TAHUN 2021
Abstrak
Masala dalam penelitian ini adalah masih rendanya prilaku moral Anak ,terlihat dari
keseharian seperti rendahya partisipasi,interaksi,tanggung jawab kerja sama dan penerimaan
sikap dalam bermain dan belajar . penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakakah
pembelajaran kooperatif ini dapat mengembangkan moral anak
Penelitian ini dilakukan di palangki anak di TK palangki ,kecamatan IV nagari Kabupaten
Sijunjung dengan 20 orang anak melalui metode survei , data dikumpulkan dengan wawancara
dan penyebaran angket serta dukungann dokumentasi
Bedasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh pengembagan moral melalui pembelajran
kooperatif berpengaruh dengan sikap moral anak.
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk lembaga Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) pada jalur formal yang melayani anak-anak usia 4-6 tahun. Taman kanak-kanak
jasmani serta rohani anak, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam PERMEN No 58 Tahun 2009 ruang lingkup
pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dalam kehidupan sehari-
hari anak, sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Sedangkan bidang pengembangan kemampuan
dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan
kreatifitas sesuai dengan tahap perkembangan anak yaitu perkembangan bahasa, kognitif, fisik
Dalam bidang pengembangan pembiasan meliputi: moral dan nilai-nilai agama, sosial,
dasar yaitu anak mampu melakukan ibadah, terbiasa mengikuti aturan, dapat hidup bersih, mulai
bersikap/berperilaku saling hormat menghormati, terbiasa bersikap ramah dan lain sebagainya.
Dari aspek perkembangan moral dan nilai-nilai Agama diharapkan akan meningkatkan
ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan dapat membina sikap anak, partisipasi,
merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari
Selain itu penanaman perilaku moral dapat juga dilakukan melalui pembelajaran
kooperatif, Melalui pembelajaran kooperatif anak TK diajak memasuki dunia kerja kelompok
dengan suasana yang diharapkan dan secara tidak langsung perilakunya dibina dan
pembelajaran yang dapat membantu memecahkan kebuntuan yang sering dihadapi dalam
penggunaan model pembelajaran yang sudah usang”. Kegunaan dari pembelajaran kooperatif ini
bagi anak TK terutama yaitu: (a) untuk memotivasi anak akan sesuatu (b) untuk lebih melibatkan
anak dalam KBM&PBM melalui suasana kerja kelompok (c) untuk memberi kesempatan untuk
penerapan pengetahuan dan perbendaharaan dirinya (d) untuk melatih mempertajam segala
potensi indra dan afeksinya, (e) untuk melatih kerja sama antar potensi diri dengan sesama, (f)
untuk menciptakan suasana yang sekaligus menanamkan nilai-nilai dan (g) sebagai media yang
kooperatif yang dapat meningkatkan partisipasi, interaksi, tanggung jawab ,kerjasama serta sikap
anak dalam menerima perbedaan yang terjadi dalam pembelajaran di taman kanak kanak
Kajian Teori
1. Moral
Nilai Agama dan Moral merupakan kemampuan yang sangat penting bagi anak
untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan membentuk karakter yang berakhlakul karimah
sampai ia dewasa nanti. Hal ini sesuai dengan pendapat Hildayani (2015: 52) bahwa pendidikan
moral pada anak yaitu untuk mengenalkan dan mengembangkan kesadaran akan benar dan salah,
atau lebih dikenal dengan hati nurani. Selain itu Nilai agama danMoral pada anak juga
HADITS yang berhubungan dengan moral dari ” Ibnu umar radhiallahu ‘anhuma, dari
Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda “Orang muslim itu adalah Orang yang Orang
orang muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya.Dan orang yang berhijrah yaitu
berasal dari kata Mores (bahasa latin) yaag berarti tata cara dalam kehidupan atau adat
istiadat”.
Perkembangan moral pada anak dapat dilihat dari sikap dan perilakunya sehari-hari,
apakah anak dapat membedakan suatu perbuatan yang ia lakukan itu baik atau buruk. Hal ini
sesuai dengan Baron dkk (dalam Budiningsih, 2004:24) mengatakan bahwa “moralitas
sebagai sikap hati orang yang terungkap dalam tindakan lahiriah, moralitas terjadi apabila
orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan
Defenisi moral juga dikemukakan oleh beberapa pendapat ahli antara lain
(http://www.google.co.id) :
1. Dian Ibung
Moral adalah nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan sosial dan mengatur tingkahlaku
seseorang.
