Anda di halaman 1dari 26

ARTIKEL JURNAL ILMU PENDIDIKAN

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP MORAL ANAK


MATA KULIAH : UTS PERKEMBANGAN ANAK KONTEMPORER
DI
S
U
S
U
N
Oleh GUSMARNI
NIM 20330049

MAHASISWA S2 PAUD KELAS A PADANG

TAHUN 2021
Abstrak
Masala dalam penelitian ini adalah masih rendanya prilaku moral Anak ,terlihat dari
keseharian seperti rendahya partisipasi,interaksi,tanggung jawab kerja sama dan penerimaan
sikap dalam bermain dan belajar . penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakakah
pembelajaran kooperatif ini dapat mengembangkan moral anak
Penelitian ini dilakukan di palangki anak di TK palangki ,kecamatan IV nagari Kabupaten
Sijunjung dengan 20 orang anak melalui metode survei , data dikumpulkan dengan wawancara
dan penyebaran angket serta dukungann dokumentasi
Bedasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh pengembagan moral melalui pembelajran
kooperatif berpengaruh dengan sikap moral anak.

Kata kunci :pengaruh pembelajaaran kooperatif terhadap moral anak


PENDAHULUAN

Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk lembaga Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD) pada jalur formal yang melayani anak-anak usia 4-6 tahun. Taman kanak-kanak

mempunyai berbagai aspek pengembangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani serta rohani anak, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam PERMEN No 58 Tahun 2009 ruang lingkup

pengembangan pembelajaran di TK dibagi dalam bidang pengembangan pembiasaan dan bidang

pengembangan kemampuan dasar. Selanjutnya dijelaskan bahwa bidang pengembangan

pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dalam kehidupan sehari-

hari anak, sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Sedangkan bidang pengembangan kemampuan

dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan

kreatifitas sesuai dengan tahap perkembangan anak yaitu perkembangan bahasa, kognitif, fisik

motorik dan seni.

Dalam bidang pengembangan pembiasan meliputi: moral dan nilai-nilai agama, sosial,

emosional, dan kemandirian. Sesuai dengan pengembangan pembiasaan mempunyai kompetensi

dasar yaitu anak mampu melakukan ibadah, terbiasa mengikuti aturan, dapat hidup bersih, mulai

belajar membedakan benar dan salah serta terbiasa berperilaku terpuji.

Bidang pengembangan pembiasaan anak TK menghendaki hasil belajar anak terbiasa

berperilaku sopan santun mengenal dan menyanyangi ciptaan Tuhan, terbiasa

bersikap/berperilaku saling hormat menghormati, terbiasa bersikap ramah dan lain sebagainya.
Dari aspek perkembangan moral dan nilai-nilai Agama diharapkan akan meningkatkan

ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan dapat membina sikap anak, partisipasi,

tanggung jawab, interaksi dan kerja sama.

Garis-garis besar program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak dalam hal

pengembangan moral diistilahkan dengan materi program pembentukan perilaku melalui

pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari. Program pembentukan perilaku

merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari

anak di Taman Kanak-Kanak sehingga menjadi kebiasaan yang baik.

Selain itu penanaman perilaku moral dapat juga dilakukan melalui pembelajaran

kooperatif, Melalui pembelajaran kooperatif anak TK diajak memasuki dunia kerja kelompok

dengan suasana yang diharapkan dan secara tidak langsung perilakunya dibina dan

dikembangkan oleh guru.

Menurut Saputra (2005:67) “pembelajaran kooperatif merupakan konsep baru dalam

pembelajaran yang dapat membantu memecahkan kebuntuan yang sering dihadapi dalam

penggunaan model pembelajaran yang sudah usang”. Kegunaan dari pembelajaran kooperatif ini

bagi anak TK terutama yaitu: (a) untuk memotivasi anak akan sesuatu (b) untuk lebih melibatkan

anak dalam KBM&PBM melalui suasana kerja kelompok (c) untuk memberi kesempatan untuk

penerapan pengetahuan dan perbendaharaan dirinya (d) untuk melatih mempertajam segala

potensi indra dan afeksinya, (e) untuk melatih kerja sama antar potensi diri dengan sesama, (f)

untuk menciptakan suasana yang sekaligus menanamkan nilai-nilai dan (g) sebagai media yang

sekaligus menanamkan nilai-nilai (Saputra, 2005).


Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan nilai moral melalui pembelajaran

kooperatif yang dapat meningkatkan partisipasi, interaksi, tanggung jawab ,kerjasama serta sikap

anak dalam menerima perbedaan yang terjadi dalam pembelajaran di taman kanak kanak
Kajian Teori

1. Moral

Agama dan Moral pada anak perlu dikembangkan karena Kemampuan

Nilai Agama dan Moral merupakan kemampuan yang sangat penting bagi anak

untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan membentuk karakter yang berakhlakul karimah

sampai ia dewasa nanti. Hal ini sesuai dengan pendapat Hildayani (2015: 52) bahwa pendidikan

moral pada anak yaitu untuk mengenalkan dan mengembangkan kesadaran akan benar dan salah,

atau lebih dikenal dengan hati nurani. Selain itu Nilai agama danMoral pada anak juga

berhubungan dengan peribadatan serta pengenalan terhadap Tuhan kepada anak.

HADITS yang berhubungan dengan moral dari ” Ibnu umar radhiallahu ‘anhuma, dari

Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda “Orang muslim itu adalah Orang yang Orang

orang muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya.Dan orang yang berhijrah yaitu

orang yang menjauhi apa apa yang telah dilarangnya.

Menurut Lillie (dalam Budiningsih, 2004:24) mengemukakan bahwa “kata moral

berasal dari kata Mores (bahasa latin) yaag berarti tata cara dalam kehidupan atau adat

istiadat”.

Perkembangan moral pada anak dapat dilihat dari sikap dan perilakunya sehari-hari,

apakah anak dapat membedakan suatu perbuatan yang ia lakukan itu baik atau buruk. Hal ini

sesuai dengan Baron dkk (dalam Budiningsih, 2004:24) mengatakan bahwa “moralitas
sebagai sikap hati orang yang terungkap dalam tindakan lahiriah, moralitas terjadi apabila

orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan

bukan karena ia mencari keuntungan”.

Defenisi moral juga dikemukakan oleh beberapa pendapat ahli antara lain

(http://www.google.co.id) :

1. Dian Ibung

Moral adalah nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan sosial dan mengatur tingkahlaku

seseorang.

2. Wiwit Wahyuning, dkk

Moral berkenen dengan norma-norma umum, mengenai apa yang baik atau benar dalam

cara hidup seseorang.

3. Zainudin Saifullah Nainggolan

Moral ialah suatu tedensi rohani untuk melakukan sperangkat standar dan norma yang

mengatur prilaku seseorang dan masyarakat.

4. Maria Assupmta

Moral adalah aturan mengenai sikap dan prilaku manusia sebagai manusia.

5. Sonny Keraf

Moral menjadi tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk menentukan baik buruknya

tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai anggota masyarakat atau sebagai

orang dengan jabatan tertentu atau profesi tertentu.

Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat, karena

moral merupakan perbuatan/tingkahlaku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan

manusia. Apabila yang dilakukan seseorang sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di
masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya,

maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya

Moral merupakan produk dari budaya dan agama, yang menilai sikap, prilaku,

tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu

berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat.

Menurut Drs. H.Yunahar Ilyas, Lc, M.A (Kuliah Akhlaq), secara etimologis

(lughatan) akhlaq (bahasa arab), berarti perangai, budi pekerti, tingkah laku atau tabiat.

Sedangkan menurut terminologis (ishthlahan), adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

menibulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tampa memerlukan

pemikiran dan pertimbanan.

Dengan demikian dapat disimpulkan tentang pengertian moral adalah sifat yang

tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana

diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dulu, serta tidak

memerlukan dorongan dari luar dan Orang orang yang selalu menjaga lisan dan perbuatan

perbuatan yang tidak baik.

2. Bidang Pengembangan Pembiasaan

Pembiasan diambil adari kata “biasa” yaitu sesuatu yang dikenal, tidak asing, sering

dilihat, sering dikerjakan atau dilakukan. Agar suatu perbuatan menjadi biasa perlu dilakukan

upaya membiasakan agar sesuatu yang asalnaya tidak dikenal menjadi dikenal dan serta yang

dikenal menjadi prilaku yang menetap dan terus menerus dilakukan. Upaya membiasakan

disebut pembiasaan (habituation) pembiasaan tidak hanya bertujuan agar tindakan itu
menjadi terbiasa dan rutin, tetapi kegiatan tersebut menjadi jati diri bagi yang dibiasakan

tersebut.

