima dan menaati sistem peraturan. Selanjutnya, kohlberg (Gunarsa, 1985)
mengemukakan bahwa aspek moral adalah sesuatu yang tidak dibawa dari lahir, tapi sesuatu
yang berkembang dan dapat diperkembangkan/dipelajari.

Sikap adalah perilaku yang berisi pendapat tentang sesuatu. Dalam sikap positif
tersirat sistem nilai yang dipercayai atau diyakini kebenarannya. Nilai adalah suatu yang
diyakini, dipercaya, dan dirasakan serta diwujudkan dalam sikap atau perilak. Biasanya, nilai
bermuatan pegalaman emosional masa lalu yang mewarnai cita-cita seseorang, kelompok
atau masyarakat. Moral merupakan wujud abstrak dari nilai-nilai, dan tampilan secara
nyata/kongkret dalam perilaku terbuka yang dapat diamati. Sikap moral muncul dalam
praktek moral dengan kategori positif/menerima, netral, atau negatif/menolak.
METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan dengan deskriftif kualitatif, dalam tulisan ini peneliti
menggunakan studi pustaka atau menggali data dari Library Research untuk memperkaya
khasanah keilmuan bimbingan dan konseling.

LANGKAH PENELITIAN

Piaget membagi pekembangan menjadi 3 fase yaitu:


(1) Fase absolut. anak menghayati peraturan sebagai suatu hal yang dapat diubah, karena
berasal dari otoritas yang dihormatinya. Disini peraturan sebagai moral adalah obyek
eksternal yang tidak boleh diubah.
(2) Fase realitas anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang lain. Peraturan
dianggap dapat diubah, karena berasal dari perumusan bersama. Mereka menyetujui
perubahan yang jujur dan disetujui bersama, serta merasa bertanggung jawab menaatinya.
(3) Fase subyektif anak memperhatikan motif/kesengajaan dalam penilaian perilaku.
Perkembangan moral dipengaruhi upaya membebaskan diri dari ketergantungan pada
orang tua, meningkatkan interaksi dengan sesama dan berkontak dengan pandangan lain.
Dengan interaksi yang bertambah luas anak makin mampu memahami pandangan orang
lain dan berbagi aturan untuk kehidupan bermoral dalam kebersamaan.

Dalam kategori perkembangan moral, kohlberg (gunarsa, 1985) mengemukakan tiga


tingkat perkembangan moral:
1. Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini aturan berisi aturan moral yang dibuat berdasarkan otoritas. Anak tidak
melanggar aturan moral karena takut ancaman atau hukuman dari otoritas. Tingkat ini dibagi
menjadi dua tahap: (1) tahap orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman pada tahap ini anak
hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ini ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa
diganggu gugat. Anak harus menurut, atau kalau tidak, akan mendapat hukuman, (2) tahap
relativistik hedonosme pada tahap ini anak tidak lagi secara mutlak tergantung pada aturan
yang berada di luar dirinya yang ditentukan orang lain yang memiliki otoritas. Anak mulai
sadar bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi yang bergantung pada kebutuhan
(relativisme) dan kesenangan seseorang (hedonisme).

2. Tingkat Konvensional
Pada tingkatan ini anak mematuhi aturan yang dibuat bersama agar diterima dalam
kelompoknya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap: (1) tahap orientasi mengenai anak yang
baik. Pada tahap ini anak mulai memperlihatkan orientasi perbuatan yang dapat dinilai baik
atau tidak baik oleh orang lain atau masyarakat. Sesuatu dikatakan baik dan benar apabila
sikap dan perilakunya dapat diterima oleh orang lain atau masyarakat. (2) tahap
mempertahankan norma sosial dan otoritas. Pada tahap ini anak menunjukkan perbuatan baik
dan benar bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakat di sekitarnya, tetapi
juga bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan dan norma/ nilai sosial yang ada
sebagai kewajiban dan tanggung jawab moral untuk melaksanakan aturan yang ada.
3. Tingkat pasca konvensional.
Pada tingkat ini anak mematuhi aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya. Tingkat ini
juga terdiri dari dua tahap:
(1) tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada tahap
ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat.
Seseorang menaati aturan sebagai kewajiban dan tanggung jawab dirinya dalam menjaga
keserasian hidup masyarakat,
(2) tahap universal. Pada tahap ini selain ada norma pribadi yang bersifat subyektif ada juga
norma etik (baik/ buruk, benar/ salah) yang bersifat universal sebagai sumber menentukan
sesuatu perbuatan yang berhubungan dengan moralitas.