Moral berkenen dengan norma-norma umum, mengenai apa yang baik atau benar dalam
Moral ialah suatu tedensi rohani untuk melakukan sperangkat standar dan norma yang
4. Maria Assupmta
Moral adalah aturan mengenai sikap dan prilaku manusia sebagai manusia.
5. Sonny Keraf
Moral menjadi tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk menentukan baik buruknya
tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai anggota masyarakat atau sebagai
manusia. Apabila yang dilakukan seseorang sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di
masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya,
maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya
Moral merupakan produk dari budaya dan agama, yang menilai sikap, prilaku,
tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu
Menurut Drs. H.Yunahar Ilyas, Lc, M.A (Kuliah Akhlaq), secara etimologis
(lughatan) akhlaq (bahasa arab), berarti perangai, budi pekerti, tingkah laku atau tabiat.
Sedangkan menurut terminologis (ishthlahan), adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
Dengan demikian dapat disimpulkan tentang pengertian moral adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana
diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dulu, serta tidak
memerlukan dorongan dari luar dan Orang orang yang selalu menjaga lisan dan perbuatan
Pembiasan diambil adari kata “biasa” yaitu sesuatu yang dikenal, tidak asing, sering
dilihat, sering dikerjakan atau dilakukan. Agar suatu perbuatan menjadi biasa perlu dilakukan
upaya membiasakan agar sesuatu yang asalnaya tidak dikenal menjadi dikenal dan serta yang
dikenal menjadi prilaku yang menetap dan terus menerus dilakukan. Upaya membiasakan
disebut pembiasaan (habituation) pembiasaan tidak hanya bertujuan agar tindakan itu
menjadi terbiasa dan rutin, tetapi kegiatan tersebut menjadi jati diri bagi yang dibiasakan
tersebut.
merupakan proses penananaman nilai kebajikan yang akan membentuk tumbuh kembang
kepribadian anak selanjutnya melalui proses berkelanjutan sepanjang dia hidup. Prilaku yang
Anak yang berada di taman kanak-kanak rata-rata berusia 4-6 tahun (usia emas/ the
goldhen age) yang sangat menentukan kualitas manusia seanjutnya. Pada masa ini anak
memiliki sikap untuk meniru yaitu setiap tindakan orang dewasa yang diagap memiliki
otoritas (orang tua, kakak, guru dan orang dewasa lainnya) akan dijadikan rujukan prilakunya
(akan dicontoh) perlakuan dan pengalaman pada masa ini akan berbekas cukup kuat bagai
pengembangan karakter usia dewasa. Oleh karena itu pembiasaan prilaku beragama serta
menolong diri sendiri, berdisiplin, bersosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang
Untuk mampu mencapai hal tersebut, menurut Piaget (dalam Saputra, 2005: 179)
c. Tahap equilibrasi atau membina keseimbangan atau membakukannya sebagai sistem nilai
Perkembangan moral dan nilai-nilai agama pada anak juga dapat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, terutama dari orang tuanya dan keluarganya. Selain itu pendidik juga
dapat mempengaruhi nilai dan moral. Melalui pengembanagan pembiasaan moral di sekolah
dengan bermacam metode dan teknik, salah satunya teknik pembelajaran kooperatif.
Menurut Shochib (1998: 124) menyatakan bahwa “Orang tua atau pendidik yang
menjadi teladan bagi anak, setiap perbuatan/tindakan yang dilakukan oleh orang tua atau
pendidik dapat dicontoh anak apabila perbuatan itu baik atau buruk”.
Perkembangan nilai dan moral pada anak dapat berlangsung melalui beberapa cara
Melihat perlunya keseimbangan antara pendidikan moral anak dan kebebasan yang harus dimiliki
untuk berfantasi, Maka lembaga pendidikan anak usia dini memiliki peran penting untuk
memberikan stimus dan pengalaman pengalaman yang baik untuk bisa di tangkap oleh anak sebagai
bentuk pembelajaran yang nyata. Indikator suatu negara yang memiliki sumberdaya manusia yang
pemahaman moral agama yang baik terlihat dari Generasi yang akan datang jauh lebih baik dari
berhubungan dengan orang lain mulai terlihat sejalan dengan perkembangan fisik,
b. Cara berpakaian dan penampilan, bahwa penampilan dan cara berpakaian seseorang
c. Sikap dan kebiasaan makan, kegiatan makan memang bukan merupakan kegiatan
yang berhubungan dengan orang lain, tetapi hal itu biasanya dilakukan bersama atau
Dasar Anak Usia Dini” Menurut Megawangi (2004) anak-anak akan tumbuh menjadi
pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang berkarakter pula.