Faiza (Prilaku Tertib 2009 : 16 ), menyatakan bahwa pembiasaan atau (habbits)

merupakan proses penananaman nilai kebajikan yang akan membentuk tumbuh kembang

kepribadian anak selanjutnya melalui proses berkelanjutan sepanjang dia hidup. Prilaku yang

sudah terbiasa tersebut akan disebut sebagai kebiasaan

Anak yang berada di taman kanak-kanak rata-rata berusia 4-6 tahun (usia emas/ the

goldhen age) yang sangat menentukan kualitas manusia seanjutnya. Pada masa ini anak

memiliki sikap untuk meniru yaitu setiap tindakan orang dewasa yang diagap memiliki

otoritas (orang tua, kakak, guru dan orang dewasa lainnya) akan dijadikan rujukan prilakunya

(akan dicontoh) perlakuan dan pengalaman pada masa ini akan berbekas cukup kuat bagai

pengembangan karakter usia dewasa. Oleh karena itu pembiasaan prilaku beragama serta

moral perlu diperkenalkan, dipupuk dan dibiasakan sejak masa ini.

Sehubungan dengan hal di atas pembiasaan-pembisaan yang dilakukan di TK

diarahkan untuk mengembangkan kecakapan yang bertujuan mengembangkan kemampuan

menolong diri sendiri, berdisiplin, bersosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang

berguna untuk kelansungan hidupnya.

Bidang pengembangan pembiasaan meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial

emosional dan kemandirian.

Untuk mampu mencapai hal tersebut, menurut Piaget (dalam Saputra, 2005: 179)

diperlukan tahapan pengkajian sebagai berikut:

a. Tahap mengakomodasi, dimana aaak memiliki kesempatan untuk mempelajari dan

mengintemalisasikan nilai atau agama.


b. Tahap asimilasi atau mengintegrasikan nilai tersebut dengan system nilai lain yang telah

ada dalam dirinya.

c. Tahap equilibrasi atau membina keseimbangan atau membakukannya sebagai sistem nilai

baru yang baku.

Perkembangan moral dan nilai-nilai agama pada anak juga dapat dipengaruhi oleh

faktor lingkungan, terutama dari orang tuanya dan keluarganya. Selain itu pendidik juga

dapat mempengaruhi nilai dan moral. Melalui pengembanagan pembiasaan moral di sekolah

dengan bermacam metode dan teknik, salah satunya teknik pembelajaran kooperatif.

Menurut Shochib (1998: 124) menyatakan bahwa “Orang tua atau pendidik yang

menjadi teladan bagi anak, setiap perbuatan/tindakan yang dilakukan oleh orang tua atau

pendidik dapat dicontoh anak apabila perbuatan itu baik atau buruk”.

Perkembangan nilai dan moral pada anak dapat berlangsung melalui beberapa cara

yakni pendidikan langsung identifikasi, dan proses coba-coba (Yusuf, 2004 )

3. Pengembangan Moralitas Anak TK

Melihat perlunya keseimbangan antara pendidikan moral anak dan kebebasan yang harus dimiliki

untuk berfantasi, Maka lembaga pendidikan anak usia dini memiliki peran penting untuk

memberikan stimus dan pengalaman pengalaman yang baik untuk bisa di tangkap oleh anak sebagai

bentuk pembelajaran yang nyata. Indikator suatu negara yang memiliki sumberdaya manusia yang

pemahaman moral agama yang baik terlihat dari Generasi yang akan datang jauh lebih baik dari

generasi saat ini.

Moralitas anak TK dan perkembangannya dalam tataran kehidupan dunia mereka

dapat diuraikan sebagai berikut:


a. Sikap dan cara berhubungan dengan orang lain (sosialisasi). Minat anak untuk

berhubungan dengan orang lain mulai terlihat sejalan dengan perkembangan fisik,

motorik, dan bahasanya.

b. Cara berpakaian dan penampilan, bahwa penampilan dan cara berpakaian seseorang

dapat memberi kesan tentang perilaku moral seseorang.

c. Sikap dan kebiasaan makan, kegiatan makan memang bukan merupakan kegiatan

yang berhubungan dengan orang lain, tetapi hal itu biasanya dilakukan bersama atau

diantara orang lain (Hidayat, 2007).

Siti Aisyah,dkk.2008.(hlm.8.36) “Perkembangan Dan Konsep Dasar Pengembangan

Dasar Anak Usia Dini” Menurut Megawangi (2004) anak-anak akan tumbuh menjadi

pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang berkarakter pula.

