MAKALAH KELOMPOK
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi Perkembangan
Yang diampu oleh : Dr. Elok Halimatus Sa’diyah, M.Si
Disusun oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG.
2020/2021
KATA PENGANTAR
Kelompok 7 dan 8
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa dewasa tengah biasa disebut dengan masa paruh baya. Masa
dewasa tengah tampak lebih awal di usia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik
di usia 40 tahun. Menurut Hurlock (1996), usia 52 tahun berada dalam rentang
perkembangan dewasa madya, yaitu antara usia 40 – 60 tahun. Masa dewasa
madya/tengah mencakup waktu yang lama dalam rentang hidup. Pada masa
dewasa tengah, individu melakukan penyesuaian diri secara mandiri terhadap
kehidupan dan harapan sosial. Kebanyakan orang telah mampu menentukan
masalah-masalah dengan cukup baik sehingga menjadi cukup stabil dan
matang secara emosinya.
Dalam California Longitudinal Study, pada waktu individu berusia
34 sampai 50 tahun, mereka adalah kelompok usia yang paling sehat, paling
tenang, dan paling bisa mengontrol diri, dan juga paling bertanggung jawab
(Levinson & Peskin, 1981 dalam Santrock, 2002).
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
8
pada tahap ini keputusan mengenai perilaku-perilaku sosial
berdasarkan atas prinsip-prinsip moral, pribadi yang bersumber
dari hukum universal yang selaras dengan kebaikan umum dan
kepentingan orang lain, keyakinan terhadap moral pribadi dan
nilai-nilai tetap melekat meskipun sewaktu-waktu berlawanan
dengan hukum yang dibuat untuk menetapkan aturan sosial.
Penjelasan lebih lanjut Hubungan Teori diatas dengan Dewasa Tengah atau Madya
Ditinjau dari teori perkembangan moral dari Piaget yang disebut juga
dengan teori perkembangan stuktur-kognitif seseorang yang telah mencapai usia
dewasa madya (40-60 th) sewajarnya telah mencapai tahap “Operasional Formal”
dimana seseorang telah mampu berpikir secara abstrak termasuk penalarannya
mengenai aturan-aturan dan moral.
Seorang yang telah mencapai tahap ini menyadari bahwa aturan
merupakan suatu kesepakatan bersama Dalam perkembangan dari remaja menjadi
dewasa awal kemudian dewasa madya, seseorang dalam tahap perkembangan
moralnya mengalami tahap kodifikasi atau pemantapan peraturan seiring dengan
pertambahan usianya. Selain itu, orang-orang dewasa madya mampu
mempertimbangkan moral yang menyangkut orang lain namun ia juga menyadari
akan maksunya sendiri. Sehingga ia sudah dapat menilai suatu masalah dengan
mempertimbangkan situasi yang lebih spesifik, seperti lebih mempertimbangkan
niat dari suatu perilaku.
Sementara bila ditinjau dari teori perkembangan moral Kohlberg, seorang
dewasa madya yaitu 40-60 tahun telah mencapai tahap “Pasca-Konvensinal” atau
“Post-Conventional”. Pada tahap Post-Conventional oleh Kohlberg dibagi lagi
menjadi dua tahap yaitu tahap orientasi kontrak sosial dan tahap prinsip etika
universal. Seorang manusia dewasa baik dewasa awal maupun dewasa madya
menurut Kohlberg telah mencapai tahap Post-conventional ini, namun menurut
Kohlberg tidak semua orang mampu mencapai tahap perkembangan moral
terakhir yaitu prinsip etika universal. Oleh karena itu tahap perkembangan moral
dewasa madya berkisar pada tahap Post-conventional.
Pada tahap Post-Conventional, seseorang menganggap bahwa aturan
adalah suatu kontrak sosial yang dapat berubah apabila aturan tersebut
memunculkan suatu ketidaksejahteraan melalui pendapat meyoritas atau
kompromi. Selain itu semakin berkembangnya moral seseorang, keputusan dalam
berperilaku berdasarkan atas prinsip-prinsip moral dan kepentingan orang lain.
11
Keyakinan terhadap moral dan nilai-nilai melekat meskipun sewaktu-waktu
berlawanan dengan hukum yang dibuat untuk menetapkan aturan sosial.