dari semua pihak, yang meliputi keluarga, sekolah dan seluruh komponen
terfokus, dan komprehensif. Keluarga adalah tempat pertama dan utama, dimana anak
dididik dan dibesarkan, keluarga adalah tempat yang paling awal dan efektif untuk
mengajarkan berbagai kebiasaan yang baik yang perlu dimiliki oleh seorang anak
dalam mengatasi konflik pribadi di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam
kehidupan sosial di masa dewasanya kelak, di dalam keluarga, orang tua perlu menciptakan
ikatan emosonal atau kedekatan psikologis (bonding) yang erat dengan anaknya. Pendekatan
pisikologis ini dapat membuat anak merasa aman, merasa diri diperhatikan dan dapat
menurut Rohner (Megawangi 2004), pengalaman masa kecil anak, yaitu penerimaan
orang tua pada anak sejak ia dilahirkan sangat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya
(karakter a
Melihat perlunya keseimbangan antara pendidikan moral anak dan kebebasan yang harus
dimiliki untuk berfantasi, Maka lembaga pendidikan anak usia dini memiliki peran penting untuk
memberikan stimus dan pengalaman pengalaman yang baik untuk bisa di tangkap oleh anak sebagai
bentuk pembelajaran yang nyata. Indikator suatu negara yang memiliki sumberdaya manusia yang
pemahaman moral agama yang baik terlihat dari Generasi yang akan datang jauh lebih baik dari
Dari uraian di atas dapat di simpulkan anak tumbuh dengan berkarakter baik apa bila
berada dilingkunagan baik, juga adanya bimbingan orang tua atau guru, semenjak anak kecil.
kelompok anak usia 4-12 tahun yang terlibat dalam suatu permainan. Disini ia
berkisar tentang isu-isu moral, seperti pencurian, berbohong, hukuman dan keadilan.
tahun. Pada tahap perkembangan moral ini, anak menganggap keadilan dan aturan
sebagai sifat-sifat dunia (lingkungan) yang tidak berubah dan lepas dari kendali
manusia. Cara/tahap kedua (sekitar usia l0 tahun keatas), anak sudah menyadari
bahwa aturan dan hukum diciptakan oleh manusia. Anak yang berpikir moral pada
tahap ini juga sudah menyadari bahwa dalam menilai suatu tindakan seseorang, harus
tahap ini oleh Piaget di istilahkan dengan moralitas otonomus (autonomous morality).
penalaran moral tersebut dikelompokan kedalam tiga tingkatan dan terdiri dan 2
Tahap satu, anak berorientasi pada kepatuhan hukuman. Moralitas dari satu tidakan dinilai atas
Tahap kedua, anak menyesuaikan terhadap harapan sosial untuk memperoleh penghargaan.
persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan baik dengan mereka.
Tahap satu, seseorang menyesuaikan dengan peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang
Tahap kedua, seseorang yakin bahwa apabila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai
peraturan itu agar terhindar dari ketidaknyamanan dan ketidak setujuan sosial.
sesungguhnya tidak perlu disuruh karena merupakan kesadaran dari diri orang tersebut.
4. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang
lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau
Pembelajaran kooperatif adalah suatu cara yang dapat diterapkan dalam proses belajar
menggali dan membagi-bagi ide yaag anak lakukan dalam bentuk kerjasama untuk belajar dan
bertanggung jawab dengan teman satu kelompoknya dan juga tanggung jawabnya dengan
dirinya sendiri.
Dimana adanya keterlibatan dalam tugas kelompoknya dan adanaya tanggung jawab
yang terdapat dalam dirinya terhadap keterlibatan dalam kelompok atau bermain.
melalui pembelajaran kooperatif ini anak dapat bekerjasama melalui kelompok yaitu dapat
menumbuhkan partisipasi interaksi, kerjasama, tanya jawab dan mau menerima sikap
Menurut Suyanto (2005: 154) “Belajar kooperatif mempersiapkan siswa, untuk masa
depannya di masyarakat yaitu memacu siswa untuk belajar secara aktif ketika ia berbicara dan
bekerja bersama dan bukan hanya pasif mendengarkan. Hal ini memotivasi siswa untuk
Menurut Johnson (dalam Saputra, 2005: 36) bahwa pembelajaran kooperatif ditandai
a. Seluruh anggota kelompok bertanggung jawab pada belajarnya sendiri dan anggota
c. Setiap individu bertanggung jawab atas upayanya. Aktivitas disusun agar setiap anak
contohnya dalam melipat dan menempel, jadi ada anak melipat, menggunting dan
sebagai menyediakan lem sehingga anak dapat bekerja sama dan bertanggung jawab
dengan tugas kelompoknya itu. Anak dapat melipat dan menggunting dan sebagai
Umpan balik diberikan pada individu dan kelompok.dalam kelompok dan kegiatan
melipat kertas
kelompoknya. Contoh adanya keinginan anak untuk memperbaiki tugasnya yang ada
kesalahanya.