Upaya mengembangkan dan menumbuhkan anak yang bermoral dalam arti

berkarakter (berakhlak mulia) merupakan tanggung jawab dan memerlukan usaha

dari semua pihak, yang meliputi keluarga, sekolah dan seluruh komponen

masyarakat, untuk mewujudkan kemempuan moral harus dilakukan secara terencana,

terfokus, dan komprehensif. Keluarga adalah tempat pertama dan utama, dimana anak

dididik dan dibesarkan, keluarga adalah tempat yang paling awal dan efektif untuk

mengajarkan berbagai kebiasaan yang baik yang perlu dimiliki oleh seorang anak

Menurut Erikson (Megawangi 2004), kesuksesan orang tua membimbing anaknya

dalam mengatasi konflik pribadi di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam

kehidupan sosial di masa dewasanya kelak, di dalam keluarga, orang tua perlu menciptakan

ikatan emosonal atau kedekatan psikologis (bonding) yang erat dengan anaknya. Pendekatan
pisikologis ini dapat membuat anak merasa aman, merasa diri diperhatikan dan dapat

membentuk kepercayaan kepada orang lain

menurut Rohner (Megawangi 2004), pengalaman masa kecil anak, yaitu penerimaan

orang tua pada anak sejak ia dilahirkan sangat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya

(karakter a

Melihat perlunya keseimbangan antara pendidikan moral anak dan kebebasan yang harus

dimiliki untuk berfantasi, Maka lembaga pendidikan anak usia dini memiliki peran penting untuk

memberikan stimus dan pengalaman pengalaman yang baik untuk bisa di tangkap oleh anak sebagai

bentuk pembelajaran yang nyata. Indikator suatu negara yang memiliki sumberdaya manusia yang

pemahaman moral agama yang baik terlihat dari Generasi yang akan datang jauh lebih baik dari

generasi saat initau kecerdasan emosinya).

Dari uraian di atas dapat di simpulkan anak tumbuh dengan berkarakter baik apa bila

berada dilingkunagan baik, juga adanya bimbingan orang tua atau guru, semenjak anak kecil.

4.Perkembangan Moral Anak Menurut Para Ahli

a. Perkembangan moral anak menurut Piaget

Piaget mempelajari moral anak dengan cara mengamati dan mewawancarai

kelompok anak usia 4-12 tahun yang terlibat dalam suatu permainan. Disini ia

mempelajari bagaimana anak-anak itu menggunakan dan memandang aturan yang

ada dalam permainan tersebut, selanjutnya ia bertanya kepada anak-anak yaitu

berkisar tentang isu-isu moral, seperti pencurian, berbohong, hukuman dan keadilan.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa:


Anak bepikir tentang moralitas dalam 2 tahap moralitas tergantung dengan

tingkat perkembangannya. Cara/tahap yang pertama adalah tahap moralitas

heteronomus (heteronomous morality) yang terjadi pada anak berusia 4 sampai 7

tahun. Pada tahap perkembangan moral ini, anak menganggap keadilan dan aturan

sebagai sifat-sifat dunia (lingkungan) yang tidak berubah dan lepas dari kendali

manusia. Cara/tahap kedua (sekitar usia l0 tahun keatas), anak sudah menyadari

bahwa aturan dan hukum diciptakan oleh manusia. Anak yang berpikir moral pada

tahap ini juga sudah menyadari bahwa dalam menilai suatu tindakan seseorang, harus

dipertimbangkan maksud si pelaku, juga akibat-akibatnya. Pola pemikiran moral

tahap ini oleh Piaget di istilahkan dengan moralitas otonomus (autonomous morality).

b. Perkembangan moral menurut Kohlberg

Menurut Kohlberg (dalam Coles, 2003 : 2.7) bahwa:

Ada enam level perkembangan penalaran moral manusia. Keenam level

perkembangan moral ini menggambarkan suatu urutan yang bersifat universal,

penalaran moral tersebut dikelompokan kedalam tiga tingkatan dan terdiri dan 2

tahapan sebagai berikut:

Level 1 : Penalaran Moral Prakonvensional (meliputi tahap: Orientasi Hukuman

dan Kepatuhan, dan Tahap Orientasi lndividualisme dan Orientasi Instrumental).

Tahap satu, anak berorientasi pada kepatuhan hukuman. Moralitas dari satu tidakan dinilai atas

dasar akibat fisiknya. Contohnya : “Bersalah” ia dicubit. Kakak membuat adik

menangis maka ibu memukul tangan kakak

Tahap kedua, anak menyesuaikan terhadap harapan sosial untuk memperoleh penghargaan.

Contohnya : Berbuat benar ia dipuji “pintar sekali”


Level 2 : Penalaran Moral Konvensional (meliputi tahap Orientasi Konformitas

Interpersonal dan Tahap Orientasi Hukum dan Aturan).

Moralitas atas dasar persesuaian dengan peraturan untuk mendapatkan

persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan baik dengan mereka.

Tahap satu, seseorang menyesuaikan dengan peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang

lain dan untuk mempertahankan hubungan baik dengan mereka.