Dari kedua teori perkembangan tersebut, keduanya memandang suatu
perkembangan secara bertahap. Sementara itu berdasarkan teori Bioekologi
Bronfenbrenner perkembangan moral seseorang selalu dipengaruhi oleh faktor
lingkungannya. Seperti keluarga, teman sebaya, media massa, budaya, dan
sebagainya. Sehingga dalam sekelompok orang usia dewasa madya yang berasal
dari (misalanya) budaya yang berbeda dan daerah yang berbeda dapat terjadi
perbedaan dalam perkembangan moralnya.
12
B. Perkembangan Spiritual Dewasa Tengah
13
Agama dan Kesehatan
Bagi individu-individu yang menganut agama besar, terdapat kaitan antara
agama dan Kesehatan fisik. ( Campbell, Yoon, Johnstone, 2009; McCullough &
Willoughby, 2009 ). Para peneliti menemukan bahwa komitmen religious
membantu menurunkan tekanan darah dan hipertensi hingga level menengah dan
bahwa kehadiran di kegiatan keagamaan berkaitan dengan penurunan tekanan darah
( Gillum & Ingram, 2007 ). Selain itu, sejumlah studi mengkonfirmasi hubungan
positif antar partisipasi religious dengan panjangnya usia (Oman & Thoresen,
2006).
Dalam bagian Mengoneksikan perkembangan dengan kehidupan atau
hubungan antara agama dan mengatasi masalah. Singkatnya, berbagai dimensi
religiusitas dapat membantu Sebagian individu untuk menghadapi hidup mereka
secara lebih efektif ( Park, 2010 ). Konselor religious sering memberikan saran
kepada orang tentang kesehatan mental dan cara menghadapi masalah.
Makna Hidup
Frank menyebutkan tiga kualitas yang hanya dimiliki oleh manusia, yakni
spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab. Dalam pandangan Frankl, spiritualitas
tidak memilik dsar agama. Spiritualitas merujuk pada keunikan hakikat manusia
kepada spirit, filosofi, dan pikiran. Menurut Frankl, manusia perlu mengajukan
pertanyaan kepada dirinya sendiri seperti mengenai mengapa mereka ada, apa yang
mereka inginkan dari hidup, dan apa yang menjadi makna dalam hidup mereka.
Di masa dewasa menengah ,individu mulai lebih sering dihadapkan pada
kematian, khususnya kematian orang tua dan saudara-saudara yang lebih tua.
Berhadapan dengan kurangnya waktu dalam hidup. Banyak individu di masa ini
mulai bertanya dan meng evaluasi pertayaa yang di ajukan oleh Frankl ( Cohen,
2009 ). Dan, sebagaimana yang kami nyatakan dalam diskusi mengenai agama dan
mengatasi masalah, mengatasi masalah yang ditempuh dengan cara membuat
makna secara khusus membantu ketika individu menghadapi stress yang kronis dan
kehilangan.
14
Roy Baumeister dan Kathleen Vosh menyatakan bahwa pertanyaan yang
menyangkut makna hidup dapat dipahami menurut empat kebutuhan akan makna,
yang membimbing bagaimana seseorang membuat makna dari hidup mereka.
Kebutah akan keterarahan. “ peristiwa-peristiwa yang berlangsung saat ini dapat
memperoleh makna dari keterkaitanya dengan peristiwa-peristiwa di masa depan.
Keterarahan dapat diabagi ke dalam ( 1 ) Tujuan ( 2 ) Pemenuhan. Hidup dapat di
orientasikan ke kondisi di masa depan yang di antisipasikan, seperti hidup
Bahagia selamnya atau dicintai.
Kebutuhan akan nilai. Hal ini dapat menggiring pada penghayatan mengenai
kebijakan dan membenarkan rangkaian-rangkaian Tindakan tertentu. Nilai-nilai
memungkinkan seseorang untuk memutuskan apakah Tindakan-tindakan tersebut
benar atau salah .
Kebutuhan akan penghayatan terhadap efficacy. Hal ini mencakup keyakinan
bahwa seseorang dapat membuat perubahan. Hidup yang memiliki arah dan nilai
namun tidak memiliki efficacy akan menjadi hidup yang tragis .