kemampuan berpikir inovatif, membantu perkembangan anak didik dari biasa belajar pasif
menjadi belajar aktif menciptakan kebahagiaan dan kegembiraan dalam proses belajar anak
adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi
dalam pembelajaran untuk berinteraksi sesama teman, mengajak anak untuk saling bekerja
sama dan belajar untuk bertanggung jawab serta untuk menghormati perbedaan yang teriadi
dalam pembelajaran.
yang tidak dimiliki oleh metode-metode pembelajaran yang lain. Penerapan metode
pembelajaran memang tidak selamanya berjalan sempurna dan mendapatkan hasil yang
terbaik. Proses pendidikan memang tidak selamanya selalu tepat sama dengan teorinya karena
praktek di lapangan selalu menunjukkan hasil yang mengejutkan dan tidak terduga, namun
demikian, penerapan setiap metode pembelajaran akan memberikan manfaat baik bagi siswa,
guru maupun bagi proses pembelajaran itu sendidri. Tentu saja manfaat itu akan dapat
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan terencana dengan baik. Adapun manfaat dari
kesempatan yang lebih besar untuk berinteraksi dengan anak yang lain.
Contoh : Berbeda sistem pembelajaran tradisional yang memaksa anak untuk bekerja
secara individu atau kooperatif dengan kesempatan yang sedidkit dan juga
caranya mendapatkan berbagai pengetahuan dan informasi sendiri baik dari guru,
sebuah tim karena diera globalisasi, kemampuan individu bukanlah yang terpenting
Contoh : Siswa-siswa memiliki sikap saling mengerti dan menerima perbedaan satu
sama lain
e. Pembelajaran kooperatif membiasakan anak untuk selalu aktif dan kreatif dalam
untuk mengantisipasi berbagai perubahan zaman yang tentu saja menuntut peningkatan
kualitas sumberdaya manusianya. Hal ini berkaitan dengan peran yang harus dimainkan oleh
dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam
Secara garis besar, tujuan dari penerapan pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut :
a. Untuk lebih menyiapkan anak didik dengan berbagai keterampilan-keterampilan baru
agar dapat ikut berpartisipasi dalam dunia yang selalu berubah dan terus berkembang,
berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain dalam berbagai situasi social,
Contoh : Anak mampu berbicara sopan dengan orang lebih tua, menolong teman atau
pembelajaran koperatif, anak TK tidak hanya menerima pengetahun dari guru begitu
saja tetapi siswa menyusun pengetahun yang terus menerus sehingga menepatkan
ide-ide baru
d. Memantapkan interaksi pribadi diantara anak dan diantara guru dengan anak didik.
Hal ini bertujuan untuk membangun suatu proses sosial yang akan membangun
teman yang mengalami kendala akademik, dan meningkatkan harga diri (self-esteem)
Ap anak memiliki sejumlah Potensi, baikpotensi fisik biologis,kognisi, maupun sosio- emosi,
dengan lingkungan di mana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini, maka realisasi diri itu yang biasa
disebut aktualisasi diri adalah sangat penting. Namun tidak statis. Tujuan dapat dianggap sebagai
suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat untuk dilakukan, untuk menjadi manusia
seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun psikologis (Hurlock, h. 3, 1980).
Pembelajaran kooperatif melibatkan tangngung jawab bersama antara guru dan anak
untuk mencapai tujuan pendidikan. Disini guru menyusun tahapan dan memberi dorongan
dilaksanakan dan dilakukan guru pada pembukaan pembelajaran atau saat kegiatan inti
pembelajaran atau di akhir kegiatan belajar, atau menjadi seluruh rangkaian kegiatan dari
“small group of learners working together as a team to solve a problem, complete a task, or
accomplish a common goal.” Artinya dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja sama
dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai
kooperatif untuk meningkatkan kemampuan moral dan nilai-nilai agama anak TK yakni
mendapatkan kesempatan untuk memamerkan hasil kerja dan melibatkan hasil kerja kelompok
lain. Langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam teknik ini adalah :
1. Anak didik bekerjasama dalam kelompok, berdua, bertiga atau berempat seperti biasa,
Contoh : Anak mengerjakan tugas secara kelompok
memamerkan hasil kerja mereka untuk dapat dilihat oleh teman lainnya. Hasil-hasil ini
dapat dipajang di beberapa bagian kelas jika berupa poster atau gambar-gambar
Contoh : Mewarnai gambar, anak yang suka menolong dengan warna biru dan merah
3. Masing-masing kelompok berjalan keliling kelas dan mengamati hasil karya kelompok
lain.