Contohnya : mengembalikan karayonke tempat semula sesudah digunakan (nilai

moral = tanggung jawab)

Tahap kedua, seseorang yakin bahwa apabila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai

bagi seluruh anggota kelompokmaka mereka harus berbuat sesuai dengan

peraturan itu agar terhindar dari ketidaknyamanan dan ketidak setujuan sosial.

Contohnya : bersama-sama membersihkan kelas , semua anggota kelompok wajib

membawa alat kebersihan (nilai moral = gotong royong)

Level 3 : Penalaran Moral Pascakonvensional (meliputi tahap Orientasi Kontrak

Sosial dan Tahap Orientasi Etis Universal).

Moralitas prinsip-prinsip yang diterima sendiri. Ini mengarah pada moralitas

sesungguhnya tidak perlu disuruh karena merupakan kesadaran dari diri orang tersebut.

4. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang

lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau

tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Stahl (1992: 8)

Pembelajaran kooperatif adalah suatu cara yang dapat diterapkan dalam proses belajar

mengajar, (Saputra, 2005). Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah metode dalam

menggali dan membagi-bagi ide yaag anak lakukan dalam bentuk kerjasama untuk belajar dan
bertanggung jawab dengan teman satu kelompoknya dan juga tanggung jawabnya dengan

dirinya sendiri.

Dimana adanya keterlibatan dalam tugas kelompoknya dan adanaya tanggung jawab

yang terdapat dalam dirinya terhadap keterlibatan dalam kelompok atau bermain.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran untuk anak TK, karena

melalui pembelajaran kooperatif ini anak dapat bekerjasama melalui kelompok yaitu dapat

menumbuhkan partisipasi interaksi, kerjasama, tanya jawab dan mau menerima sikap

persamaan dan perbedaan dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Suyanto (2005: 154) “Belajar kooperatif mempersiapkan siswa, untuk masa

depannya di masyarakat yaitu memacu siswa untuk belajar secara aktif ketika ia berbicara dan

bekerja bersama dan bukan hanya pasif mendengarkan. Hal ini memotivasi siswa untuk

mencapai prestasi yang lebih baik, menghormati perbedaan yang ada”.

Menurut Johnson (dalam Saputra, 2005: 36) bahwa pembelajaran kooperatif ditandai

dengan tahapan sebagai berikut:

a. Seluruh anggota kelompok bertanggung jawab pada belajarnya sendiri dan anggota

kelompoknya. dapat menyelesaikan tugas kelompok mematuhi aturan permainan

b. Anak-anak berkontribusi pada pembelajaran orang lain dengan cara memberi

pertolongan, dorongan, dukungan, kritikan, motivasi dan pujian pada hasil

pekerjaannya. Menolong teman yang jatuh, menunjukan tempat membuang sampah

c. Setiap individu bertanggung jawab atas upayanya. Aktivitas disusun agar setiap anak

bertanggung jawab dalam mencapai tujuannya. Dalam kelompok dan kegiatan,

contohnya dalam melipat dan menempel, jadi ada anak melipat, menggunting dan
sebagai menyediakan lem sehingga anak dapat bekerja sama dan bertanggung jawab

dengan tugas kelompoknya itu. Anak dapat melipat dan menggunting dan sebagai

Umpan balik diberikan pada individu dan kelompok.dalam kelompok dan kegiatan

melipat kertas

d. Anak-anak harus mendapatkan kesempatan untuk merefleksikan pada kerja

kelompoknya. Contoh adanya keinginan anak untuk memperbaiki tugasnya yang ada

kesalahanya.

Berdasarkan hasil penelitian Rong (dalam Saputra, 2005: 37) “Pembelajaran

kooperatif memberikan pengaruh bagi perkembangan anak”. Pembelajaran kooperatif

menekankan pada pengembangan kemampuan secara keseluruhan dan perkembangan

kemampuan berpikir inovatif, membantu perkembangan anak didik dari biasa belajar pasif

menjadi belajar aktif menciptakan kebahagiaan dan kegembiraan dalam proses belajar anak

serta membantu untuk mengembangkan hubungan sosial anak.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong

adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi

dalam pembelajaran untuk berinteraksi sesama teman, mengajak anak untuk saling bekerja

sama dan belajar untuk bertanggung jawab serta untuk menghormati perbedaan yang teriadi

dalam pembelajaran.

5. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Penerapan metode pembelajaran kooperatif telah diyakini mempunyai keunggulan

yang tidak dimiliki oleh metode-metode pembelajaran yang lain. Penerapan metode

pembelajaran memang tidak selamanya berjalan sempurna dan mendapatkan hasil yang

terbaik. Proses pendidikan memang tidak selamanya selalu tepat sama dengan teorinya karena
praktek di lapangan selalu menunjukkan hasil yang mengejutkan dan tidak terduga, namun

demikian, penerapan setiap metode pembelajaran akan memberikan manfaat baik bagi siswa,

guru maupun bagi proses pembelajaran itu sendidri. Tentu saja manfaat itu akan dapat

diperoleh bila pelaksanaannya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

Penerapan pembelajaran kooperatif dapat memberikan manfaat yang besar apabila

dapat dilaksanakan secara terstruktur dan terencana dengan baik. Adapun manfaat dari

pembelajaran kooperatif yaitu :

a. Pembelajaran kooperatif mampu mengembangkan aspek moralitas dan interaksi

sosial peserta didik karena melalui pembelajaran kooperatif, anak memperoleh

kesempatan yang lebih besar untuk berinteraksi dengan anak yang lain.

Contoh : Berbeda sistem pembelajaran tradisional yang memaksa anak untuk bekerja

secara individu atau kooperatif dengan kesempatan yang sedidkit dan juga

kesempatan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan temannya sangat

sedikit waktu yang dihabiskan dalam proses pembelajaran

b. Pembelajaran kooperatif mampu mempersiapkan siswa untuk belajar bagaimana

caranya mendapatkan berbagai pengetahuan dan informasi sendiri baik dari guru,

teman, bahan-bahan pelajaran ataupun sumber belajar yang lain.

Contoh : Berkaitan perkembangan zaman semangkin maju dengan derasnya arus

informasi sehingga siswa tidak ketinggalan informasi dan mampu

mengakses berbagai sumber ilmu pengetahuan


c. Meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat bekerja sama dengan orang lain dalam

sebuah tim karena diera globalisasi, kemampuan individu bukanlah yang terpenting

dalam mencapai tujuan dan keberhasilan suatu usaha.

Contoh : Pembelajaran kooperatif dapat membiasakan anak berkomunikasi dan

bekerjasama dengan orang lain dalam berbagai situasi sosial.

d. Pembelajaran kooperatif dapat membentuk pribadi yang terbuka dan menerima

perbedaan yang terjadi karena dalam pembelajaran kooperatif, kerjasama yang

dilakukan tidak memandang perbedaan ras, agama ataupun status sosial

Contoh : Siswa-siswa memiliki sikap saling mengerti dan menerima perbedaan satu

sama lain

e. Pembelajaran kooperatif membiasakan anak untuk selalu aktif dan kreatif dalam

mengembangkan analisisnya (Saputra, 2005).

Contoh : Anak dibiasakan untuk mengkomunikasikan hasil temuannya kepada

teman-temannya yang lain

6. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif merupakan satu metode alternatif yang diterapkan

untuk mengantisipasi berbagai perubahan zaman yang tentu saja menuntut peningkatan

kualitas sumberdaya manusianya. Hal ini berkaitan dengan peran yang harus dimainkan oleh

dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam

kehidupan masyarakat di era globalisasi.

Secara garis besar, tujuan dari penerapan pembelajaran kooperatif adalah sebagai

berikut :
a. Untuk lebih menyiapkan anak didik dengan berbagai keterampilan-keterampilan baru

agar dapat ikut berpartisipasi dalam dunia yang selalu berubah dan terus berkembang,

Contoh : Terlibat dalam kegiatan pembelajaran

b. Membentuk kepribadian anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan

berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain dalam berbagai situasi social,

Contoh : Anak mampu berbicara sopan dengan orang lebih tua, menolong teman atau

orang lain yang ditimpa musibah

c. Mengajak anak untuk membangun pengetahuan secara aktif karena dalam

pembelajaran koperatif, anak TK tidak hanya menerima pengetahun dari guru begitu

saja tetapi siswa menyusun pengetahun yang terus menerus sehingga menepatkan

anak sebagai pihak yang aktif,

Contoh : Karena anak sering berinteraksi dalam kelompok sehingga menghasilkan

ide-ide baru

d. Memantapkan interaksi pribadi diantara anak dan diantara guru dengan anak didik.