Kebutuhan akan nilai diri ( self worth ). Sebagian besar individu ingin menjadi
pribadi yang “ baik” dan berharga. Self worth dapat dikejar secara individual.
Studi juga menyatakan bahwa individu yang telah menemukan rasa pemaknaan
dalam hidup punya fisik yang lebih sehat dan merasa lebih Bahagia, dan
mengalami lebih sedikit depresi, daripada mereka yang belum menemukan makna
dalam hidup mereka.
16
mengubah penampilan, Mereka harus benar-benar menyadari bahwa fisik
nya sudah tidak mampu berfungsi lagi sama seperti sediakala pada saat
mereka kuat dan bahkan beberapa organ-organ tertentu tubuh yang vital
sudah "aus". Mereka yang berusia madya harus dapat menerima kenyataan
bahwa kemampuan mereproduksi sudah berkurang atau akan berakhir, dan
bahkan mungkin mereka akan kehilangan dorongan seks serta daya tarik
seksual. Seperti anak-anak puber yang pada masa kanak-kanaknya
berurusan tentang akan jadi apa mereka dan bagaimana penampilannya
bila mereka sudah besar kelak dan siapa yang kemudian menyesuaikan diri
sehingga realitas penampilan mereka bila tidak bertumbuh sesuai dengan
harapan mereka, demikian juga orang berusia madya harus mengesankan
diri terhadap perubahan-perubahan yang tidak mereka sukai dan yang
menandai tibanya usia tua mereka.
2. Tugas yang Berkaitan dengan Perubahan Minat
Perubahan minat yang ada pada masa usia madya terjadi sebagai
akibat dari perubahan tugas, tanggungjawab, kesehatan dan peran dalam
hidup. Perubahan minat ini dirasakan oleh pria dan wanita. Dalam banyak
kasus, perubahan ini terjadi secara bertahap dan tersebar ke seluruh tingkat
usia madya tersebut. Keinginan baru mungkin akan menjadi mantap pada
waktu usia madya, tetapi baik pria mau pun wanita nampaknya lebih
berperan teguh pada minat lama yang pernah memberikan kepuasan,
daripada harus menggantinya dengan minat baru, kecuali lingkungan dan
pola hidupnya berubah, tetapi masih mempunyai Kesempatan untuk
mengembangkan keinginan dan motivasi baru.
3. Tugas yang Berkaitan dengan Penyesuaian Kejuruan
Tugas ini berkisar pada pemantapan dan pemeliharaan standar
hidup yang relative mapan.
4. Tugas yang Berkaitan dengan Kehidupan Keluarga
Tugas yang penting dalam kategori ini meliputi hal-hal yang
berkaitan dengan seseorang sebagai pasangan, menyesuaikan diri dengan
orang tua yang lanjut usia, dan membantu anak remaja untuk jadi orang
dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia. Penyesuaian terhadap
17
perubahan keluarga dalam usia madya, sering dipersulit oleh sejumlah
faktor yang berhubungan secara langsung atau pun tidak langsung dengan
kehidupan keluarga. Berikut factor yang dapat merumitkan penyesuaian
diri terhadap keluarga pada masa dewasa madya :
a) Perubahan fisik
b) Hilangnya peran sebagai orang tua
c) Kurangnya persiapan
d) Perasaan kegegalan
e) Merasa tidak berguna
f) Kekecewaan terhadap perkawinan
g) Merawat anggota keluarga berusia lanjut
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan teori perkembangan moral dari Piaget, seseorang yang telah
mencapai dewasa tengah yakni berusia 40-60 tahun, ia sewajarnya telah mencapai
tahap Operasional Formal yang mampu berpikir secara abstrak mengenai moral
dan aturan-aturan yang disepakati bersama. Sementara berdasarkan teori
perkembangan moral Kohlberg dewasa tengah telah mampu mencapai tahap Post-
Conventional, akan tetapi karena menurut Kohlberg sendiri bahwa tahap ke enam
tidak semua orang mampu mencapainya, perkembangan moral dewasa tengah
berkisar pada dua tahap di Post-Conventional. Perkembangan moral dan spiritual
masing-masing orang akan berbeda-beda satu sama lain, hal itu dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti faktor ekobiologik dan lingkungan yang ada.
22
DAFTAR PUSTAKA