ukuran baik atau buruk. Oleh karena itu, penilaian bersifat kualitatif. Penilaian sesuatu
biasanya didahului oleh kegiatan pengukuran. Penilaian/evaluasi dapat juga diartikan sebagai
suatu proses untuk menentukan nilai tentang sesuatu. Nurkancana (dalam Hidayat, 2007 :
6.3).
Sedangkan menurut Mentri Pendidikan Nasional tentang standar pendidikan anak usia
dini penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
Alat penilaian untuk pengembangan perilaku moral anak TK menggunakan alat yang
memungkinkan kita untuk dapat memantau, memonitor dan merekam kondisi objektif dari
perilaku anak sehari-hari selama di sekolah. Alat pendukung untuk mencapai tujuan tersebut
yaitu:
a. Pengamatan (observasi).
b. Pemberian tugas: tes perbuatan dan pertanyaan lisan, sebagai latihan
o Diamati
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan Melalui pembelajaran kooperatif
dengan teknik keliling kelas dapat mengembangkan moral Anak terlihat dari
Partisipasi
Terlihat konsentrasi anak dalam berdoa dan keikutsertaan berdoa sebelum dan sesudah
dimana anak anak sudah tahu dimana kelompoknya juga dalam penerimaan tugas tidak
berebutan, serta anak sudah mau mendengarkan dan memperhatikan teman berbicara
Interaksi
Dari pembelajaran kooperatif ini interaksi anak juga meningkat seperti anak berantusias
bertanya,adanya keberanian untuk bertanya dan menjawab pertanyaan , dalam berbicara juga
mulai pelan dan tidak keras keras lagi serta mau menyapa orang lain atau teman,ini berkat
adanya sistim pembagian kelompok dan keliling kelas untuk melihat hasil belajar
Tangung jawab
Dengan adanyan memamerkan hasil belajar anak dan memberikan tanggapan dengan
hasil tugas tersebut maka tiap tiap kelompok berusaha untuk bertanggung jawab
menyelesaikan tugas kelompok mereka dan memelihara milik mereka seperti meletakkan
hasil belajar pada tempat yang telah disediakan dan memasangkan dengan paku mading
yang telah disedikan dan mereka berusaha bekerja hati hati, dalam memelihara hak milik
mereka ,anak mengembalikan alat perlenkapan pada tempatnya seperti pensil krayon lem
Kerjasama
Karena sudah tertanam nilai tanggung jawab pada diri anak maka tiap kelompak ada
yang berusaha memantau temannya yang belum selesai dan membantu kelompoknya dan
bekerja dalam mengerjakan tugas bersama ini terlihat anak berusaha kelompok mereka
dapat tanggapan yang baik setelah keliling kelas memperhatikan hasil belajar. Dalam
bermain mereka juga mulai tertanam untuk bermain bersama berbagi, biasanya ada anak
tidak mau berbagi main bersama maka setela mereka dekat kelompoknya dapat
memberikan tanggapan/ pendapat dan dapat menunjukkan perbuatan baik dan benar baik
Namun belum semua anak dapat mengembangkan nilai moral melalui pembelajaran
kooperatif ini karna penelitian ini lebih utama ingin mengetahui pengembangannya tampa
menggalih faktor faktor lebih dalam penelitian ini serta keterbatasan ,terutama dalam segi
Al-Qur’an dan Terjemahan. 1997. Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an. Departemen Agama
RI.
Hidayat, Otib Satibi. 2011. Metode Penelitian Moral dan Nilai-Nilai Agama. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Megawangi. 2010. Materi Pokok Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
:.warmansyah jhoni, Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Motivasi Belajar Terhadap
Hasil Belajar Matematika, Jurnal Pendidikan Usia Dini Volume 10 Edisi 1, April 2016 hal
104
Sssuryana dadan, (2018) Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam kurikulum@013 Pendidikan anak
Usia dini ,juornal Paper Universitas Padang ,padang
Suryana Dadan (2013).Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Psikologi Perkembangan Anak, Pustaka
Universitas Negeri Padang,Report numberNo.214/UN35.12/PK/KI/2013
Shochib. 2012. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri.
Rineka Cipta.