Hal ini bertujuan untuk membangun suatu proses sosial yang akan membangun

pengertian dan pengetahuan bersama

e. Mengajak anak untuk menemukan, membentuk dan mengembangkan pengetahuan

f. Meningkatkan hasil belajar, meningkatkan hubungan antar kelompok , menerima

teman yang mengalami kendala akademik, dan meningkatkan harga diri (self-esteem)

7. Cara Pembelajaran Kooperatif

Ap anak memiliki sejumlah Potensi, baikpotensi fisik biologis,kognisi, maupun sosio- emosi,

anak sedang megalamiproses perkembangan sangat pesat sehingga membutukan

Pembelajaran Yang aktif dan energik, ( Suryana2013a)


Berbagai perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri

dengan lingkungan di mana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini, maka realisasi diri itu yang biasa

disebut aktualisasi diri adalah sangat penting. Namun tidak statis. Tujuan dapat dianggap sebagai

suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat untuk dilakukan, untuk menjadi manusia

seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun psikologis (Hurlock, h. 3, 1980).

Pembelajaran kooperatif melibatkan tangngung jawab bersama antara guru dan anak

untuk mencapai tujuan pendidikan. Disini guru menyusun tahapan dan memberi dorongan

kepada kelompok anak-anak agar dapat bekerjasama. Pembelajaran kooperatif dapat

dilaksanakan dan dilakukan guru pada pembukaan pembelajaran atau saat kegiatan inti

pembelajaran atau di akhir kegiatan belajar, atau menjadi seluruh rangkaian kegiatan dari

awal sampai akhir pembelajaran.

Artz dan Newman (Huda 2011:32), mendefenisikan pembelajaran kooperatif sebagai

“small group of learners working together as a team to solve a problem, complete a task, or

accomplish a common goal.” Artinya dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja sama

dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai

suatu tujuan bersama

Adapun teknik yang dapat digunakan guru dalam menerapkan pembelajaran

kooperatif untuk meningkatkan kemampuan moral dan nilai-nilai agama anak TK yakni

teknik keliling kelas (Saputra, 2005).

Teknik keliling kelaDalam kegiatan keliling kelas masing-masing kelompok

mendapatkan kesempatan untuk memamerkan hasil kerja dan melibatkan hasil kerja kelompok

lain. Langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam teknik ini adalah :

1. Anak didik bekerjasama dalam kelompok, berdua, bertiga atau berempat seperti biasa,
Contoh : Anak mengerjakan tugas secara kelompok

2. Setelah selesai mengerjakan tugas kelompoknya, masing-masing kelompok harus

memamerkan hasil kerja mereka untuk dapat dilihat oleh teman lainnya. Hasil-hasil ini

dapat dipajang di beberapa bagian kelas jika berupa poster atau gambar-gambar

Contoh : Mewarnai gambar, anak yang suka menolong dengan warna biru dan merah

anak yang tidak mau menolong

3. Masing-masing kelompok berjalan keliling kelas dan mengamati hasil karya kelompok

lain.

Contoh : Kelompok berjalan kekelompok lain

8. Alat Penilaian Kooperatif

Penilaian merupakan suatu langkah pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan

ukuran baik atau buruk. Oleh karena itu, penilaian bersifat kualitatif. Penilaian sesuatu

biasanya didahului oleh kegiatan pengukuran. Penilaian/evaluasi dapat juga diartikan sebagai

suatu proses untuk menentukan nilai tentang sesuatu. Nurkancana (dalam Hidayat, 2007 :

6.3).

Sedangkan menurut Mentri Pendidikan Nasional tentang standar pendidikan anak usia

dini penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan

tingkat pencapaian anak

Alat penilaian untuk pengembangan perilaku moral anak TK menggunakan alat yang

memungkinkan kita untuk dapat memantau, memonitor dan merekam kondisi objektif dari

perilaku anak sehari-hari selama di sekolah. Alat pendukung untuk mencapai tujuan tersebut

yaitu:

a. Pengamatan (observasi).
b. Pemberian tugas: tes perbuatan dan pertanyaan lisan, sebagai latihan

mengungkapkan gagasan dan keberanian berbicara.

Kisi-kisi instrumen penilaian observasi pengembangan moral

N Aspek Yang Indikator

o Diamati

1. Partisipasi - Berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan

- Mentaati aturan/tata tertib kelas

- Mendengarkan dan memperhatikan teman berbicara

2. Interaksi - Berani bertanya dan menjawab pertanyaan

- Berbicara dengan sopan

- Menyapa orang lain

3. Tanggung - Melaksanakan tugas sampai selesai

Jawab - Bertanggung jawab dengan tugasnya

- Memelihara milik sendiri dan kelompok

4. Kerja sama - Dapat melaksanakan tugas kelompok

- Dapat bekerjasama dengan teman, mau bermain dengan teman

5. Data sikap - Menujukan perbuatan benar/salah

- Dapat menerima kritik

- Menghargai karya orang lain


PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan Melalui pembelajaran kooperatif