HASIL PENELITIAN

Sikap dan perilaku moral dapat dipelajari dengan cara berikut:


(1) Belajar melalui cob/ ralat (tryal and error). Anak mencoba belajar mengatahui
apakah perilakunya sudah memenuhi standart sosial dan persetujuan sosial atau belum. Bila
belum, maka anak dapat mencoba lagi sampai suatu ketika secara kebetulan dapat
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.
(2) Pendidikan langsung yang dilakukan dengan cara anak belajar memberi reaksi
tertentu secara tepat dalam situasi tertentu, serta dilakukan dengan cara memenuhi
peraturan yang berlaku dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar.
(3) Identifikasi dengan orang yang dikaguminya. Cara ini biasanya dilakukan secara
tidak sadar dan tanpa tekanan dari orang lain. Yang penting ada teladan dari orang yang
diidentifikasikan untuk ditiru perilakunya.
Pendidikan saat ini umunya mempersiapkan peserta didik memilki banyak
pengetahuan, tetapi tidak tahu cara memecahkan masalah tertentu yang dihadapai dalam
kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Pendidikan lebih mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi anak yang pandai dan cerdas, tetapi kurang mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi anak yang baik. Masalah berkenaan dengan baik dan buruk menjadi kajian bidang
moral.
KESIMPULAN

Demikian juga dalam mengembangkan aspek moral peserta didik berarti bagaimana
cara membantu peserta didik untuk menjadi anak yang baik, yang mengetahui dan
berperilaku atau bersikap berbuat baik dan benar. Sikap dan perilaku moral dapat
dikembangkan melalui pendidikan dan penanaman nilai/ norma yang dilakukan secara
terintegrasi dalam pelajaran maupun kegiatan yang dilakukan anak di keluarga dan sekolah.
Pendidikan bukan hanya mempersiapkan anak menjadi manusia cerdas, tetapi juga menjadi
manusia yang baik, berbudi luhur, dan berguna bagi orang lain.
Pengembangan moral melalui pendidikan mestinya bukan hanya mengajarkan nilai-
nilai sebagai slogan saja. Hal ini tampak pada moral yang diyakini penganut dan moral
budaya yang diterima masyarakat. Proses pendidikan dan pembelajaran moral diteladankan
orang tua dan dilakukan secara terpadu (integrated) pada tiap peluang dalam semua kegiatan
sekolah. Pendidik mengajarkan keteraturan hidup, disiplin serta melatih dan membiasakan
peserta didik bermoral dalam perilaku dan kegiatannya.
Otoritasmendukung berbagai kegiatan pengembangan moral warga masyarakat
sebagai bagian upaya membangun karakter manusia indonesia seutuhnya. Cara yang ideal
adalah dengan memantapkan pancasila melalui keteladanan pendidik pada umumnya kepada
warga bangsa sebagai peserta didik sepanjang hayat dalam proses membangun moral bangsa.
BAB III
PERBANDINGAN JURNAL

ABSTRAK

JURNAL 1 JURNAL 2
Remaja merupakan aset masa depan suatu Pendidikan keagamaan menjadi salah satu
bangsa. Namun saat ini banyak sekali yang solusi dalam usaha membendung terjadinya
terjadi pada diri remaja, seperti narkoba dan kondisi amoral yang tidak seharusnya terjadi
genk motor. Hal ini merupakan masalah yang belakangan ini, sehingga dengannya di
sudah tidak asing lagi. Kenakalan remaja harapkan adanya pembentukan kesalehan
meliputi semua perilaku yang menyimpang pribadi dan kesalehan sosial. Penguatan
dari norma- norma hukum pidana yang kembali akan pentingnya pendidikan
dilakukan oleh remaja. Banyak sekali faktor keagamaan dan moral,salah satu
internal dan eksternal penyebab kenakalan memahaminya ialah dengan kesalahan
remaja yang perlu diperhatikan. Untuk persepsi dan kesalahan orientasi.
mengatasinya maka bimbingan dari orang tua
dan juga lingkungan yang baik bisa menjadi
penentu bagi perkembangan remaja tersebut.
METODE PENELITIAN

JURNAL 1 JURNAL 2
Metode penelitian ini termasuk Metode penelitian ini dilakukan dengan
penelitian penjelasan. Metode yang deskriftif, dalam tulisan ini peneliti
digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan studi pustaka atau menggali data.
metode korelasional. Dan penelitian ini
juga meneliti penjelasan dominan dari
pemaparan dari para ahli.
HASIL PENELITIAN

JURNAL 1 JURNAL 2
Solusi internal bagi seorang remaja Perkembangan moral keagamaan
dalam mengendalikan kenakalan remaja anak dapat berkembang dengan baik
antara lain: sebaiknya keluarga utamanya ayah dan ibu
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau 1. Konsisten dalam mendidik Ayah dan ibu
diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus memiliki sikap dan perlakuan yang
harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin sama dalam melarang dan membolehkan
figur orang-orang dewasa yang telah tingkah laku tertentu pada anak. Pada
melampaui masa remajanya dengan baik kenyataannya masih banyak kita jumpai
juga mereka yang berhasil memperbaiki
orang tua yang tidak kompak dalam
diri setelah sebelumnya gagal pada tahap
mendidik anaknya,hal ini disebabkan
ini. Adanya motivasi dari keluarga, guru,
kurangnya pengetahuan orang tua dan
teman sebaya untuk melakukan point
juga dipengaruhi rasa ego.
pertama.
2. Ketidakkompakan orang tua dalam
1. Remaja menyalurkan energinya dalam
berbagai kegiatan positif, seperti mendidik anaknya berakibat kurang baik
berolahraga, melukis, mengikuti event terhadap moral
perlombaan, dan penyaluran hobi. anak,biasanya mereka bingung membedakan
2. Remaja pandai memilih teman dan mana yang baik dan mana yang buruk, mana
lingkungan yang baik serta orangtua yang boleh dan mana yang tidak boleh,
memberi arahan dengan siapa dan di patuh pada aturan bapak atau patuh pada
komunitas mana remaja harus bergaul. aturan ibu, dan lain sebaginya. Maka
3. Remaja membentuk ketahanan diri sebaiknya ayah dan ibu menyamakan
agar tidak mudah terpengaruh jika persepsi dalam memberikan didikan pada
ternyata teman sebaya atau komunitas anak-anaknya.
yang ada tidak sesuai dengan harapan. 3. Sikap orang tua dalam Keluarga
Jika berbagai solusi dan pembinaan di atas Sikap orang tua dalam keluarga secara tidak
dilakukan, diharapkan kemungkinan langsung mempengaruhi perkembangan
terjadinya kenakalan remaja ini akan moral anak. Melalui proses peniruan
semakin berkurang dan teratasi. Dari (imitasi) mereka merekam sikap ayah pada
pembahasan mengenai penanggulangan ibu dan sebaliknya,sikap orang tua pada
masalah kenakalan remaja ini perlu tetangga-teangga sekitarnya akan dengan
ditekankan bahwa segala usaha mudah ditiru oleh anak.
pengendalian kenakalan remaja harus Sikap yang otoriter orang tua akan
ditujukan ke arah tercapainya kepribadian membuahkan sikap yang sama apada anak.
remaja yang mantap, serasi dan dewasa. Sebaliknya sikap kasih sayang,keterbukaan,
Remaja diharapkan akan menjadi orang musyawarah, dan konsisten, juga akan
dewasa yang berpribadi kuat, sehat jasmani membuahkan sikap yang sama pada anak,
dan rohani, teguh dalam kepercayaan oleh karenanya sebaiknya orang tua
(iman) sebagai anggota masyarakat, bangsa
menberikan contoh (tauladan) moral yang
dan tanah air
baik pada anak-anaknya,
agar dimasa yang kan datang anak-anaknya
menjadi orang yang berguna.
3. penghayatan dan Pengamalan
Agama yang dianut Orang tua berkewajiban
menanamkan ajaran-ajaran agama yang
dianutnya kepada anak, baik berupa
bimbingan-bimbingan maupun contoh
implementasinya dalam kehidupan sehari-
hari. Keteladanan orang tua dalam
menjalankan moral keagamaan merupakan
cara yang paling baik dalam menanamkan
moral keagamaan anak.Dengan
perkembangan moral keagamaan yang baik
pada anak sudah barang tentu akan
dipengaruhi terhadap budi pekerti atau
tingkah laku anak pada masa yang akan
datang.Disamping faktor pengaruh keluarga,
faktor lingkungan masyarakat dan pergaulan
anak juga mempengaruhi perkembangan
moral keagamaan anak, pada
perkembangannya terkadang anak lebih
percaya kepada teman dekatnya dari pada
pada orang tuanya,terkadang
juga lebih mematuhi orang-orang yang
dikaguminya seperti; gurunya,artis
favoritenya,dan sebagainya. keluarga dengan
moral keagamaan yang baik dan lingkungan
masyarakat yang baik, secara teoritis akan
berpengaruh positif terhadap perkembangan
moral keagamaan yang baik pada anak.
SIMPULAN

JURNAL 1 JURNAL 2
Masalah kenakalan remaja mulai Secara nasional, bangsa Indonesia kini
mendapat perhatian masyarakat secara sedang terjangkit penyakit bcareless
khusus sejak terbentuknya peradilan society,masyarakat yang tidak peduli
untuk anak-anak nakal (juvenile court) kepada nasib kiri-kanan.
pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat. Akibatnya merekadirundung berbagi
Kenakalan remaja meliputi semua penyakit moral. Generasi muda mudah
perilaku yang menyimpang dari norma- tergiur narkoba,generasi tua dihinggapi
norma hukum pidana yang dilakukan oleh KKN kronis yang meluluhlantakan, sendi-
remaja. Perilaku tersebut akan merugikan sendi perdaban masyarakat, sedangkan
dirinya sendiri dan orang-orang di secara global, abad ke-21 ini membawa
sekitarnya. tantangan baru negatif maupun positif bagi
Faktor yang melatar belakangi manusia. Jika hal-hal negatif tidak segera
terjadinya kenakalan remaja dapat diwaspadai dan diantisipasi,maka halitu
dikelompokkan menjadi faktor internal akan membuat lingkungan hidup di muka
dan faktor eksternal. Faktor internal planet Bumi kian tidak nyaman dihuni.
berupa krisis identitas dan kontrol diri Tanda-tanda ke arah itu cukup
yang lemah. Sedangkan faktor eksternal jelas.Kerusakan lingkungan hidup dan
berupa kurangnya perhatian dari orang bencana alam di mana-mana. Tindak
tua; minimnya pemahaman tentang kekerasan kian bertambah kualitas maupun
keagamaan; pengaruh dari lingkungan kuantitasnya. Bom bunuh diri dianggap
sekitar dan pengaruh budaya barat serta wajar. Merajalela dan tidak dapat
pergaulan dengan teman sebaya; dan dicegahnya tindak korupsi,kolusi,
tempat pendidikan. nepotisme, (KKN); kemiskinan tampak\
Segala usaha pengendalian kenakalan begitu jelas, rapuhnya kelembagaan
remaja harus ditujukan ke arah keluarga;penyalhgunaan obat terlarang,
tercapainya kepribadian remaja yang ketidaksalingpercayaan (mutual distrust)
mantap, serasi dan dewasa. Remaja antarwarga, buruk sangka antar kelompok
diharapkan akan menjadi orang dewasa sosial, antar kelompok intern umat
yang berpribadi kuat, sehat jasmani dan beragama,antar-ekstern umat
rohani, teguh dalam kepercayaan (iman) beragama;melemahnya solidaritas
sebagai anggota masyarakat, bangsa dan kemanusian;dan
tanah air.
banyak lagi penyakit sosial lainnya.
Menghadapi situasi itu, pendidkan
keagamaan moral,dan sikap menjadi salah
satu usaha dalam membendung terjadinya
keadaan diatas. Sehingga diharapkan adanya
pembentukan kesalehan pribadi dan
kesalehan sosial. Oleh karena itu kita perlu
menguatkan kembali akan pentingnya
pendidikan keagamaan dan moral, dan salah
satu cara memahaminya dengan arti dan
fungsi dari pendidikan keagamaan tersebut,
sehingga tidak menimbulkan kesalahan
persepsi dan kesalahan orientasi.
KELEBIHAN

JURNAL 1 JURNAL 2
Saya membaca bahwa kelebihan pada Saya membaca bahwa kelebihan pada
jurnal ini selain isi yang bermanfaat jurnal ini selain isi yang bermanfaat
sebagai referensi pembelajaran, yaitu sebagai referensi pembelajaran, yaitu jurnal
ini menyentuh aspek keagamaan yang
jurnal ini bersumber dari pendapat-
membuat sipembaca menambah ilmu
pendapat para ahli. tentang aspek agama.

KEKURANGAN

JURNAL 1 JURNAL 2
Kelemahan pada jurnal ini adalah hasil Kelemahan pada jurnal ini adalah
penelitian tidak dipisah dengan penelitian ini bersifat keagamaan yang
pembahasan, sehingga sipembaca mengurangi peminanat pembaca, karena
kurang bersifat umum.
mengalami kerumitan dalam mencari
hasil penelitian dan jurnal ini.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Menurut pengamatan saya, bahwa jurnal tersebut dapat dijadikan sebagai jurnal pegangan
dalam pembelajaran untuk memahami pengetahuan tentang Perencanaan Pembelajaran lebih
mendalam. Dari jurnal tersebut sangat jelas dalam penyampaian setiap materi-materinya.

B. SARAN

Dalam pembuatan CJR ini saya menyadari bahwa masih banyak kekeliruan dan masih jauh
dari kata sempurna, Oleh karena itu penulis mengharapkan dari semua pihak untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, untuk kelancaran pembuatan CJR
selanjutnya. Namun, penulis berharap CJR ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Yuningshi,Menguatkan Kembali Pendidikan Keagamaan dan Moral Anak Didik


http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/istek/article/viewFile/228/243

Dadan Sumara1, Sahadi Humaedi2, Budiarti Santoso,Kenakalan Remaja Dan


Penanganannya
http://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/download/14393/6947

Anda mungkin juga menyukai