dengan teknik keliling kelas dapat mengembangkan moral Anak terlihat dari

Partisipasi

Terlihat konsentrasi anak dalam berdoa dan keikutsertaan berdoa sebelum dan sesudah

melaksanakan kegiatan,anak juga berpartisipasi mentaati aturan/tata tertip kelas,seperti

dimana anak anak sudah tahu dimana kelompoknya juga dalam penerimaan tugas tidak

berebutan, serta anak sudah mau mendengarkan dan memperhatikan teman berbicara

Interaksi

Dari pembelajaran kooperatif ini interaksi anak juga meningkat seperti anak berantusias

bertanya,adanya keberanian untuk bertanya dan menjawab pertanyaan , dalam berbicara juga

mulai pelan dan tidak keras keras lagi serta mau menyapa orang lain atau teman,ini berkat

adanya sistim pembagian kelompok dan keliling kelas untuk melihat hasil belajar

kelompok lain dan menimbulkan interaksi anak untuk bertanya.

Tangung jawab
Dengan adanyan memamerkan hasil belajar anak dan memberikan tanggapan dengan

hasil tugas tersebut maka tiap tiap kelompok berusaha untuk bertanggung jawab

menyelesaikan tugas kelompok mereka dan memelihara milik mereka seperti meletakkan

hasil belajar pada tempat yang telah disediakan dan memasangkan dengan paku mading

yang telah disedikan dan mereka berusaha bekerja hati hati, dalam memelihara hak milik

mereka ,anak mengembalikan alat perlenkapan pada tempatnya seperti pensil krayon lem

gunting dan lain lain.

Kerjasama

Karena sudah tertanam nilai tanggung jawab pada diri anak maka tiap kelompak ada

yang berusaha memantau temannya yang belum selesai dan membantu kelompoknya dan

bekerja dalam mengerjakan tugas bersama ini terlihat anak berusaha kelompok mereka

dapat tanggapan yang baik setelah keliling kelas memperhatikan hasil belajar. Dalam

bermain mereka juga mulai tertanam untuk bermain bersama berbagi, biasanya ada anak

tidak mau berbagi main bersama maka setela mereka dekat kelompoknya dapat

menimbulkan rasa kebersamaan dan keinginan bermain bersama.

Data sikap mau menerima perbedaan.

Menerima perbedaan yang terjadi dalam pembelajaran dengan adanya ,dalam

memberikan tanggapan/ pendapat dan dapat menunjukkan perbuatan baik dan benar baik

dari hasil belajar maupun dari sikap seharian,

Namun belum semua anak dapat mengembangkan nilai moral melalui pembelajaran

kooperatif ini karna penelitian ini lebih utama ingin mengetahui pengembangannya tampa

menggalih faktor faktor lebih dalam penelitian ini serta keterbatasan ,terutama dalam segi

tempat dan waktu.


DAFTAR RUJUKAN

Al-Qur’an dan Terjemahan. 1997. Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an. Departemen Agama
RI.

Arikunto, S.(2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

Budiningsih. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Mahyudin Neni,Suryana.Dadan. (2015). Hakikat anak usia dini.Journal Dasar- dasar
Pendidikan, Vol 1, Pages 5-10,hal 1.15
Suryana Dadan (2016)Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi & Aspek Perkembangan Anak,
Pengaruh Pembelajaran Sentra Agama Terhadap Perkembangan Nilai Moral Agama Pada Anak
Di Ra. Darul Ulum Pandean Kec. Remban , PROCEDING Literasi Dalam Pendidikan Di Era Digital
Untuk Generasi Milenial hal 222
Coles. 2005. Pembangunan Disiplin dan Pembentukan Moral Pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas.
Suryana Dadan ,2013, Juornal Meningkatkan kemampuan sosial anak usia dini dengan model
outbound, Neni Sintia1 , Cahniyo Wijaya Kuswanto2 , Meriyati3

Hidayat, Otib Satibi. 2011. Metode Penelitian Moral dan Nilai-Nilai Agama. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Megawangi. 2010. Materi Pokok Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
:.warmansyah jhoni, Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Motivasi Belajar Terhadap
Hasil Belajar Matematika, Jurnal Pendidikan Usia Dini Volume 10 Edisi 1, April 2016 hal
104
Sssuryana dadan, (2018) Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam kurikulum@013 Pendidikan anak
Usia dini ,juornal Paper Universitas Padang ,padang
Suryana Dadan (2013).Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Psikologi Perkembangan Anak, Pustaka
Universitas Negeri Padang,Report numberNo.214/UN35.12/PK/KI/2013
Shochib. 2012. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri.
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai